• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

Sarana dan prasaran dijadikan sebagai alat untuk mendukung pengeksekusian kegiatan agar kabupaten dan kota bisa menuju predikat layak anak. Pada kenyataan masih banyak diantara kabupaten dan kota yang masih belum mempunyai sarana dan prasarana tersebut, karena untuk menuju KLK (Kabupaten/Kota Layak Anak, harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai misalnya ruang bermain untuk anak seperti taman, sekolah ramah anak, puskesmas ramah anak, rumah sakit, pesantren pokoknya yang berkaitan dengan anak itu harus ada dan disiapkan.

c. Dana

Dana diperlukan untuk mendukung sarana dan prasarana, namun dibeberapa tahun terakhir terjadi pengurangan anggaran, adanya pengurangan anggaran disebabkan karena pandemi covid 19. Untuk meminimalisir kekurangan anggaran tersebut bidang PKA juga berkolaborasi dengan instansi yang

69Dudut Eko Juliawan, Hasil Wawancara dari Seksi Kelembagaan dan Partisipasi Anak, (16 Februari 2022).

sama tujuannya yaitu meminimalisir kekerasan terhadap anak terutama Lembaga Perlindungan Anak (LPA) selain itu Lembaga Swada Masyarakat (LSM), MBO, LPA, untuk meminimalisir kekerasan terhadap anak, terutama Lembaga Perlindungan Anak (LPA), sehingga bidang Perlindungan Khusus Anak tidak terpacu pada anggaran yang ada di dinas.

Sistem yang digunakan dalam rangka mengeksekusi kegiatan tersebut yaitu dengan penguatan regulasi seperti perda tentang pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, pergub tentang sistem perlindungan anak, pencegahan paham radikalisme dan terorisme.

Penguatan regulasi bertujuan untuk menjamin dan terlindunginya hak anak dengan baik artinya bahwa negara menjamin terlindunginya hak anak yang menjadi korban kekerasan. Dengan penguatan regulasi tersebut pelaku kekerasan akan sadar bahwa terdapat konsekuensi yang didapatkan ketika melakukan hal demikian. Sehingga eksistensi atau keberadaan dari dinas-dinas yang khusus menangani masalah kekerasan anak semakin kuat karena didukung dengan adanya regulasi yang kuat.

Untuk mendorong keberhasilan dari kegiatan tersebut strategi yang digunakan adalah dengan mendorong kabupaten dan kota untuk mempercepat pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak dengan tujuan akhir yaitu kekerasan terhadap anak dan perkawinan anak bisa diminimalisir dengan demikian tercapai kabupaten/kota layak anak, ketika kabupaten/kota sudah layak anak maka provinsi juga demikian.

Namun pada kenyataannya masih banyak kemudian kasus yang bermunculan terlebih pada masa pandemi covid 19. Hal ini terjadi karena kurangnya tindak lanjut atau tidak efektifnya pengeksekusian kegiatan yang dilakukan oleh pihak kabupaten dan kota setelah dilakukannya evaluasi program, karena kurangnya tindak lanjut dan tidak efektifnya pengeksekusian kegiatan yang dilakukan maka hal tersebut berimbas kepada meningkatnya kasus kekerasan yang terjadi pada masyarakat disamping karena faktor ekonomi, dana, sarana dna prasana dan pandemi covid 19

Program yang sebenarnya menjadi media bagi masyarakat untuk memperkaya wawasan keilmuan yang berkaitan dengan anak justru tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, untuk menjawab tantangan yang ada saat ini terutama dikalangan masyarakat yang berkaitan dengan kekerasan anak maka sudah seharusnya pihak kabupaten dan kota agar terus memasifkan pengeksekusian kegiatan tersebut. Sehingga dengan begitu kekerasan terhadap anak dikalangan masyarakat bisa diminimalisir bahkan sebelum terjadinya kekerasan atas dasar pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat.

