• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi pendidikan kecakapan hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "implementasi pendidikan kecakapan hidup"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN JEMBER

TESIS

Oleh:

DANA NURIL IBAD NIM. 0849318036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA UIN KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

JUNI 2022

(2)

i

KABUPATEN JEMBER

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)

Oleh:

DANA NURIL IBAD NIM. 0849318036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA UIN KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

JUNI 2022

(3)

ii

Education) dalam Meningkatkan Kemandirian Santri di Pondok Pesantren Ngashor Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember” yang ditulis oleh Dana Nuril Ibad NIM.0849318036 ini, telah disetujui untuk diuji dan dipertahankan di depan dewan penguji Sidang Tesis.

Jember, ………… 2022 Pembimbing I

Dr. H. Sofyan Tsauri, M.M NIP. 195811111983031002

Pembimbing II

Dr. Lailatul Usriyah, M.Pd.I NUP.201606146

(4)

iii

Education) dalam Meningkatkan Kemandirian Santri di Pondok Pesantren Ngashor Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember” yang ditulis oleh Dana Nuril Ibad NIM.0849318036 ini, telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Sidang Tesis Pascasarjana UIN KH Achmad Siddiq Jember pada hari Jum’at tanggal ... 2022 dan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.).

DEWAN PENGUJI

a. Ketua Sidang : Dr. Kun Wazis S.Sos., M.I.Kom ...

b. Penguji Utama : Dr. Hj. Siti Rodliyah, M.Pd. . ………

b. Penguji I : Dr. H. Sofyan Tsauri, M.M. ………

c. Penguji II : Dr. Lailatul Usriyah, M.Pd.I. ………

Jember, ... 2022 Mengesahkan

Pascasarjana UIN KHAS Jember Direktur,

Prof. Dr.Moh. Dahlan, M.Ag NIP. 197803172009121007

(5)

iv

Agama Islam Pascasarjana UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Pembimbing I: Dr.

H. Sofyan Tsauri, M.M. . Pembimbing II: Dr. Lailatul Usriyah, M.Pd.I.

Kata Kunci: Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), Kemandirian Santri.

Era globalisasi ditandai dengan berbaurnya budaya barat serta berkembang pesatnya teknologi serta kebutuhan keahlian yang mumpuni di berbagai sektor pekerjaan maupun industri menjadikan tantangan baru bagi lembaga pendidikan pesantren yang harus mempertahankan eksistensi dalam mengemban tugas dan tanggungjawab sebagai lembaga yang tidak hanya memberikan bekal keagamaan saja melainkan bekal keterampilan dan kemandirian emosional, tingkah laku dan intelektual bagi santri dalam mengahadapi zaman yang memasuki era digital.

Adapun fokus dalam penelitian ini meliputi: 1). Bagaimana implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian emosional santri?, 2).Bagaimana implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian tingkah laku santri?, 3). Bagaimana implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian intelektual santri?.

Tujuan penelitian ini yakni: 1) Menganalisis implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian emosional santri, 2) Menganalisis implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian tingkah laku santri, 3) Menganalisis implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian intelektual santri.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis Field Reaserch (penelitian lapangan). Teknik pengumpulan data menggunakan tiga teknik yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data terdiri dari sumber data primer dan skunder. Analisis data menggunakan pendekatan deskpriptif kualitatif dengan model interaksi dari Milles and Huberman & Jhonny Saldana. Sedangkan keabsahan data mengunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik dan member chek.

Adapun hasil penelitian ini adalah 1). Implementasi pendidikan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian emosional santri melalui kegiatan-kegiatan yang sifatnya bathin, rasa dan emosional seperti Dzikrul Ghofilin, Rottibul Haddad dan Kitab Qolbul Qur’an. 2). Implementasi pendidikan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian tingkah laku santri melalui kegiatan-kegiatan yang sifatnya meningkatkan kualitas tingkah laku seperti minggu bersih-bersih, pramuka, marching band, seni hadrah, Qiro’at, Pidato, Muhadzarah, Fiqih Praktek, pertaninan, peternakan, dan pembangunan. 3).

