Siklus II: Pertemuan I, II, dan III
2. Pembahasan
Hasil uji ANCOVA menunjukkan bahwa kepribadian dosen pada tipe Opennes dan Conscientiousness tidak memengaruhi prestasi belajar mahasiswa di mana pengaruh yang disebabkan oleh tipe kepribadian hanya 10%. Hasil tersebut lebih kecil dari pengaruh pada kemampuan awal (prior knowledge) yang telah dimiki oleh mahasiswa, yakni sebesar 31,4%, dan selebihnya dipengaruh oleh variabel yang lain.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Dost and Hafshejani mengatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata initial and secondary score siswa yang diajar oleh guru yang mempunyai kepribadian tipe extrovert. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan tes kepribadian kedua dosen pengampu mata kuliah didapat kepribadian dosen dengan tipe yang berbeda, yakni Opennes dan Conscientiousness. Hal ini juga menjadi salah satu gap dalam penelitian, selain model pembelajaran luring dan daring.
Hasil penelitian memiliki simpulan yang berbeda dengan penelitian terdahulu yakni tidak ada pengaruh tipe kepribadian dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa pada pembelajaran daring. Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu kemungkinan bisa disebabkan beberapa hal, yaitu tipe kepribadian yang berbeda dan bentuk pembelajaran yang dilaksanakan secara daring. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Big Five Personality yang dimiliki oleh pengajar membawa pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar.
Simpulan
Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kepribadian dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa pada pembelajaran daring.
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur peneliti panjatkan pada Allah Swt. yang telah memberikan rahmat berupa kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan artikel ini.
Pada kesempatan kali ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pimpinan STKIP PGRI Jombang yang telah memberikan kesempatan pada kami untuk melaksanakan penelitian yang didanai oleh lembaga. Selain itu, kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada P3M yang telah mendampingi kami selama melaksanakan penelitian.
117 Referensi
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan di Indonesia. https://ainamulyana.blogspot.com/2018/06/undang- undang-uu-nomor-20-tahun
2003.html#:~:text=Menurut%20Undang%2DUndang%20(UU),memiliki%20keku atan%20spiritual%20keagamaan%2C%20pengendalian, [diakses: 2020-July-20].
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementrian Keuangan Republik Indoenesia. (Online), (http.jdih.kemenkeui.go.id), diakses: 2020-Juni-8.
Syarifuddin . 2020. Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Kelas di SD IT Ihsanul Amal. Jurnal Pendidikan Nonformal Universitas Negeri Gorontalo.
https://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/AKSARA/index [diakses: 2020-Agustus- 24].
Suryabrata, S. 1998.https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-prestasi/.
[diakses: 2020-Agustus-2020].
Dost, IN, Bohloulzadeh, G, Hafshejani, NK. 2017. The Impact of Teachers’
Personality on Senior High School EFL Learners’ General English Achievement.
International Journal of English Literature and Social Sciences, 2(3), 77–93.
http://doi.org/10.24001/ijels.2.3.9 [diakses: 2020-Agustus-21].
Ariyani, I. D. 2016. Pengaruh Kompetensi Keprobadian Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas IV dan V [Skripsi]. tidak diterbitkan. Yogyakarta, Indonesia:
PAK UGY.
Candrawaty, M. 2020. Lecture’s Personality On EFL Students’ Engagement. [Thesis].
tidak diterbitkan. Jombang, Indonesia: STKIP PGRI Jombang.
