• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III

Dari data diatas maka dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Diketahui:

P1 = 11.500 P2 = 12. 600 Q1 = 200 Q2 = 50 Maka:

E = ∆𝑄

x 𝑃1

∆𝑃 𝑄1

∆𝑄 = 𝑄2−𝑄1 = 50-200 = -150

∆𝑃 = 𝑃2−𝑃1 = 12.600-11.500 = 1.100

QD

250 200 150 100 50 0

10.500 11.000 11.500 12.000 12.500 13.000

E = 1.100 150 𝑥11.500 200

E = 0,136 x 57,5= 7.82 (> 1)

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diperoleh hasil 7,82. Hal ini menandakan bahwa angka tersebut > 1 . berdasarkan koefisien jenis elastisitas, angka tersebut bersifat elastis.

Sumber: Data Diolah, 2022

Gambar 3.1

Kurva Permintaan Elastis

Dari gambar diatas bisa dilihat bahwa tingkat elastisitas permintaan dan penawaran memiliki bentuk kurva yang landai karena

% ∆𝑄 > % ∆𝑃.70 Hal ini berarti bahwa perubahan harga berpengaruh secara responsif terhadap jumlah barang yang diinginkan. Elastis merupakan suatau keadaan dimana konsumen menjadi sangat peka terhadap perubahan harga. Jenis permintaan elastis ini biasanya terjadi pada produk yang mudah dicari barang substitusinya. Begitu juga pada usaha tempe milik Ibu Pahriah. Karena ukuran tempe yang semakin mengecil yang disebabkan oleh naiknya harga kedelai, membuat para pelanggan lebih memilih kebutuhan pokok yang lain sebagai penggantinya. Seperti yang telah disamapaikan pada proses wawancara bahwa tidak sedikit dari para pembeli mengganti tempe menjadi lauk lain

70Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 111.

yang lebih murah. Menurunnya jumlah permintaan tentu saja mempengaruhi jumlah penawaran secara langsung sebab jumlah barang yang ditawarkan menyesuaikan dengan kondisi permintaan.

Berdasarkan kurva diatas, dapat diketahui bahwa usaha yang dijalankan memiliki masalah yang sangat serius. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa hal yang menjadi dampak Ibu Pahriah dalam menghadapi elastisitas harga kedelia untuk mempertahankan usaha yang sedang dijalani yaitu:

1. Dampak dari sisi financial dan non-financial.

UMKM yang memiliki pemahaman tentang sistem informasi yaitu faktor keuangan dan pemahaman tentang non keuangan dengan baik maka dapat menjalankan usahanya dan mengukur keberhasilan usaha yang dijalankan.71 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Cahyo Nugroho bahwa adanya pengaruh positif signifikan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal, hal ini berarti setiap kenaikan pertumbuhan penjualan akan diikuti dengan naiknya struktur modal.72 Dalam proses wawancara, telah dijelaskan bahwa pertumbuhan penjualan cenderung menurun akibat terjadinya lonjakan harga kedelai impor sehingga keuntungan yang didapatkan pun menurun mengikuti siklus pertumbuhan penjualan. Meskipun menurun, namun eksistensi dalam menjaga keberlanjutan usaha dapat dijaga dengan menetapkan harga jual.

Sedangkan dalam kriteria keberhasilan non-financial dapat dilihat melalui kepuasan maupun keluhan pelanggan, kualitas dan mutu produk, reputasi, maupun persaingan produk baru dipasar.

Kinerja non keuangan ditujukan untuk meningkatkan kualitas, inovasi, pasar dan mengurangi biaya dalam produksi dan praktek-

71Nurmala, dkk, “Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan pada Keberhasilan UMKM di Kota Bandar Lampung”, Esai, Volume. 13, No. 1, Januari 2019.

72Nur Cahyo Nugroho, “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan terhadap Struktur Modal Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kerajinan Kuningan di Kabupaten Pati”, Management Analysis Journal, Vol.

