• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Temuan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Pembahasan Temuan

1. Tazkiyat Al-Nafs Melalui Takhalli Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa

Langkah pertama yang harus ditempuh adalah usaha mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan

22 Observasi, pondok pesantren Al-Jaizi Sruni, 17 Februari 2019.

hawa nafsu, karena hawa nafsu itulah yang menjadi penyebab utama dari segala sifat yang tidak baik.

Berketetapan hati untuk tidak mengulang kesalahan serupa dengan cara memisahkan diri (menjauhkan diri) dari areal ataupun orang-orang yang berbuat dosa, karena hal itu hanya akan mendorong kita kepada upaya pengingkaran serta menanamkan keragu-raguan pada tujuan awal taubat.23

Upaya pengosongan dari sifat-sifat ketergantungan yang sudah mendarah daging, bagi santri tidak sulit bagi yang sudah niat benar-benar ingin untuk meninggalkan dari ketergantungan tersebut. Sehingga hal ini dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu yang tidak baik serta duniawi tidak sekedar kebutuhannya saja, melainkan mengontrol dorongan nafsu yang dapat menggangu akal dan perasaan.

Kurang kokoh dalam sandarannya kepada Allah untuk taqarrub, dan malah mencari sesuatu untuk melampiaskan hasrat, ingin kaya, mencari material lain, atau sejenis tujuan dunia lain, akan banyak dihantam oleh nafs dan bala tentaranya, dengan tawaran-tawaran yang menghancurkannya tetapi tidak disadarinya.24 Maka Takziyat Al-Nafs Melalui Takhalli ini dalam ketenangan jiwa, yakni penyucian jiwa pertama ini yakni niat meninggalkan atau mengosongkan dari jiwa yang tidak baik

23Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual Solusi Problem Manusia Modern (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2003), 37.

24Nur Khalik Ridwan, Suluk Dan Tarekat (Yogyakarta: Diva Press, 2019), 45.

untuk urusan dunia saja, kemudian akan diisi dengan sifat atau kebiasaan- kebiasaan baik.

2. Tazkiyat Al-Nafs Melalui Tahalli Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa

Setelah dikosongkan dan ditinggalkan dari ketergantungan kemudian tahap selanjutnya diisi dengan sifat-sifat baik, yakni ibadah- ibadah dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seperti sholat-sholat sunnah, mengaji dan yang paling utama berdzikir.

Berdizkir adalah melakukan atau membaca bacaan yang suci yang menyebabkan seorang ingat kepada Allah dengan segala kebesaran-Nya.25 Dengan dzikir terus menerus sesuai dengan tarekat yang diajarkan juga, dipondok pesantren Al-Jaizi Sruni ini, mengikuti tarekat Naqsyabandiyah.

Adapun praktik dzikir dalam tarekat Naqsyabandiyah yaitu berulang-ulang menyebut nama Tuhan “ Allah Allah” dalam hati yang selanjutnya disebut dzikir khofi, inilah yang disebut dzikir ism al-dzat.

Ucapan ini dibaca 1000 kali setelah sholat fardlu sambil memejamkan mata dengan lidah ditekuk ke atas (ke langit-langit).26 Dengan berdzikir yang terus menerus menjadikan hati dekat dengan Allah dan selalu tenang, sehingga setiap waktu sholat fardlu 1000 kali maka dalam sehari bisa mencapai 5000 kali, dipondok pesantren Al-Jaizi Sruni, santri lebih sering dzikirnya melebihi dari apa yang sudah ditentukan, agar mereka lebih tenang menjalankan ibadah-ibadah dalam keseharian, yakni mulai bangun

25Rizki Joko Sukmono, Psikologi Zikir (Jakarta: Sri Gunting, 2008), 1.

26Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual Solusi Problem Manusia Modern (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2003), 37.

disepertiga malam untuk menjalankan penyucian pada hari awal masuk dan selanjutnya dalam kesehariannya mereka menjaakan mandi taubat, hingga menjalankan sholat sunnah lidafil balak 4 rakaat, sholat sunnah hajat 4 rakaat, tahajjud, tasbeh sebanyak 2 rakaat kemudin sholat witir, dilanjut sujud syukur, do’a langsung menjalankan dzikir-dzikir yang sudah diberikan oleh kyai atau Ibu nyai sebagai mursyid dan khalifah.

