BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
santri tentang kemandirian dan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pengolahan data menggunakan SPSS, sedangkan penelitian ini membahas proses pelaksanaan secara aktual terhadap peningkatan kemandirian santri serta menggunakan metode penelitian kualitatif.
Keempat, penelitian Nasruloh dengan judul Manajemen Pondok Pesantren dalam Pembentukan Sikap Kemandirian Santri (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan Kecamatan Bukateja
Kabupaten Purbalingga). 23 Peneliti mengambil empat fokus penelitian yakni:
1.Bagaimana perencanaan pembentukan sikap kemandirian santri di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan? 2.Bagaimana pengorganisasian pembentukan sikap kemandirian santri di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan? 3.Bagaimana pelaksanaan pembentukan sikap kemandirian santri di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan? 4.
Bagaimana pengawasan dan evaluasi pembentukan sikap kemandirian santri di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan? Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara.
Analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dengan ketekunan pengamatan dan triangulasi metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pendidikan dalam program pembentukan sikap kemandirian santri di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah dilakukan dengan empat tahapan, yaitu (1) Perencanaan sudah ada sebelum program kemandirian tersebut dilaksanakan seperti pengadaan rapat, pemilihan program kemandirian, dan lainnya. Tahap perencanaan meliputi:
perencanaan kurikulum, bahan ajar, personalia, sarana dan prasarana, serta perencanaan program; (2) Pengorganisasian dilaksanakan dengan melibatkan unsur-unsur pesantren seperti para ustadz, pelatih, instruktur dan seluruh elemen membantu pengorganisasian program kemandirian santri telah
1 Nasruloh. Manajemen Pondok Pesantren Dalam Pembentukan Sikap Kemandirian Santri (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga), (Tesis IAIN PURWOKERTO, 2019)
berjalan dengan baik walaupun masih kekurangan SDM karena pembagian tugas yang masih bertumpuk dan banyaknya santri yang mengikuti kegiatan keterampilan di pondok pesantren; (3) Pelaksanaan program dilaksanakan dengan beberapa tahap di antaranya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, keorganisasian, kegiatan wajib rutin pondok pesantren, kegiatan individu santri sehari-hari, aktivitas penunjang, dan tata tertib kedisiplinan pondok; (4) Pengawasan dan evaluasi program, pengasuh dan pengurus beserta masyarakat ikut berpartisipasi dalam mengevaluasi kegiatan tersebut. Jika ada kelemahan, maka akan diberi masukan untuk perbaikan masa-masa yang akan datang.
Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti tentang pembahasan spesifik kemandirian yang dapat dilaksanakan pada santri di pesantren.
Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nasrullah dengan penelitian ini adalah jika penelitian terdahulu dari Nasrullah membahas tentang manajemen/ pengelolaan pondok pesantren sedangkan penelitian ini membahas tentang penerapan pendidikan kecakapan hidup di pondok pesantren.
Kelima, penelitian Abdul Muiz dengan judul Strategi Pesantren dalam Membentuk Kecakapan Hidup (Life Skills) Santri (Studi Multikasus pada Pondok Pesantren Anwarul Huda Malang dan Pondok Pesantren Mahasiswa
Al-Hikam Malang).24 Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan strategi pondok pesantren dalam membentuk life skills santri dengan subfokus mencakup: (1) upaya pengembangan program pembentukan kecakapan hidup (life skills) santri, (2) implementasi kecakapan hidup (life skills) santri, (3) faktor pendukung dan penghambat pembentukan kecakapan hidup (life skills) santri. dengan hasil penelitian : (1) upaya pengembangan program pembentukan kecakapan hidup (life skills) santri meliputi pembentukan kultur pendidikan life skills, penyusunan program kegiatan penunjang life skills, penyusunan kurikulum penunjang akademik dan non akademik, pengorganisasian pendidikan life skills, penggunaan metode pembelajaran life skills serta pengembangan sarana dan prasarana, (2) Implementasi pembentukan life skills santri meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional, (3) faktor pendukung dan penghambat pembentukan life skills santri meliputi faktor pendukung berasal dari internal yaitu pemimpin yang inovatif, pengembangan kurikulum, minat dan antusias santri, pengembangan pendidikan karakter, manajemen pengelolaan pesantren, dan sistem pendidikan yang demokratis. Sedangkan faktor penghambatnya adalah minat dan motivasi santri terbilang rendah, terbatasnya waktu pelaksanaan pendidikan life skills, kurangnya kepedulian wali santri dan terbatasnya keterampilan teknik.