118
PENINGKATAN KUALITAS SDM GURU MELALUI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENUJU ERA SOCIETY 5.0
I Komang Sukendra1, Putu Dessy Fridayanthi2
1,2 Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Denpasar, Indonesia
Abstrak
Pengembangan SDM merupakan upaya peningkatan kualitas tenaga kependidikan melalui pendidikan dan pelatihan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam pengembangan pendidikan guru dan meningkatkan SDM pada bidang pendidikan dalam memasuki era society 5.0. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Untuk peningkatan SDM guru diperlukan pembinaan secara nasional yang berkelanjutan, sehingga mampu menjawab tantangan menghadapi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0. Untuk menjawab tantangan dalam dunia pendidikan diperlukan kecakapan hidup abad 21. Untuk menghasilkan SDM yang unggul dengan beradaptasi di era society 5.0 diperlukan adanya kebijakan berkaitan dengan (1) standardisasi kualifikasi akademik guru minimal S1 yang harus sesuai antara disiplin ilmu guru dengan mata pelajaran yang diampunya, (2) pengembangan diri guru agar menjadi kompeten, profesional, dan berkualitas melalui berbagai pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan saat ini, (3) pengangkatan guru untuk memenuhi kekurangan jumlah guru terutama di daerah-daerah terpencil, dan (4) upah guru yang harus sesuai agar kebutuhan hidup guru terpenuhi dan dapat fokus dengan pekerjaan profesionalnya. Terdapat dua jenis pengembangan SDM, yaitu: pengembangan SDM secara formal dan secara informal.
Kata Kunci: kualitas SDM, Pendidikan, pengembangan, era industri4.0, era society 5.0
Pendahuluan
Pendidikan dipercaya sebagai salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam pembangunan untuk kemajuan suatu bangsa. Peranan pendidikan sangat penting dan strategis di dalam pembangunan karakter bangsa. Hal tersebut telah diakui sejak dirumuskannya UUD 1945. Kemampun yang dimiliki oleh guru merupakan sarana bagi pemahaman diri dan lingkungan, upaya adaptasi dan partisipasi dalam perubahan, pelaku utama bagi perubahan dan memiliki orientasi prediktif dan antisipatif. Dengan demikian, Sumber Daya Manusia (SDM) guru dapat menjadi panutan bagi yang lainya dan memiliki andil dalam membangun masyarakat. Untuk itu, SDM guru harus memiliki keunggulan partisipatif bagi terwujudnya transformasi sosial yang menyeluruh. Namun, kenyataan yang ada di lapangan justru SDM guru masih belum sesuai dengan harapan untuk menuju era society 5.0.
119 Society 5.0 merupakan kecerdasan buatan yang memperhatikan sisi kemanusiaan yang berhubungan dengan semua bidang kehidupan yang diharapkan menjadi suatu kearifan baru dalam tatanan bermasyarakat (Nastiti et al., 2020). Konsep tersebut diadopsi pemerintah Jepang sebagai antisipasi dari gejolak dan disrupsi akibat revolusi industri 4.0 yang telah memunculkan berbagai inovasi dalam dunia industri, sehingga menyebabkan ketidakpastian yang kompleks. Era disrupsi dan VUCA (volatility, uncertainty, complexity, and ambiguity) membuat Jepang harus membangun konsep yang menonjolkan sisi kemanusiaan pada alat-alat teknologi yang dibuatnya. Era disrupsi yang dimaksud adalah fenomena munculnya teknologi digital yang mengubah kebiasaan masyarakat dari dunia nyata beralih ke dunia maya (Nurjani, 2018). Sementara itu, VUCA adalah perubahan-perubahan yang begitu cepat, tidak dapat diduga, faktor yang memengaruhinya sangat banyak, sehingga sulit dikontrol atau dikendalikan dan kebenaran serta realitas menjadi amat subjektif. Untuk menyiapkan perkembangan teknologi di era society 5.0 dalam memprioritaskan kualitas guru dalam mendesain kurikulum yang sesuai.
Saat ini, kita menghadapi revolusi industri ke empat yang dikenal dengan Revolusi Industri 4.0. Ini merupakan era inovasi disruptif, di mana inovasi ini berkembang sangat pesat, sehingga mampu membantu terciptanya pasar baru.
Inovasi ini juga mampu mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada dan lebih dahsyat lagi, mampu menggantikan teknologi yang sudah ada (Sabri, 2019). Era Pendidikan 4.0 merupakan tantangan yang sangat berat dihadapi pendidik.
