• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah 34

RPJMD merupakan visi dan misi kepala daerah terpilih. Disinilah maka di katakan bahwa perencanaan pembangunan daerah juga menggunakan pendekatan politik karena menjadikan visi dan misi kepala daerah terpilih sebagai salah satu acuan.

Keberadaan RPJPD menjadi jembatan untuk menjaga sinergisitas perencanaan pembangunan di daerah apabila terjadi pergantian kepala daerah setiap 5 tahun. Hal ini penting agar tidak terjadi perombakan orientasi pembangunan secarafrontal, mengingat setiap calon kepala daerah membawa visi dan misimasing-masing yang bisa berbeda-beda.

Di tambah dengan berbagai kepentingan partai politik pendukung calon kepala daerah yang menyertai nyamaka perencanaan pembangunan daerah akan sangat rentan terhadap intervensi kepentingan partai.

keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum,dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program ke wilayahan di sertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Sedangkan RKPD yang merupakan perencanaan tahunan daerah adalah penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah,rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang di laksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang di tempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Perencanaan pembangunan daerah di Indonesia merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Artinya bahwa pembangunan yang di laksanakan didaerah tidak terlepas dari konsep rencana pembangunan nasional, karenanya dalam menyusun program pembangunan daerah tetap mengacu kepada rencana pembangunan nasional, baik rencana pembangun anjang kapanjang maupun menengah. Pendekatan yang di gunakan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan PP No. 8 Tahun 2008 menggunakan kombinasi pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top down) dan bawah-atas (bottom up).

Pendekatan politik berkaitan dengan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat. Sebelum di pilih oleh rakyat, calon kepala daerah merumuskan visi dan misinya sebagai janji yang akan di laksanakan apabila terpilih menjadi kepala daerah. Visi dan misi tersebut

kemudian di jabarkan menjadi RPJM Daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun selama kepala daerah terpilih memimpin daerah. Namun dalam penyusunan RPJM Daerah tersebut harus tetap mengacu kepada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJP Nasional.

Pendekatan teknokratik berkaitan dengan profesionalisme dan ke ahlian dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Bahwa penyusunan rencana pembangunan daerah perlu mempertimbangkan berbagai aspek dan keahlian sehingga hasil yang di peroleh bisa menyelesaikan masalah yang di hadapi daerah secara komprehensif.

Pendekatan partisipatif merupakan upaya melibatkan masyarakat dan para pemangku kepentingan (stakeholder) dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Pergeseran pemahaman bahwa masyarakat bukan sekedar obyek tetapi juga merupakan pelaku pembangunan mendorong pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan mulai dari tingkat bawah (desa/kelurahan). Partisipasi masyarakat juga merupakan wujud transparansi pemerintah dalam melaksanakan pembangunan daerah sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik atau yang belakangan ini juga di sebut dengan istilah tata pemerintahan yang baik (good governance).

Pendekatan atas-bawah (top-down) dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah melibatkan Bappeda dan SKPD.

Bappeda sebagai unit yang bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan kegiatan ini merumuskan rancangan awal dengan

masukan dari rancangan rencana strategis SKPD. Rancangan awal tersebut nantinya akan di bahas dalam kegiatan Musrenbang.

Pendekatan bawah atas (bottom-up) di lakukan mulai dari pengusulan program atau kegiatan dari tingkat bawah (desa/kelurahan) oleh masyarakat. Penyelenggaraan Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan yang di maksudkan sebagai wahana menyerupai aspirasi masyarakat dalam pembangunan yang kemudian hasilnya akan dibawa ke Musrenbang tingkat kecamatan dan selanjutnya Musrenbang tingkat kabupaten/kota. Program dan proyek yang di usulkan oleh masyarakat akan di nilai dari urgensi dan kemampuan pemerintah di tingkat bawah dalam melaksanakan usulan tersebut. Sejauh mana urgensi dan kemampuan pemerintah berkaitan dengan berbagai usulan yang masuk akan menentukan pelaksanaan program dan kegiatan nantinya. Apabila suatu usulan di anggap sangat urgent tapi tidak mampu di laksanakan oleh pemerintah di tingkat bawah maka akan di usulkan untuk dibawa ke Musrenbang di atasnya, yaitu di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional.