Adapun persamaan antara penelitian terdahulu dari Abdul Muiz dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti tentang pendidikan
24 Abdul Muiz, “Strategi Pesantren dalam Membentuk Kecakapan Hidup (Life Skills) Santri (Studi Multikasus pada Pondok Pesantren Anwarul Huda Malang dan Pondok Pesantren Mahasiswa Al- Hikam Malang)”, (Tesis Universitas Islam Negeri Malang, 2019).
kecakapan hidup meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional.
Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah penelitian terdahulu membahas tentang strategi pesantren dalam membentuk life skills santri dengan pembahasan yang luas meliputi pengembangan program, penyusunan kurikulum, pengorganisasian, penggunaan metode dan pengembangan sarpras. Sedangkan penelitian ini membahas tentang peningkatan Life Skill menggunakan pendidikan kecakapan hidup.
Keenam, Amirudin dan Iqbal Amar Muzaki dengan judul Life Skill Education And It's Implementation In Study Programs Islamic Religious Education.25 Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi campuran. Diharapkan dengan metode campuran dapat menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam penelitian ini. Metode Campuran ini adalah metode yang menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dari segi metodologi (seperti pada tahap pengumpulan data), dan studi model campuran menggabungkan dua pendekatan dalam semua tahap proses penelitian.
Metode Campuran disebut juga sebagai metodologi yang memberikan asumsi filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk tentang cara mengumpulkan data dan menganalisis data serta integrasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui beberapa tahapan proses penelitian.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Berdasarkan angket yang disebar, siswa
25 Amirudin dan Iqbal Amar Muzaki, “Life Skill Education And It's Implementation In Study Programs Islamic Religious Education.”, Jurnal Tarbiyah 26 (2), 2019. 278-293.
yang mengikuti pendidikan kecakapan hidup lebih dari separuhnya atau sebanyak 68% (88 orang). Kebanyakan dari mereka memilih program baca tulis Al-Qur'an, amalan tajwid, dan amalan ibadah. Dalam melaksanakan pendidikan kecakapan hidup ini, fokus utama kegiatan ditujukan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kecakapan hidup dan mampu menapaki masa depannya. Penerapan kecakapan hidup di Fakultas Agama Islam (FAI) berorientasi pada penguasaan keterampilan khusus, tidak dimaksudkan untuk mendikte universitas atau lembaga, tetapi hanya menawarkan berbagai kemungkinan atau menu yang dapat dipilih sesuai dengan situasi dan kondisi nyata. kampus baik dari segi keberadaan mahasiswa maupun kehidupan masyarakat sekitar.
Persamaan antara penelitian terdahulu oleh Amiruddin dan Iqbal dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti dan membahas tentang Life Skill Education atau pendidikan kecakapan hidup.
Perbedaan antara keduanya adalah jika penelitian terdahulu oleh Amirudin dan Iqbal menggunakan mahasiswa sebagai subyek penelitian dan menggunakan mixed method, sedangkan penelitian ini menjadikan siswa atau santri sebagai subyek dan menggunakan metode kualitatif (satu metode saja).
Ketujuh, Misliani dalam jurnalnya Pendidikan Dan Bimbingan Kecakapan Hidup (Life Skill) Peserta Didik. 26 jurnal ini mengungkapkan tentang pendidikan kecakapan hidup dalam perspektif yuridis, teoritis dan historis. Madzhab konstruktivisme yang membahas tentang pendidikan
26 Misliani, Pendidikan Dan Bimbingan Kecakapan Hidup (Life Skill) Peserta Didik, Jurnal Ilmiah Pendidikan : Tarbawi yah : Vol. 01 No.1, Juni 2017
kecakapan hidup beserta teori teori yang telah dipaparkan. Pada prinsipnya pengembangan kecakapan hidup adalah bagaimana seseorang dapat mengaktifkan dan menggerakkan semua nilai-nilai positif dan kompetensi yang dimiliki secara maksimal untuk diimplementasikan dalam mempertahankan hidup sehari-hari. 1. Pendidikan kecakapan hidup : mengungkapkan landasan historis, filosofis dan yuridis. Nanti akan dibagi menjadi 3 landasan sebagai acuan dasar pendidikan kecakapan hidup. a).