Oleh karena itu jika sudah ada regulasi yang kuat kalau tidak didukung dengan pengeksekusian kegiatan maka jangan heran jika kekerasan terhadap anak terus terjadi. Oleh karena demikian selain dari adanya penguatan regulasi harus ditopang juga dengan efektivitas pelaksanaan program yang dilakukan sehingga apa yang menjadi target yaitu terwujudnya kabupaten dan kota layak anak bisa tercapai dan bukan hanya sebagai keinginan dan harapan semata. Dalam hal ini diperlukan komunikasi dan koordinasi yang kuat dan intens antara bidang PKA dengan kabupaten dan kota, lebih jauh bidang PKA harus lebih menekankan pihak kabupaten dan kota dalam hal mempercepat pemenuhan dan perlindungan khusus anak.

2. Unit Pelaksana Teknis Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA)

Berdasarkan hasil temuan peneliti bahwa UPTD PPA merupakan layanan dan sebagai rujukan akhir bagi korban kekerasan, dan diskriminasi terutama perempuan dan anak yang tidak bisa diselesaikan di kabupaten.

UPTD PPA sebagai perpanjangan tangan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengandalian Penduduk dan keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi NTB menerima laporan dari masyarakat terkai dengan kekerasan yang dialami, dan akan diberikan assessment oeh pihak UPTD PPA, setelah dilakukan assessment akan dilakukan pendampingan atau pemulihan korban

Sebagai pelaksana teknis dinas UPTD PPA Provinsi NTB sebagai rujukan akhir yang melaksanakan tugas mengangani anak dan perempuan korban kekerasan melakukan penanganan dengan melakukan pemulihan terhadap korban.

Untuk kepentingan pemulihan, korban akan memperoleh pelayanan dari:

a. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan diperlukan untuk menangani korban yang menerima luka berat yang mesti ditangani oleh tenaga medis semisal kekerasan fisik, baik itu dipukul, ditendang, dan sebagainya.

b. Pendampingan dan terapi Tenaga Psikologi Klinis

Tenaga psikologis klinis yaitu untuk memulihkan keadaan psikologis anak, tenaga psikolog klinis inilah kemudian yang akan menganalisis dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan anak tersebut. Proses pendampingan dilakukan selama 15 hari sesuai dengan aturan tergantung kondisi psikologis anak, tidak menutup kemungkinan lebih dari waktu yang ditentukan bahkan sampai ada yang sampai satu bulan, dan bisa juga lebih cepat dari itu semisal anaknya kooperatif dari awal semangatnya tinggi, bisa saja cepat proses pendampingan. Selama proses pendampingan anak dibangkitkan mentalnya dibekali dengan ilmu pengetahuan terutama untuk dirinya dalam artian berani berkata tidak, disana ada diajarkan apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

c. Rumah Aman

Proses pendampingan dilakukan di tempat tertutup tempat khusus bagi korban kekerasan yaitu rumah aman yang hanya diketahui oleh pihak terkait untuk keamanan dan ketenangan korban.

d. Pembimbing Rohani

Untuk penguatan keagamaan korban seperti diajari ngaji, diberikan siraman rohani agar keimanan korban tidak terkikis meskipun dihadapkan dengan kekerasan, keimanan itu akan tetap ada dalam diri korban sehingga ketika anak tersebut

keluar dan selesai dari pendampingan anak itu akan bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya melepas beban yang selama ini dirasa oleh si korban.

Selama proses pendampingan pasti ada kendala dan hambatan yang dilalui apalagi jika dihadapkan dengan anak yang bandel, susah diatur, jadi memang ada pendekatan khusus yang dilakukan seperti memposisikan diri sesuai dengan keinginan anak, misalnya menjadi ibu, teman curhat bagi anak intinya sesuai kebutuhan si anak agar anak bisa di rubah, bisa lebih berani, nyaman dan kembali ke sekolahnya

Anak yang sudah selesai di pendampingan akan dikembalikan dan ditindak lanjuti oleh kabupaten, jadi kabupaten yang akan memilihkan tempat yang layak untuk anak kembali, dan kita akan mengetahui bagaimana perkembangan si anak melalui evaluasi yang dilakukan oleh kabupaten.

