• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN

Dalam dokumen 1. PEDOMAN WAWANCARA dan OBSERVASI (Halaman 71-78)

BAB III

secara langsung peserta didik tidak merasa tertekan dan aktif dikelas sehingga memicu kemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran.

Dalam kajian ini, didukung oleh adanya prinsip kebebasan bahwa:

“Setiap peserta didik harus dapat mengembangkan diri dengan bebas.

Untuk itu mereka harus dibimbing sedemikian rupa sehingga mereka akan sanggup mandiri. Guru yang sudah menguasai peserta didik dan memaksakan kehendaknya kepada mereka, akan berdampak pada peserta didik menjadi individu yang selalu dependen pada orang lain dan inisiatifnya menjadi beku”.77

Jadi ketika guru menciptakan kelas yang menyenangkan, maka peserta didik akan aktif dan mandiri sehingga konsep diri positif peserta didik akan terbentuk. Hal ini guru menanamkan pada saat sedang berlangsungnya proses pembelajaran.

2) Pemberian motivasi

Guru dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas memberikan motivasi kepada peserta didik sebagai upaya pembentukan konsep diri peserta didik. Hasil penelitian ini, didukung oleh adanya prinsip motivasi dalam pengelolaan pembelajaran. Motivasi sangat berperan dalam pembelajaran, dengan motivasi peserta didik menjadi tekun dalam proses pembelajan dan dengan motivasi kualitas hasil belajar peserta didik kemungkinan akan bisa terwujud.

Terdapat tiga fungsi dari motivasi sebagai berikut:

77 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran: Sebuah Pengantar Menuju Guru Fropesional, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), hlm. 26.

a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.

b. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

c. Penseleksi perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.78

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberian motivasi yang dilakukan oleh guru merupakan strategi yang dapat membentuk konsep diri positif berupa sikap penghargaan terhadap diri dan mendorong peserta didik untuk memiliki gambaran ideal dirinya.

3) Menciptakan suasana humor

Pada proses pembelajaran, upaya guru yang dilakukan dengan menciptakan suasana humor sehingga tidak menimbulkan ketegangan pada peserta didik dalam proses belajar yang akan membuat peserta didik responsif didalam kelas dan memahami materi pembelajaran dengan cara yang baik dan bisa diikuti peserta didik.

Menurut Hamruni menyebutkan prinsip menciptakan suasana gembira dan kemudahan dalam pembelajaran bahwa:

“Aktifitas belajar membutuhkan peran akal dan hati, agar dapat menajamkan ingatan serta menggali materi pembelajaran yang terpendam. Bila pelajaran mengalami kejenuhan dalam berfikir dan menangkap pelajaran, maka pendidik disela-sela pelajaran bisa memakai Ice Breaker, hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan saat pembelajaran didalam kelas, dan agar

78 Nurkhalisa Latuconsina, Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran, (Makassar: Alauddin University Press, 2013), hlm. 66.

bisa membangkitkan kembali kemauan peserta didik untuk belajar”.79

Jadi dalam menciptakan suasana humor peserta didik dapat dengan tenang menerima pembelajaran, dari penjelasan di atas mempunyai manfaat diantaranya adalah: dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan, menyegarkan kembali suasana hati dan membuat ketegangan mengendur, memberikan suasana baru dan mengasah hati untuk kembali melanjudkan pelajaran.

4) Pemberian penghargaan

Pada proses pembelajaran peserta didik mendapat umpat balik positif berupa penghargaan seperti tepuk tangan dan pemberian pujian. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya intraksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar adalah bentuk peruabahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil dari intraksi antara stimulus dan responden.80

Hal ini didukung oleh teori Ngalim Purwanto yang menyebutkan bahwa:

79 Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif- Menyenangkan, (Yogyakarta:

Investidaya, 2012), hlm. 72.

80 Karunia Eka Lestari dan M. Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika, (Bandung:

PT Refika Aditama, 2015), hlm. 30..

Reward adalah alat untuk mendidik anak-anak agar anak bisa merasa senang karena perbuatan atau pekerjaanya mendapat penghargaan”.81

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa reward adalah segala sesuatu yang berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang akan diberika kepada peserta didik karena hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji.

