• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN

Dalam dokumen Volume 1, Tahun 2013. ISSN 977-2338831 (Halaman 97-102)

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 83

BUDAYA MENELITI DI KALANGAN PARA GURU

84 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung mengajukan karya tulis ilmiah. Peraturan ini mulai berlaku tahun 2011 dan berlaku secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2013.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa budaya membaca dan menulis di kalangan para guru masih sangat rendah (Kromosudiro, 2013). Kurangnya budaya membaca ini menyebabkan guru kurang dapat menulis dengan baik. Selain itu Juhrodin (2013) mengemukakan beberapa penyebab kesulitan para guru melakukan penelitian diantaranya (1) Mindset para guru yang beranggapan bahwa penelitian hanya sebuah pekerjaan yang sia-sia dan kurang bermanfaat serta hanya menghamburkan biaya; (2) Ketidaktahuan dan ketidakmampuan terhadap langkah-langkah untuk melakukan penelitian; (3) Malas dan menganggap penelitian sebagai pekerjaan yang melelahkan;(4) Status quo dimana para guru merasa berada dalam kondisi kemapanan sehingga beranggapan tidak perlu lagi melakukan penelitian; (5) Kurangnya motivasi atau dorongan baik secara internal dari dirinya maupun secara eksternal dari lingkungannya; (6) Masih menganggap penelitian sebagai pekerjaan yang sulit karena harus bergelut dengan pengolahan data, statistika, melakukan analisis dan menemukan teori-teori.

Berdasarkan semua uraian di atas penulis terdorong untuk melakukan penelitian untuk menelaah produktivitas dan kualitas para guru dalam melakukan penelitian, kesulitan-kesulitan yang dihadapi para guru dalam melakukan penelitian serta upaya yang harus dilakukan untuk memotivasi para guru melakukan penelitian.

2. Kajian Teoritis

2.1. Penelitian sebagai Kompetensi Profesional Guru

Guru profesional dituntut memiliki empat kompetensi, yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Sejalan dengan itu Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Dengan demikian kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:

Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial:

memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah- langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi profesional meliputi pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik.Pengembangan profesi meliputi (1) mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran, (6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9) melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan teknologi tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni, (13) mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2) kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan pengembangan profesi, dan (4) pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan.

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 85 2.1. Pentingnya Penelitian dalam Pembelajaran Matematika

Hudoyo (1988:3) menyatakan matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur- struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik yang menggunakan pembuktian deduktif. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup kita yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika seperti menghitung, mengukur, dan lain – lain.

Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta analisa manusia. Peran matematika dewasa ini semakin penting, karena banyaknya informasi yang disampaikan orang dalam bahasa matematika.

Menyadari akan peran penting matematika dalam kehidupan, maka matematika selayaknya merupakan kebutuhan dan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Sebagai mana tujuan pembelajaran matematika yaitu melatih siswa berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, penemuan, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba – coba, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan atau ide melalui tulisan, pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta atau diagram. Oleh karena itu setiap siswa perlu memiliki penguasaan matematika yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam kariernya.

Kenyataannya dalam pembelajaran matematika di sekolah banyak permasalahan yang timbul.

Permasalahan tersebut diantaranya lemahnya kemampuan siswa dalam matematika. Menurut Wahyudin (1999 : 22), salah satu penyebab siswa lemah dalam matematika adalah kurang memiliki kemampuan untuk memahami (pemahaman) untuk mengenali konsep-konsep dasar matematika (aksiomatik, definisi, kaidah dan teorema) yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan. Selain itu menurut Jenning dan Dunne (Suharta, 2001:4) pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan sehari-hari, indikasinya adalah pada pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep.Abdi (2004: 2) menyatakan bahwa sebagian besar siswa merasa sangat sulit untuk bisa secara cepat menyerap dan memahami tentang mata pelajaran matematika, tetapi sulitnya siswa memahami pelajaran matematika yang diajarkan itu diperkirakan berkaitan dengan cara mengajar guru di kelas yang tidak membuat siswa merasa senang dan simpatik terhadap matematika, pendekatan yang digunakan oleh guru matematika pada umumnya kurang bervariasi.