Landasan historis b). Landasan Filosofis dan c). landasan yuridis. Madzhab kontruktivisme inilah yang menjadi embrio landasan filosofis pendidikan kecakapan hidup. landasan yuridisnya baru ditemukan pada UU Sisdiknas yang mengatur tentang pendidikan. Selanjutnya kemudian dibahas tentang bagaimana konsep, unsur dan pola penerapan pendidikan kecakapan hidup.
Persamaan antara penelitian terdahulu oleh Misliani dengan penelitian ini, keduanya sama-sama meneliti dan membahas tentang Life Skill Education atau Pendidikan Kecakapan Hidup.
Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu oleh Misliani dengan penelitian ini yaitu berbicara tentang pentingnya life skill education dari beberapa landasan. Disisi lain penelitian ini menggunakan implementasi dari Life Skill Education di dalam pondok pesantren dan subjeknya adalah para santri.
Kedelapan, penelitian Muhammad Zakiannur Rida dengan judul Model Pendidikan Life Skill dalam Membentuk Santri Mandiri Pondok Pesantren Islamic Study Center (ISC) Aswaja Lintang Songo Piyungan
Bantul.27 Dengan fokus penelitian ini adalah bagaimana metode, hasil serta apa saja faktor pendukung dan penghambat berhasilnya pelaksanaan pendidikan life skill di Pondok Pesantren Islamic Study Center ASWAJA Lintang Songo. Dan hasil penelitian metode pendidikan life skill di Pondok Pesantren Lintang Songo adalah metode demonstrasi yang dilanjutkan praktek dari santri, tanya jawab, dan bimbingan. Setelah dilaksanakan pendidikan life skill, para santri mampu melaksanakan tahapan-tahapan program life skill yang diajarkan dengan baik dan benar. Faktor yang mendukung keberhasilan pendidikan life skill yang ada di Pondok Pesantren Lintang Songo adalah : (1) Adanya minat santri terhadap pendidikan life skill, (2) Lokasi pendidikan berada di lingkungan Pondok Pesantren, (3) Tersedianya fasilitas yang memadai, (4) Dukungan pemerintah dan masyarakat sekitar, (5) Mengadakan kerjasama dengan UGM, UIN, dan UCY, (6) Pendidikan gratis. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu : (1) Sifat malas dan kurangnya minat santri, (2) Kurangnya tenaga pengajar ahli, (3) Kurangnya modal, (4) Peraturan yang tidak tegas dan kurangnya kedisiplinan santri, (5) Kurangnya tingkat kecerdasan dan kepemahaman santri, (6) Kurangnya perhatian santri saat pendidikan diberikan, (7) Perbedaan latar belakang santri.
Persamaan antara kedua penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti dan membahas tentang Life Skill atau Keahlian Hidup dan juga membahas tentang kemandirian yang harus dimiliki oleh santri.
27 Muhammad Zakiannur Rida, “Model Pendidikan Life Skill dalam Membentuk Santri Mandiri Pondok Pesantren Islamic Study Center (ISC) Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul.”, (Tesis Universitas Islam Indonesia, 2018).
Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu oleh M. Zakiatur Rida dengan penelitian ini yaitu penelitian terdahulu yang diteliti oleh M.
Zakiatur Rida dalam konteks pembahasan penelitiannya adalah model / metode pendidikan life skills yakni dengan ceramah, sedangkan pada penelitian ini membahas implementasi pendidikan kecakapan hidup dalam berbagai kegiatan di pesantren untuk meningkatkan kemandirian santri.
Kesembilan, penelitian Jamal Ripani dengan judul Manajemen Strategi Pelaksanaan Life Skills Santri di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjar Baru.28 Terdapat tiga fokus permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu : (1) bagaimana manajemen life skills santri di pondok pesantri Darul Ilmi Banjarbaru. (2) bagaimana strategi pelaksanaan life skills santri di pondok pesantren Darul Ilmi. (3) bagaimana problematika pondok pesantren Darul Ilmi dalam melaksanakan manajemen life skills santri. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan cara melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi berjalan tanpa ada peraturan yang khusus mengatur tentang pendidikan life skills. Pendidikan life skills dilaksanakan dengan mengacu kepada visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren Darul Ilmi.