Peningkatan sumber daya manusia dalam persaingan di kancah internasional saat ini ada dua prioritas yakni: pertama, proses penggunaan, pembelajaran, dan pencetakan karakter mahasiswa di dalam perguruan tinggi. Kedua, pendidikan Indonesia harus mulai merdeka dalam belajar dan menjadikan guru sebagai penggerak. Dalam menjalankan proses Pendidikan tidak hanya berfokus kepada kecerdasan buatan melalui konektivitas di segala hal, tetapi juga berfokus kepada komponen manusia sebagai motor penggerak Pendidikan (Krismiyati, 2017). Tanpa disadari, pendidikan kita saat ini sudah masuk ke dalam era society 5.0 yang menawarkan masyarakat yang berpusat pada keseimbangan. Masyarakat 5.0 adalah masyarakat di mana berbagai kebutuhan yang dibedakan dan dipenuhi dengan menyediakan produk dan layanan yang diperlukan dalam jumlah yang memadai kepada orang-orang yang membutuhkannya pada saat mereka membutuhkannya, dan di mana semua orang dapat menerima layanan berkualitas tinggi dan kehidupannya yang nyaman serta penuh semangat (Sabri, 2019).
Masyarakat 4.0 adalah masyarakat informasi yang menyadari peningkatan nilai tambah dengan menghubungkan aset tidak berwujud sebagai jaringan informasi.
Dalam evolusi ini, Masyarakat 5.0 adalah informasi masyarakat yang dibangun di atas Masyarakat 4.0, yang bertujuan untuk masyarakat miskin yang makmur.
Berdasarkan hasil pengamatan, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas guru di Indonesia, yaitu: kualifikasi pendidikan guru belum memenuhi standar D4/S1, pengembangan diri dari internal dan eksternal yang kurang diperhatikan, pengangkatan dan rekrutmen guru yang terkesan
120
sembarangan, dan upah guru yang tidak sebanding dengan tugasnya. Oleh karena itu, seharusnya guru mempunyai potensi sosial yang adaptif dan transformatif dalam mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di dalam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Tugas guru bukan hanya mentransfer ilmu, namun lebih menekankan pendidikan karakter yang berupa akhlak, moral, etika, dan keteladanan, sebab jika hanya berkaitan dengan transfer ilmu maka hal tersebut dapat digantikan oleh teknologi (Mufidah, 2019). Guru harus mengajarkan bagaimana peserta didik mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah yang kompleks, kemampuan untuk bisa berpikir secara kritis, dan kemampuan untuk berkreativitas, sehingga perlu adanya peningkatan pengembangan kualitas SDM guru.
Sebagai agen konservatif, pendidikan secara operasional praktis melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada penanaman dan pelestarian nilai- nilai sosial-budaya asli yang memiliki ketangguhan dan ketahanan. Sebagai agen inovatif, pendidikan memiliki peran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, mendesiminasikan, mensosialisasikan, dan mengaplikasikannya. Sebagai agen perubahan, pendidikan memiliki konsekuensi terhadap aplikasi dari produk inovasi pendidikan, sehingga pendidikan menjadi katalisator bagi terjadinya transformasi sosial (Masyarakat, 2013). Pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa sekarang, melainkan bersifat dinamis dan antisipatif bagi terjadinya perubahan.
Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana (UU No. 20 Tahun 2003). Selanjutnya, dinyatakan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Peran penting dan strategis pada bidang pendidikan, maka pengembangan sumber daya manusia pada bidang ini menjadi tuntutan, baik tuntutan yuridis formal dan teknis operasionalnya maupun tuntutan penguasaan teoretis dan praktik empiris.
Sekolah dan perguruan tinggi harus mengambil peran dalam menyiapkan lulusannya agar kompeten dan mampu memasuki lapangan kerja yang dibutuhkan dunia kerja saat ini. Bidang pendidikan harus direvolusi dan berorientasi pada pembelajaran yang lebih modern. Society 5.0 dibuat sebagai solusi dari Revolusi 4.0 yang ditakutkan akan mendegradasi umat manusia dan karakter manusia. Di era Society 5.0 ini nilai karakter harus dikembangkan, empati dan toleransi harus dipupuk seiring dengan perkembangan kompetensi yang berpikir kritis, inovatif, dan kreatif [8]. Society 5.0 bertujuan untuk mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik menjadi satu, sehingga semua hal menjadi mudah. Pada Era Society 5.0 pekerjaan dan aktivitas manusia difokuskan pada Human-Centered yang berbasis pada teknologi. Namun, jika manusia tidak mengikuti perkembangan teknologi dan pengetahuan, maka Society 5.0 masih sama saja dengan era disrupsi yang seperti pisau bermata dua. Pada satu sisi dapat menghilangkan lapangan kerja yang telah ada, namun juga mampu menciptakan lapangan kerja baru. SDM Indonesia harus
121 meningkatkan kualitasnya dan selalu untuk melakukan inovasi-inovasi, sehingga melahirkan berbagai kreasi yang memberikan kontribusi bagi kemajuan lingkungan dan masyarakat umumnya (Sabri, 2019).
