• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam penelitian ini, CBE dikembangkan dengan menggunakan mode pengembangan ADDIE. Penelitian ini dilakukan pada STIKes Hang Tuah Pekanbaru. Pembelajaran menggunakan model CBE hanya diberikan kepada kelas eksperiment baik itu kelompok kecil maupun kelompok besar. Dan kelas control tidak diberikan pembelajaran menggunakan model CBE. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil belajar mahasiswa menggunakan

model CBE dan tanpa menggunakan model CBE, keefektifan model CBE serta pratikalitas dari model CBE.

Pada tahap pertama dari ADDIE yaitu analisis, analisis yang dilakukan sebelum model ini dikembangkan adalah analisis kinerja dan analisis peserta didik. Analisis hasil kinerja merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat masalah yang terjadi di perguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada dosen dan mahasiswa yang menjelaskan bahwa model pembelajaran seperti ceramah atau diskusi serta mencari sumber pembelajaran di internet menjadi salah satu yang paling sering dilakukan baik di STIKes sendiri pada mata kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan hampir (85%) melaksanakan, hal ini tentunya sangat disayangkan karena dalam proses pembelajaran terutama dalam mata kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan ini peserta didik dituntut untuk aktif dan reaktif terhadap informasi yang diberikan tenaga dosen bahkan seharusnya mampu memberikan pertanyaan sehingga adanya feedback pembelajaran antara peserta didik dan tenaga pendidik karena itu akan berdampak pada input dan output peserta didik selama proses pembelajaran. Seperti yang dikatakan oleh hall, et all (2008), bahwa mengajar merupakan pekerjaan profesional, dimana pendidik memberikan pelayanan dan kelas berperan sebagai suatu program pelatihan pendidikan yang dibutuhkan untuk menyiapkan peserta didik agar mendapatkan pengetahuan dan juga kemampuan yang lebih baik dari sebelumnya.

Selain itu, proses pembelajaran pada mata kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan masih berisfat memoriza/mengingat belum mampu memberikan dampak yang baik pada hasil belajar peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan hasil pembelajaran pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 dimana hanya (45%) dari peserta didik yang mendapatkan nilai diatas rata-rata dan (55%) lainnya mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, dengan skala (C-D).

Prestasi seperti ini menjadi suatu yang memperhatikan dan perlu adanya perbaikan. Seperti yang telah ditegaskan oleh sanjaya (2006), terdapat beberapa faktor yang mempegaruhi proses belajar mengajar, yaitu: faktor guru,

peserta didik, faktor sarana dan prasarana dan faktor lingkungan/organisasi kelas.

Sedangkan hasil analisis kebutuhan peserta didik adalah untuk aspek pertanyaan (No.1) menjawab (84%) mahasiswa setuju pembelajaran dilaksanakan secara online di kampus, dan pertanyaan (No.2) proses pembelajaran menggunakan smart Phone, android dan laptop mahasiswa menjawab (84%), pertanyaan (No.3) tentang mata kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan dilakukan secara online atau e-learning menjawab (86,67%) setuju, pertanyaan (No.4) mahasiswa menjawab (86%) setuju mata kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan dengan online dapat memperkaya materi kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan. untuk pertanyaan (No.5) mahasiswa menjawab menjawab (84,65%) setuju Internet digunakan sebagai sumber belajar materi kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan, dan pertanyaan (No.6) mahasiswa menjawab (82%) setuju kalau e-learning membantu proses perkuliahan Analisis Kebijakan Kesehatan, untuk pertanyaan (No.7) mahasiswa menjawab (85,33%) setuju materi kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan menggunakan modul, diktat dan buku panduan meningkatkan pemahaman, pertanyaan (No.8) mahasiswa menjawab (84%) ragu terhadap pemahaman mahasiswa baik terhadap materi kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan pada kelas tatap muka (konvensional), pada pertanyaan (No.9) menjawab (84%) setuju malam proses pembelajaran mata kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan menggunakan media lainnya (audio, visual, atau audio visual), pertanyaan (No.10) mahasiswa menjawab (84%) sangat setuju Pembelajaran mata kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan dengan menggunakan sebuah case yang nyata. Dan pertanyaan (No.11) mahasiswa menjawab (83,67%) ragu aplikasi yang digunakan sudah memenuhi untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, pertanyaan (No.12) mahasiswa menjawab (84,67%) ragu kalau media yang ada memudahkan anda untuk mendapatkan materi-materi tambahan dari mata pelajaran yang bersangkutan, pertanyaan (No.13) mahasiswa menjawab (84,67%) Forum diskusi melalui internet merupakan wadah dalam berdiskusi dengan teman kuliah, pertanyaan (No.14) mahasiswa menjawab (84%) sangat setuju