Strategi yang dilaksanakan dalam melaksanakan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi adalah dengan cara menanamkan minat santri, mengatur pelaksanaan kegiatan, menambah sarana yang mendukung terhadap
28 Jamal Ripani, “Manajemen Pelaksanaan Life Skills Santri di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjar Baru”, (Tesis IAIN Antasari Banjarmasin, 2016).
pendidikan life skills. Problem yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan life skills antara lain : sarana yang kurang lengkap untuk kegiatan pendidikan life skills, waktu kegiatan santri yang sangat padat dan belum adanya aturan dari Pondok Pesantren Darul Ilmi yang mengatur tentang pendidikan life skills.
Persamaan antara penelitian terdahulu oleh Jamal Ripani dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti dan membahas tentang pelaksanaan Life Skill dilingkungan pondok pesantren.
Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah Penelitian terdahulu membahas tentang manajemen/ pengelolaan dengan metode pebelitian kualitatif jenis peneltian. Sedangkan penelitian ini Penilitian ini membahas tentang implementasi/ pelaksanaan dan menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian Field Research atau penelitian deskriptif.
Kesepuluh, Ayu Nur Syaumi29 dengan jurnal yang berjudul Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Dalam Pembelajaran Sains Di Sd/Mi. Jurnal ini ditulis dengan beberapa keresahan oleh penulis salah satunya adalah semakin butuhnya pendidikan di Indonesia memasukkan pendidikan kecakapan hidup (Skill Life Education). Hal itu bisa dilihat bahwa sejauh ini dalam perkembangan pendidikan di Indonesia masih menonjolkan kualitas kemampuan teoritis akademik. Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup maka peserta didik bukan mampu memaksimalkan keahlian mereka yang telah
29 Ayu Nur Syaumi, “Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Dalam Pembelajaran Sains Di Sd/Mi” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar : TERAMPIL, Volume 2 Nomor 2 Desember 2015 p-ISSN 2355-1925
diasah dan kelak bisa dijadikan acuan untuk meneruskan keahlian itu ditempat lain. Jurnal ini membahas pertama, tentang pendidikan life skills kemudian yang kedua membahas tentang pembelajaran IPA (Saintific) kemudian diteruskan yang ketiga membahas tentang hakikat pendidikan IPA. Ketiga itu dikupas tuntas oleh penulis yang kemudian memberikan kesimpulan bahwa implementasi pendidikan life skill pada pembelajaran IPA perlu ditingkatkan mengingat IPA mempunyai bahasan-bahasan yang mana nanti salah satu bahasan itu bisa dikembangkan diluar sekolah, serta harapannya bisa menjadikan kemampuan mereka dalam menghadapi dunia kerja.
Persamaan antara penelitian terdahulu dari Jamal Ripani dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti dan membahas tentang Life Skill Education atau pendidikan kecakapan hidup.
Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah jika penelitian terdahulu membahas tentang pentingnya penerapan pendidikan kecakapan hidup dalam kawasan sekolah. Sedangkan penelitian ini membahas penerapan pendidikan kecakapan hidup dalam lingkup pondok pesantren.
Secara singkat, berikut peneliti petakan tentang persamaan dan perbedaan dalam penelitian terdahulu dengan penelitian ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama/Judul/
Tahun Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Djepein E.
Hulawa, Literasi Abad modern dalam
Pertama,
pendidikan Islam sangat mendukung upaya pendidikan
Membahas pembentukan kompetensi atau keahlian
Penelitian terdahulu
pembahas literasi abad modern dan
Perspektif Islam dan
Implikasinya terhadap Pembentukan Kompetensi dan Kualitas
Karakter Peserta Didik.
global dan pemerintah Indonesia dalam peraihan literasi abad ke-21. Kedua, Pendidikan Islam memandang 4 jenis literasi dasar paling penting di abad ke- 21 terdiri dari literasi bacatulis, sains, finansial dan literasi dakwah.
Ketiga, implikasi dari peraihan 4 literasi dasar itu melahirkan 5 jenis kompetensi dan 4 jenis karakter dalam diri peserta didik. Keempat, gabungan literasi, kompetensi dan karakter
berdasarkan perspektif Islam membentuk nilai kesempurnaan jati diri manusia.
bagi peserta didik
menggunakan metode kualitatif library research, penelitian ini membahas keterampilan dan kemandirian di abad modern serta
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yaitu penelitian lapangan atau deskriptif.
