BAB IV PENYAJIAN DATA ANALISIS
D. Pembahasan
Sosial (IPS) di SMPN 4 Tanggul.
Dengan ditolaknya H0 dan diterimanya Ha maka penelitian ini dapat membuktikan kebenaran hipotesis yaitu terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMPN 4 Tanggul.
Pengaruh model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai post-test kelas eksperimen dengan hasil post-test kelas kontrol yang dimana terdapat perbandingan.
Yang menjukkan adanya pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca terhadap hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini yang disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca yang baik sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan sebaliknya semakin tidak baiknya penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca yang diberikan guru maka semakin rendah hasil belajar siswa tersebut.
Dan juga beberapa hal yang diperhatikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan selalu memberikan literasi membaca saat pembelajaran agar mereka dapat lebih memahami materi yang disampaikan. Dengan adanya penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca yang baik maka hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Hasil penelitian diatas didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ade Payosi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV SDN 14 Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang”. Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa Belajar
Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV SDN 14 Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang. Tujuan penelitian ini pengaruh signifikan model pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV SDN 14 Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Quasi Eksperiment Design. Teknik pengumpulan data yaitu dengan dokumentasi dan tes. Uji validasi yaitu dengan menggunakan rumus Product Moment, sedangkan uji reliabilitas data dengan teknik Alfa Cronbach. Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan Separated Varians. Hasil dari penelitian yaitu dilihat dari hasil post test yang telah diperoleh kelas IV A sebagai kelas eksperimen dengan nilai rata-rata sebesar 81,9 dan kelas IV B sebagai kelas kontrol dengan nilai rata-rata yaitu 72,2. Perhitungan uji-t pada posttest thitung (7,726) > ttabel
(2,10092) yang artinya terdapat perbedaan rata-rata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kenaikan pretest-posttest pada kelas eksperimen sebesar 19,6 sedangkan pada kelas kontrol kenaikan pretestposttest sebesar 9,4 yang berarti hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini diterima dan sedangkan hipotesis nihil (H0) ditolak. Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas IV SD Negeri 14 Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang.80
80 Ade Payosi, Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar
Hal tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Firda Gusvina dengan judul “Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Smp/Mts”. Model Pembelajaran Discovery Learning ini mengutamakan kegiatan siswa menemukan sendiri konsep matematika, berdasarkan materi yang sedang dipelajari dan dapat melatih siswa dalam mengingat materi yang sudah dipelajari. Untuk itu, dilakukan penelitian untuk mengkaji pengaruh model Discovery Learning terhadap hasil belajar matematika siswa. Adapun tujuan peneliti adalah (1) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa SMP/MTs yang diajarkan dengan model Discovery Learning, (2) untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model Discovery Learning lebih baik dari pada yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi eksperimen. Populasi data penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 3 Babahrot dan sampel diambil secara acak dan hasilnya dipilih kelas VII/A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII/B sebagai kelas kontrol. Data yang dikumpulkan melalui pre-test dan pos-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama diperoleh thitung lebih dari ttabel yaitu 11,8887 > 1,71, dapat disimpulkan bahwa model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, (2) Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua, diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,1191 > 1,68, dapat disimpulkan bahwa hasil Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 14 Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang (Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2020), 70.
belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model Discovery Learning lebih baik dari hasil belajar siswa dengan pembelajaran konvensional. 81
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca dapat membantu guru untuk mempermudah menyampaikan isi dari materi pembelajaran kepada siswa dan dapat membuat siswa antusias dalam menerima materi pembelajaran. interaksi antara guru dengan siswa juga akan semakin membaik. Dengan penggunaan model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca ini siswa akan semakin mudah menyerap materi yang disampaikan oleh guru.
81 Firda Gusvina, Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP/MTs (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry Darussalam, 2018), 89.
97
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis peneliti dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMPN 4 Tanggul. Jadi penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Hasil yang diperoleh dari uji Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) 0,045, hal ini menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMPN 4 Tanggul.
Dengan ditolaknya H0 dan diterimanya Ha maka penelitian ini dapat membuktikan kebenaran hipotesis yaitu terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis literasi membaca terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMPN 4 Tanggul.