Prinsip-prinsip yang harus di perhatikan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah menurut PP No.8 Tahun 2008 adalah bahwa perencanaan pembangunan daerah, (a) Merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, (b) Dilakukan pemerintah daerah bersama dengan parapemangku kepentingan berdasarkan peranan kewenangan masing-masing, (c) Mengintegrasikanrencanatataruangdenganrencanapembangunandaerah

,serta (d) Dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang di milik imasing-masing daerah, sesuai di namika perkembangan daerah dan nasional.

5. Kewenangan Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Seiring dengan berjalannya pelaksanaan desentralisasi di Indonesia maka berbagai urusan pemerintahan juga diserahkan kepada daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota telah merinci masing-masing kewenangan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang meliputi 31 bidang urusan, diantaranya adalah urusan perencanaan pembangunan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) memiliki peran dan posisi yang strategis dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah dalam melakukan koordinasi dan sinkronisasi penyusunan rencana pembangunan antar SKPD.

Adapun kewenangan yang dimiliki oleh kabupaten/kota dalam bidang urusan perencanaan pembangunan berdasarkan PP No.38 Tahun 2007 tersebut adalah sebagai berikut :

1) Perumusan kebijakan

2) Bimbingan konsultasi dan koordinasi 3) Monitoring dan evaluasi.

B. Penelitian Yang Relevan

Gammahendra, dkk. (2014) Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Organisasi (Studi Pada Persepsi Pegawai Tetap Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi struktur organisasi yang terdiri dari variabel kompleksitas, formalisasi, sentralisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap efektivitas organisasi. Selanjutnya hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara parsial dimensi struktur organisasi yang terdiri dari variabel kompleksitas, formalisasi, sentralisasiberpengaruh signifikan terhadap efektivitas organisasi.

Variabel kompleksitas, formalisasi, sentralisasi mampu memberikan kontribusi terhadap variabel efektivitas organisasi sebesar 0,596 atau 59,6% sedangkan sisanya 40,4% merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini yaitu karakteristik organisasi (teknologi), karakteristik lingkungan (eksternal dan internal/iklim), karakteristik pekerja (keterikatan pada organisasi dan prestasi kerja), kebijakan dan praktik manajemen. Variabel bebas yang dipilih dapat disesuaikan dengan keadaan organisasi perusahaan obyek penelitian.

Papina, (2014) Audit Manajemen untuk Menilai Efektivitas atas Fungsi Sumber Daya Manusia pada Lottemart Wholesale Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas atas fungsi sumber daya manusia serta memberikan saran dan rekomendasi dari temuan kelemahan yang terdapat pada Lotte Mart Wholesale Yogyakarta.

Aktivitas sumber daya manusia yang diteliti meliputi: perencanaan SDM,

rekrutmen, seleksi dan penempatan, pelatihan dan pengembangan karyawan, perencanaan dan pengembangan karir, penilaian kinerja, kompensasi dan balas jasa, keselamatan dan kesehatan kerja, kepuasan kerja karyawan, hubungan ketenagakerjaan, dan pemutusan hubungan kerja. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan cara mendeskripsikan penilaian efektivitas pada fungsi sumber daya manusia berdasarkan hasil perbandingan antara kondisi, kriteria, penyebab, dan akibat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diketahui bahwa aktifitas fungsi sumber daya manusia yang sudah berjalan efektif antara lain proses rekrutmen, pelatihan dan pengembangan karyawan, perencanaan dan pengembangan karir, penilaian kinerja, kompensasi dan balas jasa, dan pemutusan hubungan kerja. Sedangkan aktivitas yang belum berjalan efektif antara lain perencanaan SDM, seleksi dan penempatan karyawan, keselamatan dan kesehatan kerja, hubungan ketenagakerjaan, dan kepuasan kerja karyawan.

