• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL 1 KEGIATAN BELAJAR 1: PENGERTIAN DAN

B. Penanganan Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual tidak hanya menimpa perempuan tetapi kekerasan seksual juga dapat menimpa laki-laki. Kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan maupun laki-laki dapat berasal dari orang lain atau dari pasangannya sendiri. Pada umumnya perempuan lebih banyak

mengalami kekerasan seksual dan kekerasan fisik yang berasal dari pasangannya dibandingkan laki-laki. Remaja yang mengalami kekerasan seksual maupun kekerasan fisik membutuhkan beberapa penanganan, antara lain perawatan medis, perawatan psikologis, dukungan terkait masalah hukum, dukungan sosial, nasihat tentang pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan profilaksis Infeksi Menular Seksual (IMS) (Blake et al., 2014). Penanganan yang diterima oleh perempuan yang mengalami kekerasan berbeda dengan penangan yang diterima oleh laki- laki. Perbedaan penanganan ini disebabkan adanya perbedaan kebutuhan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan yang mengalami kekerasan fisik maupun seksual memiliki kebutuhan emosional yaitu lebih membutuhkan perhatian. Perempuan yang mengalami tindak kekerasan mengalami trauma yang mendalam, sehingga membutuhkan dukungan yang ekstra dari orang yang ada disekitarnya (WHO, 2014). Berikut adalah langkah yang dapat dilakukan untuk menangani korban kekerasan seksual, antara lain:

1. Langkah pertama yang dilakukan adalah:

a. Listen

Mendengarkan korban dengan pendekatan tanpa menghakimi b. Inquire About Need

Menanyakan kebutuhan dan keprihatinan korban antara lain kebutuhan emosional terkait masalah emosi, fisik, sosial, dan praktis (misalnya pengasuhan anak)

c. Validate

Menunjukkan pada korban bahwa petugas medis (perawat, suster) atau pihak yang melakukan pertolongan mamahami dan percaya pada korban. Meyakinkan korban bahwa tidak ada yang menyalahkan korban.

d. Enhance Safety

Meningkatkan keselamatan dengan cara mendiskusikan rencana untuk melindungi korban dari kerugian atau akibat lebih lanjut apabila kekerasan tersebut kembali terjadi.

e. Support

Memberikan dukungan kepada korban dengan memberi bantuan agar korban dapat terhubung kepada layanan informasi terkait penanganan korban kekerasan seksual serta memberikan dukungan sosial kepada korban.

2. Jika korban kekerasan seksual datang sebelum lima hari maka setelah kejadian kekerasan, langkah yang dilakukan yaitu

a. Melakukan anamnese terkait sejarah dan melakukan pemeriksaan Hal-hal terkait pemeriksaan anamnese meliputi informasi media secara umum, pertanyaan tentang kekerasan seksual (hanya bertanya tentang apa yang diperlukan untuk perawatan media misal penetrasi vagina, penetrasi anal dst), riwayat ginekologi, dan lakukan penilaian mental.

b. Merawat cidera fisik

Merawat cidera fisik meliputi mengobati cidera fisik atau segera merujuk pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa atau cidera berat untuk mendapatkan perawatan darurat.

c. Menyediakan kontrasepsi darurat

Setelah memberikan infornasi terkait kontrasepsi darurat maka korban dapat membuat keputusan terkait bersedia atau tidak bersedia untuk menggunakan kontrasepsi darurat. Korban yang memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi darurat setelah mendapatkan tindakan kekerasan seksual, dapat mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki.

d. Mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS)

Korban kekerasan seksual harus diberikan antibiotik untuk mencegah dan mengobati Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti klamidia, gonorrhoea, trichomonas, dan sifilis.

3. Jika korban datang terlambat (lebih dari 72 jam setelah paparan) maka langkah yang dapat dilakukan adalah langkah pertama penanganan kekerasan seksual dan pil kontrasepsi darurat juga dapat diminum secepatnya, karena sampai hari ke 5 setelah hubungan seks korban masih dalam keadaan tidak aman. Untuk mencegahnya beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

a. Menawarkan pencegahan dan pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS).

b. Menawarkan imunisasi hepatitis B. Virus Hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Oleh karena itu, wanita yang mengalami kekerasan seksual harus ditawarkan imunisasi untuk hepatitis B.

c. Melakukan tes kehamilan dan tes HIV.

d. Menilai kesehatan mental dan memberikan perawatan yang diperlukan.