Berbagai upaya pemulihan yang dilakukan adalah untuk kepentingan si anak korban kekerasan. Hal ini sebagai usaha dari pemerintah untuk mengembalikan anak sebagaimana keadaannya semula, diberikan motivasi, support, dukungan serta menjadikan anak lebih berani tampil dan percaya diri, berani berkata tidak jika dihadapkan dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya. Hal ini dilakukan dalam rangka menyelamatkan generasi agar menjadi pribadi yang baik mampu membawa perubahan untuk kepentingan dirinya, bahkan bangsa dan negara.

Pemberian motivasi dorongan untuk anak korban kekerasan dengan nilai-nilai agama, dengan mengarahkan bahwa Allah membersamai dia ketika dia dalam keadaan apapun baik itu senang, sedih, maupun dalam keterpurukan sekalipun. Dengan demikian anak akan merasa bahwa itu semua hanya ujian untuk anak tersebut, ujian yang mendewasakan, dan menjadikan anak tersebut anak yang lebih kuat dan tangguh.

B. Analisis Pandangan Hukum Islam Terhadap Kasus Anak Korban Kekerasan Dalam Keluarga (Child Abuse) di Masa Pandemi Covid 19

Hukum Islam tidak mengenal adanya kekerasan, anak merupakan harta paling berharga yang dimiliki oleh orang tuanya, yang harus dilindungi, diayomi dan diberikan kasih sayang. Orang tua bertanggung jawab atas tumbuh kembang anak, dan tidak dibenarkan melakukan kekerasan atau diskriminasi terhadap anak. Anak yang mengalami kekerasan akan mengalami trauma yang berat apalagi itu dilakukan secara terus menerus dan mempunyai efek dan bekas pada tubuh si anak. Oleh karena demikian sudah sepatutnya orang tua memperhatikan anak-anaknya, dididik dengan cara yang islami, diberikan pengetahuan yang baik dan benar

Orang tua bertanggung jawab atas kehidupan anak, tidak menjadikan anak sebagai pelampiasan amarah, menjaga dan merawat anak dengan baik agar tumbuh menjadi generasi rabbani, mandiri, generasi yang bermanfaat bagi orang tuanya sendiri, agama, nusa dan bangsa.

Mengenai perlindungan terhadap anak dijelaskan juga dalam pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menentukan:

a. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain maupun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan:

1) Diskriminasi

2) Eksploitasi anak, baik ekonomi, maupun seksual 3) Penelantaran

4) Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan 5) Ketidakadilan

6) Perlakuan sah lainnya

b. Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.

Menurut hukum Islam anak adalah amanah dan anugerah oleh Allah SWT yang harus dilindungi oleh orang tuanya.

Anak adalah titipan Allah SWT kepada kedua orang tua,

masyarakat, bangsa dan Negara yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai rahmatan lil „alamin dan sebagai pewaris ajaran Islam. Oleh karena demikian anak harus dijaga baik harkat maupun martabatnya lahir dan batin sebagai bentuk penjagaan/implementasi terhadap yang termaktub dalam maqasyid syariah yaitu menjaga keturunan.

Seperti yang terdapat dalam Qs. Al-Kahfi ayat 46:

ُتَحِل صلا ُتَيِقَبْلا َو بَيْوُّذلا ِةىَيَحْلا ُتَىْي ِص َن ْىُىَبْلا َو ُلبَمْلا ًلَمَع ٌشْيَخ َو ًببا َىَث َكِّب َس َذْىِع ٌشْيَخ

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.70

Anak adalah anugerah, karena tidak setiap orang dapat memilikinya. Sedangkan maksud anak adalah amanat, karena ketika anak dilahirkan ke dunia oleh Allah SWT, Allah memilihkan pendamping untuk merawat dan membesarkannya sebagai calon pengganti generasi penerus. Hal ini tertera dalam Al-Qur‟an surah An- Nisa ayat 9