3, No. 2, 2014.

praktek lainnya.73 Pertama yaitu kepuasan maupun keluhan pelanggan. Kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil pertandingan atas kinerja produk/jasa yang diterima dan yang diharapkan. Sedangkan menurut Priansa, bahwa kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang diperkirakan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan.74 Berdasarkan hasil wawancara bahwa Ibu Pahriah kerap menerima protes dari pelanggan yang disebabkan karena ukuran tempe yang lebih kecil dari biasanya. Meskipun begitu, Ibu Pahriah mencoba untuk menjelaskan kepada pelanggan atas resiko yang sedang dihadapi. Seperti yang disimpulkan oleh Susilo dan Ariani berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa industri kecil memiliki beberapa strategi bertahan untuk tetap menjalankan usahanya. sebagai contoh, produsen makanan kecil mensiasati kenaikan harga bahan baku atau faktor produksi dengan menaikkan harga jual dan mempertahankan harga jual. Salah satu cara yang dilakukan dalam mempertahankan harga jual yaitu dengan mengecilkan ukuran produk yang dijual.75 Begitu pula yang dilakukan oleh Ibu Pahriah dalam mempertahankan usahanya, Ibu Pahriah memilih untuk mengecilkan ukuran agar tidak kehilangan pelanggan jika harganya dinaikkan.

Hal ini dilakukan untuk menanggulangi keluhan konsumen.

Kedua, yakni kualitas dan mutu produk. Definisi kualitas produk merupakan kemampuan produk dalam memperagakan fungsinya, hal ini termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian, dan reparasi produk juga atribut produk lainnya. Adapun bentuk pertahanan kualitas produk yang dilakukan Ibu Pahriah yakni dengan mempertahankan cita rasa yang baik agar mampu menarik minat konsumen untuk menginginkan produknya

73Uswatun Hasanah, dkk, “Implementasi Non Financial Performance sebagai strategi menghadapi MEA pada UMKM”. Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo.

74Siti Maesaroh dan Walid Rudianti, “Peningkatan Kepuasan Konsumen pada UMKM melalui Komunikasi Pemasaran, Komitmen Penanganan Keluhan dan Kualitas Produk di Kabupaten Banjarnegara”. Fokus Ekonomi, Vol. 17, No. 1, Juni 2022

75Y Sri Susilo, “Strategi Bertahan Industri Makanan Skala Kecil Pasca Kenaikan Harga Pangan dan Energi di Kota Yogyakarta”, Ekuitas, Vol. 14 No. 2 Juni 2010:225-224

kembali. Ketiga, yakni reputasi. Faktor utama yang mempengaruhi minta pembelian ulang adalah reputasi. Reputasi akan tumbuh ketika keyakinan konsumen bahwa yang menjual barang atau jasa akan jujur dan peduli kepada konsumen mereka. Apabila manfaat yang dirasakan konsumen atas produk yang mereka beli lebih tinggi dari persepsi, maka akan berdampak kepada meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut.76 Karena harga kedelai yang mengakibatkan mengecilnya ukuran tempe dari Ibu phariah, maka secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi reputasi dagang yang ia miliki. Kemudian yang keempat yaitu persaingan. Persaingan usaha yang sehat (fair competition) akan memberikan akibat positif bagi para pelaku usaha sebab dapat menimbulkan motivasi atau rangsangan untuk meningkatkan efesiensi, produktivitas, inovasi dan kualitas produk yang dihasilkan.77 Menurut Ibu Pahriah, persaingan pasar itu tidak bisa dihindari, terutama produk yang serupa dengan kualitas yang berbeda maupun produk subtitusi. Hal ini melatih strategi yang mampu diciptakan seperti peningkatan kualitas maupun pelayanan konsumen.

2. Dampak faktor konsumen, kualitas produk, produktivitas dan laba dalam keberhasilan usaha

Ada beberapa faktor yang menjadi keberhasilan pada usaha.

