• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Analisis Peran DP3AP2KB Provinsi NTB Dalam Menangani Kasus Anak Korban Kekerasan Dalam Keluarga (Child Abuse) di Masa Pandemi Covid 19

Berdasarkan hasil temuan peneliti bahwa dalam menangani kasus anak korban kekerasan dalam keluarga, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, sebagai menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah Provinsi mempunyai bidang khusus baik yang melakukan pencegahan maupun yang memberikan pelayanan dan penaganan korban. Di dinas sendiri ada yang namanya bidang Perlindungan Khsusus Anak (PKA) yaitu bidang khusus yang melakukan pencegahan kekerasan terhadap anak dan ada juga pelaksana teknis dinas yaitu Unit Pelaksana Teknis Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Provinsi NTB yang berlaku melayani dan sebagai rujukan akhir bagi korban kekerasan terutama perempuan dan anak yang tidak bisa di tangani dan diproses di kabupaten. Inilah kemudian kedua bidang yang menjadi acuan DP3AP2KB Provinsi NTB dalam menjawab persoalan kekerasan terhadap anak. Kedua bidang tersebut bersinergi dalam rangka mencegah dan menangani kekerasan yang terjadi sehingga kekerasan baik terhadap anak dan perempuan bisa diminimalisisr yang tujuan akhirnya adalah terwujudnya kabupaten dan kota layak anak.

1. Bidang Perlindungan Khusus

Bidang Perlindungan Khusus Anak merupakan salah satu bidang yang ada di struktur organisasi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana. Bidang Perlindungan Khusus Anak mempunyai tugas melakukan pencegahan dan promosi terkait dengan kekerasan terhadap anak.

Bidang Perlindungan Khusus Anak melaksanakan fungsi pencegahan dan promosi kekerasan terhadap anak dengan tujuan memastikan anak-anak yang usia sebelum 18 tahun dan 18 tahun mendapatkan perlindungan. Dalam rangka melindungi hak anak, di dinas sendiri ada 2 program yaitu bidang Pemenuhan Hak Anak (PHA) dan Perlindungan Khsusus Anak (PKA). Bidang Perlindungan Khusus melaksanakan fungsi membina, mendorong dan memfasilitasi kakabupen/kota agar mendapatkan predikat Kabupaten/Kota Layak Anak (KLK). Kabupaten/Kota Layak Anak (KLK) sebagai ukuran suatu daerah menerapkan perlindungan anak.

Bentuk kegiatan yang dilakukan yaitu dengan indikator KLK (Kabupaten/Kota Layak Anak), bagaimana kabupaten dan kota itu mendapatkan predikat layak anak. Karena layak anak ini sebagai ukuran/indicator bahwa di kabupaten/kota perlindungan anak sudah dilaksanakan dengan baik.

Untuk melaksanakan tugas tersebut bidang Perlindungan Khusus Anak juga membangun kemitraan dengan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) lintas sector seperti Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dukcapil, pada intinya OPD yang berkaitan dengan perlindungan anak.

Sementara dalam penjangkauan atau pelayanan selain UPTD juga membangun kemitraan dengan Lembaga Pemerhati Perlindungan Anak (LPPA)

Secara umum faktor yang menyebabkan kekerasan terhadap anak adalah faktor ekonomi, pengetahuan orang tua karena rendahnya pendidikan orang tua sehingga berakibat pada timbulnya kekerasan terhadap anak, paparan dari media, televisi sehingga mencontoh apa yang dilihat, oleh karena demikian harus dibekali dengan pendidikan melek digital/bijak mengguakan media supaya media yang ada tidak disalah gunakan, dan faktor trauma yang berdampak pada perkembangan psikologi anak

Menurut Komnas Perlindungan Anak menyebutkan pemicu kekerasan terhadap anak dilatar belakangi oleh:

a. Kekerasan dalam rumah tangga yaitu dalam keluarga terjadi kekerasan yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara lainnya

b. Disfungsi keluarga yaitu peran orang tua yang tidak berjalan sebagaimana seharusnya

c. Faktor ekonomi yaitu kekerasan timbul karena ekonomi.