Berdasarkan temuan kelemahan yang terdapat pada aktivitas fungsi sumber daya manusia, maka diberikan saran yang dapat digunakan sebagai masukan bagi manajemen untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pada fungsi sumber daya manusia yaitu: manajemen harus memiliki kriteria dalam perencanaan SDM, menambahkan karyawan untuk fungsi SDM, mengevaluasi kembali berkaitan penempatan jumlah

karyawan agar sesuai standar perusahaan, adanya pengawasan dalam prosedur keselamatan kerja, diadakan penilaian kepuasan kerja, dan dilakukan audit SDM secara periodik.

Rahman, (2013) Efektivitas Organisasi Kecamatan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi di Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas organisasi kecamatan sebagai perangkat daerah dari kemampuan menyesuaikan diri, tingkat produktivitas, dan kepuasan kerja, dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi yang dianggap relevan antara lainsumber daya manusia yang dimiliki organisasi kecamatan dan kepemimpinan. Hasil penelitian dan analisis ditemukan bahwa efektivitas organisasi Kecamatan Pulau Laut Utara dilihat dari kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan baik internal maupun eksternal organisasi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang dimiliki organisasi kecamatan Pulau Laut Utara cukup memadai namun dalam pemanfaatan dan penempatannya belum optimal, ini dapat dilihat dari peran interpersonal, peran informasional, dan decisional.

Hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan peningkatan efektivitas organisasi kecamatan melalui konsistensi pembagian tugas pelayanan sesuai ketentuan uraian tugas. Penyederhanaan prosedur pelayanan melalui pelimpahan wewenang dari Kabupaten kepada Kecamatan, sehingga Kabupaten cukup bertindak sebagai pembina teknis dan pengawas. Untuk meningkatkan peranan sumber daya manusia pada

organisasi kecamatan perlu dilakukan penambahan jumlah pegawai, peningkatan anggaran, dan insentif organisasi. Sebagai upaya meningkatkan efektivitas organisasi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta pencapaian tujuannya perlu ditingkatkan peranan interpersonal, informasional, dan decisional dari pimpinan (Camat) melalui kegiatan evaluasi kepemimpinan secara berkala.

Hasan (2004) Efektivitas Diklat Pelayanan Masyarakat di Kantor Diklat Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa 1) input, analisis kebutuhan diklat (TNA) belum mencapai analisis individu aparat yang melayani masyarakat, tidak terstrukturnya kurikulum, penyelenggara telah menerapkan prinsip-prinsip andragogo, prasana dan sarana telah memadai, input peserta secara kuantitas tidak tercapai, kriteria kepesertaan kurang lengkap, dan ada peserta yang tidak masuk kriteria kepesertaan, kriteria pengajar telah mencapai persyaratan yang ditentukan. 2) Proses, secara umum peserta menilai baik kepada pengajar dan penyelenggara, perlu adanya pergantian alternatif jawaban untuk mengurangi kesan peserta menilai pengajar dan penyelenggara. 3) output, peserta secara kuantitas mencapai output yang direncanakan, dari peserta yang ada secara kualitas telah memenuhi kriteria kelulusan, kriteria penilaian peserta belum menggambarkan kegiatan peserta secara keseluruhan, perbedaan jabatan akan mempengaruhi hasil diklat dari peserta, peer test harus diadakan untuk melihat kemajuan sebelum dan sesudah diklat. 4) outcome, materi diklat berguna bagi peserta dan

peserta mampu melaksanakan materi tersebut di unit kerjanya, persepsi kinerja diklat sesuai dengan harapan diadakannya diklat.

