• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas guru akidah akhlak yang telah disertifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas VIII MTs An-Najah Sesela

Gunungsari Lombok Barat

Sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen, dimana sertifikat pendidikan tersebut merupakan sebuah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Jadi sertifikasi guru merupakan suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada suatu pendidikan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Jadi disini dapat digaris bawahi bahwa seorang guru ketika telah lulus dalam mengikuti uji kompetensi, maka seorang guru tersebut telah diakui oleh pemerintah mengenai kemampuan serta kompetensi yang ia miliki, sehingga dapat dikatakan sebagai guru profesional yang dapat mengemban tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab.

Guru yang profesional adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, serta mampu memengaruhi proses belajar siswa. “Guru sebagai arsitek perubahan perilaku peserta didik dan sekaligus sebagai model panutan para peserta didik dituntut untuk memiliki kompetensi yang paripurna, seperti kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional”.88 Dengan memiliki keempat kompetensi ini, guru akan mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan yang pada akhirnya akan menciptakan output yang berkualitas.

Guru dikatakan efektif apabila telah mampu menghantarkan siswa untuk mencapai tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan, memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang tercapainya tujuan intruksional tersebut dan memiliki sarana- sarana yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar.

Jadi sehubungan dengan efektivitas guru akidah akhlak yang telah disertifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa ada empat indikator untuk mengukur keefektifan pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kelas, yaitu kualitas pembelajaran dimana ini artinya yaitu seberapa besar kadar informasi yang disajikan oleh guru sehingga siswa dapat dengan mudah untuk belajar, kesesuaian tingkat pembelajaran yaitu sejauhmana guru memastikan tingkat kesiapan siswa dalam menerima materi baru, insentif yaitu usaha guru dalam memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas-tugas dan mempalajari materi yang telah diberikan, dan waktu yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan pembelajaran.

Indikator yang pertama yaitu kualitas pembelajaran yaitu kadar informasi yang disajikan oleh guru ketika mengajar dalam kelas. Pada saat

88 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran…, h. 103-105

peneliti mengumpulkan data dengan cara observasi baik di dalam maupun diluar kelas pada saat guru bersertifikasi tersebut mengajar, informasi yang disajikan oleh guru tersebut hanya berpaku kepada buku pelajaran pegangan guru, dimana ketika menjelaskan materi ia memang menguasai materi tersebut akan tetapi informasi yang ia berikan atau yang dijelaskan hanya berpatokan pada isi buku itu saja, tidak secara luas dijelaskan seperti dengan menggunakan buku-buku lain yang relevan dengan pembahasan tersebut, akan tetapi ia seringkali mengkaitkan penjelasannya dengan kehidupan sehari-hari, serta peserta didik rata-rata cepat memahami dari apa yang ia ajarkan tersebut dan peserta didik pun mendapatkan hasil yang memuaskan.

Pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa pada suatu lingkungan belajar, yang dimana pembelajaran tersebut akan menghasilkan suatu prestasi bagi siswa ketika siswa tersebut berhasil dalam mencapai tujuan intruksional yang telah ditetapkan. Untuk mencapai dan mewujudkan hal tersebut maka siswa membutuhkan informasi-informasi yang sangat banyak dan luas kaitannya dengan materi pelajaran akidah akhlak. Disini guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi, akan tetapi juga menyajikan informasi yang banyak serta luas untuk diberikannya kepada siswa sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajarinya serta memahami apa yang sedang ia pelajari.

Seperti yang telah dikatakan oleh Mulyasa bahwa “peserta didik memiliki rasa ingin tahu, dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin

tahunya”.89 Oleh karena itu, tugas guru yang paling utama adalah menyajikan dan memberikan informasi sebanyak-banyaknya serta seluas-luasnya yang dikemas secara menarik agar tumbuh minatnya untuk belajar serta terpenuhi rasa ingin tahunya.