Implementasi pendidikan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian intelektual santri melalui kegiatan hafalan juz amma, hafalan nadzoman, pengajian dan pembelajaran kitab kuning.

(6)

v Lailatul Usriyah, M.Pd.I.

Islamic boarding school educational institutions have a big responsibility for the formation, personality, skills and competencies of students.

In the 21st century, which is known as the era of globalization, it has had so much influence on the life sector. The education sector is no exception. The era of globalization is marked by the mingling of western culture as well as the rapid development of technology and the need for qualified expertise in various sectors of work and industry, making it a new challenge for Islamic boarding schools that must maintain their existence in carrying out their duties and responsibilities as an institution that not only provides religious provisions but also skills. praxis for santri in facing the modern era..

The focus in this research includes: 1). How is the implementation of life skills education (life skills education) in increasing the emotional independence of students?, 2). How is the implementation of life skills education (life skills education) in increasing the behavioral independence of students?, 3). How is the implementation of life skills education in increasing the intellectual independence of students?

This study uses a qualitative research approach with the type of case study. Data collection techniques used three techniques, namely observation, interviews and documentation. Data sources consist of primary and secondary data sources. Data analysis used techniques from Milles and Huberman & Jhonny Saldana. The validity of the data using source triangulation, technical triangulation and member checks.

The results of this study are 1). Implementation of life skills education in increasing the emotional independence of students through activities that are spiritual, emotional and emotional, such as Dhikrul Ghofilin, Rottibul Haddad and the Qolbul Qur'an. 2). Implementation of life skills education in increasing the independence of students' behavior through activities that improve the quality of behavior such as cleaning week, scouts, marching band, hadrah arts, Qiro'at, Speeches, Muhadzarah, Practical Fiqh, Speeches, agriculture, animal husbandry , and development. 3). Implementation of life skills education in increasing the intellectual independence of students through memorizing activities of juz amma, memorizing nadzoman, recitation of the yellow book, speeches.

(7)

vi

(8)

vii

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayah Allah Subhanahuwata’ala , sehingga tesis dengan judul

“Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) dalam Meningkatkan Kemandirian Santri di Pondok Pesantren Ngashor Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember” dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu’alaihi Wasallam yang kita harapkan syafaatnya kelak.

Banyak pihak yang turut berpartisipasi membantu dalam penyelesaian tesis ini, untuk itu penulis sampaikan terima kasih serta penghargaan sebesar- besarnya. Jazakumullah khairan Jaza’ khususnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM, selaku rektor Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember. Yang telah memberikan ijin dan bimbingan yang bermanfaat.

2. Prof. Dr. H. Moh. Dahlan, M.Ag, selaku Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember. Yang telah memberikan banyak ilmu bimbingan yang bermanfaat.

3. Dr. Hj. Siti Rodliyah, M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember dan sebagai Penguji Utama yang telah banyak memberikan saran, dan koreksinya dalam penulisan Tesis ini.

(9)

viii

meberikan bimbingan, saran, dan koreksinya dalam penulisan Tesis ini.

6. Kedua Orang Tuaku, alm Imron Rosyadi dan ibu Haniatun Nisa atas segala bimbingan dan doa-doa demi terselesainya penulisan tesis ini.

7. Istriku, Nurul Safikah atas segala dukungan dan support baik materil maupun moril.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini tentu memiliki celah dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan sumbangsih pemikiran, kritik serta saran konstruktif demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca sekalian. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Jember, ………. 2022 Penulis