3. Tazkiyat Al-Nafs Melalui Tajalli Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa

Apabila jiwa telah terisi dengan butir-butit mutiara akhlak dan organ-organ tubuh sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur, maka agar hasil yang telah di peroleh itu tidak berkurang, perlu penghayatan rasa keTuhanan. Satu kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran yang optimum dan rasa kecintaan yang mendalam, akan menumbuhkan rasa rindu kepadanya. Para sufi sependapat bahwa untuk mencapai tingkatan kesempurnaan kesucian jiwa itu hanya dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan memperdalam rasa kecintaan itu.

Dengan kesucian jiwa ini, barulah akan terbuka jalan untuk mencapai Tuhan. Tanpa jalan ini tidak ada kemungkinan terlaksananya tujuan itu dan perbuatan yang dilakukan tidak dianggap perbuatan yang baik.Untuk memperluas dan memperdalam rasa ke-Tuhan-an dalam jiwa seseorang.27

Tazkiyat Al-Nafs yang pertama dan kedua sudah dijalankan dengan baik sesuai dengan tuntunan dengan tahapan-tahapan yang

27Rivay Siregar, Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo Sufisme (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2002), 105.

dijalankan maka yang terkahir yaitu penyempurnaan, dimana penyumpurnaan ini dengan menjalankan apa yang sudah dilakukan ketika tahapan mondok serta tarekat yang sudah dijalankan setiap saat. Yakni dengan menyempurnakan setelah semua tahapan mondok sudah tuntas, sudah diijazahi, maka tinggal niat mondok untuk lebih dekat dengan guru dan menjalankan apa yang sudah diberikan pada setiap tahapan mondok.

Dengan tahapan mondok yang pertama 10 hari sebanyak 1 kali, kemudian 20 hari sebanyak 8 kali dan 40 hari sebanyak 5 kali, masing- masing tahapan tersebut akan diijazahi kemudian boleh pulang, baru setelah itu proses penyempurnaan, proses penyempurnaan dengan lebih dekat bersama guru untuk menjalankan apa yang sudah ditetapkan pada tahapan-tahapan mondok yang sudah dijalankan, yakni dzikir-dzikir yang sudah dijalankan pada setiap tahapan.28

Proses penyempurnaan pada intinya dengan melakukan kembali pada apa yang sudah dilakukan pada tahapan mondok serta metode Tazkiyat Al-Nafs, kemudian pengabdian atau tawajjuh kepada guru, serta melaksanakan dan mengikuti kegiatan mondok seperti biasa, hanya saja santri lebih melakukan kembali lebih dalam apa yang sudah diijazahi pada proses atau metode tersebut.

28Hasil Observasi di Pondok Pesantren Al-Jaizi pada tanggal 17 Maret 2019

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni Jenggawah-Jember, yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tazkiyat Al-Nafs Melalui Takhalli Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa Penyucian Jiwa yang berhubungan dengan penggunaan metode yang pertama yaitu Takhalli yang berarti pengosongan. Pengosongan yang dimaksud adalah meninggalkan dari kecendrungan buruk dari urusan duniawi, seperti berghibah, suka memamerkan harta, maupun tinggi hati, dan lain sebagainya.

2. Tazkiyat Al-Nafs Melalui Tahalli Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa Setelah dikosongkon atau ditinggal sifat-sifat tercela yang dipengaruhi oleh urusan duniawi sehingga jauh dari Allah, maka kemudian diisi dengan dzikir, seperti dzikir dengan menyebut Allah dalam sehari semalam hingga 5000 kali sesuai dengan ketentuannya, kemudian dzikir- dzikir lainnya sesuai dengan tahapannya.

3. Tazkiyat Al-Nafs Melalui Tajalli Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa Tajalli disini lebih pada penyempurnaan dari apa yang sudah dijalankan, hingga pada pengijazahan atau perjanjian untuk selalu menjalankan apa yang sudah diajakan seperti dzikir, sholat dan puasa.

79

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka selanjutnya penulis menyampaikan saran-saran yang dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang terkait atas penelitian ini. Adapun saran-saran yang dapat disampaikan penulis adalah:

1. Diharapkan kepada mursyid dan khalifah dapat menjalankan perannya sebagai seorang pembimbing serta guru bagi salik, karena orang yang mempunyai wewenang di pondok pesantren, demi terlaksana proses Tazkiyat Al-Nafs, maka diharapkan mursyid dan khalifah agar slalu mendampingi serta memantau pelaksanaan penyucian, tarekat sampai pada tahap penyempurnaan.