Indikator kedua adalah kesesuaian tingkat pembelajaran yaitu sejauhmana guru memastikan tingkat kesiapan siswa untuk belajar dan menerima materi baru. Seperti yang telah dipaparkan dalam paparan data dan temuan di bab sebelumnya bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi oleh guru yang telah disertifikasi antara lain siswa mengantuk, serta malas belajar.

Disini dapat diketahui bahwa ketika guru masuk kelas dan memulai proses belajar mengajar tidak mengetahui seberapa besar kesiapan siswa untuk belajar. Pada dasarnya guru tersebut mengajar sudah mengikuti urut-urutan dari RPP yang telah disusun sebelumnya, yaitu pada saat kegiatan membuka ia mengucapkan salam, mengabsen, dan mengkondisikan kelas, akan tetapi tidak melihat kesiapan dari keseluruhan siswinya sehingga sebagian siswi mengalami ngantuk dan malas untuk belajar dikarenakan perhatiannya hanya tertuju pada siswa yang duduk di depan saja.

“Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karna

89 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru…, h. 54

itu, perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai model”.90

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh guru agar dapat terjadi proses perolehan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan tabi’at serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik itu sendiri. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar terjadi belajar dalam dirinya. Akan tetapi jika tidak ada kesiapan dalam diri peserta didik untuk menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru maka tugas guru yaitu membangkitkan motivasi belajar siswa, menyiapkan mental mereka untuk menerima pelajaran yang akan ia ajarkan dengan cara memberikan motivasi kepada siswa sebelum pelajaran dimulai.

Disini guru berperan sebagai fasilitator, dimana guru adalah “to facilitate of learning (memberi kemudahan belajar)”,91 maksudnya adalah ketika guru mengajar tidak hanya menceramahi atau mengajar saja akan tetapi lebih demokratis, jujur dan terbuka serta siap dikritik oleh peserta didiknya sehingga ketika guru menerapakan sikap yang seperti itu maka peserta didikpun akan merasa terbuka terhadap gurunya dan dapat secara suka rela menerima materi yang akan diajarkan oleh guru tersebut.

Sedikitnya terdapat sembilan resep yang harus diperhatikan dan diamalkan guru, agar pembelajaran berhasil memperhatikan perbedaan peserta didik: (1) kurangi metode ceramah, (2) berikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik, (3) kelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, (4) perkaya bahan dari berbagai sumber aktual dan menarik, (5) hubungi specialist bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan, (6) gunakan prosedur yang bervariasi dalam

90 Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Profesional…, h. 4

91 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru…, h. 54

penilaian, (7) pahami perkembangan peserta didik, (8) kembangkan situasi belajar yang memungkinkan seetiap peserta didik bekerja dengan kemampuan masing-masing pada tiap pembelajaran, dan (9) libatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan seoptimal mungkin.92

Karna masih terdapat kendala seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersertifikasi tersebut belum bisa dikatakan efektif karna belum mampu untuk menyiapkan siswa dalam memulai proses pembelajaran dalam kelas secara menyeluruh.

Indikator ketiga adalah insentif yaitu usaha guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan atau mengerjakan tugas-tugas dan mempelajari materi yang telah diberikan.

Seperti yang telah tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28 bahwa guru merupakan agen pembelajaran yang perannya sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.93 Disini guru berperan sebagai motivator bagi peserta didiknya.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan kualitas pembelajaran, karna peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karna itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

“Callahan dan Clark mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu

92 Ibid…, h. 56

93 Ibid…, h. 53

tujuan tertentu. Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan”.94

Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan perhatian terhadap pekerjaannya, (2) memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti, (3) memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik, (4) menggunakan hadiah, dan hukuman secara efektif dan tepat guna, dan (5) memberikan penilaian dengan adil dan transparan.95

Jadi dapat dipahami bahwa semakin besar guru memberikan motivasi kepada peserta didiknya, maka akan semakin aktif siswa dikelas serta secara otomatis pembelajaran yang berlangsung dapat dikatakan efektif dilaksanakan karna telah mampu menghartarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Seperti data yang ditemukan oleh peneliti dalam proses pengumpulan data melalui observasi bahwa guru tersebut memang rajin memberikan motivasi, akan tetapi ketika ia memberikan motivasi tersebut perhatiannya hanya tertuju kepada siswa yang duduk paling depan, sedangkan yang dibelakang tidak dihiraukan, akhirnya siswa merasa malas dan mengantuk karna tidak diperhatikan oleh gurunya.

