• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan lain

Dalam dokumen Kejang Demam (Halaman 146-151)

Pemeriksaan oftalmologi, computed tomography (CT scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Positron Emission Tomography (PET scan).

Gambar 1. Algoritma Pendekatan Hipoglikemig

Respons bahan

bakar tubuh Asidosis laktat Ketoasidosis FFA

Low ketones Low FFA Low ketones Kemungkinan

kelainan G-6-Pase deficiency FDPase deficiency Pyruvate carboxylase deficiency

Neonatus normal

Normal ketotic Hipoglikemia GSD 3,6,9,10 GH deficiency Cortisol deficiency

FAO disorders

Neonatus normal Hiperinsulinemia Panhipopituitarisme SGA, asfiksia lahir

Uji selanjutnya Prekursor glukoneogenik Uji stimulasi glukagon

Uji fungsi pituitary dan adrenal

Uji stimulasi glukagon

Acyl-carnitine

profile Uji stimulasi glukagon Uji fungsi pitutary, adrenal, tiroid Insulin assay Uji lain untuk hiperinsulinemia FDPase, fructose-1,6-diphosphatase; FFA, free fatty acids; G-6-Pase, glucose 6-phosphatase; GH, growth hormone; GSD, glycogen storage disorder; SGA, small for gestational age.

Tata laksana

Tujuan terapi adalah mempertahankan glukosa plasma 70 mg/dL. Untuk bayi setelah periode transisional, penanganan dimulai segera bila nilai glukosa plasma < 2,8 mmol/L (50 mg/dL). Bila bayi mengalami gejala hipoglikemia atau keadaan umum tidak baik dan glukosa < 2,8 mmol/L (50 mg/dL), maka glukosa IV harus diberikan untuk menjaga kadar glukosa > 3,3 mmol/L (60 mg/dL). Dosis lazim glukosa adalah 200 mg/kg (2 ml/kg dekstrosa 10%) dibolus setelah diberi glucose infusion rate (GIR) 4 sampai 6 mg/kg/min (60 to 90 ml,

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXVIII

dekstrosa 10%/kg/hari). Rate ini mendekati tingkat produksi hepatik glukosa normal pada neonantus dan anak kecil kemudian ditingkatkan dengan GIR 1,6 mg/kg/min (1 ml/kg dekstrosa 10%/jam) sampai kadar glukosa mencapai > 3,3 mmol/L (60 mg/dL). Kadar glukosa harus diperiksa setiap 15 menit dan GIR ditingkatkan sampai kadar plasma yang diinginkan tercapai. Bila setelah dua dosis peningkatan 1,6 mg/kg/min (1 ml/kg dekstrosa 10%/jam) kadar glukosa plasma tetap < 3,3 mmol/L (60 mg/dL), maka dianjurkan ditingkatkan menjadi 3,2 mg/kg/min (2 ml/kg dekstrosa 10%/jam) setiap 15 menit.

Untuk bayi asimtomatik usia < 2 jam, glukosa IV diberikan bila kadar glukosa < 1,7 mmol/L (30 mg/dL) dengan tujuan menaikkan kadar glukosa ke > 3,3 mmol/L (60 mg/dL). Untuk bayi asimtomatik usia 2 sampai 24 jam, glukosa IV diberikan bila kadar glukosa < 2,2 mmol/L (40 mg/dL) dan tujuannya adalah meningkatkan glukosa ke kadar > 3,3 mmol/L (60 mg/

dL). Bila bayi tetap mengalami konsentrasi glukosa asimtomatik < 50 mg/

dL setelah 24-48 jam maka dipertimbangkan pemberian IV dekstrosa dengan tujuan mencapai glukosa > 3,9 mmol/L (70 mg/dL).5,6

Bila diperlukan dari lebih dari 10 mg/kg/menit perlu dipertimbangkan untuk intervensi farmakologik pada kasus dengan hipoglikemia berat, persisten atau rekuren.5,6,15