Pertama, yaitu pelanggan atau konsumen merupakan salah satu unsur dari lingkungan eksternal mikro yang penting peranannya terhadap keberlangsungan dan kontinutas produksi. Konsumen berperan dalam membeli atau melakukan permintaan terhadap produk yang ditawarkan oleh produsen. Suatu usaha akan tetap berproduksi meskipun tidak memiliki pelanggan tetap. Namun dengan adanya pelanggan tetap, kontinutas produksi usaha tersebut

76Nida Ul Farida, “Pengaruh Reputasi Merek, Kualitas Produk dan Word Of Mouth terhadadp Repurchase Intention Koperasi Serba Usaha (KSU) Apikri (Studi Kasus pada Konsumen Produk Kerajinan KSU Apikri Yogyakarta”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 15, No. 1, 2018.

77Ayup Suran Ningsih, “Implikasi Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat pada Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah”, Jurnal Penelitian hukum De Jure, Vol. 19, No. 2, Juni 2019.

akan terjaga serta akan berpengaruh pada penjualan tersebut.78 Dalam usaha ibu Pahriah sendiri, rata-rata dari konsumen merupakan pelanggan tetap selama bertahun-tahun, sehingga meskipun jumlah produksi dan jumlah permintaan konsumen menurun, hanya menimbulkan penurunan laba yang diperoleh dan tidak menimbulkan kerugian. Kedua, yakni faktor kualitas produk.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa kualitas produk merupakan ciri dan karakteristik suatu barang atau jasa yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.79 Dalam mempertahankan kualitas yang dimiliki, Ibu Pahriah tetap mempertahankan produknya dari segi cita rasa sehingga tidak menimbulkan keluhan pelanggan. Namun meskipun cita rasa dan harga yang dipertahankan, Ibu Pahriah memilih untuk menghilangkan merk/label agar biaya produksi tidak mengalami pembengkakkan. Dengan menghilangkan label ini tentu saja dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih produk yang akan dibeli. Label merupakan suatu hal yang sangat penting sehingga bisa menjadi ikon sebuah produk. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Resa Irawan bahwa citra merk berpengaruh secara signifikan terhadap suatu pembelian.80 Tim PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) Trisakti memaparkan bahwa kebersihan makanan dapat dilihat dari kemasan produk itu sendiri.

Kemasan produk yang rapi dapat memberikan visualisasi yang bersih terhadap produk yang dibeli.81

Meskipun penghilangan merk yang dilakukan mampu menurunkan jumlah minat pembeli, dalam wawancara Ibu Pahriah

78I Gusti Ayu A.W dan A.A Gede Agung Parameswara, “Peranan Pelanggan dalam Produksi Industri Kerajina Perak di Kota Denpasar”, Warmadewa Economic Development Journal, Vol. 3, No. 1, 2020.

79Nida Ul Farida, “Pengaruh Reputasi Merek, Kualitas Produk dan Word Of Mouth terhadadp Repurchase Intention Koperasi Serba Usaha (KSU) Apikri (Studi Kasus

80Resa Irawan, “Pengaruh Inovasi Produk dan Citra Merk terhadap Keputusan Pembelian Makanan Ringan Yagi-Yagi di Easy Café Bandung,

81Eko Retno Indriyarti, dkk, “Penyuluhan Peningkatan Kualitas Kemasan Produk Pada Pengrajin Tahu dan Tempe di Kelurahan Semanan, Jakarta Barat”, ABDINUS, Vol.5, No. 2, 2021.

mengatakan bahwa hal ini terpaksa dilakukan karena biaya produksi yang semakin tinggi.

Ketiga, yakni produktivitas dan laba. Produktivitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output yang diinginkan dengan dasar umum ekonomi, efisiensi dan optimalisasi sumber daya yang ada sehingga mampu menghasilkan laba.82 Dalam upaya meningkatkan produktivitas usaha yang dimiliki oleh Ibu Pahriah, tidak jarang dilakukannya inovasi terbaru seperti membuat tempe dengan ukuran baru disertai dengan daun pisang yang dianggap dapat menambah cita rasa makanan.

3. Faktor yang mengancam keberhasilan usaha

Ada beberapa faktor yang dapat mengancam keberlangsungan usaha. Pertama, berkurangnya pelanggan.

