Siklus II: Pertemuan I, II, dan III
2. Pembelajaran Siklus II
68
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Keadaan awal Siklus I
Skor rata-rata Persentase ketuntasan
Besarnya peningkatan pada siklus I dengan tes sebelumnya sebagai berikut.
1. Dari segi nilai rata-rata mengalami peningkatan sebesar = 41,2%
2. Dari segi ketuntasan mengalami peningkatan sebesar = 17,6%
Karena pada siklus I ketuntasan klasikalnya belum mencapai 85%, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II.
69 Pendahuluan
a. Guru membuka pelajaran.
b. Guru melakukan apersepsi.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing (discovery) dan memotivasi siswa.
Kegiatan inti
a. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 – 5 anak.
b. Guru memberikan stimulus berupa penjelasan pengertian bangun balok.
c. Guru membagikanseperangkat pembelajaran yang meliputi LKS berkode i, ii, dan iii dan peralatan yang dibutuhkan.
d. Membimbing penemuan yaitu dengan cara guru mengarahkan siswa untuk menyelesaikan LKS yang dibagikan secara kelompok, guru berkeliling mengawasi dan membimbing/menjelaskan kelompok yang mengalami kesulitan dan guru memotivasi siswa untuk melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing.
e. Mempresentasikan hasil, caranya guru menyuruh salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil temuan kelompoknya, kemudian guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil yang dipresentasikan, guru menganalisis dan mengevaluasi hasil presentasi siswa.
f. Guru memberikan soal dibuku paket dan membahas soal yang dirasa sulit.
Penutup.
a. Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman.
b. Guru memberi tugas/pekerjaan rumah kepada siswa.
c. Guru memotivasi siswa agar di rumah memelajari materi yang akan disampaikan pada pertemuan yang akan datang.
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan hari Senin tanggal 6Mei 2013 selama 2 x 40 menit yang diawali dengan membahas PR yang dianggap sulit oleh siswa, sebagian besar siswa sudah mengerjakan PR, ada 4 anak yang tidak mengerjakan PR karena merasa kesulitan. Siswa sudah mulai terlibat dalam pembelajaran. Mereka memberikan tanggapan terhadap hasil PR temannya yang dikerjakan di papan tulis. Adapun materi selanjutnya berisi tentang penyampaian submateri pokok menemukan dan menghitung luas permukaan dan volume balok.
Semua kegiatan inti pada pertemuan kedua dilaksanakan sama dengan pertemuan yang pertama.
70
Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga pada siklus II dilaksanakan hari Selasa tanggal 7 Mei 2013 selama 2 x 40 menit, berisi tentang tes akhir siklus II. Semua dilaksanakan melalui implementasi model penemuan terbimbing (discovery) sebagai berikut.
Pendahuluan
a. Guru membuka pelajaran.
b. Guru menginformasikan tata cara mengerjakan tes (bahwa tes dilakukan dua gelombang. Gelombang I adalah siswa-siswa dengan nomor absen ganjil dan gelombang II dengan nomor absen genap) dan waktu yang tersedia (untuk masing-masing gelombang 35 menit).
Kegiatan inti
a. Guru memberikan perintah siswa yang bernomor ganjil untuk tetap dikelas dan siswa yang bernomor genap untuk keluar kelas.
b. Guru membagi soal dan meminta siswa untuk mulai mengerjakannya.
c. Guru menginformasikan bahwa waktu mengerjakan tes telah habis dan meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka dan meminta siswa yang bernomor genap untuk ganti masuk kelas.
d. Guru membagi soal dan meminta siswa untuk mulai mengerjakannya.
e. Guru menginformasikan bahwa waktu mengerjakan tes telah habis dan meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka.
Penutup
Guru mengucapkan salam.