Sehubungan dengan hal tersebut dapat dipahami bahwa masih kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru tersebut, itulah kenapa terdapat kendala atau masalah yang dihadapi guru bersertifikasi tersebut ketika ia melakukan pembelajaran dalam kelas seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran belum efektif

94 Ibid…, h. 58

95 Ibid…, h. 59

dilakukan dikarenakan kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru sehingga peserta didik merasa kurang bersemangat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tersebut.

Indikator yang keempat adalah waktu yaitu seberapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan pembelajaran tersebut.

Sebuah kegiatan pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan pembelajaran tersebut telah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Pembelajaran akan efektif apabila siswa dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jadi disini belajar itu ditentukan oleh waktu, dimana ketika siswa telah mampu menyelesaikan segala aspek dalam kegiatan belajar mengajar sampai dengan evaluasi dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka pembelajaran tersebut sudah efektif dilakuakan.

Waktu merupakan salah satu unsur terpenting dalam mengefektifkan suatu kegiatan pembelajaran. Seorang guru ketika mendesain sebuah kegiatan pembelajaran pastinya akan mempertimbangkan seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh guru maupun siswa dalam menyelesaikan satu materi dalam satu semester. Ketika semua telah dirancang dan penerapannya kurang baik maka gagallah sebuah rancangan pembelajaran tersebut. Sebaliknya, ketika semuanya telah dirancang dengan baik dan diterapkan dengan baik pula maka berhasillah sebuah rancangan pembelajaran tersebut.

Mengenai waktu yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan kegiatan pembelajaran, seperti yang telah diamati oleh peneliti bahwa peserta didik telah mampu menyelesaikan kegiatan pembelajaran tepat waktu seperti yang telah ditentukan oleh guru bersertifikasi tersebut yang telah ditentukannya melalui rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP. Dalam RPP yang dibuatnya setiap pertemuan diberikan waktu selama 2x40 menit yaitu satu jam 20 menit dan setiap bab pembehasan tergantung dari banyaknya sub bab yang akan dilampaui oleh siswa.

Efektivitas suatu kegiatan pembelajaran akan ditentukan oleh bagaimana guru tersebut mengajar. Artinya, ketika guru mengajar dalam kelas, sangat berpengaruh dan berperan penting dalam berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan pembelajaran. Karna guru merupakan unsur utama pembelajran, tanpa adanya guru untuk menjelaskan suatu materi, maka peserta didik tidak akan dapat memahami materi yang ia pelajari walaupun ia membaca buku. Jadi peran guru dalam hal ini sangatlah penting, karna pembelajaran dapat dikatakan berhasil dilakukan ketika guru telah mampu mengemban tanggung jawabnya dengan baik.

Jadi dari keempat indikator efektivitas yang telah dipaparkan diatas dapat dipastikan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru akidah akhlak yang telah disertifikasi ini belum dapat dikatakan efektif karna kekurangan dalam berbagai hal, terutama masih terdapatnya kendala-kendala, kadar informasi yang disajikan masih sangat kurang, serta kurang memberikan motivasi terhadap peserta didiknya.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari BAB I sampai dengan BAB III mengenai efektivitas guru akidah akhlak yang telah disertifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, setelah diukur dengan menggunakan empat indikator efektivitas dapat disimpulkan bahwa, guru akidah akhlak yang telah disertifikasi melaksanakan pembelajaran dengan baik, akan tetapi belum efektif karna masih terdapat berbagai kekurangan seperti, masih kurangnya informasi yang diberikannya kepada siswa, tidak menguasai kelas, belum mampu melihat kesiapan dari peserta didiknya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan menerima materi baru, serta kurangnya motivasi yang secara keseluruhan diberikan kepada peserta didik. Akan tetapi dari berbagai kekurangan tersebut ia mampu menyelesaikan kegiatan pembelajaran dengan tepat waktu. Jadi, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akidah akhlak yang telah disertifikasi ini belum dapat dikatakan efektif secara keseluruhan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh banyak informasi baik dari observasi, wawancara maupun dokumentasi, maka peneliti mengajukan beberapa saran yaitu antara lain:

1. Bagi guru

Bagi guru yang telah disertifikasi untuk dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar, karna itu merupakan tujuan dari sertifikasi guru yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan, serta mempertahankan kualitas hasil pembelajaran siswa pada rumpun bidang studi akidah akhlak, maka guru akidah akhlak di MTs An-Najas Sesela perlu untuk selalu mengembangkan kemampuan, keterampilan serta kompetensinya.

2. Bagi sekolah

Hendaknya menyiapkan fasilitas yang memadai untuk para guru yang akan melakukan pembelajaran, agar terwujud sekolah yang bermutu dan berkualitas dalam menghadapi kemajuan di dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Usman, 2008, Mari Belajar Meneliti, Yogyakarta-Indonesia

Amirul Hadi, 2005, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Besar

E. Mulyasa, 2013, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Eveline Siregar, Hartini Nara, 2015, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia

Hadari Nawawi, 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University

Kementrian Agama RI, 2010, Terjemahan Tafsir Perkata, Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema

Murniati, 2015, Dampak Sertifikasi Guru PAI terhadap Perkembangan Pendidikan Peserta Didik di SMAN 1 Sape, Skripsi: IAIN Bima

Nanang Hanafiah, Cucu Suhana, 2012, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung:

Refika Aditama

Nurul Ulfatin, 2013, Metode Kualitatif di Bidang Pendidikan: Toeri dan Aplikasinya, Malang: Bayumedia Publishing

Nusa Putra, Ninin Dwilestari, 2012, Penelitian Kualitatif: Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Rajawali Pers

Rumlah Hasanah, 2011, Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Evaluasi Pembelajaran Fiqih Kelas VII di MTs Al-Aminiyah NW Bonjeruk Lombok Tengah, Skripsi: IAIN Mataram

Sugeng Pujilaksono, 2015, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, Malang:

Kelompok Intrans Publishing

Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:

Alfabeta

Suharsimi Arikunto, 1986, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), jakarta: PT. Bina Aksara

Sukardi, 2014, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetisi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara

Tim Dosen IAIN Matarm, 2011, Pedoman Penulisan Skripsi, Mataram: Tidak Diterbitkan

UU NO. 14 Tahun 2005, 2014, Guru dan Dosen, Jakarta: Sinar Grafika UU NO. 20 Tahun 2003, 2011, Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta

http://literaturbook.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-efektivitas-dan-landasan.html di akses pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 11.16

http://yunitaardha.blogspot.co.id/2012/04/kumpulan-teori-efektivitas.html di akses pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 11.20

http://www.rijal09.com/2016/12/cara-mengukur-efektivitas-pembelajaran.html di akses pada hari selasa tanggal 14 Februari 2017 pukul 17.58

Lalu Mukhtar dan Hully, 2012, Profesi Keguruan: Tuntutan Bagi Para Pendidik, Mataram: Alam Tara Institute

Achsanuddin, 2013, Program pengalaman lapangan: Wahana Pembentukan Profesionalitas Guru, Mataram: LEPPIM IAIN Mataram

Moh. Uzer Usman, 2013, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Guntur Talajan, 2012, Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru, Yogyakarta:

LaksBang PREESindo

https://ahmadmuhli.wordress.com/2011/08/02/efektivitas-pembelajaran di akses pada hari senin tanggal 6 juni 2016 pukul 14.46

Muhammad Abdul Kadir Ahmad, 2008, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta

Mahjudin, 2010, Akhlak Tasawuf II, Jakarta: Kalam Mulya

LAMPIRAN-LAMPIRAN

PROFIL MADRASAH

1. Nama Madrasah : Madrasah Tsanawiyah An-Najah Sesela 2. Nomor Statitik : 12 12 52 01 00 24

3. Akreditasi Madrasah : 57/AKR.MTs./B/IV/2006 4. Alamat Lengkap Madrasah : Jln. Raya Sesela

Desa/Kecamatan : Sesela Gunungsari Kab/Kota : Lombok Barat Provinsi : Nusa Tenggara Barat No.Telp/Hp : 081907296043 5. NPWP Madrasah : 0.589.914.1-911.000

6. Nama Kepala Madrasah : H.Junaedi, M.Pd.I

7. No.Telp/Hp : 081907296043

8. Nama Yayasan : Yayasan Pendidilam Pondok Pesanytren Al- Halimy.

9. Alamat Yayasan : Kebun Indah, Sesela Gunungsari, Lombok Barat.

10. No.Telp/Hp Yayasan : 087865111197 11. No.Akta Pendirian Yayasan : 71/24 Januari 1984 12. Status Tanah : Yayasan ( Wakap ) 13. Luas Tanah : 775 m2

14. Luas Bangunan : 335 m2 15. Jarak Kepusat Ibu Kota Provinsi : 1 – 4 Km 16. Jarak Kepusat Kabupaten/Kodya : 1 – 4 Km 17. Pusat Kecamatan : < 1 Km 18. Jarak Ke Kanwil Kemenag : 1 – 4 Km 19. Jarak Ke Kandepag : 1 – 10 Km

Letak Geografis MTs.An-Najah Sesela

MTs.An-Najah Sesela berlokasi ditempat yang sangat strategis, yaitu dipinggir Jalan Raya Sesela, Kec.Gunungsari, Lombok Barat. MTs.An-Najah sesela, secara geografis termasuk sekolah yang mempunyai letak di tepi jalur transportasi umum sehingga mudah di jangkau oleh setiap anggota masyarakat yang ingin menyekolahkan putra-putrinya. Sebagai gambaran tambahan, Siswa-siswi MTs. An-Najah Sesela Kebun Indah tidak hanya terdiri dari anggota masyarakat setempat, melainkan datang dari

Website : http: //www.mtsannajah blogspot.com.Email: [email protected]

Secara administrative, letak geografis MTs.An-Najah sesela adalah Jarak dari Kecamatan gunungsari < 1 km arah utara, Jarak Ibukota Kabupaten Lombok Barat ± 10 km arah selatan, dan jarak dari Ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat (Kodya Mataram)

± 4 km arah selatan.

Adapun batas wilayah MTs.An-Najah Sesela Gunungsari Lombok Barat sebagai berikut :

e. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Raya dan dusun Sesela Kebun Indah.

f. Sebelah Selatan berbatasan dengan sungai dan persawahan

g. Sebelah Timur berbatasan dengan perumahan penduduk Sesela Kebun Indah RT. 09.

h. Sebelah Barat berbatasan dengan Perumahan Penduduk Trong Tawah Desa Sesela Kec. Gunungsari Lobar Barat.

Visi, Misi dan Tujuan a. Visi

Mewujudkan Santri yang ber prestasi, terampil dan berakhlaq mulia bersasarkan Iman dan Taqwa.

b. Misi

1. Mengoptimalkan pembelajaran, perbaikan dan pengayaan serta bimbingan secara efektif dan efisien.

2. Membantu Santriwan dan Santriwati untuk mengembangkan potensi diri dan sifat kemandirian

3. Menumbuhkembangkan minat dan kreatifitas Santriwan dan Santriwati melalui program ekstrakurikuler;

4. Menumbuhkan rasa tanggung jawab sehingga dapat membina Santriwan dan Santriwati secara efektif sesuai dengan bakat dan kreatifitas yang dimiliki;

5. Menciptakan dan menjadikan lingkungan sekolah yang aman, bersih, indah dan harmonis serta saling menghargai satu sama lain.