Berdasarkan hasil wawancara, Ibu Pahriah menjelaskan bahwa berkurangnya pelanggan diakibatkan karena adanya produk serupa maupun produk subtitusi di pasar dan persaingan ukuran produk antar pedagang. Kedua, penurunan jumlah barang. Penurunan jumlah barang tentu saja berkaitan dengan berkurangnya pelanggan.

Ketika jumlah pelanggan menurun yang disebabkan oleh kenaikan harga maka secara tidak langsung akan mengurangi jumlah permintaan. Sebagaimana bunyi hukum permintaan bahwa “ada hubungan yang pasti antara harga pasar dari suatu barang dengan kuantitas yang diminta dari barang tersebut, asalkan hal-hal lain tidak berubah. Hubungan ini disebut sebagai kurva permintaan”.83 Ketiga, kesulitan dalam mengembangkan usaha. Kesulitan dalam mengembangkan usaha karena terjadinya kenaikan harga bahan baku tentu saja sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu usaha. Seperti yang dialami Ibu Pahriah bahwa harga kedelai mengalami kenaikan yang semakin meningkat yang menyebabkan terpaksanya dilakukan pengurangan pegawai. Mengurangi jumlah karyawan dalam mempertahankan keberlanjutan sebuah usaha

82Sri Wahyuni, dkk, “Pengaruh Tingkat Pengalaman Berwirausaha, Produktivitas dan Inovasi terhadap Pengembangan Usaha Kulit Lumpia (Studi Kasus pada UMKM Kulit Lumpia di Kelurahan Kranggan Kota Semarang”.

83Samelson dan Nordhaus, “Ilmu Ekonomi Mikro”, terj. Nur Rosyidah, Anna Elly dan Bosco Cavarllo (Jakarta: PT Media Global Edukasi, 2003), hlm. 54.

didukung oleh hasil penelitian dari Mutimmatul Faidah, dkk bahwa mengurangi karyawan merupakan salah satu strategi keberlanjutan usaha yang banyak dilakukan oleh para pengusaha di masa Covid- 19.84

Strategi mengurangi jumlah karyawan tentu saja bukan hanya dilakukan oleh Ibu Pahriah dalam mempertahankan usaha yang dijalankan. Banyak para UMKM yang melakukan hal ini agar tidak berpotensi gulung tikar, seperti para pengrajin batik di Sidoarjo dalam mempertahankan usaha di era pandemi covid-19.85

Keempat, banyaknya bahan baku yang kadaluarsa atau rusak. Dalam proses pembuatan tempe, bahan baku yang digunakan adalah kedelai. Kedelai cenderung dapat bertahan lama dan tidak mudah rusak ataupun kadaluarsa. Namun, tempe hanya mampu bertahan tiga hingga empat hari untuk layak konsumsi di konsumsi.

Jika Ibu Pahriah mengalami siklus pasar yang tidak stabil maka tempe yang tidak terjual akan menjadi rusak. Keenam, menumpuknya hutang kepada pemberi pinjaman modal maupun kesulitan dalam mendapatkan laba. Berdasarkan hasil wawancara, Ibu Pahriah melakukan pinjaman modal usaha kepada bank untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha yang dikelola.

B.Analisis Dampak Elastisitas Harga Kedelai Impor terhadap Sustainability Pengrajin Tempe dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Tempe Cap Bunga Matahari di Kelurahan Abian Tubuh Baru).

Islam sangat melindungi hak atas penjual dan pembeli, bahkan Islam membolehkan intervensi harga oleh pemerintah bila kenaikan harga disebabkan oleh adanya distorsi terhadap permintaan dan penawaran dengan ketentuan:

a. Intervensi harga ini dilakukan untuk kepentingan masyarakat, yakni melindungi penjual dalam hal menambah keuntungan sekaligus melindungi pembeli.

84Mutimmatul Faidah,dkk, “Keberlanjutan Usaha SPA di Alesya SPA Muslimah Surabaya di tengah Pandemi Covid-19”, e-journal, Vol. 10, No. 2, 2021.