Tertekannya kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi merupakan faktor yang banyak terjadi.

d. Pandangan keliru terhadap posisi anak dalam keluarga yaitu kondisi perekonomian keluarga yang sulit membuat tingginya tingkat stress dimana anak menjadi pelampiasan atau dengan membiarkan anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.

e. Latar belakang keluarga yaitu kekerasan yang dilakukan bertujuan agar anak menghormati orang tua dan melakukan seluruh perkataan yang dikatakan orang tua.67

Dari berbagai macam faktor yang menyebabkan kekerasan terhadap anak sebagaimana yang disebutkan di atas, tidak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi menjadi penyumbang terbanyak kekerasan terhadap anak. Karena ekonomi yang rendah atau miskin menjadikan orang tua stress dan pada akhirnya anak yang kena imbasnya sebagai objek kekerasan. Hal demikian tidak sepatutnya dilakukan oleh orang tua kepada anak dan menjadikan anak sebagai objek kekerasan oleh karena himpitan ekonomi keluarga. Selain dari itu disfungsi keluarga atau peran orang tua yang tidak maksimal dalam menjaga, mendidik dan merawat anak.

Hal itu disebabkan karena pengetahuan orang tua yang kurang dalam hal mendidik dan merawat anak, terutama bagi perempuan yang kadangkala mereka tidak cukup mapan ilmunya, ibu sebagai madrasah pertama bagi anak yang menjadi aktor utama dalam tumbuh kembang anak, dan perilaku orang tua yang bertujuan agar anak menghormati dan melakukan seluruh perkataan orang tua, sehingga anak tidak bisa membantah apapun yang dikatakan oleh orang tuanya.

67EB. Surbakti, Sudah Siapkah Menikah (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), hlm. 201

Selain dari beberapa faktor di atas, kekerasan terhadap anak dapat menimbulkan efek dan resiko yang begitu berbahaya.

Namun tidak pernah disadari oleh masyarakat secara umum dan pelaku tindak kekerasan terhadap anak secara khusus. Rusmil mengemukakan bahwa anak yang menderita kekerasan, eksploitasi, pelecehan dan penelantaran pada umumnya menghadapi beberapa efek/resiko sebagai berikut:

a. Usia lebih pendek

b. Kesehatan dan mental yang buruk

c. Masalah pendidikan (termasuk drop out dalam sekolah) d. Kemampuan yang terbatas sebagai orang tua kelas e. Menjadi gelandangan

YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) menyimpulkan bahwa kekerasan terhadap anak dapat menyebabkan anak kehilangan hal-hal yang paling mendasar dalam kehidupanya, karena tumbuh kembnag seorang anak dimulai sejak dini. Adapun menurut YKAI dikutip oleh Suharto bahwa efek dari kekerasan terhadap anak adalah sebagai berikut:

a. Cacat tubuh permanen b. Kegagalan belajar

c. Gangguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan kepribadian

d. Konsep diri yang buruk dan ketidakmampuan untuk mempercayai atau mencintai orang lain

e. Pasif dan menarik diri dari lingkungan serta takut membangun hubungan dengan orang lain

f. Agresif dan terkadang melakukan tindak criminal g. Menjadi penganiaya ketika dewasa

h. Menggunakan obat-obatan (narkoba) dan alkohol i. Kematian68

Sebagai bidang yang melakukan pencegahan kekerasan terhadap anak, ada beberapa macam bentuk pencegahan yang dilakukan diantaranya seperti:

68Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Sekseual, hlm. 32

a. Sekolah

Peran bidang Perlindungan Khusus Anak (PKA) melalui sekolah yaitu dengan turun langsung ke tiap-tiap sekolah untuk memberikan edukasi kepada para siswa terkait dengan kekerasan anak, tidak berhenti disitu bidang PKA juga bekerja sama dengan para guru untuk memberikan penguatan terkait materi yang disampikan agar memperkuat dan mempertajam keilmuan siswa dan siswi terkait dengan kekerasan terhadap anak ini. Hal ini sebagai langkah konkrit bidang perlindungan khusus anak dalam meminimalisir kekerasan anak

b. Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat melalui program Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM), Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) dibentuk, dilatih, dibina dan dikuatkan supaya terbentuk di desa dan kabupaten dalam hal menunjang pemberdayaan anak