Tabel 4. Tata Laksana Farmakologik pada Hipoglikemia Neonatal

Bahan & Efek Dosis Pemberian Efek samping

Diazoxide

(Menghambat sekresi insulin)

10-15 mg/kg/hari Oral (sekali tiap 8 jam) Hirsutisme, gagal jantung, retensi cairan, nausea, vomiting

Glukagon (Stimulasi glikogenolisis)

Bolus: 200 mcg/kg,

1 mg/hari Infus intermitten

Infus kontinyu Hiponatremia, thrombositopenia Glukokortikoid

(Menurunkan utilisasi glukosa periferal)

Growth suppression, Hipertensi`

-Deksametason 0.25 mg/kg

1-2.5 mg/kg IV (sekali tiap 12 jam) IV (sekali tiap 6 jam) -Hidrokortison 50 mg/m2/hari

Nifedipin Initial: 0.25-0.3 mg/kg/hr

Final: 0.5-0.8 mg/kg/hr Oral (sekali tiap 8 jam) Tidak dilaporkan Octreotide

(Menghambat pelepasan insulin dan GH)

7-12 mcg/kg/hari

(maks: 40 mcg/kg/hari) Subkutan (setiap 4-6 jam)

Dapat diberikan sebagai IV kontinyu

Kolelitiasis

Pankreatektomi (Menurunkan sekresi insulin)

Partial atau near-total pancreatectomy hr, hours; IV, intravenous; max, maximum

Hipoglikemia pada Neonatus dan Bayi

Simpulan

Hipoglikemia merupakan kelainan yang sering ditemukan, dapat terjadi pada berbagai kondisi neonatal, termasuk prematuritas, retardasi pertumbuhan, serta diabetes maternal. Skrining hipoglikemia dianjurkan pada keadaan tertentu yang berisiko tinggi.

Diagnosis dan tata laksana hipoglikemia yang tepat dapat mempertahankan fungsi intelektual tetap normal. Hipoglikemia yang berlangsung lama, rekuren dan berat berkaitan dengan terjadinya berbagai kelainan neurologic. Untuk mempertahankan fungsi intelektual tetap harus normal sebab hipoglikemia simptomatik lama, rekuren, berat, berkaitan dengan terjadinya berbagai kelainan neurologik.

Daftar pustaka

1. Osier FHA, Berkley JA, Ross A, Sanderson F, Mohammed S, Newton CRJC.

Abnormal blood glucose concentrations on admission to a rural Kenyan district hospital: prevalence and outcome. Arch Dis Child. 2003;88:621–5.

2. Pal DK, Manandhar DS, Rajbhandari S, Land JM, Patel N, de L Costello AM.

Neonatal hypoglycaemia in Nepal 1. Prevalence and risk factors. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed. 2000;82:F46–F51.

3. Koivisto M, Blaco-Sequeiros M, Krause U. Neonatal symptomatic hypoglycaemia:

a follow-up study of 151 children. Dev Med. Child Neurol. 1972;14:603-14.

4. Burns CM, Rutherford MA, Boardman JP, Cowan FM. Patterns of cerebral injury and neurodevelopmental outcomes after symptomatic neonatal hypoglycemia.

Pediatrics. 2008;122-65.

5. De Leon DD, Thornton PS, Stanley CA, Sperling MA. Hypoglycemia in the Newborn and Infant. Dalam: Sperling MA. Pediatric Endocrinology, Edisi ke-4.

Philadelphia: Elsevier Saunders 2014; 157-81.

6. Sperling MA. Hypoglycemia. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of Pediatrics, Edisi ke 18. Philadelphia: Elsevier Saunders 2007.

7. Achoki R, Opiyo N, English M. Mini-review: Management of Hypoglycaemia in Children Aged 0–59 Months. J Trop Pediatr. 2010;56:227–34.

8. Canadian Paediatric Society. Screening guidelines for newborns at risk for low blood glucose. Paediatr Child Health. 2004; 723-9.

