Berdasarkan paparan data dan temuan yang peneliti dapatkan yang telah diuraikan dibab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah analisis atau pembahasan hasil temuan penelitian dengan mengacu pada teori-teori. Adapun yang akan di analisis yaitu: 1). Penerapan metode menghafal pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits kelas X IPA1 MA Putri Al-Ishlahuddiny, 2). Faktor pendukung dan penghambat penerapan metode menghafal pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits kelas X IPA1 MA Putri Al-Ishlahuddiny.
A.Penerapan Metode Hafalan Pada Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas X IPA1 MA Putri Al-Ishlahuddiny
Pada umumnya, pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga tahapan, yaitu:
kegiatan membuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Tahap Awal atau Membuka Pelajaran
Membuka pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran sehingga peserta didik siap secara mental untuk mengikuti proses pembelajaran. Keterampilan membuka pelajaran adalah kunci dari seluruh proses pembelajaran yang yang harus dimiliki oleh pendidik. Sebab bila seorang pendidik pada awal pembelajaran tidak mampu menarik perhatian peserta didik maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik serta tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik. Pada kegiatan ini, guru menerangkan alasan pentingnya membahas materi yang akandipelajari dan kaitannya
dengan materi yang telah dijelaskan sebelumnya, guru memotivasi murid dalam belajar dengan cara menjelaskan manfaat yang diperolah murid setelah kegiatan pembelajaran dilakukan.116
Adapun yang dilakukan ustazah Siti Aisyah ketika membuka pelajaran yaitu, mengabsen terlebih dahulu, berdoa bersama, mengingatkan siswa tentanng materi pada pertemuan minggu lalu dengan cara memberikan pertanyaan dan siswa menjawab pertanyaan yang dilontarkan ustadzah, memotivasi para siswa untuk selalu bersemangat menghafal ayat-ayat Alqur‟an dan Hadis. Rangkaian kegiatan awal tersebut dilakukan untuk mempersiapkan para siswa untuk mengikuti pelajaran sehingga proses pembelajaran Al-Qur‟an Hadits dapat berjalan dengan baik.
Dengan demikian, penelitimenyimpulkan bahwa ustazah Siti Aisyah dapat dikatakan sudah memenuhi beberapa acuan yang harus diperhatikan oleh seorang guru ketika membuka pembelajaran. Kegiatan tersebut dilakukan agar perhatian siswa terpusat pada apa yang akan dipelajari dan mengingat pelajaran yang sudah lalu.
2. Tahap Inti atau Penyampaian Materi
Penyampaian materi pembelajaran merupakan kegiatan inti dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Dalam penyampaian materi pembelajaran, pendidik menyampaikan materi secara berurutan dari yang paling mudah hingga materi yang sulit, menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi serta menggunakan media pembelajaran sebagai
116 Zainal Asril, Micro Teaching, (Jakarta: Rajawali, 2017), hlm. 69-70.
alat bantu dalam penyampaian materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memiliki persiapan yang matang, menguasai dengan baik materi yang akan diajarkan dan mampu memberikan ilustrasi yang jelas terkait materi yang akan diajarkan.117
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru pada tahap ini diantaranya: (1) Membagi materi dalam beberapa pokok bahasan/topik, kemudian memberi penjelasan tentang kaitan antartopik dan memberitahukan uraian topik mana yang perlu dipelajari dan dikuasi terlebih dahulu, (2) Menyajikan materi dengan penjelasan yang mudah dipahami santri, (3) Menuliskan kata-kata kunci untuk mempermudah santri dalam melihat dengan jelas struktur materi yang disajikan, (4) Setelah topik selesai, mengadakan evaluasi singkat untuk mengetahui sejauh mana daya serap santri, (5) Membedakan antara pokok materi sebagai bagian yang penting dengan bagian tambahan sebagai pelengkap saja.118
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti mengamati bahwa ustazah Siti Aisyah melakukan pembagaian materi menjadi dua materi pokok: 1) menjelaskan materi sampai para siswa faham dan menguasai materi yang diajarkan, 2)menggunakan metode menghafal untuk mengafal ayat Al- Qur‟an dan Hadits yang terdapat dalam materi yang diajarkan dengan membaca sebanyak 3 kali secara binnazhar dan 3 kali secara tidak melihat.