Sebagai penjewantahan dari tugas bidang Perlindungan Khusus Anak (PKA) dengan pemberdayaan masyarakat melalui program Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM), Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA), sebagai langkah konkrit bidang Perlindungan Khusus Anak (PKA) dalam meminimalisir kekerasan terhadap anak dengan turun langsung ke lapangan dengan melatih dan membina petugas-petugasnya dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan, sehingga program tersebut dijadikan sebagai sarana bagi masyarakat untuk belajar tentang kekerasan terhadap anak, bagaimana membangun dan menciptakan suasana yang baik dan harmonis, baik dalam lingkaran keluarga, sosial, dan lingkungan sekitarnya.

Dengan adanya program kegiatan ini, selain memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait dengan kekerasan terhadap anak, dan sedikit tidaknya kekerasan terhadap anak semakin berkurang, dengan demikian terjamin terlindunginya hak anak sehingga apa yang menjadi target adanya Kabupaten/Kota Layak Anak bisa terealisasi.

c. Media Massa

Peran media sebagaimana yang dimaksud dalam undang- undang tentang Perlindungan Anak pasal 72 ayat (2) dilakuakn melalui penyebarluasan informasi dan materi edukasi yang bermanfaat dari aspek sosial, budaya, pendidikan, agama dan kesehatan Anak dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi Anak.

Peran media massa sebagai sarana dalam menyebarluaskan informasi yang bermanfaat dan mengedukasi masyarakat baik dari aspek sosial, budaya, pendidikan, agama dan kesehatan Anak dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi Anak.

Peran bidang PKA melalui media yaitu dengan memberikan pendidikan digital (melek digital) kepada orang tua dan anak agar bijak dalam menggunakan media supaya tidak disalahgunakan media-media yang mereka akses. Bentuk pencegahan yang dilakukan yaitu baik melalui media cetak maupun media elektronik, seperti penyuluhan massal, sosialisasi dan membuat konten-konten kreatif agar bisa memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan kekerasan terhadap anak.

Selama pandemi covid 19 upaya pencegahan yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi NTB melalui bidang Perlindungan Khusus Anak (PKA) melalui program pencegahan kekerasan terhadap anak dengan memanfaatkan media massa, baik melalui media cetak maupun media elektronik, melalui konten- konten kreatif yang harapannya bisa memberikan edukasi kepada masyarakat sehingga kekerasan yang terjadi bisa diminimalisir.

Beberapa program kegiatan yang dilakukan oleh bidang Perlindungan Khusus Anak dalam mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak antara lain:

1) Pelatihan dilaksanakan satu atau dua kali selama satu tahun 2) Liputan berita/pemberitan

3) Layanan PPA

4) Pemberdayaan masyarakat 5) Monitoring

6) Evaluasi 7) Fasilitasi

Jika kita melihat dari program kegiatan tersebut bahwa hanya ada beberapa kegiatan yang bisa tereksekusi semisal pelatihan itu pun dilaksanakan satu atau dua kali dalam setahun, kemudian sosialisasi, sosialisasi diadakan secara online maupun offline namun pada masa pandemi covid 19 lebih banyak dilaksanakan secara online dan kalaupun diadakan secara offline dibatasi bagi peserta yang ikut.

Kemudian evaluasi dilaksanakan dua kali dalam setahun biasanya pada awal dan akhir tahun. dengan mengadakan pertemuan atau koordinasi di dinas disamping pembinaan di kabupaten. Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana pengeksekusian program dilakukan. Misalnya evaluasi untuk program Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) berkaitan dengan membina dan mengembangkan PATBM atau forum anak desa, hasil dari evaluasi tersebut akan ditindak lanjuti oleh pihak kabupaten apakah tindak lanjut tersebut sesuai dengan hasil evaluasi atau tidak. Jika dari hasil evaluasi tersebut tidak ditindak lanjuti dengan baik oleh pihak kabupaten berarti kesadaran dalam melaksanakan tersebut masih kurang sementara permasalahan masyarakat semakin kompleks disamping adanya pendemi covid 19, faktor ekonomi juga ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman masyarakat berkaitan dengan kekerasan terhadap anak.