85Dania Dyah Fitriawan dan Maya Mustika Kartika Sari, “Penguatan Modal Sosial UMKM Batik Jetis Sidoarjo dalam Mempertahankan Usaha di era Covid-19”, JCMS, Vol. 6, No. 2, 2021.

b. Bila tidak ada upaya intervensi harga dari pemerintah, maka penjual dapat menaikkan harga secara ikhtiar dan berakibat menzalimi pembeli.

c.

Pembeli biasanya mewakili masyarakat yang lebih luas, sedangkan penjual mewakili keompok masyarakat yang lebih kecil. Berarti, intervensi ini diharapkan dapat melindungi hak kedua belah pihak.86

Menerapkan pendekatan maqashid al-syari’ah pada suatu bisnis maka akan melahirkan usaha yang berkualitas, karena usaha yang dijalankan tidak hanya mempertimbangkan halal dan haramnya saja.

Namun juga melihat bagaimana kebermanfaatan usaha yang dilakukan bagi sekitarnya. Adapun faktor-faktor yang harus dijaga dalam mempertahankan keberlanjutan usaha yaitu:

1. Kriteria keberhasilan usaha dari sisi financial dan non-financial.

Dalam usaha pemeliharaan iman (Din) berperan sebagai cara pandang dunia yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang meliputi perilaku, gaya hidup, selera dan sikapnya terhadap manusia, lingkungan maupun sumber daya.87 Dalam hal ini mempertahankan usaha dengan cara mengecilkan ukuran produk merupakan bentuk kejujuran dan bersikap adil. Jauh sebelum itu agama hadir untuk memberikan pemahaman terhadap semua elemen masyarakat, termasuk pelaku pengrajin. Oleh karena itu, sikap jujur dan adil merupakan suatu cara untuk mempertahankan nilai-nilai dalam beragama. Sebagaimana firman Allah SWT.

ْمُكهنَم ِر ْجَي َلً َو ۖ ِطْسِقْلاِب َءاَدَهُش ِ ه ِلِلّ َني ِما هوَق اوُنوُك اوُنَمآ َنيِذهلا اَهُّيَأ اَي ۚ َ هاللَّ اوُقهتا َو ۖ ٰى َوْقهتلِل ُب َرْقَأ َوُه اوُلِدْعا ۚ اوُلِدْعَت هلًَأ ٰىَلَع م ْوَق ُنآَنَش َنوُل َمْعَت اَمِب ريِبَخ َ هاللَّ هنِإ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi

orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah...” (Q.S Al-Maidah(5): 8).88

86Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar (Yogyakarta:

Ekonomisia, 2002), hlm. 203.

87Muhammad Yafiz, “Internalisasi Maqashid Al-Syari’ah dalam Ekonomi Menurut M. Umer Chapra”, Ahkam, Vol. XV, No. 1, Januari 2015, hlm. 108.

88Q.S al-Maidah [5]: 8

Dalam usaha pemeliharaan akal (‘aql). Pemeliharaan dan pengembangan akal memberikan konsekuensi bahwa kegiatan ekonomi itu dilakukan berdasarkan rasionalitas ekonomi dan menggunakan pengetahuan sebagai modal. Sebagai contoh, mengecilkan ukuran pada produk bukan berarti ingin menaikkan untung yang lebih tinggi dari sebelumnya, melainkan strategi penjualan sebagai upaya dalam mempertahankan usaha.

Dalam pemeliharaan jiwa (nafs) Upaya untuk memelihara jiwa (diri) dan berlangsungnya kehidupan manusia, Islam mewajibkan untuk mencapai tegaknya jiwa, yaitu terpenuhinya makanan pokok, minuman, pakaian, tempat tinggal.89 Dalam melakukan usahanya, Ibu Pahriah menghidupi dan menyekolahkan tiga orang anaknya, memenuhi sandang pangan dan juga papan keluarganya.