اىُك َشَت ْىَل َهيِز لا َشْخَيْل َو اىُفبَخ بًفبَع ِض ًت ي ِّسُر ْمِهِفْلَخ ْهِم

اًذيِذَس ًلا ْىَق اىُلىُقَيْل َو َ اللَّ اىُق تَيْلَف ْمِهْيَلَع

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

70Qs. Al-Kahfi [18]: 46

Ayat tersebut mengandung makna bahwa janganlah seseorang meninggalkan generasi yang lemah dibelakang mereka atau meninggalkan anak atau keturunan yang lemah baik dalam hal intelektual, fisik, psikis, ekonomi, dan moral. Ayat ini mengandung pesan agar kita senantiasa melindungi dan menjaga hak-hak anak cucu kita, baik itu yang belum lahir maupun yang sudah dewasa sekalipun sampai anak tersebut dapat mengurus dirinya sendiri serta dijauhkan dari mendidik dengan kekerasan.

Dalam konteks perlindungan terhadap anak korban kekerasan, tentunya hukum Islam tidak menjelaskan secara detail baik dalam Al- Qur‟an maupun hadits. Hanya saja hukum Islam mengajarkan anjuran untuk melindungi anak dan melarang perbuatan yang mengandung kekerasan. Bentuk perlindungan oleh Islam sebagai berikut:

a. Melindungi Anak dari Kekerasan

Islam melarang dan sangat menentang tindak kekerasan yang mengakibatkan kerugian terhadap anak apalagi sampai menghilangkan nyawa anak tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Isra ayat: 149

ْمُكبَيِا َو ْمُهُق ُص ْشَو ُهْحَو ِقَلْمِأ َتَيْشَخ ْمُكَدَلا ْوَأ ا ْىُلُتْقَت َلا َو ا ًشْيِبَك بَئْط ِخ َنبَك ْمُهَلْتَق نأ

Artinya: “Dan jaganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan membeir rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”.71

Ayat di atas dengan jelas menjelaskan bahwa jangan sekali- kali membunuh jiwa anak hanya karena takut miskin padahal Allah SWT memberikan rezeki tersendiri bagi mereka dan juga kepada kedua orang tuanya karena sesungguhnya membunuh mereka merupakan suatu dosa yang sangat besar.

Islam sangat mencela kekerasan terlebih pada anak-anak.

Nabi saw sendiri telah mencontohkan bahwa beliau tidak pernah

71Qs. Al-Isra [17]: 31.

melakukan pemukulan terhadap anak, istri, atau pembantu sekalipun. Aisyah meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw tidak pernah memukul dengan tangannya terhadap istri atau pelayan, kecuali jika berjihad di jalan Allah (HR. Muslim).

Adapun petunjuk hadits yang membolehkan pemukulan terhadap anak jika telah berumur sepuluh tahun, perlu mendapatkan penjelasan. Meskipun dibolehkan tetapi diusahakan sebagai pilihan terakhir. Akan lebih baik lagi jika kitatidak menghukum dengan pemukulan sebagai yang dicontohkan Rasulullah SAW. Menurut Jamal Abdurrahman sebagai tokoh pendidikan Islam, membolehkan pemukulan jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:72

1) Kebolehan memukul jika anak menginjak usia 10 tahun ke atas. Itu juga dalam perkara penting seperti sholat yang wajib bukan lainnya

2) Pukulan tidak boleh berlebihan sehingga mencederai, Nabi Saw membolehkan pukulan tidak lebih dari 10 kali pukulan.

Umar bin Abdul Aziz mengintruksikan kepada paragubernur untuk diteruskan kepada para guru (mu'allim) agar tidak memukul muridnya lebih dari tiga kali berturut-turut.

3) Sarana yang digunakan adalah bahan yang tidak membahayakan juga objek yang dipukul bukan bagian yang vital.

4) Pemukulan dilakukan dengan hati-hati tidak keras, yaitu jangan sampai mengangkat ketiak

b. Menyayangi Anak meskipun Anak Zina

Kasih sayang merupakan sifat dasar manusia untuk melindungi. Jika seseorang sayang pada sesuatu pasti ia akan berusaha sekuat tenaga untuk melindunginya. Sama halnya Islam sangat memperhatikan perlunya kasih sayang dan kecintaan para orang tua kepada anak-anaknya, hal tersebut tergambar pada hadits Rasulullah SAW menunjukkan kasih sayangnya dan cinta beliau kepada cucu-cucu beliau sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits sahih Bukhari 5538

72Ibid, hlm. 180-182

Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi."