Oleh karena demikian kekerasan terhadap anak masih terus saja terjadi. Berdasarkan data dari Simfoni PPA bahwa DP3AP2KB Provinsi NTB mencatat data kasus kekerasan terhadap anak mulai dari tahun 2019 sampai 2020 sebanyak 769 kasus baik itu berupa kekerasan fisik, seperti dipukul, disiram dengan air panas, dan disiram dengan minyak panas. Kekerasan psikis (mental) seperti dalam hal diperas dan putus cinta. Kekerasan seksual, kekerasan eksploitasi seperti mengambil keuntungan dari

anak misalnya anak disuruh bekerja, uang hasil kerjanya diambil dan yang paling parah adalah pemerkosaan. Kekerasan trafficking seperti dijual dalam hal kepentingan komersial, dijadikan sebagai TKI, melayani laki-laki/pedagangan anak. Penelantaran seperti tidak diasuh, tidak dipenuhi haknya, tidak disekolahkan, dan lain- lain.69 Dari beberapa kekerasan tersebut mempunyai dampak yang signifikan yaitu berupa rasa sakit, baik itu berupa cacat tubuh, mental terganggu, sakit jiwa, trauma, dan lain-lain.

Hambatan yang dirasa dalam melakukan pencegahan tersebut adalah:

a. Pengetahuan

Kurangnya pemahamann masyarakat tentang batas usia menikah itu 19 tahun, sehingga banyak yang menikahkan anaknya dibawah usia 19 tahun. Oleh karena pengetahuan masyarakat yang kurang sehingga berakibat baik dari kesehatan, ekonomi dan psikologi

b. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasaran dijadikan sebagai alat untuk mendukung pengeksekusian kegiatan agar kabupaten dan kota bisa menuju predikat layak anak. Pada kenyataan masih banyak diantara kabupaten dan kota yang masih belum mempunyai sarana dan prasarana tersebut, karena untuk menuju KLK (Kabupaten/Kota Layak Anak, harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai misalnya ruang bermain untuk anak seperti taman, sekolah ramah anak, puskesmas ramah anak, rumah sakit, pesantren pokoknya yang berkaitan dengan anak itu harus ada dan disiapkan.

c. Dana

Dana diperlukan untuk mendukung sarana dan prasarana, namun dibeberapa tahun terakhir terjadi pengurangan anggaran, adanya pengurangan anggaran disebabkan karena pandemi covid 19. Untuk meminimalisir kekurangan anggaran tersebut bidang PKA juga berkolaborasi dengan instansi yang

69Dudut Eko Juliawan, Hasil Wawancara dari Seksi Kelembagaan dan Partisipasi Anak, (16 Februari 2022).

sama tujuannya yaitu meminimalisir kekerasan terhadap anak terutama Lembaga Perlindungan Anak (LPA) selain itu Lembaga Swada Masyarakat (LSM), MBO, LPA, untuk meminimalisir kekerasan terhadap anak, terutama Lembaga Perlindungan Anak (LPA), sehingga bidang Perlindungan Khusus Anak tidak terpacu pada anggaran yang ada di dinas.

Sistem yang digunakan dalam rangka mengeksekusi kegiatan tersebut yaitu dengan penguatan regulasi seperti perda tentang pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, pergub tentang sistem perlindungan anak, pencegahan paham radikalisme dan terorisme.

Penguatan regulasi bertujuan untuk menjamin dan terlindunginya hak anak dengan baik artinya bahwa negara menjamin terlindunginya hak anak yang menjadi korban kekerasan. Dengan penguatan regulasi tersebut pelaku kekerasan akan sadar bahwa terdapat konsekuensi yang didapatkan ketika melakukan hal demikian. Sehingga eksistensi atau keberadaan dari dinas-dinas yang khusus menangani masalah kekerasan anak semakin kuat karena didukung dengan adanya regulasi yang kuat.

Untuk mendorong keberhasilan dari kegiatan tersebut strategi yang digunakan adalah dengan mendorong kabupaten dan kota untuk mempercepat pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak dengan tujuan akhir yaitu kekerasan terhadap anak dan perkawinan anak bisa diminimalisir dengan demikian tercapai kabupaten/kota layak anak, ketika kabupaten/kota sudah layak anak maka provinsi juga demikian.