Observasi
Observasi yang dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP menggunakan model penemuan terbimbing (discovery) melalui media kertas pada sub-pokok bahasan Kubus dan Balok (luas dan volume) di SMP Negeri 4 Pasuruan dilakukan oleh peneliti/guru kelas dan dibantu seorang rekan peneliti (pengamat) selama pembelajaran berlangsung.
Refleksi
Pada siklus II ini seluruh siswa hadir dalam pembelajaran dan saat menyelesaikan LKS semua siswa sudah aktif. Dalam kerja kelompok hampir semua siswa sudah berpartisipasi aktif ambil bagian dalam berdiskusi. Pada saat satu kelompok menyajikan hasil temuan kelompoknya banyak siswa yang sudah memperhatikan dan bahkan memberikan tanggapan.
Selain itu, guru sudah dapat melakukan pembelajaran melalui implementasi metode discovery dengan baik. Akibatnya, pada saat siswa berdiskusi kelompok waktunya tidak berlarut-larut dan bahkan lebih cepat dari waktu yang disediakan, apalagi LKS yang dibagikan sudah berkode sehingga menyebabkan siswa dapat
71 menyelesaikannya dengan cepat. Pada tahap siswa mempresentasikan hasil temuan kelompoknya semua kelompok sudah menyelesaikan LKS. Pada siklus II guru sudah dapat mengelola waktu dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis tes evaluasi akhir siklus II diperoleh skor rata-rata 85,70 dengan skor paling rendah 63 dan skor tertinggi 100 serta siswa yang memperoleh skor ≥ 73 ada 30 siswa (88,2%). Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram ketuntasan siswa akhir siklus II berikut.
Kesimpulan Siklus 2
Ada peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan pembelajaran discovery dengan media kertas pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar kubus dan balok di kelas VIII SMP 4 Negeri Pasuruan dilihat dari hasil hasil akhir siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 71,22 dengan persentase ketuntasan 64,71%, sedangkan dari hasil akhir siklus II rata-rata hasil belajar siswa adalah 85,70 dengan persentase ketuntasan 88,24%. Berikut diagramnya.
Diagram 4: Ketuntasan hasil belajar siswa akhir siklus II
Diagram 5: Hasil belajar siswa (Siklus I dengan Siklus II)
72
Besarnya peningkatan pada siklus II dengan siklus I sebagai berikut.
1. Dari segi nilai rata-rata mengalami peningkatan sebesar = 55,9%
2. Dari segi ketuntasan mengalami peningkatan sebesar = 23,5%
Karena pada siklus II ketuntasan klasikalnya sudah mencapai lebih dari 85%, maka penelitian ini sudah selesai dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.
Berikut diagram peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa pada keadaan awal pada siklus I dan pada siklus II.
Dari hasil pengumpulan data siklus I dan Siklus II selama penelitian, diperoleh dua kelompok data hasil tes siswa, yaitu:
1. Post-Tes I 2. Post-Tes II
Data hasil post-test I dan post-tes II yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.
a. Perhitungan Pengujian Hipotesis
No. Nama Siklus 1 ( x )
Siklus 2
( y ) = x - y
Jumlah 2422 2914 533 3281,5
Diagram 6. Hasil belajar siswa (Keadaan Awal, Siklus I dan Siklus II)
Sumber: diolah sendiri
73 b. Analisis untuk Post-Test I dan Post-Test II
Untuk mengetahui perbedaan pada siklus I dan Siklus II a) Menghitung rata-rata selisih (gain).
D =
= = 15,7
b) Menghitung standar deviasi gabungan.
SD = =
= = 9,8
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada siklus I dan siklus II di uji dengan menggunakan uji-t.
t hitung = = = = = 8,6
Taraf signifikasi yang digunakan dalam penilitian ini adalah 5% ( = 0,05) dan db = n – 1 = 34 -1 = 33 diperoleh:
thitung = 8,6
ttabel = 2,03951= 2,04 jadi – 2,04 > 8,6 > 2,04
Sehingga, ada perbedaan hasil belajar siswa dan jika dikaitkan dengan nilai KKM (dari perhitungan nilai rata-rata, uji ketuntasan) yang meningkat, maka dapat disimpulkan ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model discovery dengan media kertas pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar (menghitung luas, volume kubus dan balok) kelas VIII di SMP Negeri 4 PasuruanTahun Pelajaran 2012/2013.