6. Mengoptimalkan pengamalan akhlaq mulia bagi semua warga Madrasah.

Tujuan

1. Jangka Pendek

a) Meningkatkan minat dan semangat belajar siswa dan menerpkan metode PAKEM (Pembelajaran Akitif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan)

b) Meningkat perolehan nilai UN rata-rata minimal 5.50 – 7.00 2. Jangka Menengah

Meningkatkan Nilai rata-rata minimal 7.00 3. Jangka Panjang

Mencetak siswa siswi yang taat beribadah, baik kepada orang tua, masyarakat, agama, nusa dan bangsa yang mempunyai dasar ailmu pengetahuan yang kuat dalam bidang IMTAQ maupun IPTEK.

Untuk memperlancar proses pembelajaran yang dilaksanakan, MTs.An-Najah Sesela didukung oleh fasilitas-fasilitas penunjang yang turut memberikan kontribusi besar atas suksesnya pendidikan yang dijalankan. Sarana dan prasarana fisik yang di miliki MTs.An-Najah Sesela berupa gedung tempat belajar, ruang kantor kepala madrasah, ruang guru, ruang TU, ruang kelas, ruang BP, ruang osis, ruang UKS, perpustakaan, lab computer, aula serta beberapa sarana fisik lainnya.

Secara sekematis, uraian tentang fasilitas penunjang pelaksanaan pendidikan di MTs.An-Najah Sesela dipaparkan dalam table sebagai berikut :

Data Sarana dan Prasarana MTs.An-Najah Sesela Kebun Indah

NO FASILITAS JUMLAH KET

1 2 3 4

FASILITAS GEDUNG 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Ruang Kamad Ruang Guru Ruang Tata usaha Ruang Belajar Ruang BP Ruang Osis Ruang UKS Perpustakaan Lab.Komputer Gudang Aula

Kamar Kecil/WC Ruang Penjaga

1 lokal 1 lokal 1 lokal 9 lokal 1 lokal 1 lokal 1 lokal 1 lokal 1 lokal 1 lokal 1 lokal

7 kamar 1 kamar

Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik

Kondisi baik 1& rusak 6 Kondisi Baik

NO FASILITAS JUMLAH KET

1 2 3 4

FASILITAS MEUBELAR 1

2 3 4

Meja Kepala Madrasah Meja Guru

Meja Tata Usaha Korsi dan Meja Siswa

1 Buah 1 Buah

5 Buah 350 Buah

Kondisi Baik Kondisi Baik Kondisi baik Kondisi baik

7 8 9 10 11 12

Rak Buku Meja Komputer Lemari Kelas Lemari Guru Lemari TU Kursi Tamu

1 Buah 14 Buah

6 Buah 1 Buah 2 Buah 2 Stel

Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik

FASILITAS ELEKTRONIK DAN PERLENGKAPAN PRAKTIKUM 1

2 3 4 5 6 7 8

Peralatan Peraktikum IPA

Komputer Printer TV

Tip Rekorder Alat Seni Jam dinding

1 Perangkat 1 Perangkat

14 Buah 8 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Set 5 Buah

Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik 4 K. Baik & 4 Rusak

Kondisi baik Kondisi baik Kondisi baik Kondisi Baik

Siswa/Santri

Dalam proses belajar mengajar, siswa menduduki peranan yang sangat penting, karena siswa juga ikut menjadi tolak ukur bermutu atau tidaknya suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu keberadaan dan pran aktif siswa mutlak di perlukan dalam proses pembelajaran. Sebagai sebuah lembaga pendidikan formal, MTs. An-Najah sesela merekrut santriwan/santriwati dari berbagai wilayah yang ada di Lombok Barat, Bali dn pulau jawa yang ada di Indonesia. Secara lebih rinci paparan tentang keadaan Santriwan dan Santriwati MTs.An-Najah Sesela dapat di lihat pada table berikut :

Dokumen terkait