mengikuti pelatihan pembelajaran secara online dan pertanyaan (No.15) mahasiswa menjawab (84,67%) sangat setuju memerlukan buku Panduan dalam memanfaatkan pembelajaran online.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bern dan Erikson (2001) dan Sarrab (2012) bahwa kebutuhan inovasi siswa dalam pengembangan model pembelajaran semakin tinggi, terutama yang didukung oleh media pembelajaran online. Sejalan juga dengan penelitian Sabil (2011) dan Mukhlishin dkk (2006) juga menyatakan bahwa karakteristik secara keseluruhan menggambarkan kondisi siswa yang sedang dalam pembelajaran dengan menggunakan metode CTL. Konsep-konsep baru yang akan diajarkan harus dicapai dalam kehidupan nyata, yang merupakan hal yang lumrah bagi siswa yang juga diajak untuk memperoleh dan menganalisis datanya saat mereka dibimbing untuk menemukan konsep yang penting. Dalam kegiatan ini mahasiswa didorong untuk berpartisipasi secara aktif untuk meningkatkan kemampuan komunikasinya. Sedangkan Sounders menyebutkan ciri-ciri pembelajaran kontekstual dalam akronim REACT, yaitu: Relating: belajar dalam konteks pengalaman hidup, Menerapkan: belajar ketika pengetahuan dikenalkan dalam konteks penggunaannya, Cooperating: belajar melalui konteks komunikasi interpersonal dan berbagi, Mentransfer: mempelajari penggunaan pengetahuan dalam konteks atau situasi baru (Glasersfeld, 1996).

Pembelajaran model Contextual Based on E-Learning didasarkan pada filosofi konstruktivisme yang mengasumsikan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia. Manusia membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan.

Pengetahuan dianggap benar jika pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan masalah atau fenomena yang sesuai (Satriani, 2012). Menurut Bern dan Ericson dapat diimplementasikan melalui lima pendekatan, yaitu: 1) Problem Based Learning, 2) Cooperative Learning, 3) Project Based Learning, 4) Learning service (Service Learning), 5) Work Pembelajaran Berbasis (Work-Based Learning) (Sabil, 2011).

Setelah tahap analisis selesai dilakukan, maka selanjutnya dilakukan tahap desain. Tahap desain ini meliputi kegiatan mendesain model CBE, aplikasi e-learning, instrument penelitian, perangkat pembelajaran, modul/bahan ajar, buku panduan dosen dan buku panduan mahasiswa. Setelah produk-produk tersebut di desain, maka dilakukan FGD. Hasil dari FGD diperoleh masukan dari beberapa pakar yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merevisi desain produk yang dibuat sehingga produk yang dihasilkan valid, praktis, dan efektif. Pada tahap validasi ahli dan revisi, berdasarkan masukan yang diperoleh dari peserta FGD, maka peneliti melakukan revisi terhadap rancangan produk, dengan menyempurnakan produk pengembangan. Pada tahap Uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk ini dilakukan pengujian dari apa yang didesain dari tahap Mengembangkan produk awal. Uji coba lapangan skala besar yang dilakukan selama 10 Minggu (8 Pertemuan) dan produk akhir, Produk yang sudah diuji coba dan direvisi inilah yang merupakan hasil penelitian dan pengembangan CBE pada perguruan tinggi.