Dana Nuril Ibad

(10)

ix

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Definisi Istilah. ... 15

BAB II : KAJIAN PUSTAKA . ... 17

A. Penelitian Terdahulu . ... 17

B. Kajian Teori ... 38

1. Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup ... 38

a. Implementasi ... 38

b. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) ... 42

c. Pendidikan kecakapan hidup (Life Skills Education) di Pondok Pesantren ... 55

2. Kemandirian Santri ... 61

a. Konsep Kemandirian ... 61

b. Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian ... 65

c. Kemandirian di Pondok Pesantren ... 68

d. Santri ... 72

C. Kerangka Konseptual ... 88

BAB III : METODE PENELITIAN ... 89

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 89

(11)

x

E. Sumber Data ... 98

F. Teknik Pengumpulan Data ... 99

G. Analisis Data ... 102

H. Keabsahan Data ... 107

I. Tahapan Penelitian ... 108

J. Sistematika Pembahasan ... 109

BAB IV : PAPARAN DATA DAN ANALISIS . ... 111

A. Paparan Data dan Analisis . ... 111

B. Temuan Penelitian . ... 128

BAB V : PEMBAHASAN . ... 139

A. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) dalam Meningkatkan kemandirian emosional santri di Pondok Pesantren Ngashor. ... 139

B. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) dalam Meningkatkan kemandirian tingkah laku santri di Pondok Pesantren Ngashor. ... 143

C. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) dalam Meningkatkan kemandirian intelektual santri di Pondok Pesantren Ngashor. ... 150

BAB VI : PENUTUP. ... 157

A. Kesimpulan . ... 157

B. Saran-saran. ... 157

DAFTAR PUSTAKA ... 159 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

xi

Transliterasi huruf Arab ke dalam huruf Latin adalah sebagai berikut :

Aksara Arab Aksara Latin

Simbol Nama (Bunyi)

Simbol Nama (Bunyi)

ا

Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

Sa Es dengan titik di atas

ج

Ja J Je

ح

Ha Ha dengan titik di bawah

خ

Kha Kh Ka dan Ha

د

Dal D De

ذ

Zal Ż Zet dengan titik di atas

ر

Ra R Er

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy Es dan Ye

ص

Sad Es dengan titik di bawah

ض

Dad De dengan titik di bawah

(13)

xii

ع

‘Ain Apostrof terbalik

غ

Ga G Ge

ف

Fa F Ef

ق

Qaf Q Qi

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

م

Mim M Em

ن

Nun N En

و

Waw W We

ه

Ham H Ha

ء

Hamzah Apostrof

ي

Ya Y Ye

B. Vokal

Aksara Arab Aksara Latin

Simbol Nama (Bunyi) Simbol Nama (Bunyi)

َ ا

Fathah A a

َ ا

Kasrah I i

(14)

xiii

Aksara Arab Aksara Latin

Simbol Nama (Bunyi) Simbol Nama (Bunyi)

َ ي

fathah dan ya ai a dan i

َ و

kasrah dan waw au a dan u

C. Maddah

Aksara Arab Aksara Latin

Harakat Huruf Nama (Bunyi) Simbol Nama (Bunyi)

و َََا َ

fathahَdan alif,

fathah dan waw

Ā a dan garis di atas

ي َ

kasrah dan ya Ī i dan garis di atas

ي َ

dhammah dan ya ū u dan garis di atas

(15)

1

Tatanan kehidupan di era sekarang ditandai dengan berkembang pesatnya teknologi di berbagai sektor kehidupan. Begitu banyak pekerjaan manusia yang digantikan oleh teknologi atau mesin-mesin buah dari kemajuan teknologi. Memasuki era yang sudah canggih ini kemajuan teknologi terus berkembang memasuki berbagai sendi kehidupan, baik dunia pekerjaan, industri dan pendidikan.1 Tidak hanya isapan jempol belaka, kini pada abad ini kita banyak jumpai pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan keterampilan sebagaimana tersebut diatas beragam keahlian kian dibutuhkan karena abad ini merupakan satu kesatuan dengan globalisasi berkembanganya teknologi. Sehingga untuk menyikapi arus globalisasi ini tak cukup jika dunia pendidikan hanya menyediakan pelayanan pendidikan secara teori saja. Mengacu pada hal ini pendidikan pesantren tentu diharapkan perannya dalam menghadapi era globalisasi. Mencetak generasi-generasi penerus Islam yang memiliki keahlian untuk mengikuti perkembangan zaman pun dengan dibekali oleh pemahaman keagamaan.Tomlinson mendefinisikan globalisasi sebagai suatu penyusutan jarak yang ditempuh dan pengurangan waktu yang diambil dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari-hari, baik secara fisik (seperti perjalanan melalui udara) atau secara perwakilan (seperti

1Etistika Yuni Wijaya, “Transformasi Pendidikan Abad modern Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global”, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika , Volume 1 Tahun 2016 .