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan penelitian yang dikemukakan diatas, peneliti memberikan beberapa saran diantaranya:
1. Bagi sekolah, diharapkan dapat meningkatkan fasilitas yang menunjang proses belajar mengajar sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang baik dan hasil belajar menjadi meningkat.
2. Bagi guru, khususnya guru IPS dapat menerapkan keterampilan model pembelajaran discovery learning berbasis literasi membaca yang lebih luas dan istiqomah/konsisten saat pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan lingkup pengetahuan yang lebih luas lagi.
99
DAFTAR PUSTAKA
Abduloh, dkk. Peningkatan dan Pengembangan Prestasi Belajar Peserta Didik.
Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. 2022.
Ahmad, Susanto. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD).
Jakarta: Grafika, 2016.
Alfitry, Shilfia. Model Discovery Learning dan Pemberian Motivasi dalam Pembelajaran. Bogor: Guepedia. 2020. Https://bit.ly/3AvW9TI.
Al-Qur`an Surat Al-Alaq ayat 1-5. Qur`an Tajwid dan Terjemah. Departemen Agama Republik. Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Amri, Saeful & Rochmah Eliya. Pengaruh Kemampuan Literasi Membaca Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Cirebon: Universitas Muhammadiyah Cirebon. Jurnal Pendidikan Dasar. 2021.
Anwar, Saiful dan Nisa Aisyah Nur Sayidatun. Pembelajaran IPS Berbasis Literasi (Gerakan Literasi Sekolah Tahap Pembelajaran) pada Kelas VIII di SMPN 2 Banyubiru. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Jurnal Sosiolium. 2020.
Apipah, Salisatul. Analisis Kemampuan Koneksi Matematis berdasarkan Gaya Belajar Siswa pada Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik dengan Self Assesment. Klaten: Tahta Media Group. 2021.
Https://bit.ly/3V87QYo.
Assyari, Sularsih, & Husyairi Muhammad. Cakap dan Kreatif Mendidik.
Tasikmalaya: Edu Publisher. 2020. Https://bit.ly/3EMplCR.
Damaianti, Vismaia S. Literasi Membaca: Hasrat Memahami Makna Kehidupan.
Bandung: PT Refika Aditama. 2021.
Diani, dkk, Konsep Dasar IPS. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini. 2021.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Enterprise, Jubile. SPSS untuk Pemula. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
2014.
Gusvina, Firda. Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP/MTs. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry Darussalam. 2018.
Handayani, Hasna, dkk. Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Merak Belantung.
Lampung: FKIP Unila. 2018.
HR, Syamsunie Carsel. Metodologi Penelitian dan Kesehatan. Yogyakarta:
Penebar Media Pustaka. 2018.
Januar, Syafrudin. Pemetaan Mutu Pendidikan pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Komparatif: Status dan Jenjang Pendidikan). Samarinda: Gunawan Lestari. 2021. Https://bit.ly/3EKfi6I.
Komariyah, Siti dan Laili, Ahdinia Fatmala Nur. “Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Hasil Belajar Matematika”. Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika 4, no. 2 (September 2018). Https://bit.ly/3Oq1rFJ.
Ningsih, Siti Wahyu dan Sofiyan Suri, “Hubungan antara Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Hasil Belajar Matematika Siswa UPT SMK Negeri 4 di Kota Tanggerang,” Dian Widya: Jurnal Ilmiah dan Pendidikan 4, no. 5 (Juli 2021).
Nurkholis. Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi, Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 1 (Nopember 2013)
Palupi, Aprida Niken & Widiastuti, Dian Ervina dkk. Peningkatan Literasi di Sekolah Dasar. Madiun: CV. Bayfa Cendekia Indonesia. 2020.
Paryanto. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Pelajaran Passing dalam Permainan Bola Voli. Malang: Ahlimedia Press. 2020. Https://bit.ly/3gloPrn.
Payosi, Ade. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negaeri 14 Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang. Bengkulu: IAIN Bengkulu. 2020.
Prijowuntato, S. Widanarto. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. 2016. Https://bit.ly/3VdlDfi.
Retnaningdyah, Pratiwi, dkk. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2016.