9. Cornblath M, Hawdon JM, Williams AF, Aynsley-Green A, Ward-Platt MP, et al. Controversies Regarding Definition of Neonatal Hypoglycemia: Suggested Operational Thresholds. Pediatrics 2000;105:1141-5.

10. Fernandez BA, Perez IC. Neonatal Hypoglycemia - Current Concepts. Diunduh dari: http://www.intechopen.com/books/hypoglycemia-causes-and occurrences/

neonatalhypoglycemia-current-concepts. Diunduh tanggal 10 Oktober 2011.

11. Thornton PS. Hypoglycemia. Dalam: Moshang T. Pediatric Endocrinology, Edisi ke 1. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2005 37-58.

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXVIII

12. Sweet CB, Grayson S, Polak M. Management Strategies for Neonatal Hypoglycemia. J Pediatr Pharmacol Ther 2013;18:199–208.

13. Newborn Care Committee. Newborn Hypoglycemia Guidelines. Michigan:

WHBC Clinical Practice Council 2008; 1-4.

14. Jain A, Aggarwal R, Jeevasanker M, Agarwal R, Deorari AK, Paul VK.

Hypoglycemia in the Newborn. Indian J Pediatr 2008; 75: 63-7.

15. Maternity and Neonatal Clinical Guideline. Newborn Hypoglycemia. Queensland Clinical Guidelines 2013: 2-22.

16. Gregory J. Hypoglycemia. Dalam: Zacharin M. Practical Pediatric Endocrinology.

Melbourne: National Library of Australia 2011: 232-9.

Newborn Emergency Tranport Service (NETS) : Moving intensive care for kids

Rinawati Rohsiswatmo

Tujuan:

1. Memahami indikasi neonatus risiko tinggi yang memerlukan transportasi

2. Memahami kriteria kendaraan, personil dan peralatan yang diperlukan dalam transportasi neonatus secara aman

3. Memahami risiko yang mungkin terjadi pada neonatus selama proses transportasi

Dalam menghadapi kelahiran bayi, perlu diperhatikan risiko dari bayi yang akan dilahirkan. Hal ini berkaitan dengan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan bayinya. Perawatan untuk bayi risiko rendah atau sehat, cukup di rawat gabung bersama ibunya. Bayi risiko menengah atau tinggi perlu mendapat perawatan di unit perawatan khusus atau intensif. Bidan atau dokter kandungan, sebaiknya sudah menentukan dimana tempat melahirkan yang paling sesuai bagi si ibu. Apabila fasilitas tidak sesuai dengan kebutuhan ibu maupun bayinya, sebaiknya ibu dan janinnya dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Transpor neonatus risiko tinggi saat masih di kandungan merupakan gold standard dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas.1

Ada kalanya transpor in utero tidak memungkinkan sehingga dibutuhkan transpor neonatus ke rumah sakit lain. Selama proses tranportasi, neonatus dapat terpapar dengan rangsangan bahaya seperti, kebisingan, getaran, perubahan suhu, gravitasi, gerakan serta gaya percepatan atau perlambatan kendaraan. Hal tersebut diatas dapat mengakibatkan cedera, neonatus harus berjuang untuk mempertahankan homeostatis.1

Transpor neonatus risiko tinggi ke rumah sakit rujukan sebaiknya dikerjakan oleh tim transpor khusus, bukan oleh keluarga ataupun tim yang tidak berpengalaman. Tindakan merujuk oleh tim transpor yang terlatih dapat memperbaiki kesintasan neonatus jika dibandingkan dengan tindakan merujuk oleh yang kurang berpengalaman (96,2% vs. 89%;P=0,03). Kumar et al melaporkan tiga masalah besar yang dijumpai dalam melakukan transpor neonatus, yaitu dampak yang ditimbulkan oleh tim transpor yang kurang berpengalaman, gangguan instabilitas suhu, dan gangguan biokimiawi.

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXVIII

Dalam dokumen Kejang Demam (Halaman 146-151)

Dokumen terkait