(16)

penghataran informasi dan gambar menggunakan media elektronik), untuk menyebrangi mereka.2

Disaat pemerintah sedang menggenjot sektor pendidikan agar dapat setara dengan pendidikan di negara maju tantangan kembali muncul. Dunia konvensional yang telah lama mendominasi dan menjadi budaya dunia, kini telah terkikis dan bukan mustahil peradaban konvensional akan lenyap.

Perubahan besar ini berimplikasi pada pola pikir, aktivitas dan daya kreativitas masyarakat dunia secara umum. Dalam dunia pendidikan citra guru yang dulu dianggap paling dominan, perpengaruh dan multitalent oleh peserta didik lambat laun akan bergeser. Pergeseran paradigma tersebut apakah lantas dimaknai secara pragmatis ataukah justru perlu disikapi secara arif. Bagi peserta didik boleh jadi guru yang hadir kini dengan “penampilan”

masa lalu akan menjadikannya “malas” berinteraksi di sekolah. Sekolah dianggap tidak mampu mengakomudasi kebutuhan siswa. Jika ini yang terjadi maka sekolah terutama pendidik akan kehilangan ruhnya dimata peserta didik. Sebalinya, bagi pendidik yang mempu menampilkan sikap adaptif, momentum ini akan menjadi lecutan terbaik untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan kecakapan “skill” siswa.3

Pendidikan Islam secara istilah dapat di artikan sebagai proses pengajaran yang bertujuan mengubah tingkah laku individu atau perorangan

2 Tomlinson, J. 1999. Globalization and Culture. Cambridge. Polity Press.

3 Nur Afif, Pengajaran dan Pembelajaran di Era Digital, Jurnal Pendidikan Islam, Volume 2 No.

01 2019, p. 117-129 ISSN: 2338-4131 (Print) 2715-4793 (Online)

(17)

dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya.4 Lembaga pendidikan Islam yang memainkan perannya di Indonesia, ada empat kategori antara lain: pendidikan pondok pesantren, pendidikan madrasah, pendidikan umum yang bernafaskan Islam dan pendidikan umum yang pelajaran agama Islam hanya sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah saja.5 Dalam hal ini lembaga pendidikan yang akan menjadi pembahasan adalah pondok pesantren. Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mengiringi dakwah Islam di Indonesia memiliki persepsi dan pengertian yang plural. Pesantren dapat diartikan sebagai lembaga ritual, dan merupakan lembaga pembinaan moral. Pesantren tumbuh atas kehendak masyarakat yang terdiri dari kiai, santri dan masyarakat sekitar pesantren. Pondok pesantren disebut sebagai lembaga pendidikan Islam karena pesantren merupakan lembaga yang berupaya menanamkan nilai-nilai Islam pada diri santri.

sebagai lembaga pendidikan berbasis Islam pesantren tentu memiliki berbagai karakteristik yang berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.6

Dari waktu ke waktu fungsi pesantren berjalan secara dinamis, hal ini merupakan sebuah keharusan. Agar eksistensi pendidikan pesantren dapat terus melejit. Pada sejarah awal kemunculan pondok pesantren yang hanya mengusung fungsi sebagai lembaga sosal dan media islamisasi atau dakwah Islam yang memuat tiga unsur saja, yaitu Ibadah untuk menanamkan iman,

4Hasbi Indra, Pesantren dan Transformasi Sosial (Studi Atas Pemikiran K.H. Abdullah Syafi‟ie Dalam Bidang Pendidikan Islam), (Jakarta: Panamadani, 2003), hlm.14.

5Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional), (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 58.

6Abd. Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren, (Yogyakarta: LKIS, 2013), 33.