2. Kepada santri yang melakukan proses Tazkiyat Al-Nafs diharapkan lebih giat melaksanakan dzikir serta lebih menjaga kesehatan agar tidak terhambat proses tahapan penyuciannya.

Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Al-Ghazali, M. 1984. Ajaib Alqolb, (Terj), Hicmah, Nur. Keajaiban Hati.

Jakarta: Tirta Mas.

An-Najjar, Amir. 2004. Ilmu Jiwa Dalam Tasawwuf . Jakarta: Putaka Azzam.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: Rieneka Cipta.

Ath-Thakhisi, Abdul Barro’ Saad Bin Muhammad. 1997. Tazkiyatun Nafs.

Surakarta: Cv. Pustaka Mantiq.

Atjeh , Aboebakar. 2017. Tarekat Dalam Tasawuf . Bandung: Sega Arsy.

Bungin, Burhan. 2007. Metode penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Huberman, Milles M. B. Hubermen, Michael Dan Saldana, Johny. 2014.

Qualitative Data Analisis: A. Methods Soursbook. California: SAGE Publication.

Husaini, Said Husain. 2013. Bertuhan Dalam Pusaran Zaman: 100 Pelajaran Penting Akhlak Dan Moralitas. Jakarta: Penerbit Citra.

IAIN Jember. 2015. Pedoman penulisan karyailmiah. Jember: IAIN Jember Press.

Jamil, Muhsin. 2005. Tarekat Dan Dinamika Sosial Poitik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartanegara, Mulyadi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Erlangga.

Khan, Hazrat Inayat. 2000. Spritual Dimensions Of Psychology. Bandung:

Pustaka Hidayah.

Masyharuddin. 2007. Pemberontakan Tasawuf . Surabaya: JP Books.

Muhammad, Hasyim. 2002. Dialog Antara Tasawuf Dan Psikologi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset.

Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyati, Sri. 2006. Mengenal Dan Memahami Trekat-Tarekat Mukatabarah Di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Mundir, 2013. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Jember: STAIN Press.

Munir, Samsul dan Al-Fandi, Haryanto. 2011. Etika Berdizikir Berdasarkan Al- Qur’an dan Sunnah. Jakarta: Amzah.

Mursalim, 2013. Psikoterapi Sufistik Solusi Quranik Atas Kahamparaan Spritual Manusia Modern. Jember: STAIN Jember Press.

Nata, Abuddin. 2014. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Ni’am, Syamsun. 2011. Wasiat Tarekat Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari.

Jogjakarta: Ar-Ruzz.

Ridwan, Nur Khalik. 2019. Suluk Dan Tarekat. Yogyakarta: Diva Press.

Rohmaniyah, Istigfarotur. 2010. Konsep Jiwa Dan Etika Perspektif Ibnu Maskawaih Dalam Kontribusinyadi Bidang Pendidikan. Malang: UIN- Maliki Press.

Siregar, Rivay. 2002. Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo Sufisme. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumarsono, Sonny. 2004. Metoderiset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suriansah, Dedi. 2012. “Pemikiran Sa’id Hawwa Tentang Jiwa”. Tesis. Iain Sumatera Utara, Medan.

Syukur, Amin. 2003. Tasawuf Kontekstual Solusi Problem Manusia Modern.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Toriqqudin, Moh. 2008. Sekularitas Tasawuf, Membumikan Tasawuf Dalam Dunia Modern Malang: UIN Malang Press.

Zulkifli. 2003. Sufi Jawa Relasi Tasawuf-Pesantren. Jogjakarta: Pustaka Sufi.

Nafs dalam memperoleh ketenangan jiwa di Pondok Pesantren Al- Jaizi Sruni Jenggawah- Jember Tahun 2018/2019.

Nafs Al-Nafs 1.2 Tahalli

1.3 Tajalli

a. Kyai b. Ibu nyai c. Santri lansia 2. Dokumentasi 3. Buku

4. Internet

Menggunakan Kualitatif Deskriptif 2. Jenis Penelitian: Field

Researd (Penelitian Lapangan)

3. Penentuan Subyek Menggunakan

Purposive Sampling 4. Lokasi Penelitian:

Pondok Pesantren Al-

Jaizi Sruni

Jenggawah-Jember Tahun 2018/2019 5. Teknik Pengumpulan

Data:

a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi 6. Teknik Analisis Data:

a. Kondensasi Data b. Penyajian Data c. Penarikan

d. Kesimpulan dan Verifikasi.

