Peran Endoskopi pada Kasus Emergensi Anak
Tertelan magnet tidak akan berakibat intoksikasi sistemik, akan tetapi tertelan beberapa magnet sekaligus atau bila magnet tertelan bersamaan dengan kepingan metal maka akan meningkatkan risiko komplikasi akibat impaksi usus di antara kedua benda magnetik tersebut. Pada kondisi tersebut dapat terjadi komplikasi perforasi, volvulus, ulserasi, dan peritonitis.
Kedua contoh algoritma tersebut berlaku hanya pada kondisi pasien yang stabil. Bila terjadi kegawatan akibat sekunder penekanan dari saluran cerna atas akibat tertelan benda asing, atau secara klinis pasien tidak stabil (kesadaran menurun, gagal napas, dan/atau syok) maka perlu dirujuk segera ke rumah sakit yang memiliki fasilitas endoskopi saluran cerna setelah kondisi pasien distabilkan.
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXVIII
Pada umumnya pasien datang dengan gejala dan tanda hematemesis (73%), melena (21%), dan muntahan seperti bubuk kopi (6%); di samping keluhan nyeri epigastrik, nyeri seluruh lapang perut, atau pusing.22,23 Kematian akibat perdarahan saluran cerna atas berkisar antara 5-21%.20 Angka kematian ini dapat ditekan bila dilakukan deteksi dini dan tata laksana adekuat terhadap perdarahan saluran cerna atas yang terjadi didukung dengan adanya fasilitas PICU dan kerja sama multidisiplin dalam upaya stabilisasi kondisi hemodinamik termasuk tata laksana pasien dengan kondisi sakit berat.22
Tujuan utama tata laksana perdarahan saluran cerna atas pada anak adalah stabilisasi hemodinamik, penghentian sumber perdarahan, dan pencegahan perdarahan berulang.24 Diagnosis maupun tata laksana perdarahan saluran cerna atas menggunakan endoskopi sebaiknya dilakukan dalam 24 jam pertama setelah kondisi hemodinamik stabil dan pasien telah mendapat terapi proton pump inhibitor (contohnya omeprazole).25,26 Transfusi PRC sebaiknya diberikan bila Hb <8g/dL dan volume yang diberikan harus disesuaikan dengan usia dan berat badan pasien.25 Pasien dengan perdarahan aktif dan koagulopati perlu dipertimbangkan pemberian transfusi fresh frozen plasma (FFP); dan pasien dengan trombositopenia < 30.000/uL perlu diberikan trombosit.25 Obat vasoaktif (contohnya octreotide atau vasopressin, antibiotik spectrum luas dan non-selektif β-blocker) dapat diberikan pada pasien dengan kecurigaan terhadap perdarahan akibat varises.25 Octreotide merupakan obat pilihan dibandingkan vasopressin karena efikasinya lebih tinggi dan efek sampingnya lebih sedikit.27 Obat sitoprotektif seperti sucralfate dan misoprostol tidak mempunyai peran pada pengobatan perdarahan saluran cerna pada anak.22
Tata laksana endoskopi yang akan dilakukan tergantung dari etiologi (Gambar 5).22,26 Bila etiologi perdarahan adalah varises esofagus maka perlu dilakukan ligasi segera dan diulang setiap 2-4 minggu sampai varises sepenuhnya dieradikasi. Ligasi dimulai tepat di atas gastroesophageal junction lalu ligasi dilanjutkan ke arah proksimal dengan metode spiral. Biasanya diperlukan 2-4 sesi ligasi. Skleroterapi biasanya dilakukan pada varises esofagus pada bayi kecil ataupun neonatus; sedangkan varises fundus (lambung) menggunakan teknik skleroterapi dengan sklerosan (N-butil-2-sianoakrilat).28,29 Bila injeksi dilakukan pada bayi kecil biasanya diperlukan volume sklerosan yang lebih sedikit (0,3 mL). Tindakan tersebut biasanya diulang setelah 4 hari.28
Bila sumber perdarahan saluran cerna atas berasal dari non-varises (ulkus, erosi, dan malformasi vaskular) maka ada 3 kategori endoskopi terapeutik yang dilakukan yaitu metode injeksi, hemostasis mekanikal (hemoclip), atau termokoagulasi.3,22,25,30 Endoskopi terapeutik menggunakan hemoclip bermanfaat sebagai hemostasis primer (misal pada ulkus peptik dan lesi Dieulafoy) dengan angka keberhasilannya 95-100% dan perdarahan ulang cukup rendah (6,5%).30 Tindakan injeksi biasanya pada ulkus peptik menggunakan adrenalin 1:10.000
Peran Endoskopi pada Kasus Emergensi Anak
ataupun pada varises fundus menggunakan sklerosan ataupun tissue adhesive.3 Tindakan koagulasi termal prinsipnya menyebarkan energi panas yang dapat menyebabkan koagulasi dan pengeringan jaringan sehingga terjadi hemostasis.3
Simpulan
Endoskopi terapeutik pada anak telah mengalami perkembangan pesat sejak beberapa tahun terakhir terutama di bidang intervensi saluran cerna atas.
Ekstraksi benda asing maupun perdarahan saluran cerna atas yang tidak dapat diatasi dengan endoskopi terapeutik, perlu dilanjutkan dengan penanganan secara bedah.