(18)

tabligh untuk menyebarkan Islam, dan ilmu serta amal untuk mewujudkan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Kini pesantren semakin melebarkan sayap mengembangkan bentuk lembaga pendidikannya lebih luas dengan bebrapa cara yang berbeda, salah satunya adalah dengan mengimplementasikan pendidikan kecakapan hidup (life skills education).

Hal ini didasari pada kebutuhan global dunia terhadap manusia-manusia yang berketerampilan atau memiliki skill (keahlian tertentu). Pendidikan kecakapan hidup (life skills education) sebenarnya bukan hal baru bagi pesantren. sebab sejak zaman dahulu jenis pendidikan ini sebenarnya sudah ada dan terlaksana secara sederhana, saat ini dengan perkembangan teknologi yang pesat pendidikan kecakapan hidup yang dilakukan secara sederhana perlu mendapatkan sentuhan teoritis dan teknis sehingga para alumni pesantren dalam era global ini mampu bersaing dengan para alumni lembaga pendidikan lainnya dalam berebut lapangan kerja yang semakin lama semakin ketat.7

Pendidikan kecakapan hidup (life skills education) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri.8 Sehingga tujuan dari life skills education ini adalah untuk memaksimalkan keahlian-keahlian yang dimiliki oleh santri. kita ketahui pondok pesantren merupakan lembaga yang hingga kini dipercaya oleh masyarakat untuk mencetak kader-kader muslim yang berkualitas, sehingga apabila

7 Sulthon Masyhud dkk, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), 163.

8 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 Ayat 3

(19)

diimplementasikan life skills education dalam kurikulumnya dapat membentuk dan mencetak kader kader generasi Islam yang tidak hanya sebatas memiliki pengetahuan akademik dan keagamaan saja, melainkan juga telah dibekali keterampilan-keterampilan khusus untuk melanjutkan perjalanan hidupnya di lingkungan masyarakat. Dalam memasuki abad ke 21 dunia pendidikan perlu menyiapkan lulusan yang tidak hanya menguasai teori-teori saja, melainkan perlu adanya praktik keahlian pagi peserta didik.

Sebagai seorang muslim sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk terus mengembangkan dan membangun potensi-potensi yang kita miliki, Allah SWT berfirman dalam Q.S An-Nahl ayat 78 :

َن ْوُمَلْعَت َلَ ْمُكِّت ٰهَّمُا ِّن ْوُطُب ْْۢنِّ م ْمُكَج َرْخَا ُ هاللّٰ َو ْيَش

أًـ َل َلَعَج َّو َصْبَ ْلَا َو َعْمَّسلا ُمُك

َةَدِٕـْفَ ْلَا َو َرا

ْمُكَّلَعَل َن ْو ُرُكْشَت

( ٧٨ )

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S AN-Nahl ayat 78)9

Berdasarkan tafsir Jalalin yang menerangkan tentang surat An Nahl 78 mengatakan bahwa (Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun) jumlah kalimat laa ta'lamuuna syaian berkedudukan menjadi hal atau kalimat keterangan (dan Dia memberi kalian pendengaran) lafal as-sam'u bermakna jamak sekali pun lafalnya mufrad (penglihatan dan hati) kalbu (agar kalian bersyukur) kepada-Nya atas hal-hal tersebut, oleh karenanya kalian beriman kepada-Nya.10

9 Al-Qur’an, 16:78.

10 https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-16-an-nahl/ayat-78

(20)

Ayat tersebut mengisyaratkan agar kita sebagai manusia dapat bersyukur atas apa-apa saja yang Allah berikan. Perwujudan syukur dari penglihatan, pendengaran dan hati yang Allah berikan adalah dengan memaksimalkan fungsinya sebaik mungkin. Salah satu upaya dalam memaksimalkan fungsnya adalah dengan cara mengikuti kegiatan pendidikan sebagaimana terbahas dalam konteks penelitian ini. Pendidikan kecakapan hidup (life skills education) di pondok pesantren pada era ini sangat diperlukan selain sebagai ikon pondok pesantren untuk tetap eksis dan dipercaya public sebagai lembaga pendidikan Islam yang terus berkembang dan berinovasi, juga diperlukan untuk bekal bagi para lulusan santri agar dapat lebih mandiri. Muatan life skills dalam lingkungan pondok pesantren membentuk jiwa santri yang tidak hanya fasih dalam Ilmu agama sebagai bekal akhirat melainkan juga mahir dalam keterampilan sebagai bekal hidup di dunia.