Setelah melakukan tahap analisis, maka dilakukan tahap pengembangan.

Tahap pengembangan ini terdiri dari validasi terhadap produk-produk yang telah dikembangkan yang dilakukan oleh para ahli atau validator. Berikut rangkuman validasi terhadap produk-produk yang telah dikembangkan.

Hasil uji validitas Instrumen penelitian dari validator adalah Valid dengan nilai Aiken’s V rata-rata sebesar (0,726). Hasil dari perhitungan Aiken berkisar antara 0 sampai 1 dan semakin angka hasil validasi mendekati angka 1 dapat diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi. Nilai V (0,726) dinyatakan dalam kategori valid.

Hasil uji validitas model pembelajaran CBE dapat disimpulkan bahwa Valid dengan nilai Aiken’s V sebesar (0,730). Hasil dari perhitungan Aiken berkisar antara 0 sampai 1 dan semakin angka hasil validasi mendekati angka 1 dapat diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi dapat diinterpretasikan memiliki koefisiein cukup tinggi. Nilai V (0,730) dinyatakan dalam kategori valid.

Hasil uji validitas media pembelajaran dari validator adalah Valid dengan nilai Aiken’s V sebesar 0,716. Hasil dari perhitungan Aiken berkisar antara 0 sampai 1 dan semakin angka hasil validasi mendekati angka 1 dapat diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi dapat diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi. Nilai V 0,716 dinyatakan dalam kategori valid.

Hasil uji validitas Modul dari validator pada aspek organisasi, format Penulisan, aspek Isi dan penggunaan Bahasa adalah Valid dengan nilai Aiken’s V sebesar (0,711). Hasil dari perhitungan Aiken berkisar antara 0 sampai 1 dan semakin angka hasil validasi mendekati angka 1 dapat diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi dapat diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi. Nilai V (0,711) dinyatakan dalam kategori valid.

Hasil uji validitas Perangkat pembelajaran dari validator dari aspek aspek yaitu; 1) Petunjuk Komponen Silabus 2) Komponen SAP 3) Bahasa adalah Valid dengan nilai Aiken’s V sebesar (0,708). Hasil dari perhitungan Aiken berkisar antara 0 sampai 1 dan semakin angka hasil validasi mendekati angka 1 dapat diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi dapat diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi. Nilai V (0,708) dinyatakan dalam kategori valid.

Hasil uji validitas buku panduan dosen dari validator dari aspek aspek yaitu; 1) Validasi isi 2) Validasi Konstruksi 3) Validasi Bahasa adalah Valid dengan nilai Aiken’s V sebesar (0,722). Hasil dari perhitungan Aiken berkisar antara 0 sampai 1 dan semakin angka hasil validasi mendekati angka 1 dapat diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi dapat diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi. Nilai V (0,722) dinyatakan dalam kategori valid.

Hasil uji validitas buku panduan mahasiswa dari validator dari aspek aspek yaitu; 1) Validasi isi 2) Validasi Konstruksi 3) Validasi Bahasa adalah Valid dengan nilai Aiken’s V sebesar (0,713). Hasil dari perhitungan Aiken berkisar antara 0 sampai 1 dan semakin angka hasil validasi mendekati angka 1 dapat diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi dapat diinterpretasikan

memiliki koefisien cukup tinggi. Nilai V (0,713) dinyatakan dalam kategori valid. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Latifah (2014) yang menjelaskan bahwa validasi dari media yang dikembangkan yaitu sebesar penilaian ahli media dengan persentase keidealan (91,25%), ahli bahasa dengan persentase keidealan (85,45%), ahli materi dengan persentase keidealan (91%). Serta penelitian yang dilakukan oleh Sulastry dan Juniar (2011) dan Hasani (2016) yang menjelaskan bahwa model yang dikembangkan valid.