Simpulan
Langkah-langkah pembelajaran discovery dengan media kertas adalah guru memberikan permasalahan kepada siswa, guru mengoorganisasikan siswa untuk belajar berkelompok, guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam proses menemukan rumus melalui media kertas (proses diskusi dalam penemuan) untuk menyelesaikan soal LKS, guru mendorong siswa untuk mempersentasikan hasil kerjanya, guru memberikan soal latihan dan membahas soal yang dirasa sulit oleh siswa, guru melakukan refleksi bersama siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
74
Ketuntasan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan pembelajaran discovery dengan media kertas pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar kubus dan balok di kelas VIII SMP 4 Negeri Pasuruan pada keadaan awal sebsar 47%, pada siklus I sebesar 64,71% dan pada siklus II sebesar 88,24%.
Ada peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan pembelajaran discovery dengan media kertas pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar kubus dan balok di kelas VIII SMP 4 Negeri Pasuruan dilihat dari hasil tes keadaan awal rata-rata hasil belajar siswa adalah 64,2 dengan persentase ketuntasan 47%, hasil akhir siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 71,22 dengan persentase ketuntasan 64,71 %, sedangkan pada hasil tes akhir siklus II rata-rata hasil belajar siswa adalah 85,70 dengan persentase ketuntasan 88,24%.
Berdasarkan uraian hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa melalui implementasi model discovery dengan media kertas dapat meningkatkan hasil belajar materi pokok bangun ruang sisi datar kubus dan balok siswa kelas VIII A SMP Negeri 4 Pasuruan tahun pelajaran 2012/2013.
75 Referensi
Amaliyyah, Khusniyatul. 2011. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang di Kelas VIII Semester Genap SMPN 10 Pasuruan. Skripsi tidak Diterbitkan.
Pasuruan: STKIP PGRI Pasuruan.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurlaila. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Discovery Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Kelas VII di MTs Negeri Pasuruan Pada Materi Pokok Bahasan Segitiga. Skripsi tidak diterbitkan. Pasuruan: STKIP PGRI.
Sadieman. 2007. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensindo.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugijono. 2008. Matematika Untuk SMP Kelas VIII Semester 2. Jakarta: Erlangga.
Sugijono. 2008. Seribu Pena Matematika Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta:
Erlangga.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Research and Development). Bandung: Alfabeta, CV.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning). Jakarta: Cerdas Pustaka.
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wahyuni, Tri. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: BSE Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
76
PELUANG DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN DIGITAL DI ERA INDUSTRI 4.0 MENUJU ERA 5.0
Prima Vidya Asteria1, Alamsyah2
1 Universitas Negeri Surabaya, Indonesia
2 A Irtiqo’ IIBS Malang, Indonesia
Abstrak
Tulisan ini menyajikan hasil tinjauan literatur tentang kontribusi blended learning (BL) dalam pembelajaran bahasa rentang 2000—2020. Tujuan studi literatur ini yaitu: (1) memaparkan konsep BL, (2) memaparkan tren pengajaran bahasa berbasis BL pada 2000- 2020, dan (3) memaparkan dampak BL dalam pembelajaran bahasa. Literatur diperoleh melalui pencarian karya ilmiah melalui portal sciencedirect.com. Blended learning merupakan pembelajaran campuran sebagai kombinasi pengajaran tatap muka dengan e- learning dengan dua jenis pengajaran (sinkron dan asinkron). Pada awal Oktober 2020 diketahui bahwa tren paper tentang BL dalam pembelajaran asing sejumlah 5.120 tulisan dengan puncak perkembangan pada tahun 2015 dengan jumlah 494 artikel (lebih dari enam kali lipat dari awal 2000). Jenis publikasi ilmiah yang dihasilkan juga bervariasi mencakup artikel penelitian (67%), bab buku (15%), artikel review (6%), dan sisanya adalah berbagai jenis publikasi lainnya. Banyak komponen kebahasaan yang menjadi objek kajian artikel ilmiah bertopik BL dalam pembelajaran bahasa, dua yang populer adalah keterampilan menulis dan membaca. Dampak positif BL dalam pembelajaran bahasa yaitu meningkatkan motivasi belajar, kepercayaan diri, dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: blended learning, pembelajaran bahasa, karya ilmiah
Pendahuluan
Globalisasi dan teknologi terus menggeser pandangan tentang pendidikan dan pembelajaran. Hal ini tentu membuka peluang yang lebih luas bagi guru tentang cara mengajar yang menarik, juga sekaligus peluang bagi siswa untuk belajar dengan menyenangkan.