Secara bertahap Indonesia mulai berbenah pada pengembangan guru dengan dikeluarkannya kebijakan yang mengharuskan guru mempunyai kualifikasi akademik yang sesuai dengan tuntutan perundangan yang berlaku. Hal yang paling penting yang harus dipersiapkan untuk menyongsong era society 5.0 adalah kompetensi yang mampu memecahkan masalah-masalah dengan pendekatan humanisme. Salah satu cara untuk menyongsong dan menghadapinya adalah dengan memperbaiki kualitas guru yang harus berada di barisan terdepan dalam pendidikan. Kemajuan teknologi yang cepat dan masif mengharuskan sektor pendidikan untuk dapat beradaptasi terhadap digitalisasi sistem pendidikan yang perlu dikemas dan dipersiapkan secara matang (Mufidah, 2019).
Banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan di era society 5.0 ini, termasuk yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai gerbang utama dalam mempersiapkan SDM unggul. Dalam menghadapi era society 5.0, dunia pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas SDM. Pendidikan nasional berbasis teknologi dan infrastruktur yang memadai diharapkan dapat menciptakan sekolah dan ataupun kelas masa depan (Nastiti et.al., 2020). Untuk peningkatan sumber daya manusia, baik guru maupun kepala sekolah, diperlukan pembinaan baik lokal maupun internasional yang berkelanjutan, sehingga mampu menjawab tantangan dunia industri atau menghadapi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0. Guru diharapkan menjadi pribadi yang kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi, serta menjadi suri teladan, menghasilkan SDM unggul dengan beradaptasi di era society 5.0.
Sebagai pendidik di era society 5.0, para guru harus memiliki keterampilan di bidang digital dan berpikir kreatif. Di era masyarakat 5.0, guru dituntut untuk lebih inovatif dan dinamis dalam mengajar di kelas (Sabri, 2019). Tenaga pendidik di abad society 5.0 ini harus menjadi guru penggerak yang mengutamakan murid dibandingkan dirinya, inisiatif untuk melakukan perubahan pada muridnya, mengambil tindakan tanpa disuruh, terus berinovasi, serta keberpihakan kepada peserta didik. Dengan adanya perubahan ini, banyak yang mempertanyakan apakah peran guru dapat tergantikan oleh teknologi? Namun, ada peran guru yang tidak ada di teknologi, di antaranya interaksi secara langsung di kelas, ikatan emosional guru dan siswa, penanaman karakter dan modeling/teladan guru (Ningrum, 2016).
Tujuan dari penelitian ini: (1) untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam pengembangan pendidikan guru dalam memasuki era society 5.0, (2) untuk mengetahui tantangan guru dalam meningkatkan SDM pada bidang pendidikan, (3) untuk mengetahui kualitas pendidikan guru dalam memasuki era society 5.0.
Dengan demikian, masyarakat masa depan akan menjadi masyarakat di mana nilai- nilai dan layanan baru diciptakan terus-menerus, membuat kehidupan manusia lebih selaras dan berkelanjutan. Dalam menciptakan masyarakat untuk
122
menyelesaikan berbagai permasalahan dan tantangan sosial dengan memasukkan inovasi revolusi industri 4.0, menuju era society 5.0.
Metode
Lokasi penelitian yang dilakukan bertempat di SMA Negeri 7 Denpasar yang beralamat di Jalan Kampboja Nomor 9 Denpasar, Bali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Pada penelitian ini, mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis melalui perhitungan angka-angka. Dalam penelitian ini, jenis dan sumber data yang digunakan ialah data primer maupun data skunder yang dapat dianalisis dengan model analisis data Spradley, yaitu meliputi analisis domain, analsisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema.
Hasil dan Pembahasan