Setelah tahap pengembangan selesai, maka dilakukan tahap implementasi. Tahap implementasi ini dilakukan untuk melihat praktikalitas dan efektivitas dari model CBE yang telah dikembangkan. Uji praktikalitas dan efektifitas dilakukan pada kelompok kecil dan kelompok skala besar. Persepsi atau pandangan dosen terhadap model CBE khususnya pada mata kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan yang sudah mereka mampu, untuk melihat persepsi tersebut peneliti telah memberikan kuisioner untuk uji praktikalitas.

Hasil olahan kuisioner tersebut sebesar (76%), hasil ini merupakan hasil yang sangat praktis dalam mengimplementasikan model CBE yang diberikan oleh dosen. Dari hasil ini menunjukkan bahwa dosen memberi dukungan yang sangat tinggi terhadap model CBE.

Sedangkan persepsi atau pandangan mahasiswa terhadap model CBE khususnya pada mata kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan, untuk melihat persepsi tersebut peneliti telah memberikan kuisioner praktikalitas model CBE.

Hasil olahan kuisioner tersebut adalah (86,11%) untuk kelompok kecil dan (84,97%) untuk kelompok besar, hasil ini menunjukkan bahwa model CBE sangat praktis untuk diimplementasikan dalam pembelajaran. Melihat dari hasil tersebut menjelaskan bahwa model CBE telah mengkonstruksi pemahaman mereka terhadap proses pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Sejalan dengan Attewell (2004), Hudson dkk (2001) dan Putnam dan Leach (2005) dalam merumuskan bahwa E- learning dapat memberi kesan yang positif kepada beberapa bidang: 1) E- learning membantu pelajar meningkatkan kemahiran, 2) E-learning membantu

pelajar dalam memfokuskan pembelajaran untuk jangka waktu yang lebih panjang, 3) E-learning membantu meningkatkan self-estee (harga diri), 4) E- learning membantu meningkatkan keyakinan diri.

Dan juga dijelaskan oleh Sharples et.al (2014) dan Yildiz dan Baltaci (2016) bahwa teknologi dapat memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan menjelajahi dunia mereka, dalam komunikasi terus-menerus dengan dan melalui teknologi. Teknologi juga dapat mengaktifkan percakapan antara peserta didik dalam dunia nyata dan virtual, Jika kita dapat merancang teknologi yang memungkinkan percakapan kaya antara dua yaitu peserta didik dan pendidik mereka memperoleh pengalaman pendidikan yang secara bersama. Pendidikan dengan menggunakan teknologi tidak menggantikan pendidikan formal, ada lebih dari satu web di seluruh dunia menggantikan buku teks melainkan menawarkan cara untuk memperpanjang dukungan belajar di luar kelas. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat diberikan kesimpulan bahwa proses pembelajaran dengan model CBE tanpa harus meninggalkan proses pembelajaran tradisional, itu akan menjadi mudah dan nyaman bagi mahasiswa untuk melaksanakan isi saja kapan saja dan di mana saja, sehingga tersedia lebih banyak kesempatan untuk belajar isi pembelajaran dalam waktu ekstra kurikuler dan meningkatkan hasil belajar. Sehingga pembelajaran menggunakan model CBE akan menjadi alternatif terhadap pembelajaran di perguruan tinggi khususnya pada mata kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan.

Proses ini telah terbukti praktis digunakan oleh mahasiswa.

Berdarkan uji efektivitas, dapat dilihat bahwa model CBE dapat meningkatan hasil belajar mahasiswa, ini dapat dilihat dari hasil Posttest yang diambil dari dua kali, yaitu pada kelompok kecil dan skala besar. Posttest kelompok kecil yaitu (82), dimana nilai pretest sebesar (66,70). Sedangkan Posttest kelompok besar yaitu (85,69) dimana nilai pretest sebesar (65,03), dari hasil Posttest tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan setelah menggunakan model CBE. Berdasarkan uji t juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kelompok mahasiswa yang tidak menggunakan model CBE dan kelompok mahasiswa