Dalam dua dekade terakhir, pembelajaran berbasis teknologi menjadi tren yang kian berkembang di dunia pendidikan di seluruh dunia. Salah satu wujud inovasi pembelajaran adalah blended learning (selanjutnya disebut BL). BL merupakan pembelajaran campuran yang menggabungkan praktik pembelajaran pendidikan tradisional dengan pendidikan berbasis teknologi modern (Yalkincaya, 2015).
BL merupakan pembelajaran campuran sebagai kombinasi pengajaran tatap muka dengan e-learning. Ada dua jenis pengajaran dasar yang dapat digabungkan
77 dalam BL, yaitu pengajaran sinkron dan asinkron. Proses pembelajaran sinkron berlangsung secara real time, semua peserta menerima pengalaman yang disajikan secara bersamaan dan mereka dapat saling berinteraksi. Pengajaran asinkron biasanya diterapkan pada waktu yang berbeda untuk siswa yang berbeda. Mereka dapat memilih kecepatan dan cara menerima pengalaman, tetapi mereka tidak dapat berinteraksi satu sama lain dalam waktu nyata.
BL bertujuan untuk menyusun komposisi pengalaman belajar yang efektif fleksibilitas dalam waktu dan lingkungan belajar (Otto, 2003; Krause, 2007;
Hubackova, 2011). BL menggabungkan keunggulan e-learning dan pembelajaran tradisional (pengajaran di kelas). Fleksibilitas e-learning terkait dengan komponen sosial pengajaran tatap muka. Dalam metode ini metode pembelajaran lama dan baru dipadukan secara lebih teknis.
Berikut adalah perbedaan antara pembelajaran tradisional dengan e- learning. Terdapat kontak sosial yang baik antara siswa dan guru dalam pembelajaran tradisional. Guru dapat segera melakukan interferensi terhadap proses apapun yang berlangsung selama pembelajaran. Sedangkan, siswa menjadi lebih percaya diri sebagaimana adanya kesempatan untuk bertanya kepada guru ketika mereka menemui masalah yang berkaitan dengan kursus mereka, mereka dapat meminta setiap detail untuk dijawab kepada guru. Reaksi langsung mungkin dilakukan sesuai dengan sikap siswa. Siswa yang lebih tua menyukai metode lama dan merasa lebih mudah dengan bentuk tradisional. Pembelajaran jenis ini dapat menumbuhkan motivasi karena guru membimbing siswa dan siswa memiliki kesempatan yang baik untuk menanyakan setiap pertanyaan saat dia belajar.