Setelah itu, ustazah memberitahukan kaitannya antara materi yang diajarkan dengan ayat Alqur‟an atau Hadis yang dihafal. Misalnya tentang macam-
117Ibid.,hlm. 73.
118Ibid.,hlm. 72-76.
macam sunnah Rasulullah saw. tentang hadits belajar dan mengajarkan Alqur‟an, ustazah Siti Aisyah juga mempersiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan seperti buku paket Al-Qur‟an Hadits atau LKS, mushaf dan lain sebagainya.
Dalam membacakan ayat Alqur‟an atau Hadis yang akan dihafal, ustazah Siti Aisyah membacakan dengan makhraj dan tajwid yang benar, sehingga dapat disimak oleh para siswa dengan baik. Hanya saja, ketika memakai metode hafalan ustazah Siti Aisyah memberi waktu yang cukup banyak untuk menghafal ayat Alqur‟an atau Hadis.Oleh karna itu, ustazah Siti Aisyah dapat dikatakan sudah cukup baik dalam menyampaikan materi pembelajaran sampai membimbing untuk menghafal, walau hanya beberapa siswa yang lama menghafal bahkan ada beberapa yang tidak tuntas hafalannya.
Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam penyampaian materi pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits, ustazah Siti Aisyah menggunakan metode hafalan pada pertengahan pengmbelajaran secara berurutan, dan dalam menerapkan metedo pembelajaran yang sesuai dengan materi, menggunakan media sebagai alat pembantu dalam penyampaian pembelajaran hingga mengadakan penyetoran hafalan pada akhirnya dan mengevaluasi pada pertemuan berikutnya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi dan ayat Alqur‟an atau Hadis yang dihafal.
3. Tahap Akhir atau Menutup Pelajaran
Menutup pembelajaran (clossure) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk menutup atau mengakhiri kegiatan pembelajaran.Melalui kegiatan menutup pembelajaran, pendidik dapat melakukan evaluasi sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi serta tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.Kegiatan menutup pembelajaran berarti kegaitan yang dilakukan oleh pendidik pada akhir kegiatan pembelajaran dengan merangkum inti pembelajaran atau mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran. Menurut para pakar pendidikan, kemajuan hasil belajar paling besar terjadi pada akhir pelajaran dengan cara memberikan rangkuman pokok-pokok pembelajaran yang sudah dipelajari.119
Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam kegiatan penutup adalah: (1) Memberikan rangkuman terkait materi yang telah dibahas, (2) Mengaitkan pokok bahasan yang telah dipelajari dengan pokok bahasan berikutnya, (3) Memberikan latihan untuk mengetahui sejauh mana santri menguasai materi yang diajarkan, (4) Mengingatkan santri untuk mempersiapkan/mempelajari pokok bahasan berikutnya.120
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti mengamati saat menutup pembelajaran Ustazah Siti Aisyah menyimak hafalan beberapa siswa kurang lebih 4 atau 5 orang yang sudah siap untuk menyetor kedepan langsung,
119Ibid.,hlm. 70-71.
120Ibid.,hlm. 71.
kemudian menyipulkan materi yang telah dibahas dengan menyebutkan poin-poin yang dianggap penting, serta mengingatkan para siswa untuk menyetor hafalan diluar jam pelajaran, dan mengulang kembali materi di pondok masing-masing atau rumah. Dalam menutup pembelajaran Al- Qur‟an Hadits ustazah Siti Aisyah tidak melakukan evaluasi secara langsung melainkan pada pertemuan yang akan datang karena tidak semua siswa menyetor hafalannya pada saat pembelajaran berlangsung.
Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ketika menutup pembelajaran yang dilakukan oleh ustazah Siti Aisyah pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits sudah cukup baik. Dikarenakan kegiatan menutup pembelajaran yang dilakukan sudah berorientasi pada pemberian gambaran menyeluruh terhadap apa yang sudah dipelajari oleh para siswa serta berorientasi pada usaha untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar siswa dan tingkat keberhasilan mengajar guru melalui evaluasi.