ا ًراَن ْمُكيِلْهَأ َو ْمُكَسُفْنَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذهلا اَهُّيَأ اَي

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (Q.S ar-Rum (30): 21)90 Berdasarkan ayat diatas, menjaga keluarga bukanlah hanya dari ancaman eksternal atau fisik saja. Ada yang lebih penting dari itu yakni menjaga makanan dan minuman yang masuk kedalam tubuh agar terjamin kehalalannya sehingga mampu mendatangkan berkah dari Allah SWT.

Dalam pemeliharaan keturunan (nasl). Pada beberapa literatur-literatur tentang maqashid al-syari’ah, konsep pemeliharaan keturunan menjadi pembahasan sentral. Hal itu dikarenakan menjadi aspek keberhasilan dalam menjalankan usaha.

Sebagaimana yang lumrah diketahui, memiliki keturunan yang banyak mampu meningkatan keuntungan serta menjadi faktor

89Abdul Helim, MAQASHID AL-SYARI’AH versus USHUL AL-FIQH (Yoyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2019), hlm, 25.

90QS ar-Rum [30]: 21

keberhasilan. Jika keberhasilan dalam usaha ini tetap eksis, maka untuk menjamin kebutuhan pokok anak-anaknya terpenuhi.

Dalam pemeliharaan harta (mal). Dapat dipastikan bahwa tanpa harta, maka unsur-unsur yang terdapat pada maqâshid al- syari’ah sebelumnya tidak akan dapat terlaksana dengan baik dalam rangka menciptakan kesejahteraan manusia. Ada beberapa konsekuensi dari perlindungan dan pengembangan harta.

Konsekuensi ekonominya adalah: (1) Bahwa manusia memiliki hak untuk memperkaya sumberdaya ekonomi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi mengandung fungsi sosial karena harus membagi hak itu kepada orang lain atau masyarakat keseluruhan. (2) Kegiatan ekonomi harus bisa memperbanyak pilihan (freedom of choise) dalam konsumsi yang berarti memperluas kebebasan dalam pilihan konsumsi. (3) Sumberdaya alam yang dimiliki oleh suatu masyarakat harus dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.91

2. Faktor konsumen, kualitas produk, produktivitas dan laba dalam keberhasilan usaha

Dalam usaha pemeliharaan iman (Din). Tidak dapat dipungkiri bahwa penentuan kualitas produk diraih dari kemampuan pengrajin dalam menyikapi ajaran agama. Dalam Al-Qur’an sendiri Allah swt berfirman:

ُتْقَلَخ اَم َو هن ِجْلٱ

َوٱ َسنِ ْلْ

ِنوُدُبْعَيِل هلًِإ

Artinya: “Aku (Allah) tidak menciptakan manusia dan jin melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku” (az-Zariyat:[51]: 56).92

Ayat di atas menandakan bahwa setiap manusia harus mencerminkan penghambaannya di setiap sisi kehidupan. Lebih lanjut, dalam hal produktivitas usaha. Sehingga pada situasi apapun

91Muhammad Yafiz, “Internalisasi Maqashid Al-Syuari’ah dalam Ekonomi menurut M. Umer Chapra”, Ahkam, Vol. XV, No. 1, Januari 2015, hlm. 109.

92QS az-Zariyat [51]:56.

memelihara agama (ad-din) merupakan suatu kewajiban bagi pemeluknya. Selain berusaha bersikap jujur dan adil, dalam wawancarnya Ibu Pahriah mengatakan bahwa ia mengurangi takaran karena menyesuaikan dengan harga kedelai naik. Hal ini merupakan suatu sikap menjauhi kecurangan

Dalam usaha pemeliharaan akal (‘aql). Akal merupakan pemberian Tuhan terpenting, karena dengannya manusia memilik eksistensinya sebagai makhluk hidup yang berfikir. Oleh karena itu, manusia harus menggunakan akal ini dengan baik. Sehingga strategi yang ditawarkan kepada konsumen bersifat dinamis, beragam dan kreatif. Jika usaha tersebut tidak berkembang atau statis bisa dikatakan pemeliharaan kualitas produk akan menurun.