Guru matematika sebagai ujung tombak dalam pembelajaran matematika, merupakan orang yang paling memahami peta di kelasnya.Guru semestinya senantiasa mencari inovasi metode baru dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa dan untuk mewujudkan kompetensi profesionalnya yaitu dengan selalu mencari cara-cara strategis dan sistematis dalam proses pembelajarannya sehingga terciptalah situasi pembelajaran yang kondusif, menyenangkan dan berbobot. Untuk mengatasi masalah yang ada dan untuk menjawab tuntutan yang ada maka salah satunya dilakukan dengan melakukan penelitian. Dengan melakukan penelitian maka masalah-masalah aktual yang di hadapi oleh guru pada mata pelajaran yang diampunya dapat dicarikan solusinya. Melalui penelitian juga guru tersebut dapat melakukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek- praktek pembelajaran yang kurang berhasil agar menjadi lebih baik dan efektif.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan budaya meneliti di kalangan para guru matematika untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.Untuk itu dipilih subjek penelitian yang terdiri dari 64 orang guru sekolah menengah dari berbagai kabupaten di Jawa Barat. Terhadap para guru tersebut dilakukan wawancara dan studi dokumenter untuk menelaah produktivitas dan kualitas penelitian yang telah dilakukan para guru dan sejauh mana kontribusinya terhadap pembelajaran matematika yang sehari-hari dilakukannya. Penulis juga melakukan wawancara untuk menelaah kesulitan-kesulitan para guru dalam melakukan penelitian.

86 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung

4. Hasil Penelitian dan dan Pembahasan

Dari hasil wawancara dan studi dokumenter yang dilakukan terhadap para guru diperoleh data untuk produktivitas penelitian para guru sebagai berikut:

Tabel 1. Produktivitas Penelitian Para Guru

Produktivitas Penelitian Jumlah guru

Rata-rata 1 penelitian satu semester 0

Rata-rata 1 penelitian satu tahun 5

Rata-rata 1 penelitian dalam dua tahun 11

Rata-rata 1 penelitian dalam tiga tahun 31

Rata-rata 1 penelitian dalam 4 tahun 13

Rata-rata 1 peneltian dalam 5 tahun 1

Belum pernah meneliti selama jadi guru 3

Jumlah 64

Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa produktivitas penelitian para guru masih rendah. Hal ini terlihat bahwa sesuai dengan kelayakan penelitian yang harus dilakukan para pendidik 1 penelitian dalam satu semester tidak ada. Bahkan yang satu tahun 1 penelitian pun hanya 5 orang. Yang lainnya kebanyakan 1 penelitian dalam 3 atau 4 tahun, itupun ternyata hanya untuk keperluan penyelesaian studi, persyaratan sertifikasi guru dan beberapa diantaranya untuk keperluan kenaikan pangkat.

Sedangkan yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya hanya 1 orang. Kesibukan administratif sebagai walikelas atau tenaga struktural seperti wakasek, ditugaskan di instansi lain menjadi alasan para guru kesulitan membagi waktu untuk melakukan penelitian secara kontinyu dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Juhrodin (2013) bahwa mindset, ketidakmampuan, status quodan motivasi para guru yang kurang menjadi penyebab kesulitan para guru dalam melakukan penelitian.

Sedangkan untuk kualitas penelitian yang dihasilkan para guru ditinjau dari beberapa aspek yang ada adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Kualitas Penelitian Para Guru

Aspek yang dinilai Baik Sedang Kurang Jumlah

Teknis Penelitian

(Kejelasan isi. struktur dan kesesuaian dengan pembelajaran matematika)

14 45 5 64

Kualitas Penelitian

(Orisinalitas, keilmiahan dan kesesuaian panjang dengan isi )

5 20 39 64

Presentasi Penelitian

(Judul, Abstrak, Diagram, gambar, tabel,teks dan rumus matematika, kesimpulan)

20 27 17 64

Dari Tabel 2 terlihat bahwa pada umumnya penelitian yang dilakukan para guru dari segi presentasi penelitian dan pada teknis penelitian sudah cukup, tetapi dari segi kualitas penelitian masih kurang.