Ketika guru menerapkan metode hafalan, maka perlu adanya perencanaan yang matang dalam pembelajaran untuk terciptanya suatu keberhasilan atau pencapaian tujuan pembelajaran yang ditelah dibuat.
Adapun langkah ketika penerapan metode hafalan menurut S Nasution sebagai berikut:
a) Memberikan penjelasan yang cukup
b) Sesuatu yang akan dihafal terlebih dahulu dijelaskan sehingga siswa benar-benar faham materi beserta kandungan ayat.
c) Memeriksa hafalan
d) Diberikan perhatian dan waktu yang luang e) Memberikan motivasi.121
Adapun Teknik dalam Menerapkan metode hafalan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf:
a) Memahami perkata atau kalimat
b) Membaca secara berulang-ulang baru menghafal c) Mendengar sebelum menghafal
d) Menulis sebelum menghafal.122
Secara teoritis menurut M. Samsul Ulum dalam buku yang berjudul Menangkap Cahaya Alqur‟an menyatakan bahwa langkah-langkah menghafal Alqur‟an dianataranya:
a) Thariqatu Takryry Al-Qira‟ati Al-Jzu‟i ialah membaca ayat-ayat yang akan dihafal sebanyak tiga, tujuh, sebelas, lima belas, dua puluh satu kali bahkan sampai lebih. Setelah dibaca berulang-ulang baru muncul bayangan dalam pikiran mengenai ayat yang akan dihafal.
b) Thariqatu Takryry Al-Qira‟ati Al-Kulli ialah seseorang yang mengawali dengan membaca awalsurat hingga mengkhatamkan Alqur‟an dalam beberapa hari, minggu atau bulan. Setelah itu diharapkan akan memberikan bekas atau pengaruh terhadap lisannya, pikiran dan daya serapnya.
c) Thariqatu Al-Jumlah ialah menghafal rangkaian-rangkaian kalimat yang ada pada setiap ayat Alqur‟an.
121 S. Nasution, Didaktik…, hlm. 61,
122Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses…, hlm. 52..
d) Thariqatu Al-Tadrijiy ialah seorang penghafal ketika target hafalannya tidak dilakukan secara sekaligus namun sedikit demi sedikit secara bertahap.
e) Thariqatu At-Tadabburi ialah menghafal dengan cara memperhatikan makna lafadz/kalimat sehingga dapat tergambar dan terucap.123
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti mengamati bahwa hal yang dilakukan oleh ustazah Siti Aisyah dalam penerapan metode hafalan yaitu terlebih dahulu menjelaskan materi, menuliskan ayat Alqur‟an yang akan dihafal, membacakan sebanyak 3 kali secara melihat buku, membacakan sebanyak 3 kali tanpa melihat buku, kemudian baru menghafal dan menyetorkan hafalannya. Bagi yang sudah hafal langsung disetorkan di dalam kelas dan bagi yang belum menyetor mereka menghafal berulang- ulang kali, baru disetorkan di luar jam pelajaran.Adapun penerapan metode hafalan pada pembeljaran Al-Qur‟an Hadits sudah berurutan dan cukup maksimal dalam menerapkannya. Dari langkah-langkah penerapan metode hafalan disebut berurutan dan sudah sesuai pada penerapan metode hafalan pada umumnya yaitu menjelaskan materi yang akan diajarkan, membaca ayat atau hadits yang akan dihafalkan berulang-ulang kali serta menyetor hafalan ketika sudah lancar.
Berdasarkan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ketika menerapkan metode hafalan tidak hanya untuk menghafal saja akan tetapi dapat dipahami makna yang terkandung di dalamnya, sehingga ketika
123 M. Samsul, Menangkap Cahaya Al-Qur‟an, (Malang: UIN Pers, 2007), hlm. 136.
menerapkan metode hafalan tidak fokus pada satu titik yakni menghafal saja akan tetapi perlu juga diberikan pemahaman materi terutama pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits, sehingga langkah-langkah menghafal yang diterapkan oleh ustazah Siti Aisyah sudah sesuai dengan langkah menghafal pada umunya.