Dengan demikian peserta didik yang akan mendapatkan umpan balik positif dapat berdampak pada perkembangan konsep diri peserta didik sehingga dapat menjadikannya memiliki konsep diri positif.

5) Memanggil peserta didik yang malu untuk tampil

Pada saat guru memanggil peserta didik untuk tampil maka akan menimbulkan rasa percaya dirinya yang akan membentuk konsep diri positif sehingga tidak merasa malu lagi karena sadar akan kemampuannya.

Eka mengatakan bahwa gejala-gejala yang tampak pada anak pemalu adalah:

“1) Anak cendrung menghindari hubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan sendiri, 2) bersikap segan, ragu-ragu dan tidak mudah melibatkan diri dengan orang lain dan lingkungan, 3) anak

81 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009), hlm. 182.

yang pemalu dan tidak brani mengambil resiko, takut, ragu-ragu, 4) anak cendrung banyak diam”.82

Perilaku peserta didik di dalam kelas juga dapat melakukan hal-hal yang berbeda-beda pada saat berada didalam kelas guru wali kelas untuk menangani sifat peserta didiknya yang berbagi macam, maka seorang guru harus meciptakan kelas menyenangkan dan tidak menegangkan, memberikan motivasi, menciptakan suasana humor, memberikan penghargaan, dan memanggil peserta didik yang malu untuk tampil.

Dalam hal tersebut, perilaku peserta didik didalam kelas melakukan hal yang berbeda ketika berada didalam kelas, upaya guru dalam menanggulangi sifat-sifat peserta didik yang berbagai macam. Jadi seorang guru harus banyak-banyak memberikan arahan/bimbingan atau memberikan motivasi kepada peserta didik kurang baik begitu sebaliknya kepada peserta didiknya yang memiliki sifat yang kurang punya potensi atau kurang percaya diri. Disini guru juga harus memberikan peserta didiknya dukungan agar bias mempunyai komitmen lebih baik dan mempunyai skil yang bagus untuk kedepannya.

Menurut Willíam D.Brooks menjelaskan bahwasanya adalah sebagai berikut:

82 Eka, Izzaty, Rita, Menggali Permasalahan Perkembangan anak Usia TK, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005), hlm. 207.

“Konsep diri merupakan pemahaman tentang díri sendiri yang timbul akibat interaksi bersama orang lain. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini bisa bersifat psíkologis, sosial, fisis.”83

Jadi menurut pendapat Wiliiam D. Brooks di atas dapat disimpulkan bahwasanya setiap peserta didik tidak sama, pasti memiliki pemikiran yang berbeda-beda sama halnya seperti peserta didik yang berada di SDN Gonjak mereka mempunyai berbagai macam cara atau tingkah laku yang mereka perlihatkan baik didalam kelas maupun diluar kelas. Jadi menjadi seorang guru harus tetep berkomitmen secara baik menjalankan peran dan fungsinya sebagai seorang tenaga pendidik dalam membina dan mendidik peserta didik.

83Pratiwi Wahyu Widiarti, Konsep Diri (Self Concept) Dan Komunikasi Interpersonal Dalam Pendampingan Pada Siswa SMP Se Kota Yogyakarta, Jurnal, Vol 47, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 137.

78 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa:

Beberapa upaya yang dilakukan oleh guru dalam menanamkan konsep diri pada peserta ddik di SDN Gonjak Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah melalui pembelajaran ips, pada saat didalam kelas yaitu: menciptakan kelas yang menyenangkan dan tidak menegangkan, pemberian motivasi, menciptakan suasana humor, pemberian penghargaan, memanggil peserta didik yang malu untuk tampil. Adapun diluar kelas yaitu: pemberian kegiatan imtaq, menggali informasi mengenai peserta didik, melakukan bimbingan secara ekslusif, dan melakukan pengamatan terhadap peserta didik diluar kelas.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terkait bagaimana upaya guru dalam menanamkan konsep diri pada pembelajaran IPS dalam mengubah konsep diri siswa yang lebih baik yang berada di SD Negeri Gonjak. Dalam hal ini peneliti akan menyampaikan saran-saran kepada peserta didik, guru, dan kepala sekolah, sebagai berikut:

1. Saran untuk peserta didik

a. Peserta didik hendaklah mematuhi perintah guru ketika sedang memberikan nasehat atau saran rohani sebelum memulai pembelajarn dalam kelas.

b. Peserta didik hendaklah memetuhi peraturan-peraturan yang sudah dibuat/ditetapkan pihak sekolah, dan dapat saling mengormati sesama manusia.