C. Definisi Konsep Penelitian

Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan- tujuan yang telah ditentukan. Efektivitas organisasi adalah suatu kondisi yang menunjukkan tingkat keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu, dalamhal ini, sampai tingkat apa organisasi melaksanakan tugas atau mencapai sasaran tugas dilihat dari kualitas dan kuantitas yang telah dihasilkan, yang sebelumnya telah ditentukan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Disamping itu, efektivitas organisasi meliputi proses kerja pegawai agar pegawai secara konsisten dapat melaksanakan beban pekerjaanya sesuai dengan jadwal atau target waktu yang ditentukan. Hal ini dilakukan agar proses pekerjaan dalam organisasi tidak memakan waktu yang lama, tetapi diharapkan tepat sasaran atau dengan kata lain pegawai bekerja selalu tepat dan cermat memahami tugasnya.

Dalam melihat keefektifan organisasi, Gibson (1990:172) menyajikan dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: (1) pendekatan tujuan, dan (2) pendekatan teori sistem. Sedangkan Lubis dan Husaini (1987:56) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu: (1) Pendekatan Sasaran, (2) Pendekatan Proses, dan (3) pendekatan sumber. Dalam penelitian ini,

untuk mengkaji efektivitas fungsi BAPPEDA dalam perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Maros, menggunakan pendekatan teori sistem.

Pendekatan sistem dalam pengukuran keefektifan organisasi berfokus bukan pada tujuan akhir tertentu, tetapi pada cara-cara yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan akhir itu. Pendekatan sistem memandang keefektifan organisasi sebagai kemampuan untuk memperoleh masukan, memproses, menyalurkan keluaran, dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan di dalam sistem.

Penelitian Efektifitas Fungsi Bappeda dalamPerencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Maros, menggunakan pendekatan sistem dengan fokus pada pengukuran efektifitas organisasi dari aspek input, proses, dan output.

1. Aspek Input, adalah ketersediaan dan kecukupan sumber daya organisasi dengan mengukur jumlah sumber daya meliputi; (a) anggaran (dana), (b) SDM, (c) sarana dan prasarana serta masukan lainnya yang terkait dengan fungsi Bappeda dalam proses perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Maros.

2. Aspek Proses adalah kegiatan mentrasformasikan berbagai faktor dari input untuk untuk melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan guna menghasilkan output yang ingin dicapai sesuai dengan yang telah ditetapkan. Aspek proses yang akan dibahas untuk mengukur efektifitas fungsi Bappeda dalam proses perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Maros, meliputi : (a) Perunyusan Rancangan

Awal Rencana Pembangunan (RPJP/D, RPJM/D dan RKPD, (b) Musrembang, (c) Penyusunan Rancangan Akhir (RPJP/D, RPJM/D dan RKPD) dan (d) Penetapan Rencana (RPJP/D, RPJM/D dan RKPD).

3. Aspek Output adalah hasil dari pelaksanaan input dan proses dengan membandingkan keluaran dengan membandingkan kegiatan yang dilakukan terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Adapun aspek output yang diukur untuk mengetahui efekrtifitas fungsi Bappeda dalam perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Maros, adanya dokumen, meliputi: (a) RPJP/D, (b) RPJM/D, dan RKPD Kabupaten Maros.

D. Kerangka Konsep

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Kabupaten Maros merupakan salah satu organisasi staf pendukung administratif yang memiliki peran dalam mendukung upaya mewujudkan efisiensi, efektifitas dan rasionalitas penyelenggaraan sistem pemerintahan dan pembangunan di daerah.

Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya Satu hal yang penting dalam penelitian tentang efektifitas organisasi adalah tindakan merinci sifat hubungan

antara beberapa rangkaian variabel pokok yang secara bersama-sama mempengaruhi hasil yang diinginkan (efektifitas) dengan membuat

kerangka kerja analisis sebagai pedoman untuk memahami berbagai aspek tentang efektifitas organisasi. Kerangka kerja disini mengidentifikasi efektivitas organisasi dilihat dari aspek input, proses dan outpunya.

Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka konsep dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3

Kerangka Konsep Penelitian

Sumber : Tampubolon (2012:176)

EVEKTIFITAS FUNGSI BAPPEDA DALAM

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MAROS

INPUT

- SDM

- Anggaran - Sarana dan

Prasarana

PROSES

- Pendekatan - Mekanisme - Efektifias - Hambatan

OUTPUT

- RPJMD 2016 – 2021

- RKPD 2018

E. Pertanyaan Penelitian

Untuk membahas fokus pemasalahan penelitian tentang Efektivitas fungsi Bappeda dalam Proses Perencananan Pembangunan Daerah di Kabupaten Maros, ditegaskan adanya beberapa pertanyaan penelitian yang ingin dijawab, sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas fungsi Bappeda dalam Perencananan Pembangunan Daerah di Kabupaten Maros diukur dari aspek input?

2. Bagaimana efektivitas fungsi Bappeda dalam Perencananan Pembangunan Daerah di Kabupaten Maros diukur dari aspek proses?

3. Bagaimana efektivitas fungsi Bappeda dalam Perencananan Pembangunan Daerah di Kabupaten Maros diukur dari aspek output?

BAB III

DESAIN DAN METODEOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini berusaha melakukan kajian dan analisis mendalam dengan fokus untuk mengukur dan mengetahui tingkat efektifitas organisasi Bappeda dalam perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Maros. Untuk mengkaji dan menganalisis Efektivitas fungsi Bappeda dalam perencanaan pembangunan daerah di Kabupetan Maros, difokuskan kepada pengukuran efektifitas organisasi dengan sistem pendekatan meliputi aspek-aspek input, proses dan output

Aspek Input, adalah ketersediaan dan kecukupan sumber daya organisasi dengan mengukur jumlah sumber daya meliputi;

(a) Anggaran (dana),

(b) Sumber Daya Manusia (SDM),

(c) Sarana dan Prasarana serta masukan lainnya yang terkait dengan fungsi Bappeda dalam perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Maros.

Aspek Proses meliputi :

(a) Pendekatan dalam perencanaan pembangunan (b) Mekanisme dalam perencanaan pembangunan (c) Efektivitas dalam perencanaan pembangunan

(d) Hambatan yang di hadapi dalam perencanaan pembangunan

Sedangkan aspek output yang diukur untuk mengetahui efektivitas fungsi Bappeda dalam perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Maros, meliputi:

(a) RPJP/D, (b) RPJM/D, dan

(C) RKPD Kabupaten Maros.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Badan Perencananan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros dengan fokus penelitian mengkaji dan menganalisis tingkat efektivitas fungsi Bappeda dalam proses Perencananan Pembangunan Daerah di Kabupaten Maros. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan mulai dari bulan Juli 2018 sampai selesai.

C. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan diolah secara langsung oleh peneliti dari informan. Informan adalah orang-orang yang terlibat secara langsung dalam penelitian ini yang ada di Kantor Badan Perencananan Pembangunan Daerah Kabupaten Maros melalui wawancara yang berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun sumber data yang diperoleh, tentang efektivitas fungsi Bappeda dalam Perencananan Pembangunan Daerah di Kabupaten Maros diperoleh dari para informan terdiri dari:

1. Kepala Bappeda 2. Sekretaris Bappeda

3. Kabid Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan 4. Kasubag Perencanaan dan Keuangan

5. Kasubag Umum, Asset dan Kepegawaian 2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data pendukung yang melengkapi data primer, yang diperoleh melalui dokumen-dokumen atau laporan tertulis, yang diperoleh dari Kantor Bappeda Kabupaten Maros, meliputi data uraian tugas dan fungsi Bappeda Kabupaten Maros. Data dan dokumen terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Perencananan Pembangunan Daerah Kabupaten Maros dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1.Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan agar data yang diperoleh adalah data yang valid dan akurat. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini berupa dialog langsung dengan informan. Hal ini untuk memperoleh informasi yang relevan dengan penelitian. Wawancara secara terbuka, fleksibel, dan tidak terstruktur. Pertanyaan yang diajukan mengarah pada fokus penelitian.