Metode menghafal Alqur‟an adalah sebagai jalan atau alternatif untuk mengafal sehingga dapat memberikan bantuan dan mengurangi kesulitan untuk para penghafal.124
Metode merupakan suatu cara yang dapat dipilih oleh seseorang dalam menghafal. Sebagaimana dalam buku Ahsin W. Al-Hafizh yang berjudul Bimbingan Praktis Menghafal Alqur‟an yaitu:
a) Metode (Thariqah)Wahda.
b) Metode (Thariqah)Kitaba.
c) Metode (Thariqah)Sima‟i. d) Metode (Thariqah)Gabungan.
e) Metode (Thariqah)Jama‟.125
Dalam buku Wiwi Alawiyah Wahid yang berjudul Cara Cepat bisa Menghafal Alqur‟an adapula metode menghafal Alqur‟an yaitu:
1. Metode menggabung antara mengulang hafalan pada hafalan lama dan menambah hafalan baru.
2. Membuat klasifikasi target hafalan.
3. Metode semaan dengan sesama teman hafiz.
124 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara..., hlm. 81.
125 Ahsin W Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 63-66.
4. Memperbanyak membaca Alqur‟an sebelum menghafal.126
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti mengamati bahwa para siswi menggunakan berbagai macam metode diantaranya metode sima‟i, metode jama‟, metode wahdah, metode khitabah dan lain sebagainya.
Walau kadang ujung-ujungnya akan memakai metode yang sama, akan tetapi dari masing-masing metode yang digunakan maka itulah yang mereka anggap mudah untuk menghafal ayat-ayat Alqur‟an, walau metode yang digunakan oleh siswa tidak semuanya.
Dengan demikian, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa metode menghafal Alqur‟an merupakan cara yang cepat atau tepat dalam usaha yang sadar serta sungguh-sungguh yang dilakukan untuk mengingat dan meresapi bacaan ayat-ayat Alqur‟an. Adapun metode untuk menghafal yang di pakai oleh seorang penghafal tidak semuanya akan sama terlebih kepada siswa yang daya tangkapnya pun berbeda-beda. Maka ketika sesorang menekankan pada satu metode itu harus dilihat bagaimana latar belakang siswa atau gaya belajar siswa, karena itu juga sangat berpengaruh pada dirinya. Dengan demikian metode yang digunakan sudah sesuai dengan metode menghafal pada umumnya yaitu menggunakan metode kitabah dan lain sebagainya.
Pada penerapan metode hafalan tentu adanya evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran baik kognitif,
126 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara..., hlm. 81-103.
efektif, maupun psikomotorik.127 Maka evaluasi merupakan komponen yang akan mengukur penambahan dan perubahan prilaku tersebut. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran tidak akan dapat diketahui tanpa adanya evaluasi.128 Jadi evaluasi dalam suatu pembelajaran sangat penting diadakan, dijelaskan di dalam Alqur‟an terkait tentang pentingnya evaluasi sesuai yang terdapat dalam Alqur‟an Surah Al-Baqarah ayat 214
Terjemahannya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
"Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.”129
Maksud ayat di atas menjelaskan seorang pelajar tidak layak mengklaim telah menguasai materi yang telah diajarkan dan telah mencapai tujuan pembelajaran sebelum menempuh evaluasi. Demikian pula guru, ia tidak boleh puas dengan pengakuan siswa sebelum mereka dites atau diuji dengan materi yang telah disampaikan.
127 Kadar M Yusuf, Tafsir…, hlm. 141-142.
128Ibid.,hlm. 140.
