• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan Daerah

Dalam dokumen pemerintah provinsi dki jakarta (Halaman 175-180)

BAB I PENDAHULUAN

5) Program Peningkatan Kualitas Produk Sentra Industri a) Terlaksananya Partisipasi Kegiatan MPU dan Daerah

3.2 Hambatan dan Kendala yang Ada Dalam Pencapaian Target yang Telah Ditetapkan

3.2.1 Pendapatan Daerah

TABEL 3.1

RINGKASAN REALISASI APBD PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN ANGGARAN 2011

(dalam rupiah)

No Uraian Anggaran

Semula

Anggaran Setelah Perubahan

Realisasi

2011 ∆% Realisasi

2010

1 2 3 4 5 6(5:4) 7

1 PENDAPATAN 26.079.200.674.665,00 26.845.693.060.531,00 28.297.361.482.869,82 105,41 23.025.986.993.128,05 1.1 Pendapatan Asli

Daerah 16.022.580.846.665,00 16.280.133.657.370,00 17.825.987.294.430,82 109,49 12.891.992.182.041,05 1.2 Pendapatan Transfer 9.462.619.828.000,00 9.971.559.403.161,00 10.462.963.410.649,00 104,93 10.133.994.811.087,00 1.3 Lain-lain Pendapatan

Yang Sah 594.000.000.000,00 594.000.000.000,00 8.410.777.790,00 69,30 0,00

2 BELANJA 27.875.807.120.065,00 30.922.361.719.302,38 26.423.599.893.297,00 85,45 21.552.895.838.935,00 2.1 Belanja Operasi 19.734.794.389.131,30 21.160.423.456.267,32 19.107.266.558.546,00 90,30 16.309.749.142.137,00 2.2 Belanja Modal 8.057.934.260.752,66 9.707.228.263.035,06 7.316.333.334.751,00 75,37 5.243.146.696.798,00

2.3 Belanja Tak Terduga 83.078.470.181,00 54.710.000.000,00 0,00 0,00 0,00

Surplus/Defisit (1.796.606.445.400,00) (4.076.668.658.771,38) 1.873.761.589.572,82 45,96 1.473.091.154.193,05 3 PEMBIAYAAN 1.796.606.445.400,00 4.076.668.658.771,38 4.596.856.900.935,38 112,76 3.438.104.863.936,33

3.1 Penerimaan

Pembiayaan 2.428.534.745.400,00 4.911.196.018.129,38 4.926.078.266.154,38 100,30 3.748.512.147.298,33 3.2 Pengeluaran

Pembiayaan 631.928.300.000,00 834.527.359.358,00 329.221.365.219,00 39,45 310.407.283.362,00

4 SiLPA 0,00 0,00 6.470.618.490.508,20 0,00 4.911.196.018.129,33

Total APBD 28.507.735.420.065,00 31.756.889.078.660,38 26.752.821.258.516,00 84,24 21.863.303.122.297,00

Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah Prov. DKI Jakarta

3.2 Hambatan dan Kendala yang Ada Dalam Pencapaian Target yang

bioskop-bioskop Indonesia dan DKI Jakarta pada periode bulan Februari sampai dengan September 2011 (selama 7 bulan) mengakibatkan kehilangan potensi pajak hiburan dari pertunjukkan film bioskop sebanyak 11.859.300 penonton.

Selanjutnya berdasarkan data penonton tahun 2010 jumlah penonton tercatat sebanyak 20.330.229 orang dengan rata-rata penonton per bulan sebanyak 1.694.185 orang. Sehingga diperkirakan potensi penonton yang hilang pada tahun 2011 akibat penerapan kebijakan tersebut selama 7 (tujuh) bulan adalah sebanyak 1.694.185 x 7 = 11.859.300 penonton. Jika rata-rata tiket bioskop Rp50.000,00 tarif pajak 10%, maka potensi penerimaan pajak hiburan (bioskop) yang hilang adalah Rp50.000,00 x 10% x 11.859.300 = Rp59.296.500.000,00.