Nabi saw pernah mempercepat shalatnya ketika mendengar tangisan seorang bayi karena khawatir ibunya gelisah sehingga terganggu shalatnya. Dalam kisah lain, Nabi saw pernah shalat dan sujudnya agak lama. Ternyata ada cucunya Hasan dan Husain menunggangi punggungnya. Nabi saw tidak sampai hati bangun dari sujud khawatir cucunya terlepas atau terjatuh.73 ini merupakan tanda bahwa beliau seorang penyanyang dan pelindung terhadap anak-anak.

Dua contoh tersebut menunjukkan betapa Nabi mengutamakan dan melindungi kepentingan anak. Pada contoh yang pertama dapat dipahami bahwa perbuatan ibadah sekalipun tidak boleh mengabaikan kepentingan anak. Pada contoh kedua, memberikan gambaran bahwa penegakkan hukum harus tetap dilaksanakan dengan tidak menafikan kepentingan terbaik bagi anak dengan cara memberi kesempatan pada si ibu memberikan hak yang layak bagi si anak, yaitu hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar baik di dalam kandungan, akan dilahirkan dan hak mendapatkan ASI. Meskipun si ibu melakukan perbuatan melanggar hukum, anak yang sedang dikandungnya tetap dilindungi dan tidak boleh dirugikan karena perbuatan salah seorang ibu.

c. Berlaku Adil dalam Pemberian

Islam sangat tegas dan konsisten dalam menerapkan prinsip non diskriminasi terhadap anak. Banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang memerintahkan umat manusia untuk berbuat adil terhadap anak- anak.

Perintah untuk berlaku adil dan tidak membeda-bedakan anak atas jenis kelaminnya juga dijaelaskan dalam beberapa hadis, diantaranya: “Berbuat adillah di antara anak-anakmu, berbuat adillah di antara anak-anakmu, berbuat adillah diantara anak- anakmu” (HR. Ashabus Sunan, Imam Ahmad dan Ibnu Hibban).

Perintah Rasulullah SAW kepada para orang tua untuk berbuat adil

73 Jamal Abdurrahman, op. cit. hlm. 89 dan 92

terhadap anak-anaknya dilakukan dalam semua pemberian, baik berupa pemberian harta (materi) maupun kasih sayang (immateri).

Berikut perintah Nabi Muhammad SAW agar orang tua berbuat adil dalam hal pemberian (materi) terhadap anak-anaknya. Nabi saw bersabda: Samakanlah di antara anak-anak kalian dalam pemberian” (HR. Thabrani). Nabi saw pernah tidak mau menjadi saksi terhadap perkara Nu‟iman bin Basyir yang menghibahkan harta kepada salah satu anak laki-lakinya dari seorang istri bernama Ammarah binti Rawahah. Akhirnya Nu;iman mencabut kembali hibahnya.74

Berdasarkan Ayat di atas, bahwasannya Islam sangat mengajarkan kepada manusia untuk melindungi anaknya dan menjauhkan anak dari perbuatan yang merugikan anak. Hal itu sejalan dengan apa yang dilakukan baik oleh Bidang Perlindungan Khusus Anak yang secara khusus melakukan pencegahan dan promosi terkait dengan kekerasan terhadap anak dan UPTD PPA yang berlaku melayani dan menangani anak korban kekerasan d. Melindungi anak dari pergaulan yang buruk

Nabi saw telah berpesan berkaitan dengan pergaulan anak hendaklah orang tua mencarikan teman bergaul yang baik. Dalam sebuah hadits beliau bersabda: “Seseorang itu mengikuti agama teman dekatnya. Oleh sebab itu hendaklah seseorang memperhatikan teman dekatnya”. (HR. Abu Dawud)