Sumber: WHO, 2014 Gambar 1.9. Penanganan Korban Kekerasan Seksual

Penanganan Korban Kekerasan Seksual

Langkah Pertama pada Penanganan Korban Kekerasan Seksual

Penanganan yang diberikan berupa:

1. Anamnese

2. Merawat cidera fisik 3. Penyediaan kontrasepsi

Darurat

4. Pencegahan IMS

Penanganan yang diberikan berupa:

1. Menawarkan pencegahan IMS

2. Menawarkan imunisasi Hepatitis B

3. Melakukan tes kehamilan dan HIV

4. Menilai kesehatan mental dan perawatan yang diperlukan

Sebelum Lima Hari Setelah Lima Hari

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A.G. (2014). Dysfunctional Anger and Sexual Violence Anger Sexual Violnce Sexual HomicideTreatment Recidivism.

Psychiatric Clinics of NA, 37(2), 231-238.

Amone-P‟Olak, K., Ovuga, E., & Jones, P.B. (2015). The Effects of Sexual Violence on Pyschosocial Outcomes in Formerly Abducted Girls in Northern Uganda: The WAYS study. BMC Psychology, 3(1), 1-9.

Blake, M. D. T., Drezett, J., Vertamatti, M. A., Adami, F., Valenti, V. E., Paiva, A. C., Vina J.M., Pedroso, D., Abreu, L. C. De. (2014).

Characteristics of sexual violence against adolescent girls and adult women. BMC Women’s Health, 14(15), 1–7.

Bhattacharya, R. (January, 02, 2018). 20 Dirty Facts That‟ll Change The Way You Look At Doing It. Scoopwhoop. Retrived from https://www.scoopwhoop.com/dirty-facts-about-sex/

Crocker, P.L & Simon, A.S. (1981). “Sexual harassment in education”.

Capital University Law Review, 10(3), 541-584.

Dahlqvist, H.Z., Landstedt, E., Young, R., & Gadin, K.G. (2016).

Dimensions of Peer Sexual Harassment Victimization and Depressive Symptoms in Adolenscence: A Longitudinal Cross- Lagged Study in Swedish Sample. Journal of Youth and Adolescence, 45, 858-873.

Detik News. (July, 05, 2019). Kepala Sekolah SMP di Surabaya Cabuli Siswa di Kelas Hingga Musala. Detik News. Retrived from https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4612840/kepala- sekolah-smp-di-surabaya-cabuli-siswa-di-kelas-hingga-musala) Dziech, B.W. & Weiner, L. (1984). “The treacherous professor: sexual

harassment on campus. Boston: Boston Press in Hotelling, Kathy (2001)”, Journal of Counseling and Development, 6, 497-501.

Ebert, D.D., Fleischmann, R.J., Harrer, M., Zarski, A.C., Baumeister, H., and Lehr, D. (2018). Patients‟ Experiences in a Guided Internet- and App-based Stress Intervention for College Students: A Qualitative Study. Journal of Internet Intervention. 12(1), 130- 140.

EEOC. (2016). “What is sexual harassment?” Available at www.eeoc.gov. Accessed on May 28, 2016.

Eom, E., Restaino, S., Perkins, A.M., Neveln, N., and Harrington, J.W.

(2015). Sexual Harassment in Middle and High School Children and Effects on Physical and Mental Health. Journal Crinical Pediatrics, 54(5), 430-438.

Frisch, E.(2014). “State sexual harassment definitions and disaggregation of sex discrimination claims”. Minnesota Law Review, 98 (5), 1943-1979.

Jawa pos. (June, 06, 2018). Pelecehan Verbal di Instagram, Via Vallen Disarankan Lapor ke Polisi. Jawa pos. Retrived from https://www.jawapos.com/entertainment/infotainment/06/06/201 8/pelecehan-verbal-di-instagram-via-vallen-disarankan-lapor-ke- polisi/

Kaltiala-Heino, R., Frojd, S., and Marttunen, M. (2016). Sexual Harassment Victimization in Adolescence: Associations with Family Background. Child Abuse & Neglect, 56, 11-19.