(Sumber Data : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Penurunan Tarif Pajak Hiburan pada Perda baru Nomor 13 Tahun 2010 untuk beberapa jenis Pajak Hiburan menyebabkan hilangnya potensi penerimaan Pajak Hiburan di tahun 2011.

Jenis Pajak Hiburan yang mengalami penurunan tarif antara lain sebagai berikut :

JenisPajak

Tarif Perda No. 6 Tahun 2003

(Pasal 6)

Perda No. 13 Tahun 2010

(Pasal 7) Pertunjukan Film di Bioskop

HTM >Rp. 35rb : 15%

HTM >Rp. 10rb – 35rb : 10%

Tarifefektif : 12,5% 10%

Pagelaran kesenian, musik, tari

dan/atau busana 15% 10%

Penyelenggaraan hiburan

insidental 15% 10%

Permainan ketangkasan 20% 10%

Pameran 15% 10%

Pertandingan olah raga 10% 5%

Sumber : Laporan kinerja DPP Provinsi DKI tahun 2007-2011

Terjadinya kasus-kasus tindakan aparat Kepolisian yang melakukan operasi dan penyegelan pada beberapa tempat hiburan yang potensial sehingga mempengaruhi tingkat kunjungan pelanggan mengingat tempat hiburan sangat sensitif terhadap gangguan kenyamanan pelanggan tersebut.

Langkah pemecahannya adalah melakukan upaya-upaya antara lain :

a) Melakukan instensifikasi dan ekstensifikasi terhadap objek Pajak Hiburan.

b) Melakukan pendataan dan pemeriksaan terhadap tempat- tempat Hiburan yang khususnya berada di Hotel.

c) Melakukan pemeriksaan dengan membentuk Tim Gabungan bersama BPKP untuk objek Pajak Hiburan Diskotik, DJ dan Karaoke.

d) Melalui kegiatan pencairan tunggakan Pajak Hiburan, dimana Tahun 2011 terealisasi sebesar Rp14.104.183.688,25 dari total piutang Pajak Hiburan sebesar Rp18.173.812.923,25 (77,61%).

e) Dengan terbentuknya UPPD kecamatan diharapkan dapat menggali potensi pajak yang belum tersentuh seperti spa, kebugaran, fitness center, golf.

2) Pajak Reklame

a) Adanya Pengakhiran Izin Penyelenggaraan Reklame Kawasan Interchange Pluit (pemetaan batas reklame) dengan total potensi penerimaan yang hilang sebesar Rp426.320.000,00 (4 titik reklame) berdasarkan Nota Dinas Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Nomor 417/- 1.752.11 tanggal 27 Desember 2010.

b) Adanya pembangunan Jalan Layang Non Tol dengan total potensi penerimaan yang hilang sebesar Rp749.612.500,00 (31 titik reklame) berdasarkan Surat Kepala Dinas Pekerjaan Umum No. 836/-1.752.11 tanggal 7 Februari 2011.

c) Tertundanya penerimaan akibat masih terdapatnya permohonan izin penyelenggaraan reklame yang masih dalam proses di instansi terkait

Langkah pemecahannya adalah melakukan upaya-upaya antara lain :

a) Melakukan penertiban terhadap reklame yang habis masa izinnya di 5 (lima) wilayah kota khususnya reklame diatas 24m2.

b) Melakukan penertiban terhadap reklame dinding oleh semua Sudin dan UPPD Kecamatan.

c) Dengan diberlakukannya Perda No.12 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame akan memberikan kontribusi dalam peningkatan penerimaan pajak reklame dikarenakan adanya perubahan nilai sewa reklame untuk kelas jalan.

d) Melaksanakan Intruksi Kepala Dinas Pelayanan Pajak Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Potensi Pajak Daerah di area PD Pasar Jaya dan Reklame Indoor di Mall dan Pusat Perbelanjaan dan Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Potensi Pajak Daerah di masing-masing UPPD dan Suku Dinas Pelayanan Pajak.

e) Dengan terbentuknya UPPD disetiap kecamatan diharapkan dapat menggali potensi Pajak Reklame.

