• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

C. Pembahasan

Nana (2004) juga menyatakan bahwa belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Artinya, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti berkembangnya pengetahuan siswa, pemahamannya, sikap atau tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada setiap individu siswa. Oleh sebab itu, belajar adalah proses interaktif dengan mengaktifkan siswa yang diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Inilah hakikat belajar sebagai inti proses pembelajaran atau interaksi antara guru dengan seorang atau lebih peserta didik untuk mencapai tujuan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Selain itu, dalam tiap proses pembelajaran siswa harus berperan sebagai subjek pembelajaran, bukan sebagai objek pengajaran guru, sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri tiap siswa melalui memberian lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk berkreasi dalam memahami materi ajar dan menjelaskan apa-apa yang telah mereka pahami dalam pembelajaran.

Penelitian ini juga menemukan bahwa umumnya guru dalam strategi pembelajaran kurang sekali meminta pendapat siswa terlebih dahulu dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dalam belajar. Tetapi guru lebih banyak menyimpulkan sendiri dan menyuruh siswa menerima saja kesimpulan guru, dan guru kurang meminta pendapat siswa dalam pemecahan suatu masalah.

Meskipun demikian, ada sebagian kecil guru yang meminta siswa menjelaskan kembali pendapatnya dan ada juga guru yang tidak meminta lagi siswa untuk

menjelaskan pendapat yang telah disampaikannya tersebut. Artinya, secara umum ada beberapa guru di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru dalam srtategi pembelajaran yang telah menggunakan teknik sumbang saran (brain storming) dalam upaya mendorong siswa mengembangkan kreativitas siswa.

Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian guru di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru telah melakukan upaya mengembangkan kreativitas siswa melalui beberapa strategi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Slameto (1995) bahwa salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kreativitas siswa adalah melalui teknik sumbang saran (brain storming). Selanjutnya Slameto (1995) menyatakan bahwa di dalam pendekatan ini, suatu masalah dikemukakan dan siswa diminta untuk mengemukakan gagasan-gagasannya. Apabila keseluruhan gagasan telah dikemukakan, siswa diminta meninjau kembali gagasan-gagasan tersebut, dan menentukan gagasan mana yang akan digunakan dalam pemecahan suatu masalah tertentu.

Penelitian ini juga menemukan bahwa strategi pengembangan kreativitas siswa melalui pemberian penghargaan bagi prestasi kreatif siswa kurang dilakukan guru secara optimal. Fakta ini ditemukan bahwa penghargaan- penghargaan yang diberikan dalam upaya mengembangkan kreativitas siswa hanya terbatas pada perlombaan olahraga antar kelas, lomba keterampilan siswa dan lomba menyanyi. Hal ini jelas akan berdampak bagi siswa kreatif yang merasa dirinya kurang diperhatikan. Padahal menurut Slameto (1995), penghargaan yang diterima akan mempengaruhi konsep diri siswa secara positif yang meningkatkan keyakinan diri siswa. Oleh sebab itu, Torrance (dalam

Slameto, 1995) memperkenalkan lima prinsip cara guru dalam memberikan penghargaan bagi tingkah laku kreatif siswa, yaitu: a) menaruh respek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang jarang terjadi; b) menaruh respek terhadap gagasan yang kreatif, dan imajinatif; c) menghargai gagasan siswa; d) membiarkan siswa melakukan berbagai latihan tanpa ancaman akan dinilai; dan e) menghubungkan penilaian dengan penyebab dan konsekuensi. Dengan demikian, pengembangan kreativitas siswa perlu direncanakan dan dilakukan guru melalui berbagai pendekatan antara lain melaui pemberian penghargaan bagi prestasi kreatif siswa secara optimal.

Strategi pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran perlu juga dilakukan guru melalui penggunaan media-media pembelajaran yang bervariasi. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Slameto (1995) bahwa sasaran pengajaran dan kurikulum perlu dianalisis untuk mengetahui fungsi-fungsi mental apa yang dituju dalam pengajaran. Lebih lanjut Slameto menyatakan bahwa penggunaan media secara bervariasi memungkinkan strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa. Namun, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa umumnya guru jarang dan bahkan tidak pernah memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia di sekolah untuk dipakai dalam proses pengajaran. Bahkan hampir semua strategi pembelajaran yang disiapkan dan dilaksanakan guru terfokus pada pencapaian hasil belajar tanpa mempertimbangkan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, proses pembelajaran perlu menggunakan media secara bervariasi sesuai dengan fungsinya dan materi pembelajaran yang disampaikan, sehingga strategi pengembangan kreativitas

siswa mendapat perhatian besar guru untuk selalu dikembangkan melalui kreativitas siswa melalui berbagai pendekatan yang sesuai.

Selain melalui strategi pembelajaran, pengembangan kreativitas siswa dapat juga dilakukan melalui lingkungan belajar yang kondusif. Torrance (dalam Mudjiran.,2005:71) menjelaskan bahwa kondisi belajar yang kondusif untuk mengembangkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk berperilaku kreatif; memperlihatkan respek pada pertanyaan, ide, dan solusi yang tidak biasa; perlihatkan pada siswa bahwa ide mereka bernilai; hindari kritik penilaian teman sebaya dan berikan pengalaman-pengalaman yang membimbing sensitivitas/perasaan untuk mendukung lingkungan; hindari memberikan contoh-contoh atau model yang membentuk berpikir; dorong siswa mengorganisir diri dalam kelompok kecil sesuai kemampuan; dan memberlakukan kurikulum dan jadwal yang fleksibel.

Namun temuan penelitian ini menemukan indikasi kuat adanya fakta bahwa guru lebih banyak kurang peduli pada upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendorong siswa melakukan beberapa kegiatan pembelajaran (learning activity), baik berupa intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, dan kegiatan ko-kurikuler yang di sekolah ini masih sangat kurang dilakukan siswa.

Selain itu, ditemukan pula banyak guru juga belum maksimal membimbing dan membina siswa sesuai dengan minat dan bakat siswa, apalagi adanya indikasi bahwa guru kurang memperhatikan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Dengan demikian, pengembangan kreativitas siswa perlu dikembangkan melalui lingkungan belajar yang sesuai lagi ditingkatkan kreativitas siswa oleh

guru. Upaya ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk berperilaku kreatif, memperlihatkan respek pada pertanyaan, ide, yang ditemukan siswa dan memperlihatkan pada siswa bahwa ide mereka bernilai, di samping menciptakan bentuk suasana belajar yang dapat membimbing sensitivitas/perasaan untuk mendukung lingkungan belajar yang relevan dengan upaya yang mengembangkan kreativitas siswa.

Dokumen terkait