2. Saran untuk guru

a. Guru hendaklah memperhatikan memperhatikan karakter peserta didik dengan baik dan bisa mengarahkan kepada peserta didik tentang pentingnya perilaku baik dalam kelas maupun luar kelas.

b. Guru hendaklah bisa memperhatikan metode yang digunakan dialam kelas dan yang berkaitan dengan karakter didalam pembelajaran.

3. Saran untuk kepala sekolah

a. Kelapa sekolah harus bisa untuk lebih meningkatkan kualitas kepemimpinannya.

b. Kepala sekolah hendaklah memerintahkan guru untuk selalu memberikan siraman rohani kepada peserta didik sebelum memulai pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Eki Dwi Wahyuni, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentukan Self Concept Peserta Didik, (Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar 2018).

Amalia Indah Safitri, Pengaruh Konsep Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa, (Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung 2017).

Achsanuddin, Program Pengalaman Lapangan Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2011.

Al-Imam Abul Fida isma’il ibnu katsir ad-Dimasyqi. Terjemah tafsir ibnu katsir juz 27, Bandung: Sinar Baru Al-Gensindo, 2002.

Al Amin, “Guru Profesional Dalam Tugas Pokok dan Fungsi”, Jurnal, Vol. 3, No. 1, 2015.

Amalia Indah Safitri, Pengaruh Konsep Diri dan Peranan Guru Terhadap Kedisiplinan Siswa, SKRIPSI, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2017.

Andi Eki Dwi Wahyuni, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Self Konsep Peserta Didik, SKRIPSI UIN Alauddin, Makassar, 2018.

Asad M. Al kali. Kamus indonesia-Arab Jakarta: Bulan Bintang, 1989.

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Surya Kencana, 2007).

Eka, Izzaty, Rita, Menggali Permasalahan Perkembangan anak Usia TK, (Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional, 2005).

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penenlitian Kualitatif, Bandung:

ALFABETA, 2014.

Diatmika Wijayanti dan Widyabakti Hesti K, Sosiologi untuk SMA/MA kelas XII, (klaten:

Intan Pariwara, 2013).

Dina Anika Marhayani, Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran IPS, Jurnal, Vol. 5, Nomor. 2, September 2017.

Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif- Menyenangkan, (Yogyakarta:

Investidaya, 2012)

Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, Bandung : PT Refika Aditama, 2006.

Inanna, “Peran Pendidikan dalam Membangun Karakter Bangsa yang Bermoral”, Jurnal, Vol. 1. Nomor 1, Januari 2018.

Karunia Eka Lestari dan M. Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015).

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998.

Laily Misri, Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Konsep Diri Positif Siswa Studi Pada MTs AL-Washliyah Tembung, (Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatra Utara Medan 2018).

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009).

Muh. Zein, “Peran Guru dalam Pengembangan Pembelajaran”, Jurnal, Vol 5, Nomor 2, Juli-Desember 2016.

M. Nasir,Metodologi Penelitian, Medan: Ghalia Indonesia, 1988.

Ratna Dwi Astuti, Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Sisiwa, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014.

Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Slameto,Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010)

Sugiyono, metode penelitian, BANDUNG: ALFABETA, 2008.

Pratiwi Wahyu Widiarti, Konsep Diri (Self Concept) Dan Komunikasi Interpersonal Dalam Pendampingan Pada Siswa SMP Se Kota Yogyakarta, Jurnal, Vol 47, Nomor 1, Juni 2017.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Zulan Saam dan Sri Wahyuni, Psikologi Keperawatan, (cet. III; Jakarta: Rajawali Pres, 2014).