3) Pajak Air Tanah

Adanya program BPLHD yang bekerja sama dengan PAM Jaya (PT Palyja dan PT Aetra) untuk melakukan upaya “Zero Deepwell Consumption” berupa konversi penggunaan/pemanfaatan air tanah beralih menjadi pengguna/memanfaatkan air perpipaan PAM dengan melalui pelaksanaan operasi bersama pada wilayah yang secara teknis sudah dapat dilayani oleh air perpipaan PAM. Terkait program tersebut, telah dilakukan penutupan sumur sebanyak 86 titik

dengan rincian potensi penerimaan Pajak Air Tanah yang hilang sebagai berikut:

Wilayah Air Perpipaan

(PAM)

Jumlah Titik

Potensi yang hilang / bulan Potensi yang hilang / tahun

Jumlah

Pemakaian Jumlah Pajak Jumlah

Pemakaian Jumlah Pajak

PT AETRA 34 titik 43.559 684.846.896,00 522.708 8.218.162.752,00

PT PALYJA 52 titik 66.275 1.042.614.810,00 795.300 12.511.377.720,00

JUMLAH 86 titik 109.834 1.727.461.706,00 1.318.008 20.729.540.472,00

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa total potensi penerimaan Pajak Air Tanah yang hilang sampai dengan akhir tahun 2011 adalah sebesar Rp20.729.540.472,00.

Banyaknya SKPD yang terbit dengan nominal Nihil dari total SKPD terbit setiap bulan, antara lain disebabkan karena digunakan sebagai sumur cadangan sebanyak 3.272, adanya sumur yang rusak sebanyak 764, sumur yang tutup sebanyak 898, beralihnya pemakaian air ke PAM sebanyak 157, dan adanya pemakaian oleh kantor-kantor pemerintah sebanyak 2.215 sehingga menimbulkan potensi loss terhadap penerimaan Pajak Air Tanah.

Langkah pemecahannya adalah melakukan upaya-upaya antara lain:

a) Melakukan Pemantauan dan Pemeriksaan terhadap 3.272 sumur cadangan dan 764 sumur rusak akan dilakukan secara intensif oleh UPPD Kecamatan.

b) Melakukan koordinasi dengan BPLHD untuk program penertiban.

Sumber : Laporan kinerja DPP Provinsi DKI tahun 2011

4) Pajak Parkir

Tidak tercapainya target penerimaan Pajak Parkir sampai dengan Desember 2011 disebabkan antara lain karena Sistem pemungutan pajak parkir yang menerapkan self assessment menuntut tingkat kepatuhan dan kejujuran wajib pajak dalam menghitung dan memperhitungkan serta menyetorkan sendiri pajaknya. Saat ini sistem tersebut dirasakan masih belum berjalan secara maksimal, dan ada kecenderungan wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan besarnya pajak yang harus dibayar sesuai dengan yang seharusnya.

Langkah pemecahannya adalah melakukan upaya-upaya antara lain:

a) Melakukan pemeriksaan terhadap semua Wajib Pajak parkir dengan membentuk Tim Gabungan bersama BPKP Perwakilan DKI Jakarta.

b) Melakukan Online Sistem terhadap Wajib Pajak Parkir.

c) Akan melakukan upaya penagihan piutang pajak parkir sampai dengan tahun 2011.

d) Dengan terbentuknya UPPD pada setiap kecamatan diharapkan potensi-potensi terhadap pajak parkir dapat lebih optimal.

Dalam dokumen pemerintah provinsi dki jakarta (Halaman 175-180)

Dokumen terkait