129 Departemen Agama RI. Al-Qur‟an Al-Karim dan Terjemahan…, hlm. 33.
Ada beberapa komponen yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan evaluasi terhadap siswa anatar lain, materi dan tujuan pembelajaran serta peserta didik yang akan mengikuti evaluasi.130
Ada dua bentuk evaluasi dalam perbincangan Alqur‟an mengenai kata bala‟, Pertama, kata bala‟ digambarkan sesuatu yang sangat tidak menyenangkan, sehingga ia bermakna musibah atau bencana. Kedua, kata bala‟ digunakan dalam perbincangan mengenai sesuatu yang menyenangkan.131
Berdasarkan data yang didapatkan, peneliti mengamati bahwa pada penerapan metode hafalan ustazah mengevaluasi baik dari ulangan harian, pada saat semesteran, dan tidak lupa pula ustazah mengadakan evaluasi setiap pertemuan yang dilakukan pada awal pembelajaran, untuk mengetahui sampai mana pemahaman siswa terkait materi yang diajarkan dan ayat atau Hadis yang dihafalkan. Adapun evaluasi pada penerapan metode sudah terlaksana dengan teratur dan disiplin.Evaluasi pada penerapan pembelajaran Al-Qur‟an Hadits telah sesuai dengan evaluasi yang dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran pada umumnya, yaitu memberikan pertanyaan secara langsung terkait materi yang sudah dijelaskan dan membacakan secara lisan ayat atau Hadis yang sudah dihafal.Namun ustazah Siti Aisyah menerapkannya pada awal pembelajaran bukan pada akhir pembelajaran.
130 Kadar M Yusuf, Tafsir…, hlm. 145.
131Ibid.,hlm. 145-146.
Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik dan ingatan terhadap ayat atau Hadis yang dihafal tentunya diadakan evaluasi.Evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits khususnya pada penerapan metode menghafal sudah terlaksana, dengan memberikan pertanyaan dan mengulang hafalan secara lisan.
B.Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Metode Hafalan Pada Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas X IPA1 MA Putri Al-Ishlahuddiny 1. Faktor Pendukung Metode Hafalan Pada Pembelajaran Al-Qur’an
Hadits
Faktor pendukung ketika guru menerapkan metode pada suatu pembelajaran tentunya berawal dari kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Adapun standar kompetensi guru menurut E Mulyasa yakni:
a. Kompetensi paedagogi merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta didik, merancang dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi, serta pengembangan peserta didik beradasarkan potensi yang dimiliki.
b. Kompetensi kepribadian merupakan kemaampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, dewasa, wibawa, menjadi teladan bagi peserta didk dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi professional merupakan kempuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam.132
Adapun peran seorang pendidik dalam membimbing sangat berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik, mampu membimbing dan memotivasi peserta didik tentunya akan menghasilkan siswi yang berprestasi pula. Dalam menghafal Alqur‟an seorang pembimbing atau pemimpin harus selalu bisa memberikan dukungan motivasi kepada siswi.Sebagaimana dalam buku Muhammad Ngalim Purwanto yang Berjudul Psikologi Pendidikan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau pencapaian tujuan.133
W. H Burton dalam bukunya “The Guidance of Learning Activity”
Membedakan dua jenis motivasi yaitu 1) Motivasi instrinsik yakni sautu cita-cita atau daya yang telah ada dalam diri individu yang mendorong sesorang untuk berbuat sesuatu, 2) dan motivasi ekstrinsik ialah segala sesuatu yang datang dari luar yang menjadi pendorong bagi murid untuk berbuat lebih giat.134
Faktor dari luar lingkungan juga menjadi salah satu pemicu dalam menghafal yaitu adanya instruktur dalam memberikan bimbingan kepada
132 E Mulyasa, Standar Kompetensi Guru dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 25.
133 Muhammad Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 73.
134 Ramayulis, Metodologi…, hlm. 113.
anak, sehingga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam menghafal Alqur‟an, dan pengaturan waktu untuk menghafal.135
Berdasarkan data yang di peroleh, peneliti dapat menyimpulkan bahwayang menjadi faktor pendukung paling utama yakni adanya kompetensi yang dimiliki oleh ustazah Siti Aisyah, sering memotivasi para siswa, sebagian besar siswa berasal dari pondok khusus menghafal dan kitab serta adanya rasa kepedulian diri sendiri dan orang lain.Hal tersebut sudah memenuhi beberapa standar kompetensi yang harus dimiliki guru ketika menerapkan metode hafalan.Terutama pada kompetensi atau skill yang dimiliki oleh seorang guru bisa sebagai pemicu ketika menerapkan metode hafalan pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits. Walaupun beberapa standar kompetensi yang lain belum terlalu kuat melekat pada diri ustazah Siti Aisyah selaku guru Alqur‟an Hadis.
Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru harus memiliki berbagai macam kompetensi dalam mengejar dan menerapkan metode pada pembelajaran, sehingga kompetensi yang dimiliki oleh guru menjadi faktor pendukung paling utama ketika menerapkan metode pada pembelajaran.Ketika seorang guru memiliki berbagai skill dapat jugamemotivasi diri sendiri untuk menerapkannya maupun memotivasi para siswa, serta ada pada menejemen waktu baik bagi ketika menerapkan metode pada pembelajaran.Untuk itu memberikan motivasi nasihat kepada setiap siswa dapat menumbuhkan semangat untuk selalu istiqomah dalam
135Ibid., hlm. 74.
menerapkan menghafal, serta harus memiliki kesadaran pada diri sendiri untuk tetap mengulang hafal, sehingga cita-cita para siswi untuk menjadi seorang penghafal Alqur‟an (Hafizhah) dapat terwujud.
2. Faktor Penghambat Penerapan Metode Hafalan Pada Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Dalam penerapan metode hafalan tentunya faktor penghambat selalu dirasakan oleh guru maupun siswa. Dalam berbagai sisi selalu mempengaruhi proses ketika menghafal baik penghambat secara internal maupun eksternal. Adapun beberapa faktor penghambat guru ketika menerapkan metode dianataranya:
a. Faktor tujuan dan bahan pelajaran
Perbedaan tujuan ini menghendaki adanya perbedaan metode yang digunakan. Demikian pula, bahan pelajaran yang akan diajarkan pun harus menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode.
b. Faktor peserta didik
Anak didik yang memiliki latar belakang kecerdasan, bakat, minat, hobi, dan kecendrungan yang berbeda. Demikian pula, perbedaan tingkat usia anak didik menyebabkan terjadinya perbedaan sikap kejiwaan. Latar belakang keadaan siswa yang demikian itu harus dipertimbangkan dalam memilih metode pengajaran.
c. Faktor lingkungan
Perbedaan lingkungan harus pula menjadi pertimbangan dalam menetapkan metode pengajaran.Lingkungan dirumah, sekolah,
masyarakat, dan sebagainya berbeda-beda.Hal inilah yang menghendaki adanya perbedaan dalam menggunakan metode pengajaran.
d. Faktor alat dan sumber belajar
Alat belajar dengan berbagai macamnya dan juga bahan belajar yang tersedia dengan berbagai macamnya juga, harus jadi pertimbangan dalam menetapkan metode pengajaran.Hal ini perlu dilakukan, karena setiap metode menghendaki alat dan sumber yang berbeda-beda.
e. Faktor kesiapan guru
Dari berbagai macam faktor tersebut, tergantung pada keahlian guru yang akan menerapkannya.136
Menurut para psikolog sebagaimana yang yang ada dalam buku Ahsin W. Al-Hafidz juga, manajemen waktu yang baik akansangat berpengaruh terhadap materi yang sedang dihafalnya, terutama bagi yang menghafal Alqur‟an dan Hadisdi samping itu mempunyai kesibukan lainnya. Oleh karena itu penghafal Alqur‟an harus mampu mengatur waktu antara menghafal Alqur‟an dan untuk kegiatan yang lainnya.137
Dipertegas lagi dalam buku Syaiful Bahri Djamarah bahwa seorang guru akan menyadari betapa pentingnya waktu ketika proses pembelajaran berlangsung, tidak akan membiarkan waktu terbuang sia-sia, tetapi akan memanfaatkan secara efektif dan efisien.138
136 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang…, hlm. 199-201
137 Ahsin W Al-Hafidz, Bimbingan…, hlm. 59.
138 Syaifurl Bahri Djamarah, Guru…, hlm. 99.