Rofiq, Muhammad Aunur. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills). Semarang: CV. Pilar Nusantara.
2020. Https://bit.ly/3tlT8v5.
Rosardi, Raras Gistha & Supardi. Perencanaan Pembelajaran IPS Integratif.
Sumatra Barat: Insan Cendekia Mandiri. 2021. Https://bit.ly/3hZh375.
Rosyid, Moh Zainul. Mustajab dan Aminol Rosid Abdullah, Prestasi Belajar.
Batu: Literasi Nusantara. 2019. Https://bit.ly/3Xjd5GI.
Sadli, Muhammad & Saadati, Baiq Amira. Analisis Pengembangan Budaya Literasi dalam Meningkatkan Minat Membaca Siswa di Sekolah Dasar.
Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. 2019.
Sari, Putu Ayu Purnama, “Hubungan Literasi Baca Tulis dan Minat Membaca dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia,” Journal For Lesson and Learning Studies 3, no. 1 (April 2020).
Sekretariat Negara Republik Indonesia, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1.
Siyoto, Sandu & Sodik, M. Ali. Dasar Metode Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing. 2015. Https://bit.ly/3Gy7aaQ.
Sudjino, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Sugiarto, Toto. E-Learning Berbasis Schoology Tingkatkan Hasil Belajar Fisika.
Yogyakarta: Cv. Mine. 2020. Https://bit.ly/3TQWNBK.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulalitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2018.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulalitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2018.
Sumardi. Teknik Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Yogyakarta: CV Budi Utama. 2020. Https://bit.ly/3EqGcyT.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2013.
Sutomo, Moh. Pengembangan Kurikulum IPS. Surabaya: Pustaka Radja, 2019.
Tarigan, Henry Guntur. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: CV Angkasa. 2015.
Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: IAIN Jember. 2021.
Utama, Bandi A. M. Pembentukan Karakter Anak Melalui Aktivitas Bermain Dalam Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia.
Wahyudin, Din. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.2009.
Wahyuningrum, Tenia. Buku Referensi Mengukur Usability Perangkat Lunak.
Sleman: CV. Budi Utama, 2021.
Widodo, Hendro. Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: UAD PRESS. 2021.
Https://bit.ly/3AqvNCn.
Yudha, Ratna Putra. Motivasi Berprestasi dan Disiplin Peserta Didik Serta Hubungannya dengan Hasil Belajar. Kalimantan Barat: Yudha English Gallery. 2018.
LAMPIRAN 1
MATRIKS PENELITIAN
JUDUL VARIABEL INDIKATOR VARIABEL SUMBER DATA METODE PENELITIAN RUMUSAN
MASALAH
1 2 3 4 5 6
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbasis Literasi Membaca terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMPN 4 Tanggul
1. Variabel (X):
Pengaruh Model
Pembelajaran Discovery Learning Berbasis Literasi Membaca 2. Variabel (Y):
Hasil Belajar Siswa
1. Variabel (X):
Kecenderungan atau minat membaca siswa dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
2. Variabel (Y): Hasil belajar siswa diambil dari tes formatif.
Populasi: Seluruh siswa kelas VII SMPN 4 Tanggul Sampel:
Kelas VII B dan Kelas VII D SMPN 4 Tanggul
1. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian quasi experimental atau eksperimen semu yang di
desain dengan
menggunakan non- equivalent control group design (Pre Test-Post Test group design).
2. Tempat Penelitian: SMPN 4 Tanggul
3. Teknik Pengumpulan Data: Dokumentasi.
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbasis literasi membaca terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMPN 4 Tanggul?
LAMPIRAN 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Tanggul
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Tema : Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara, Hindu-Buddha, dan Islam
Sub Tema : Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara Kelas / Semester : VII / 2
Materi Pokok : Mengenal Masa Praaksara dan Periodisasi Masa Praaksara
Alokasi Waktu : 2 X 30 Menit (1 x Petemuan) A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
No KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI Kompetensi Pengetahuan
3.4 Memahami kronologi perubahan, dan kesinambungan dalam
3.4.1. Menjelaskan pengertian masa praaksara
3.4.2. Mengidentifikasi periodisasi masa praaksara di Indonesia.
kehidupan bangsa Indonesia pada aspek politik, sosial, budaya, geografis, dan pendidikan sejak masa praaksara sampai masa Hindu-Buddha dan Islam.