Dalam pemeliharaan jiwa (nafs). Pemeliharaan jiwa pada kaitannya tentang memanajeman produktivitas keuntungan adalah sebuah tawaran baru bagi pengrajin dalam menciptakan eksistensinya di kehidupan realitas. Hal itu dilakukan agar pengrajin tetap mampu menjaga kestabilan hidupnya dengan mencukipi segala kebutuhann hidup seperti makanan, pendidikan dan lain sebagainya. Dalam pemeliharaan keturunan (nasl). Dapat dipastikan dengan keberlangsungan produktivitas keuntungan, maka pemeliharaan keturunan akan tetap berjalan. Karena, dengan tetap bertahan kebutuhan anak keturunan tercukupi.

Dalam pemeliharaan harta (mal). Pada hakekatnya, semua harta didunia ini adalah milik Allah sedangkan manusia hanya diberikan pinjaman yang harus dipertanggungjawabkan kelak. Agar harta ini dapat dipertanggungjawabkan kelak maka harus dikelola dengan baik dan tidak melupakan syariat Islam dalam penggunaannya. Begitupula yang dilakukan oleh Ibu Pahriah dalam usahanya, dengan memanfaatkan sumber daya yang telah tersedia untuk dikelola dalam memperoleh profit untuk menunjang kehidupannya.

3. Faktor yang mengancam keberhasilan usaha

Dalam usaha pemeliharaan iman (Din). Dalam memelihara agama terdapat ajaran-ajaran yang berhubungan dengan akidah, ibadah dan hukum syariat Allah SWT. yang semuanya telah terangkum dalam rukun iman maupun rukun Islam sebagai upaya dalam menjaga agama itu sendiri. Dalam melakukan strategi keberlanjutan dalam usaha, penting bagi setiap produsen menjadikan syariat islam dalam menjalankan usahanya. Dalam menghadapi hal-hal yang dapat mengancam usaha, diperlukannya sikap penyerahan diri dengan tetap memprioritaskan rasa optimis dan semangat juang dalam mencari rezeki yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. bagi hamba-Nya yang berikhitiar.

Pemeliharaan Jiwa (Nafs) erat hubungannya dengan penjaminan atas hak hidup setiap manusia. Setiap manusia memiliki kewajiban untuk melindungi dan menjaga jiwanya dari segala jenis keburukan. Berkaitan dengan pemeliharaan dan pengembangan jiwa manusia yang dilakukan dengan memenuhi kebutuhan utama.

Kebutuhan yang dimaksud bukan hanya untuk menjamin keberlangsungan jiwa dan kesejahteraannya, melainkan memastikannya dapat melakukan perannya sebagai khalifah secara efektif.93 Dalam upaya mempertahankan usaha yang sedang dijalankan dari berbagai tantangan yang sedang dihadapi oleh suatu usaha, maka salah satu yang dilakukan adalah dengan mengurangi jumlah karyawan. Islam memandang hal ini sebagai upaya dalam pemeliharaan jiwa (nafs), dalam hal ini pengurangan karyawan dilakukan agar hak dari para pegawai tidak mengalami hambatan karena usaha yang belum mengalami penjualan secara normal.

Dalam hal ini, pemilik usaha berharap mampu memperkerjakan karyawan sesuai dengan kebutuhan dan yang lebih membutuhkan pemasukan dengan beberapa alasan tertentu.

Pemeliharaan Akal (Aql). Adapun pemeliharaan akal ini adalah dengan tetap mengasah logika dan mempelajari ilmu pengetahuan. Lebih lanjut konsep al-Muhafazhah al-‘Aql ini bisa di terapkan pada strategi mempertahankan usaha dengan memberikan

93Muhammad Yafiz, “Internalisasi Maqashid Al-Syuari’ah dalam Ekonomi menurut M. Umer Chapra”, Ahkam, Vol. XV, No. 1, Januari 2015, hlm. 107.

Dokumen terkait