Akan tetapi, dalam pembelajaran e-learning sangat berbeda, antara lain (1) Bahan ajar harus didigitalkan, (2) Guru dan siswa terhubung secara online dan harus terhubung satu sama lain, materi harus tersedia di platform internet, (3) Siswa dapat memutuskan prosedur pembelajaran termasuk konten, kecepatan belajar, dan waktu pembelajaran, (4) Tidak bergantung pada waktu dan tempat, (5) Pelajar dan guru bekerja secara mandiri, (6) Penggunaan alat media dapat meningkatkan motivasi, (7) Course dapat diperbarui terus menerus, (8) Dimungkinkan untuk mengakses sejumlah besar informasi, dan (9) Interaksi internasional dimungkinkan.
BL memiliki manfaat antara lain, (1) Kemerdekaan dari waktu dan tempat, (2) Fleksibel dan otonom, (3) Sebagai aspek komunikatif yang hebat, dimungkinkan bersilaturahmi dengan anggota mata kuliah lainnya, (4) Tingkat pengetahuan yang beragam pada awal mata kuliah dapat diseimbangkan secara individu tanpa mengganggu siswa lainnya, (5) Kegiatan dapat dilakukan dengan lebih seimbang seperti latihan intensif seperti menulis atau tata bahasa dapat dilakukan secara terpisah di rumah, (6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengikuti kecepatan belajar mereka sendiri selain dari siswa lainnya, dan (7) Guru dapat mengontrol, memantau, dan menilai kemajuan siswa selama seminar tatap muka.
78
Terdapat tiga model BL yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran, yaitu (1) Mode 1, teknologi digunakan untuk memfasilitasi manajemen kursus dan sumber daya untuk dukungan pelajar; (2) Mode 2, digunakan untuk memperkaya kualitas pengalaman belajar siswa melalui interaktif di kegiatan pembelajaran luar yang dapat dicapai melalui interaksi kelas tatap muka; dan (3) Mode 3, digunakan untuk mendukung pembelajaran yang sebagian besar diarahkan sendiri, tetapi juga melibatkan penggunaan kegiatan pembelajaran interaktif dan kolaboratif (Bath and Bourke, 2010).
Dalam merancang BL, diperlukan pendekatan sistematis yang mencakup tahapan berikut.
1) Perencanaan untuk mengintegrasikan BL dalam pembelajaran atau perkuliahan (unsur-unsur mata kuliah: isi, sumber, kegiatan, penilaian). Pertimbangan lainnya adalah jenis pembelajaran yang dikembangkan (baru atau mendesain ulang) dan konteks pembelajaran.
Gambar 1. Ilustrasi kemungkinan integrasi blended learning dalam pembelajaran 2) Perancangan dan Pengembangan Elemen BL
Tabel 1. Rancangan BL
No. Tujuan Pembelajaran Assesmen Aktivitas Pembelajaran
Sumber belajar 1
79 Adaptasi Fink (2015)
3) Penerapan desain BL.
4) Peninjauan atau evaluasi keefektifan desain BL yang telah diterapkan.
a. Pedagogies: the learning activities which underpin the unit;
b. Resources: the content and information which are provided for the learners; and
c. Delivery strategies: issues associated with how the course is delivered to the learners.
Gambar 2. Model Evaluasi adaptasi Bath & Smith,2004
5) Perencanaan sebagai bentuk rencana tindak lanjut untuk peningkatan pengalaman BL bagi siswa dan guru.
80
Metode
Tulisan ini menyajikan hasil tinjauan literatur sistematis sejauh mana blended learning berkontribusi dalam pembelajaran bahasa dari tahun 2000—
2020. Tujuannya yaitu: (1) memaparkan konsep blended learning, (2) memaparkan tren pengajaran bahasa berbasis blended learning pada 2000-2020, dan (3) memaparkan dampak blended learning dalam pembelajaran bahasa.
Literatur diperoleh melalui pencarian karya ilmiah melalui portal sciencedirect.com.
Science direct merupakan portal akademik untuk mencari artikel jurnal, bab buku, dan konten ilmiah. Frasa kunci yang digunakan yaitu blended learning on language teaching dalam rentang waktu 2000-2020.
Hasil dan Pembahasan