3.4.3. Mendeskripsikan nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia
2.4.4. Mendeskripsikan nenek moyang bangsa Indonesia
Kompetensi Keterampilan 4. 4. Menguraikan
kronologi perubahan, dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada aspek politik, sosial, budaya, geografis, dan pendidikan sejak masa praaksara sampai masa Hindu-Buddha dan Islam.
4.4.1. Menguraikan hasil analisis tentang masa praaksara di Indonesia.
4.4.2. Menguraikan hasil analisis tentang periodisasi masa praaksara.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran diharapkan:
1. Siswa mampu menjelaskan pengertian masa praaksara di Indonesia melalui membaca buku paket siswa dengan bahasa baik dan benar.
2. Siswa mampu mengidentifikasi periodisasi masa praaksara di Indonesia melalui membaca buku paket siswa dengan bahasa baik dan benar.
3. Siswa mampu mendeskripsikan nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia melalui membaca buku paket siswa dengan bahasa baik dan benar.
4. Siswa mampu mendeskripsikan nenek moyang bangsa Indonesia melalui membaca buku paket siswa dengan bahasa baik dan benar.
5. Siswa mampu menguraikan hasil analisis tentang masa praaksara di Indonesia melalui membaca buku paket siswa dengan bahasa baik dan benar.
6. Siswa mampu mmenguraikan hasil analisis tentang periodisasi masa praaksara di Indonesia melalui membaca buku paket siswa dengan bahasa baik dan benar.
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Pembelajaran Reguler a. Mengenal Masa Praaksara
Praaksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa praaksara adalah masa sebelum manusia mengenal tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara dikenal pula dengan masa prasejarah.
b. Periodisasi Masa Praaksara a) Periodisasi secara Geologis
1) Zaman Arkhaikum merupakan zaman tertua, zaman ini berlangsung kira-kira sejak 2.500 juta tahun yang lalu. Pada waktu itu kulit bumi masih sangat panas, sehingga belum terdapat kehidupan diatasnya.
2) Zaman Palaeozoikum merupakan zaman kehidupan tua, berlangsung kira-kira sejak 340 juta tahun yang lalu. Zaman inisudah ditandai dengan munculnya tanda-tanda kehidupan, antara lain munculnya binatang-binatang kecil yang tidak bertulang punggung, berbagai jenis ikan, amfibi dan reptil.
3) Zaman Mesozoikum merupakan zaman kehidupan pertengahan, berlangsung sejak kira-kira 140 juta tahun lalu.Pada zaman ini, kehidupan di bumi makin berkembang.Binatangbinatang mencapai bentuk tubuh yang besar sekali. Kita mengenalnya sebagai Dinosaurus. Di samping itu, juga mulai muncul berbagai jenis burung. Zaman mesozoikum disebut pula dengan zaman reptil karena pada zaman ini jenis binatang reptil yang paling banyak ditemukan.
4) Zaman Neozoikum atau Kenozoikum merupakan zaman kehidupan baru, berlangsung sejak kira- kira 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini dibagi menjadi dua, yaitu zaman tertier dan
zaman kuartier.
b) Periodisasi secara Arkeologis
Zaman Batu adalah zaman ketika sebagian besar perkakas penunjang kehidupan manusia terbuat dari batu. Berdasarkan hasil temuan alat-alat yang digunakan dan dari cara pengerjaannya, zaman batu dibagi menjadi tiga, yaitu Palaeolithikum, Mesolithikum, dan Neolithikum.