yang menggunakan model CBE. Sejalan dengan penelitian Petkovic dkk (2017) dan Muxeambo (2016) yang menjelaskan bahwa e-learning dapat berdampak positif pada pembelajaran dan efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Efektivitas model pembelajaran CBE dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian di atas terlihat bahwa nilai posttest mahasiswa yang menggunakan model CBE meningkat dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak menggunakan model CBE. Dan lebih dari (85%) mahasiswa telah memenuhi tingkat prestasi belajar klasikal yang telah ditetapkan. Hasil belajar mahasiswa meningkat di setiap pertemuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran CBE efektif untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Berdasarkan persepsi mahasiswa dan guru bahwa model CBE memberikan dampak pembelajaran bagi mahasiswa, sebagai berikut: Mahasiswa lebih memahami konsep materi pembelajaran dan menerapkan konsep tersebut dalam menyelesaikan masalah, pembelajaran dapat dilaksanakan tanpa memandang ruang dan waktu, mahasiswa Diharapkan belajar melalui pengalaman 'mengalami' dengan membangun/mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya dan menerapkannya pada situasi dunia nyata, model pembelajaran ini dapat merangsang perkembangan dan perluasan mahasiswa, proses pembelajaran sepanjang waktu (long life learning), mahasiswa dapat Dimotivasi untuk memahami materi pembelajaran dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, model pembelajaran ini menekankan bahwa pembelajaran tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu pemahaman, model pembelajaran ini dapat menekankan pada pengembangan minat mahasiswa pada pengalaman, terdapat peluang untuk kolaborasi dan interaksi antar mahasiswa.

Seteleh tahap implementasi selesai, maka dilakukan tahap evaluasi. Pada tahap evaluasi ini, dilakukan perbaikan atas masukan dari para ahli atau ahli pada pelaksanaan FGD, validasi, praktikalitas dan efektivitas. Kebaruan dari model CBE ini disbanding dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah integrasi model ini dengan e-learning dan juga

kebaruan yang terdapat pada syntax pada model CBE. Pada model CBE ini terdapat 5 syntax utama, dimana pada setiap syntax memiliki beberapa kegiatan. Semua syntax pada model CBE ini didasarkan atau dilandasi pada komponen dari model pembelajaran kontekstual (CTL). Pada model CBE ini mahasiswa diberikan sebuah case untuk diselesaikan pada setiap materi.

Sehingga syntax model CBE memiliki kebaruan pada syntax kedua yaitu investigasi. Dimana pada syntax investigasi ini terdapat kegiatan conduct the investigation, dan mahasiswa harus mengikuti kaidah FIAP.

Pada tahap ini, Mahasiswa mengumpulkan informasi-informasi terkait dengan study case yang telah diberikan, Mahasiswa pada tahap ini juga membangun pemahaman mereka dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka. Pada tahap investigasi ini, Mahasiswa harus menggunakan kaidah FIAP (Fact Identification & Action Plan). Pada langkah fact identification, Mahasiswa harus menganalisis fakta- fakta apa saja yang terdapat pada masalah tersebut, dan mengumpulkan informasi apa saja yang perlu diketahui dan apa saja yang dibutuhkan oleh Mahasiswa dalam investigasi. Kemudian, action plan, Mahasiswa harus menuliskan rencana kegiatan yang akan mereka lakukan pada proses investigasi berdasarkan fact identification yang telah mereka lakukan. Kaidah FIAP ini diterapkan agar tidak membingungkan Mahasiswa ketika memulai investigasi dan memudahkan Mahasiswa melakukan investigasi secara sistematis dan efektif.

Kaidah FIAP ini bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam melakukan proses investigasi dalam menyelesaikan case yang diberikan. Hal ini sesuai dengan mata kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan, dimana mahasiswa harus menganalisa kebijakan terkait dengan Kesehatan. Sehingga case yang diberikan terkait dengan menganalisa sebuah kebijakan dengan menggunakan kaidah FIAP tersebut. Sehingga diharapkan kebaruan kaidah FIAP pada model CBE ini dapat memudahkan mahasiswa dalam menganalisis masalah yang mereka hadapi.