Berdasarkan wawancara penulis dengan para guru, kesulitan para guru dalam melakukan penelitian umumnya karena kesulitan membagi waktu dengan persiapan mengajar dan administrasi pembelajaran dan siswa. Selain itu mereka kurang memahami sepenuhnya pentingnya penelitian tindakan kelas dan juga kurang memahami bahwa penelitian tindakan kelas bisa dilakukan tanpa mengganggu persiapan dan pelaksanaan pembelajaran yang ada. Kurangnya motivasi dan dorongan baik dari pihak sekolah untuk mengikuti pelatihan penulisan karya ilmiah juga menjadi faktor yang membuat wawasan dan mindset para guru lambat mengalami perubahan. Kurangnya budaya membaca dan kurang terbiasanya para guru menuangkan hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang dipublikasikan juga menjadi faktor penyebab yang cukup signifikan

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 87 5. Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Produktivitas meneliti para guru masih rendah, hal ini bisa dilihat dari jumlah kuantitas penelitian yang dihasilkan para guru dalam satu tahun yang rata-rata kurang dari 2 buah.

2. Kualitas penelitian para guru pada umumnya masih berada dalam level kurang, hal ini disebabkan lemahnyawawasan para guru tentang penelitian yang berkualitas.

3. Kesulitan para guru dalam melakukan penelitian umumnya disebabkan kurangnya wawasan para guru, kurangnya budaya membaca dan menulis, para guru terlalu disibukkan dengan tugas administrasi pembelajaran, serta kurangnya motivasi dari internal dirinya maupun dari eksternal lingkungannya.

Untuk itu direkomendasikan:

1. Merubah mindset dan meningkatkan wawasan para guru tentang penelitian, dengan banyak memberi kesempatan kepada para guru untuk mengikuti pelatihan penulisan karya ilmiah.

2. Mengadakan lomba penulisan karya ilmiah secara rutin baik di tingkat sekolah atau kabupaten dengan reward yang cukup memadai.

3. Memperbanyak media-media yang dapat memuat hasil karya ilmiah para guru.

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, A. (2004). Senyum Guru Matematika dan Upaya Bangkitkan Gairah Siswa.

[Online].Tersedia:http://www.waspada.co.id/serba_serbi/pendidikan/artikel.php?article_id=6 722 [28 Maret 2005]

Depdiknas (2004). Standar Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

Hudoyo, H. (1988). Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Juhrodin (2013). Guru itu Seorang Peneliti. [Online]. Tersedia:

http://www.atcontent.com/Publication/869777824665999VX.text/-/Guru-Itu-Seorang- Peneliti (27 Juni 2013)

Kromosudiro, F (2013). Guru Wajib Punya Publikasi Ilmiah atau Karya Inovatif Per Oktober 2013. [Online]. Tersedia: http://fauziep.com/guru-wajib-punya-publikasi-ilmiah-dan-atau- karya-inovatif-per-oktober-2013/(15 Mei 2013).

Suharta, I Gusti Putu. 2001. “Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik untuk Mengembangkan Pengertian Siswa.”, disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan

Matematika Realistik di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tanggal 14- 15 November 2001.

Sumarsono (2004). Otonomi Pendidikan. Jakarta: Komisi Pendidikan KWI.

Surya, Muhammad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya.

Wahyudin (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi pada PPS UPI: tidak diterbitkan

Wijaya (2012). Pentingnya Penelitian tindakan Kelas Bagi Guru. [Online]. Tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2012/07/09/pentingnya-penelitian-tindakan-kelas-ptk-bagi- guru-476507.html (30 Juli 2013)

88 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung

PERANAN MATEMATIKA DALAM MENUMBUHKAN

Dalam dokumen Volume 1, Tahun 2013. ISSN 977-2338831 (Halaman 97-102)