Namun pada kenyataannya masih banyak kemudian kasus yang bermunculan terlebih pada masa pandemi covid 19. Hal ini terjadi karena kurangnya tindak lanjut atau tidak efektifnya pengeksekusian kegiatan yang dilakukan oleh pihak kabupaten dan kota setelah dilakukannya evaluasi program, karena kurangnya tindak lanjut dan tidak efektifnya pengeksekusian kegiatan yang dilakukan maka hal tersebut berimbas kepada meningkatnya kasus kekerasan yang terjadi pada masyarakat disamping karena faktor ekonomi, dana, sarana dna prasana dan pandemi covid 19

Program yang sebenarnya menjadi media bagi masyarakat untuk memperkaya wawasan keilmuan yang berkaitan dengan anak justru tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, untuk menjawab tantangan yang ada saat ini terutama dikalangan masyarakat yang berkaitan dengan kekerasan anak maka sudah seharusnya pihak kabupaten dan kota agar terus memasifkan pengeksekusian kegiatan tersebut. Sehingga dengan begitu kekerasan terhadap anak dikalangan masyarakat bisa diminimalisir bahkan sebelum terjadinya kekerasan atas dasar pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat.

Oleh karena itu jika sudah ada regulasi yang kuat kalau tidak didukung dengan pengeksekusian kegiatan maka jangan heran jika kekerasan terhadap anak terus terjadi. Oleh karena demikian selain dari adanya penguatan regulasi harus ditopang juga dengan efektivitas pelaksanaan program yang dilakukan sehingga apa yang menjadi target yaitu terwujudnya kabupaten dan kota layak anak bisa tercapai dan bukan hanya sebagai keinginan dan harapan semata. Dalam hal ini diperlukan komunikasi dan koordinasi yang kuat dan intens antara bidang PKA dengan kabupaten dan kota, lebih jauh bidang PKA harus lebih menekankan pihak kabupaten dan kota dalam hal mempercepat pemenuhan dan perlindungan khusus anak.

2. Unit Pelaksana Teknis Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA)

Berdasarkan hasil temuan peneliti bahwa UPTD PPA merupakan layanan dan sebagai rujukan akhir bagi korban kekerasan, dan diskriminasi terutama perempuan dan anak yang tidak bisa diselesaikan di kabupaten.

UPTD PPA sebagai perpanjangan tangan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengandalian Penduduk dan keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi NTB menerima laporan dari masyarakat terkai dengan kekerasan yang dialami, dan akan diberikan assessment oeh pihak UPTD PPA, setelah dilakukan assessment akan dilakukan pendampingan atau pemulihan korban

Sebagai pelaksana teknis dinas UPTD PPA Provinsi NTB sebagai rujukan akhir yang melaksanakan tugas mengangani anak dan perempuan korban kekerasan melakukan penanganan dengan melakukan pemulihan terhadap korban.

Untuk kepentingan pemulihan, korban akan memperoleh pelayanan dari:

a. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan diperlukan untuk menangani korban yang menerima luka berat yang mesti ditangani oleh tenaga medis semisal kekerasan fisik, baik itu dipukul, ditendang, dan sebagainya.

b. Pendampingan dan terapi Tenaga Psikologi Klinis

Tenaga psikologis klinis yaitu untuk memulihkan keadaan psikologis anak, tenaga psikolog klinis inilah kemudian yang akan menganalisis dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan anak tersebut. Proses pendampingan dilakukan selama 15 hari sesuai dengan aturan tergantung kondisi psikologis anak, tidak menutup kemungkinan lebih dari waktu yang ditentukan bahkan sampai ada yang sampai satu bulan, dan bisa juga lebih cepat dari itu semisal anaknya kooperatif dari awal semangatnya tinggi, bisa saja cepat proses pendampingan. Selama proses pendampingan anak dibangkitkan mentalnya dibekali dengan ilmu pengetahuan terutama untuk dirinya dalam artian berani berkata tidak, disana ada diajarkan apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

c. Rumah Aman

Proses pendampingan dilakukan di tempat tertutup tempat khusus bagi korban kekerasan yaitu rumah aman yang hanya diketahui oleh pihak terkait untuk keamanan dan ketenangan korban.

d. Pembimbing Rohani

Untuk penguatan keagamaan korban seperti diajari ngaji, diberikan siraman rohani agar keimanan korban tidak terkikis meskipun dihadapkan dengan kekerasan, keimanan itu akan tetap ada dalam diri korban sehingga ketika anak tersebut

keluar dan selesai dari pendampingan anak itu akan bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya melepas beban yang selama ini dirasa oleh si korban.