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan melihat, mengamati, mencatat, mendokumentasikan, dan mengidentifikasi berbagai fenomena terkait fungsi Badan Perencananan Pembangunan Daerah Kabupaten Maros.

Observasi secara partisipan dengan mempertimbangkan posisi yang memberikan akses dalam pengumpulan data yang mendalam. Dalam pelaksanaannya, peneliti memperhatikan secara seksama semua kegiatan yang dilakukan di Kantor Badan Perencananan Pembangunan Daerah Kabupaten Maros terutama yang berkaitan dengan fungsi Badan Perencananan Pembangunan Daerah Kabupaten Maros.

C. Telaah Dokumen

Telaah dokumen sebagai salah satu teknik pengumpulan data padapenelitian ini digunakan dengan melakukan telaah dokumen yang relevandengan penelitian ini yaitu mengumpulkan data sekunder yang telah adapada instansi tempat penelitian dilakukan atau pada dinas-dinas terkaityang dikunjungi untuk mendapatkan data.

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Pedoman Wawancara

Wawancara dibantu dengan menggunakan instrumen berupa daftar pedoman wawancara. Tujuan menggunakan pedoman wawancara agar dapat lebih terarah sehingga tidak keluar dari fokus permasalahan yang diteliti. Namun, dalam pelaksanaannya dilakukan secara santai dan terkesan tidak formal.

b. Pedoman Observasi

Pedoman observasi adalah kegiatan pengamatan langsung terhadap objek kajian yang sedang berlangsung untuk memperoleh keterangan dan informasi.

c. Pedoman dokumen

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen-dokumen (arsip) yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji terkait dengan efektifitas fungsi Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Maros.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini melalui instrumen pedoman wawancara, pedoman observasi dan telaah dokumen yang di tuangkan secara tertulis dan dianalisa sesuai dengan teknik pengolahan data secara kualitatif.

Analisa data di peroleh dari hasil wawancara dengan informan, dan catatan lapangan yang sesuai terjadi kemudian di rangkum dan disusun.

F. Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik triangulasi data. Triangulasi data dilakukan dengan cara menggabungkan tiga teknik prosedur pengumpulan data yang berbeda-beda. Jika hasil dari ketiga teknik penelitian tersebut menghasilkan data yang sama maka hasil penelitian dapat dikatakan valid atau akurat.

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Singkat Objek Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji dan membahas tentang efektifitas fungsi Bappeda dalam proses perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Maros. Oleh karena itu yang menjadi objek penelitian sekaligus menjadi unit analisis adalah Kantor Bappeda Kabupaten Maros. Untuk itu keberadaan Bappeda Kabupaten Maros dapat dideskripsikan secara singkat yang terkait dengan kedudukan, susunan organisasi, tugas pokok dan fungsi, visi dan misi dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Organisasi

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang disingkat Bappeda Kabupaten Maros merupakan salah satu lembaga teknis daerah memiliki kedudukan, tugas pokok dan fungsi, susunan organisasi dan tata kerja yang jelas sebagaimana ditegaskan dalam Perda Nomor 6 tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Maros.

Kantor Bappeda Kabupaten Maros berlokasi pada Komplek Pemerintahan Maros di Jl. Asoka No. 5 Pettuadae Maros .

Bappeda Kabupaten Maros berkedudukan sebagai unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten Maros, dengan tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang perencanaan pembangunan daerah. Bappeda Kabupaten Maros terdiri dari: (a) Unsur Pimpinan, (b) Unsur Pembanru Pimpinan

Dokumen terkait