2. Madziatul Churiyah, Pengembangan Model
Pembelajaran Kewirausahaan Sosial Berbasis Potensi Lokal untuk
Meningkatkan Kemandirian Santri di Pondok Pesantren Tradisional (Salafiyah), Disertasi
Kemandirian santri sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kewirausahaan sosial berbasis potensi lokal dari hasil analisis uji t diperoleh nilai t=
46.221 dengan sig 0.000, maka ada perbedaan yang signifikan
kemandirian santri sebelum dan sesudah pembelajaran,
Pembahasan tentang kemandirian santri
Penelitian terdahulu
membahas model pembelajaran kewirausahaan sosial berbasis potensi lokal, dan menggunakan metode kuantitatif, sedangkan penelitian ini membahas tentang pendidikan kecakapan hidup dan
Universitas Negeri Malang, 2014.
artinya
pembelajaran ini dapat
meningkatkan kemandirian santri.
menggunakan pendekatan kualitatif.
3. Dwi Purwoko, Hubungan Karakteristik Santri Dengan Persepsi Mereka Tentang
Kemandirian di Pondok
Pesantren.
(Jurnal Penyuluhan, September 2017, Vol.3 No.2)
Kamandirian santri di pondok
pesantren yang masih rendah dapat dinyatakan secara berurutan sebagai berikut:Manajemen diri, Membantu orang lain, Menolong diri sendiri. Analisis hubungan
karakteristik santri dengan
kemandirian santri di pondok
menunjukkan bahwa hampir keseluruhan karakteristik santri memperlihatkan terdapat
kesepakatan yang tinggi dalam menilai kedelapan bidang kemandirian santri
Pembahasan tentang kemandirian santri
Penelitian terdahulu membahas karakteristik dan persepsi santri tentang
kemandirian dan menggunakan metode penelitian kuantitatif
dengan
pengolahan data menggunakan SPSS. Sedangkan penlitian ini membahas proses pelaksanaan secara aktual terhadap peningkatan kemandirian santri serta menggunakan metode penelitian kualitatif.
4. Nasruloh, Manajemen Pondok
Pesantren dalam Pembentukan Sikap
Kemandirian Santri (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Minhajut
pembentukan sikap kemandirian santri di Pondok
Pesantren Minhajut Tholabah dilakukan dengan empat tahapan, yaitu:
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
Pembahasan spesifik tentang kemandirian santri
Penelitian terdahulu membahas tentang manajemen/
pengelolaan pondok pesantren dengan metode pebelitian kualitatif jenis field research.
Penilitian ini
Tholabah Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga), (Tesis IAIN Purwokerto, 2019).
membahas tentang implementasi/
pelaksanaan dan menggunakan metode kualitatif jenis penelitian deskriptif atau field research.
5 Abdul Muiz, Strategi
Pesantren dalam Membentuk Kecakapan Hidup (Life Skills) Santri (Studi
Multikasus pada Pondok
Pesantren Anwarul Huda Malang dan Pondok Pesantren Mahasiswa Al- Hikam Malang), (Tesis UIN Malang, 2019).
: (1) upaya pengembangan program pembentukan kecakapan hidup (life skills) santri meliputi
pembentukan kultur pendidikan life skills dan penyusunan program kegiatan penunjang life skills, (2) Implementasi pembentukan life skills santri
meliputi kecakapan personal,
kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional, (3) faktor pendukung dan penghambat pembentukan life skills santri
Pembahasan pendidikan kecakapan hidup meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional.
Penelitian terdahulu membahas strategi pesantren dalam
membentuk life skills santri dengan
pembahasan yang luas meliputi pengembangan program, penyusunan kurikulum, pengorganisasian, penggunaan metode dan pengembangan sarpras.
Penelitian ini memfokuskan pembahasan pada proses
implementasi pendidikan life skills dalam membentuk kemandirian santri.
6 Amirudin dan Iqbal Amar Muzaki, Life Skill Education And It's
Implementation In Study
Programs Islamic Religious Education, (Jurnal Tarbiyah 26 (2), 2019).
The application of life skills in the Faculty of Islamic Religion (FAI) is oriented towards mastering special skills, not intended to dictate
universities or institutions, but only offers a variety of possibilities or menus that can be selected according to the real
situations and conditions of the campus both in terms of the presence of students and the lives of the surrounding community.