Wirda Hanim, dkk, Pengaruh Tehnik Role Playing dalam Bimbingan Kelompok Terhadap Toleransi Pada Peserta Didik, Jurnal, Vol. 6, Nomor. 2, Desember 2017.

1. PEDOMAN WAWANCARA dan OBSERVASI

PEDOMAN OBSERVASI

Observer/ Peneliti : Norman

Hari/tanggal : Sabtu, 02 Mei 2020

Tempat : SDN Gonjak Kec. Praya Kab. Lombok Tengah

NO Objek-objek yang di observasi Keterangan

1 Melihat keadaan lokasi penelitian

2 Melihat keadaan guru-guru di SDN Gonjak 3 Melihat keadaan peserta didik di setiap kelas di

SDN Gonjak

4 Melakukan observasi terkait dengan upaya yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran

PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

1. Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai kepala sekolah di SDN Gonjak ini pak?

2. Bagaimana keadaan guru-guru di SDN Gonjak ini pak?

3. Bagaimana keadaan peserta didik di SDN Gonjak ini pak?

4. Bagaimana bapak melihat kalok ada peserta didik yang memiliki konsep diri negatif?

5. Upaya apa saja yang dilakukan guru ketika ada peserta didik yang memiliki konsep diri negatif?

6. Menurut ibu adakah di antara peserta didik yang menunjukkan sikap mengasingkan diri, mali-malu, dan tidak ada minat untuk bersaing dengan peserta didik lainnya?

7. Apa faktor yang menghambat ibu dalam membentuk konsep diri positif pada peserta didik dan bagaimana solusinya?

PEDOMAN WAWANCARA GURU WALI KELAS

1. Bagaimana upaya ibu dalam membentuk konsep diri yang positif terhadap setiap peserta didik?

2. Adakah cara khusus yang ibu lakukan baik di dalem maupun di luar kelas untuk menghadapi peserta didik yang konsep dirinya negatif?

3. Adakah kegiatan positif yang ibu lakukan untuk menghadapi peserta didik yang memiliki konsep diri yang negatif?

4. Menurut ibu bagaiman cara menyikapi peserta didik yang memiliki konsep diri negatif dan konsep diri positif?

5. Bagaimana upaya ibu jika peserta didik memiliki konsep diri negative?

PEDOMAN DOKUMENTASI

Tempat : SDN Gonjak, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah Hari/tanggal : Sabtu, 02 Mei 2020

Waktu :

NO DOKUMENTASI Keterangan

1 Data keadaan peserta didik di SDN Gonjak 2 Data keadaan guru di SDN Gonjak

3 Data keadaan gedung di SDN Gonjak

4 Dokumentasi pada saat mewawancara kepala sekolah dan guru-guru di SDN Gonjak

DAFTAR NAMA RESPONDEN/NARASUMBER

NO NAMA

RESPONDEN/NARASUMBER

GUR KELAS/MATA PELAJARAN

1 H. Supardi, S.Pd Kepala Sekolah

2 Farhiyah, S.Pd Wali Kelas VI

3 Sri Nurul Hidayati, S.Pd Wali Kelas IV

4 Muhaiminah Wali Kelas III

5 Rini Widyaningrum, S.Pd Wali Kelas II

6 Hj. Sumiati, S.Pdi Guru Agama Islam

2. DOKUMENTASI

DOKUMENTASI WAWANCARA BERSAMA KEPALA SEKOLAH DAN GURU SDN Gonjak

Gambar 1.

Wawancara dengan bapak H. Supardi, S.Pd.

Gambar 2.

Wawancara dengan ibu Farhiyah, S.Pd.

Gambar 3.

Wawancara dengan ibu Muhaiminah

Gambar 4.

Wawancara dengan ibu Sri Nurul Hidayati, S.Pd

Gambar 5.

Wawancara dengan ibu Hj. Sumiati, S.Pd

Gambar 6.

Wawancara dengan ibu Rini Widyaningrum, S.Pd

Gambar 7 Peserta didik

Gambar 8.

Peserta didik

3. SURAT-SURAT

Dalam dokumen 1. PEDOMAN WAWANCARA dan OBSERVASI (Halaman 71-78)

Dokumen terkait