Selama proses pendampingan pasti ada kendala dan hambatan yang dilalui apalagi jika dihadapkan dengan anak yang bandel, susah diatur, jadi memang ada pendekatan khusus yang dilakukan seperti memposisikan diri sesuai dengan keinginan anak, misalnya menjadi ibu, teman curhat bagi anak intinya sesuai kebutuhan si anak agar anak bisa di rubah, bisa lebih berani, nyaman dan kembali ke sekolahnya

Anak yang sudah selesai di pendampingan akan dikembalikan dan ditindak lanjuti oleh kabupaten, jadi kabupaten yang akan memilihkan tempat yang layak untuk anak kembali, dan kita akan mengetahui bagaimana perkembangan si anak melalui evaluasi yang dilakukan oleh kabupaten.

Berbagai upaya pemulihan yang dilakukan adalah untuk kepentingan si anak korban kekerasan. Hal ini sebagai usaha dari pemerintah untuk mengembalikan anak sebagaimana keadaannya semula, diberikan motivasi, support, dukungan serta menjadikan anak lebih berani tampil dan percaya diri, berani berkata tidak jika dihadapkan dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya. Hal ini dilakukan dalam rangka menyelamatkan generasi agar menjadi pribadi yang baik mampu membawa perubahan untuk kepentingan dirinya, bahkan bangsa dan negara.

Pemberian motivasi dorongan untuk anak korban kekerasan dengan nilai-nilai agama, dengan mengarahkan bahwa Allah membersamai dia ketika dia dalam keadaan apapun baik itu senang, sedih, maupun dalam keterpurukan sekalipun. Dengan demikian anak akan merasa bahwa itu semua hanya ujian untuk anak tersebut, ujian yang mendewasakan, dan menjadikan anak tersebut anak yang lebih kuat dan tangguh.

B. Analisis Pandangan Hukum Islam Terhadap Kasus Anak Korban Kekerasan Dalam Keluarga (Child Abuse) di Masa Pandemi Covid 19

Hukum Islam tidak mengenal adanya kekerasan, anak merupakan harta paling berharga yang dimiliki oleh orang tuanya, yang harus dilindungi, diayomi dan diberikan kasih sayang. Orang tua bertanggung jawab atas tumbuh kembang anak, dan tidak dibenarkan melakukan kekerasan atau diskriminasi terhadap anak. Anak yang mengalami kekerasan akan mengalami trauma yang berat apalagi itu dilakukan secara terus menerus dan mempunyai efek dan bekas pada tubuh si anak. Oleh karena demikian sudah sepatutnya orang tua memperhatikan anak-anaknya, dididik dengan cara yang islami, diberikan pengetahuan yang baik dan benar

Orang tua bertanggung jawab atas kehidupan anak, tidak menjadikan anak sebagai pelampiasan amarah, menjaga dan merawat anak dengan baik agar tumbuh menjadi generasi rabbani, mandiri, generasi yang bermanfaat bagi orang tuanya sendiri, agama, nusa dan bangsa.

Mengenai perlindungan terhadap anak dijelaskan juga dalam pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menentukan:

a. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain maupun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan:

1) Diskriminasi

2) Eksploitasi anak, baik ekonomi, maupun seksual 3) Penelantaran

4) Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan 5) Ketidakadilan

6) Perlakuan sah lainnya

b. Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.

Menurut hukum Islam anak adalah amanah dan anugerah oleh Allah SWT yang harus dilindungi oleh orang tuanya.

Anak adalah titipan Allah SWT kepada kedua orang tua,

Dokumen terkait