7. Keabsahan Data:

a. Triangulasi Sumber b. Triangulasi

Teknik

Nafs Melalui Takhalli Di Pondok Pesantren Al- Jaizi Sruni Jenggawah-

Jember Tahun

2018/2019?

2. Bagaimana Tazkiyat Al- Nafs Melalui Tahalli Di Pondok Pesantren Al- Jaizi Sruni Jenggawah-

Jember Tahun

2018/2019?

3. Bagaimana Tazkiyat Al- Nafs Melalui Tajalli Di Pondok Pesantren Al- Jaizi Sruni Jenggawah-

Jember Tahun

2018/2019?

2. Ketenangan Jiwa

2.1 Ketenangan Jiwa

A. Observasi

1. Kondisi objektif Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni Jenggawah-Jember 2. Proses pelaksanaan Tazkiyat Al-Nafs Dalam Memperoleh Ketenangan

Jiwa Di Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni Jenggawah-Jember

3. Kondisi suasana pondok pesantren ketika proses pengaplikasian Tazkiyat Al-Nafs Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa di dalam pondok berlangsung.

4. Kondisi santri saat mengikuti Tazkiyat Al-Nafs Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa dengan menggunakan Takhalli, Tahalli dan Tajalli.

5. Data Santri Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni Jenggawah-Jember B. Wawancara/interview

1. Kyai Pondok Pesantren Al-Jaizi

a. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni Jenggawah- Jember?

b. Apa visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni Jenggawah- Jember kedepannya?

c. Kapan waktu pelaksaan Tazkiyat Al- Nafs dilaksanakan?

d. Bagaimana Tazkiyat Al-Nafs melalui Takhalli?

e. Tarekat apa yang digunakan?

f. Bagaimana Tazkiyat Al-Nafs melalui Tahalli?

g. Bagaimana Tazkiyat Al-Nafs melalui Tajalli?

b. Bagaimana Tazkiyat Al-Nafs melalui Takhalli?

c. Bagaimana Tazkiyat Al-Nafs melalui Tahalli?

d. Bagaimana Tazkiyat Al-Nafs melalui Tajalli?

e. Berapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan?

3. Santri Nyai Pondok Pesantren Al-Jaizi

a. Mengapa tertarik mondok di usia yang sudah lansia?

b. Kapan pelaksanaan Tazkiyat Al-Nafs?

c. Apa yang dirasakan ketika pelaksanaan?

d. Bagaimana Tazkiyat Al-Nafs melalui Takhalli?

e. Bagaimana Tazkiyat Al-Nafs melalui Tahalli?

f. Bagaimana Tazkiyat Al-Nafs melalui Tajalli?

g. Apa saja hambatan yang muncul ketika pelaksaan Tazkiyat Al- Nafs C. Dokumentasi/documenter

1. Proses pelakasanaan wawancara dengan Kyai, Ibu Nyai dan Santri Lansia 2. Proses pelaksanaan observasi

3. Profil Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni 4. Data Santri Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni

5. Foto kegiatan Santri Lansia di Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni dalam pelaksanaan Tazkiyat Al-Nafs.

A. Wawancara bersama Kyai Solhan Hadi mengenai Tazkiyat Al-Nafs Melalui Takhalli Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa Di Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni Jenggawah-Jember Tahun 2018/2019

B. Wawancara bersama Ibu Nyai Titin mengenai Tazkiyat Al-Nafs Melalui Tahalli Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa Di Pondok Pesantren Al- Jaizi Sruni Jenggawah-Jember Tahun 2018/2019

D. Foto ketika Observasi di pondok pesantren, tentang kondisi dan tempat ketika menjalankan Tazkiyat Al-Nafs Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa Di Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni Jenggawah-Jember Tahun 2018/2019

memperoleh ketenangan jiwa.

F. Foto ketika Observasi di pondok pesantren, tempat ketika proses penyucian dalam menjalankan Tazkiyat Al-Nafs Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa Di Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni Jenggawah- Jember Tahun 2018/2019

H. Wawancara dengan Santri Putri tentang Tazkiyat Al-Nafs Dalam Memperoleh Ketenangan Jiwa Di Pondok Pesantren Al-Jaizi Sruni Jenggawah-Jember Tahun 2018/2019

Tazkiyat Al- Nafs di Pondok Pesantren Al- Jaizi Sruni Jenggawah- Jember

Dokumen terkait