Kompas. (April, 18, 2008). Kasus-kasus Perdagangan Manusia 2004- 2008. Kompas. Retrived from https://nasional.kompas.com/- read/2008/04/18/02302585/kasus-

kasus.perdagangan.manusia.2004-2008

Komnas Perempuan. (2017). Naskah Akademik: Rancangan Undang- Undang Tentang Penghapusan Kekerasan Seksual. Jakarta:

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan)

Kouta, C., Pithara, C., Zobnina, A., Apostolidou, Z., Christodoulou, J., Papadakaki, M., & Chliaoutakis, J. (2018). A systematic review of training interventions addressing sexual violence against marginalized at-risk groups of women. Health Education Research, 30(6), 971–984.

Lijster, G.P., Felten, H., Kok, G., and Kocken, P.L. (2016). Effects of an Interactive School-Based Program for Preventing Adolescent Sexual Harassment: A Cluster-Randomized Controlled Evaluation Study. Journal Youth Adolescent, 45(5), 874-886.

Mitchell, K.J., Ybarra, M.L., and Korchmaros, J.D. (2014). Sexual Harassment Among Adolescents of Different Sexual Orientations and Gender Identities. Child Abuse and Neglect, 38(2), 280-295.

Nana. (2016). Sungguh Bejat Kelakuan Guru ini. Retrived from http://nanadiana22.blogspot.com/2016/02/aksi-seorang-guru- cabuldi-sebuah-smu-di.html

Norman, I.D., Aikins, M., and Binka, F.N. (2013). Sexual Harassment in Public Medical Schools in Ghana. Ghana Medical Journal, 47(3), 128-136.

Radar Surabaya. (February, 23, 2018). Lima Tahun Guru Bejat Cabuli 65 Murid SD, Demi Puaskan Fantacinya. Jawa pos. Retrived from:

https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2018/02/23/51803/lima- tahun-guru-bejat-ini-cabuli-65-murid-sd-demi-puaskan-

fantasinya)

Sandler, B.R. (1990). Sexual harassment: A new issue for institutions.

Initiatives, 52(4), 5-10.

Savitri, D. R., Hadiyanto, H., and Hadi, S.P. (2015). Pro-Environmental Behavior from a Social Cognitive Theory Perspective. Procedia Environmental Sciences, 23(1), 27-33.

Tribun Bali. (July, 23, 2019). Biadab, Tiga Siswa SMK di Kediri Disergap di Jalan Sepi, Pelaku Paksa Pegang Alat Vital Ketiganya. Tribun. Retrived from http://bali.tribunnews.com/- 2017/10/22/biadab-tiga-siswi-smk-di-kediri-disergap-di-jalan- sepi-pelaku-paksa-pegang-alat-vital-ketiganya

Trindade, L.C., and Linhares, S.M.G.M. (2014). Sexual Violence Against Children and Vulnerability. Revista Da Associacao Medica Brasileira, 60(1), 70-74

Vance, S.M. (1981). Sexual Harassment On Women Students In Hotelling. Journal of Counseling and Development, 69, 497-501.

Walsh, K. Nugent, N.R., Kotte, A., Amstadter, A.B., Wang, S., Guille, C., Acierno, R., Kilpatrick, D.G., Resnick, H.S. (2013). Cortisol at the Emergency Room Rape Visit as a Predictor of PTSD and Depression Symptoms Over Time. Psychoneuroendocrinolgy, 38, 2520-2528.

Walsh, K., Koenen, K. C., Cohen, G. H., Ursano, R., Gifford, R. K., Fullerton, C. S., & Galea, S.(2014). Sexual violence and mental health symptoms among National Guard and Reserve soldiers.

Journal of General Internal Medicine, 29(1), 104–109.

WHO. (2014). Chapter 6: Sexual Violence. New York: WHO

Witkowska, E., and Menckel, E. (2005). Perceptions of Sexual Harassment in Swedish High Schools: Experiences and School Environment Problems. European Public Health, 15(1), 78-85.

Wookieduck. (2017). Dikirimi Pesan Chat Cabul, Gadis 12 Tahun Asal Depok ini Trauma Dilecehkan Driver Ubernya yang Diduga Pedofil. Chirpstory. Retrived from https://chirpstory.com/- li/357375

Yang, J., Miller, T. R., Zhang, N., Lehew, B., & Peek-Asa, C. (2014).

Incidence and cost of sexual violence in Iowa. American Journal of Preventive Medicine, 47(2), 198–202.

M O D U L 2

Dokumen terkait