Pembahasan tentan Life Skills Education
Penelitian terdahulu menggunakan mahasiswa sebagai subyek penelitian dan menggunakan mixed method, penelitian ini menjadikan siswa atau santri
sebagai subyek dan
menggunakan metode kualitatif (satu metode saja)
7. Misliani,
Pendidikan Dan Bimbingan Kecakapan Hidup (Life Skill) Peserta Didik, Jurnal Jurnal Ilmiah Pendidikan : Tarbawi yah : Vol. 01 No.1, Juni 2017
Pendidikan kecakapan hidup prespektif beberapa landasan. 1)
landasan Historis yang menemukan fakta bahwa pendidikan kecakapan hidup adalah kegiatan dari dulu sebelumnya ada aturan-aturan kontemporer. 2) landasan
filosofisnya diambil dan bermadzhab kontruktivisme. 3).
Landasan Yuridis yaitu undang- undang sisdiknas yang membahas
Pembahasan tentang Life Skill
Educations
Penelitian terdahulu
berbicara tentang pentingnya life skill education dari beberapa landasan.
Sedangkan penelitian ini menggunakan implementasi dari Life Skill
Education di dalam pondok pesantren dan subjeknya adalah para santri.
tentang pendidikan itu penting.
8. Muhammad Zakiannur Rida, Model
Pendidikan Life Skill dalam Membentuk Santri Mandiri Pondok Pesantren Islamic Study Center (ISC) Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul, ( Tesis Universitas Islam Indonesia, 2018).
hasil penelitian metode pendidikan life skill di Pondok Pesantren Lintang Songo adalah metode demonstrasi yang dilanjutkan praktek dari santri, tanya jawab, dan bimbingan. Setelah dilaksanakan pendidikan life skill, para santri mampu
melaksanakan tahapan-tahapan program life skill yang diajarkan dengan baik dan benar.
Pembahasan Life Skills dan
kemandirian santri
Konteks pembahasan penelitian terdahulu adalh model / metode pendidikan life skills yakni dengan ceramah, sedangkan penelitian ini membahas implementasi pendidikan kecakapan hidup dalam berbagai kegiatan di pesantren untuk meningkatkan kemandirian santri.
9. Jamal Ripani, Manajemen Strategi Pelaksanaan Life Skills Santri di Pondok
Pesantren Darul Ilmi Banjar Baru, (IAIN Antasari Banjarmasin, 2016)
bahwa pelaksanaan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi berjalan tanpa ada peraturan yang khusus mengatur tentang pendidikan life skills.
Pendidikan life skills dilaksanakan dengan mengacu kepada visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren Darul Ilmi. Strategi yang dilaksanakan dalam melaksanakan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi adalah dengan cara menanamkan
Pembahasan tentang pelaksanaan Life Skills di lingkungan lembaga pendidikan pondok pesantren.
Penelitian terdahulu membahas tentang manajemen/
pengelolaan dengan metode pebelitian kualitatif jenis peneltian.
Penilitian ini membahas tentang implementasi/
pelaksanaan dan menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian penelitian deskritif.
minat santri, mengatur pelaksanaan kegiatan,
menambah sarana yang mendukung terhadap
pendidikan life skills.
10. Ayu Nur Syaumi,
“Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Dalam Pembelajaran Sains Di Sd/Mi”
Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Dasar : TERAMPIL, Volume 2 Nomor 2 Desember 2015
Pendidikan kecakapan hidup yang ternyata dalam memenuhi kebutuhan diera sekarang, perlu diadakannya dalam pembelajaran dalam kawasan
pendidikan.
Pengembangan pelajaran IPA yang bisa diaplikasikan kedalam keahlian peserta didik
Pembahasan tentang Life Skill
Education
Penelitian terdahulu membahas tentang pentingnya penerapan pendidikan kecakapan hidup dalam kawasan sekolah.
Penelitian ini membahas penerapan pendidikan kecakapan hidup dalam lingkup pondok pesantren.
Berdasarkan uraian dan pemetaan kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini sebagaimana tersebut diatas, tidak terdapat satupun penelitian yang memiliki fokus pembahasan yang sama dengan peneliti. Beberapa memiliki perbedaan dalam pendekatan dan jenis penelitian.
Seluruh objek atau unit penelitian berbeda dengan peneliti. Dalam hal ini peneliti mengambil objek atau analisis penelitian di Pondok Pesantren Ngashor Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember, sedangkan peneliti lainnya berbeda unit maupun analisisnya. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang dikaji oleh peneliti merupakan hal yang baru dan memiliki