Hadis di atas menerangkan bahaya teman duduk yang buruk begitu pula dengan bergaul dengan orang-orang yang jahat serta menjadikan mereka teman dekat sama bahayanya. Agama yang dimaksud hadis di atas adalah cara hidup atau tingkah laku sehari- hari. Jadi jika ingin anak kita menjadi anak yang baik maka carikanlah teman bergaul yang cara hidup dan tingkah lakunya baik. Ibnu Sina pernah mengatakan bahwa hendaknya seorang anak bergaul dengan anak-anak sebayanya yang memiliki etika yang lebih baik dan sepak terjang yang terpuji. Hal itu karena sesungguhnya pengaruh seorang anak terhadap anak lain yang

74 Ibid, hlm. 148

seusia lebih mendalam, lebih berkesan dan lebih dekat dengannya.75

e. Hak Untuk Memperoleh Pendidikan dan Pengajaran

Salah satu hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua adalah hak untuk diberikan pendidikan dan pengajaran, baik ketika anak masih dalam kandungan bahkan ketika dewasa sekalipun.

Anak yang diberikan pendidikan yang baik tentunya akan mencerminkan akhlak atau kepribadian yang baik pula. Oleh sebab itulah sedari awal orang tua harus memberikan pendidikan yang baik dan benar kepada generasi atau keturunannya dan tidak dibenarkan meninggalkan generasi yang lemah baik dari segi iman, akhlak, harta, moral, etika dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 9:

اىُفبَخ بًفبَع ِض ًت ي ِّسُر ْمِهِفْلَخ ْهِم اىُك َشَت ْىَل َهيِز لا َشْخَيْل َو ُقَيْل َو َ اللَّ اىُق تَيْلَف ْمِهْيَلَع اًذيِذَس ًلا ْىَق اىُلى

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

Ayat ini mengandung makna bahwa jangan pernah meninggalkan generasi yang lemah, baik dari segi iman, akhlak, etika, moral, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Ayat ini menjadi cambukan bagi para orang tua agar memberikan pendidikan yang bagus untuk anak-anaknya.

Oleh karena itu dapat dipahami bahwa orang tua harus membekali anak dengan pendidikan dan pengajaran yang baik, baik itu pendidikan agama, sosial dan sebagainya. Anak diajarkan bagaimana mengenal agama yang baik, karena pendidikan pertama yang baik anak adalah pendidikan dari orang tuanya terlepas dari pendidikan yang didapatkannya di bangku sekolah. Ketika orang

75 Ibid, hlm. 212

tua memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya semisal dalam hal agama diberikan pemahaman agama yang baik, kemudian di lingkungan sosialnya diberikan ilmu tentang bagaimana menghargai orang lain, dengan mencerminkan sikap dan kepribadian yang baik, tutur kata dan perilaku yang baik. Apa yang diajarkan oleh orang tua di rumahnya itulah kemudian yang akan dilakukan oleh anak diluaran sana. Oleh karena demikian sebisa mungkin orang tua harus memberikan pendidikan dan keteladanan yang baik kepada anaknya, hal demikian akan ditiru oleh anak, sebagaimana ungkapan bahwa buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya jadi kepribadian anak atau sikap anak akan terbentuk bagaimana sikap dan perilaku orang terhadap anaknya.

Ketika orang tua memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik maka akan diikuti oleh anak begitu juga sebaliknya ketika orang tua menonjolkan sikap atau perilaku yang buruk kepada anaknya hal serupa juga akan dilakukan oleh anak. Karena anak akan meniru setiap apa yang dilakukan oleh orang tuanya.

Ketika anak bandel, kemudian susah diatur orang tua tidak sepatutnya langsung memberikan perlakuan yang kasar kepada anak. Anak yang demikian harus dinasehati dengan baik, dikasih tau dengan baik dan halus sebisa mungkin orang tua harus membangun hubungan emosional yang baik dengan anak. Kalau anak bandel dan langsung diberikan kekerasan hal demikian mencerminkan kepribadian yang buruk kepada anak, karena apa yang diterima oleh anak akan tetap diingat dan tidak menutup kemungkinan hal serupa akan dilakukan oleh anak.

Dokumen terkait