Zaman Logam. Pada zaman ini, manusia tidak hanya menggunakan bahan-bahan dari batu untuk membuat alat-alat kehidupannya, tetapi juga mempergunakan bahan dari logam, yaitu perunggu dan besi. Menurut perkembangannya, zaman logam dibedakan menjadi tiga, yaitu zaman perunggu, zaman tembaga dan zaman besi. Indonesia hanya mengalami dua zaman logam, yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Benda- benda yang dihasilkan pada zaman ini antara lain adalah kapak corong (kapak yang menyerupai corong), nekara, moko, bejana perunggu, manik-manik, cendrasa (kapak sepatu).
c) Periodisasi berdasarkan perkembangan kehidupan
Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masa berburu makanan dibagi menjadi dua tingkat, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
Masa Bercocok Tanam
Masa bercocok tanam diperkirakan semasa dengan zaman Neolithikum. Pada masa ini, peradaban manusia sudah mencapai tingkatan yang cukup tinggi. Manusia sudah memiliki kemampuan mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan bercocok tanam dan mengembangbiakan binatang ternak. Manusia sudah hidup menetap dan tidak lagi berpindah- pindah seperti halnya pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan. Mereka hidup menetap karena persediaan makanan sudah tercukupi.
Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan akhir masa praaksara di Indonesia. Kata perundagian berasal dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan, atau pembuatan sampan. Masa perundagian diperkirakan semasa dengan zaman perunggu. Pada masa ini, peradaban manusia sudah maju tingkatannya.Teknologi pembuatan alat-alat atau perkakas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan masa sebelumnya.
c. Nilai-Nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia a) Nilai Religius (Kepercayaan)
b) Nilai Gotong Royong c) Nilai Musyawarah d) Nilai Keadilan
e) Tradisi Bercocok Tanam f) Tradisi Bahari (Pelayaran) d. Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Kedatangan dan persebaran nenek moyang bangsa Indonesia di Nusantara. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan. Mereka termasuk rumpun bangsa Austronesia yang masuk ke Indonesia secara bergelombang dan bertahap. Bangsa Austronesia yang masuk ke Indonesia disebut bangsa Melayu yang dibedakan menjadi dua macam, yaitu bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu.
Paul dan Fritz Sarasin (Sarasin bersaudara) mengemukakan bahwa penduduk asli Indonesia adalah suatu ras yang berkulit gelap dan bertubuh kecil. Ras ini pada awalnya mendiami Asia Bagian Tenggara
yang saat itu masih bersatu sebagai daratan pada zaman es atau periode glasial. Namun, setelah periode es berakhir dan es mencair, maka dataran tersebut kemudian terpisah oleh lautan yaitu laut China Selatan dan laut Jawa. Akibatnya, daratan yang tadinya bersatu kemudian terpisah menjadi daratan utama Asia dan Kepulauan Indonesia.
Penduduk asli tinggal di daerah pedalaman dan penduduk pendatang tinggal di daerah pesisir. Penduduk asli inilah yang disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin. Orang Vedda kemudian menyebar ke timur dan mendiami wilayah Papua, Sulawesi Selatan, Kai, Seram, Timor Barat, Flores Barat, dan terus ke timur sampai Kepulauan Melanesia. Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra dan Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka diyakini mempunyai hubungan erat dengan dan orang Vedda.
Ras lain yang menghuni kepulauan Indonesia adalah Proto Melayu dan Deutro Melayu. Ciri-ciri fisik mereka adalah rambut lurus, kulit kuning kecoklatan-coklatan, dan bermata sipit. Proto Melayu dan Deutro Melayu tiba di kepualauan Indonesia dalam dua gelombang kedatangan. Gelombang kedatangan pertama adalah Proto Melayu (Melayu Tua), mereka dianggap sebagai kelompok melayu Polinesia yang bermigrasi dari wilayah Cina Selatan (sekarang menjadi Provinsi Yunnan).Proto Melayu bermigrasi ke wilayah Nusantara melalui dua jalur yaitu jalur barat dan timur. Jalur barat bermula dariYunnan (Cina Bagian Selatan) masuk ke Indochina, kemudian masuk ke Siam, Semenanjung Melayu, Sumatra dan akhirnya menyebar ke pulau-pulau di Indonesia. Jalur timur melewati Kepulauan Ryukyu Jepang. Dari sana mereka mengarungi lautan menuju Taiwan, Filipina, Sangir, dan masuk ke Sulawesi.
Proto Melayu membawa perkakas dari batu berupa kapak persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi dibawa oleh Proto Melayu yang bermigasi melalui jalur barat, sedangkan kapak lonjong dibawa oleh