Gambar 5. Algoritma penanganan perdarahan saluran cerna atas (varises vs. non-varises) pasca stabilisasi kondisi hemodinamik22
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXVIII
Daftar pustaka
1. Cadranel S, Rodesch P, Peeters JP, Cremer M. Fiberendoscopy of the gastrointestinal tract in children. A series of 100 examinations. Am J Dis Child. 1977;131:41-5.
2. Lux G, Rösch W, Philip J, Frühmorgen P. Gastrointestinal fiberoptic endoscopy in pediatric patients and juveniles. Endoscopy. 1978;10:158-63.
3. Rahman I, Patel P, Boger P, Rasheed S, Thomson M, Afzal NA. Therapeutic upper gastrointestinal tract endoscopy in Paediatric Gastroenterology. World J Gastrointest Endosc. 2015;16:169-82.
4. Wyllie R. Forreign bodies in the gastrointestinal tract. Curr Opin Pediatr.
2006;18:563-4.
5. Little DC, Shah SR, St Peter SD, Calkins CM, Morrow SE, Murphy JP, et al.
Esophageal foreign bodies in the pediatric population: our first 500 cases, J Pediatr Surg. 2006;41:914-8.
6. Uyemura MC. Foreign body ingestion in children. Am Fam Physician.
2005;72:287-91.
7. Cheng W, Tam PK. Foreign body ingestion in children: experienced with 1265 cases. J Pediatr Sur. 1999;34:1472-6.
8. Simic MA, Budakov BM. Fatal upper esophageal hemorrhage caused by a previously ingested chicken bone: case report. Am J Forensic med Pathol.
1998;19:166-8.
9. Kay M, Wyllie R. Pediatric foreign bodies and their management. Curr Gastroenterol Rep. 2005;7:212-8.
10. Nandi P, Ong GB. Foreign body in the esophagus: review of 2394 cases. Br J Surg. 1978;65:5-9.
11. Louie JP, Alpern ER, Windrreich RM. Witnessed and unwitnessed esophageal foreign bodies in children. Pediatr Emerg Care. 2005;21:582-5.
12. Litovitz T, Whitaker N, Clark L. Preventing battery ingestions: an analysis of 8648 cases. Pediatrics. 2010;125:1178-83.
13. Maves MD, Carithers JS, Birck HG. Esophageal burns secondary to disc battery ingestion. Ann Otol Rhinol Laryngol. 1984;93:364-9.
14. Hurtado CW, Furuta GT, Kramer RE. Etiology of esophageal food impactions in children. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2011;52:43-6.
15. Deghani Sm, Haghighat M, Imanieh MH, Tabebordbar MR. Upper gastrointestinal bleeding in children in Southern Iran. Indian J Pediatr. 2009;76:635-8.
16. Deghani N, Ludemann JP. Ingested foreign bodies in children: BC children’s Hospital emergency room protocol. BC Med J. 2008;50:257-62.
17. Louie MC, Bradin S. Foreign body ingestion and aspiration. Ped Rev. 2009;30:295- 301.
18. Abbas TO, Al Shahwani N, Ali M. Endoscopic management of ingested foreign bodies in children: A retrospective review of cases, and review of the literature.
19. Rafeey M, Shoaran M, Majidy H. Diagnostic endoscopy and clinical characteristics of gastrointestinal bleeding in children: a 10-year retrospective study. Iran Red Crescent Med J. 2013;15:794-7.
Peran Endoskopi pada Kasus Emergensi Anak
20. Cochran EB, Phelps SJ, Tolley EA, Stidham GL. Prevalence of, and risk factors for, ullypper gastrointestinal tract bleeding in critically ill pediatric patients. Crit Care Med. 1992;20: 1519-23.
21. Yachha SK, Khanduri A, Sharma BC, Kumar M. Gastrointestinal bleeding in children. J Gastroenterol Hepatol. 1996;11:903-7.
22. Owensby S, Taylor K, Wilkins T. Diagnosis and management of upper gastrointestinal bleeding in children. J Am Board Fam Med. 2015;28:134-45.
23. Cleveland K, Ahmad N, Bishop P, Nowicki M. Upper gastrointestinal bleeding in children: an 11-year retrospective endoscopic investigation. World J Pediatr.
2012;8:123-8.
24. Bhatia V, Lodha R. Upper gastrointestinal bleeding. Indian J Pediatr. 2011;78:227- 33.
25. Colle I, Wilmer A, Abenheim L, Michaud L, Debruyne R, Delwaide J, Dhondi E, et al. Upper gastrointestinal tract bleeding management: Belgian guidelines for adults and children. Acta Gastroenterol Belg. 2011;74:45-66.
26. Araujo TE, Vieira SM, Carvalho PR. Stress ulcer prophylaxis in pediatric intensive care units. J Pediatr (Rio J). 2010;86:525-30.
27. Fox VL. Gastrointestinal bleeding in infancy and childhood. GastroenterolClin North Am. 2000;29:37-66.
28. Kim SJ, Kim KM. Recent trends in the endoscopic management of variceal bleeding in children. Pediatr Gastroenterol Hepatol Nutr. 2013;16:1-9.
29. Oh SH, Kim SJ, Rhee KW, Kim KM. Endoscopic cyanoacrylate injection for the treatment of gastric varices in children. World J Gastroenterol. 2015;21:2719-24.
30. Ünal F, Çakir M, baran M, Duygulu S, Aydoğdu S. Application of endoscopic hemoclips for nonvariceal upper gastrointestinal bleeding in children. Turk J Gastroenterol. 2014;25:147-51.