Dengan adanya konsep pendidikan kecakapan hidup, maka tidak heran dalam beberapa tahun terakhir bermunculan pesantren yang mengadakan pembaharuan dengan mengedepankan pengingkatan sumber daya manusia, seperti: pesantren berbasik agrobisnis, agroindustri, enterprenuer dengan tidak meninggalkan khazanah-khazanah keilmuan pesantren dengan kitab kuning. Dengan penekanan pada keterampilan seperti ini pesantren dituntut untuk mengembangan perekonomian secara mandiri, serta berjejaring dengan pemangku kebijakan di lingkungan pesantren terutamanya.

(21)

Persaingan yang muncul dalam segala bidang kehidupan menyebabkan pesantren sebagai lembaga pendidikan harus membekali santrinya dengan life skills yang memadai sehingga tidak perlu takut bersaing dengan orang lain. Life skills merupakan hal yang sangat menunjang lulusan pesantren untuk bisa memberikan kontribusi yang besar dalam masyarakat.

Dalam lingkup kecil, life skills yang dimiliki santri akan membantu mereka dalam menjalani kehidupan sebagai insan yang mandiri dan terampil. Dalam PP RI No 57 Tahun 2021 tentang Standart Nasional Pendidikan menyatakan pendidikan nasional berfungsi untuk mencerdaskan bangsa melalui pengembangan potensi setiap warga Negara tanpa terkecuali. Pendidikan Nasional yang bermutu merupakan fondasi pembangunan sumber daya manusia yang unggul dan mampu secara proaktif menjawab tantangan zaman yang terus berubah. Untuk mewujudkan Sistem Pendidikan Nasional yang bermutu, diperlukan Standart Nasional Pendidikan yang menjadi pedoman dasar bagi penyelenggaraan pendidikan. Standart Nasional Pendidikan meliputi kriteria minimal tentang berbagai aspek pendidikan yang harus dipenuhi oleh penyelenggara satuan pendidikan.11

Mengacu pada UU Nomor 18 Tahun 201912 tentang pesantren mengatur mengenai penyelenggaraan fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat. Melalui undang-undang ini penyelenggaraan pendidikan pesantren diakui sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan nasional dan memberikan landasan hukum bagi

11 Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor No 57 Tahun 2021 tentang Standart Nasional Pendidikan

12 UU Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren.

(22)

rekognisi terhadap peran pesantren dalam membentuk, mendirikan, membangun dan menjaga NKRI, tradisi, nilai dan norma, varian dan aktivitas, profesionalisme pendidikan dan tenaga pendidikan serta penjaminan mutu.

Dengan demikian, dalam konteks ini. regulasi pemerintah telah mengatur tentang pendidikan pesantren menjadi bagian dari pendidikan nasional menjadikan peran pesantren dalam penyelenggaraan pendidikan salah satunya adalah pendidikan kecakapan hidup dan kemandrin dalam seluruh program kegiatan pendidikan di pesantren. kompetensi dan keterampilan atau skills yang dibutuhkan di masa sekarang ini meliputi communication, collaboration, critical thinking, dan creativity. Kompetensi- kompetensi tersebut penting diajarkan pada siswa dalam konteks bidang studi inti. Sedangkan keterampilan era modern dibagi menjadi 4 kategori, yaitu way of thinking, way of working, tools for working dan skills for living in the world.13 Kompetensi dan keahlian tersebut di butuhkan dalam mengadapi era globalisasi saat ini. Pentingnya keterampilan hidup dimiliki peserta didik agar mereka bisa mandiri selepas menyelesaikan jenjang pendidikan. Hal ini penting untuk menjadi perhatian lembaga pendidikan termasuk pondok pesantren agar santri benar-benar siap bersaing di era keterbukaan seperti saat ini.14

Sesuai dengan data statistik Pondok Pesantren dari PDPP (Pangkalan Data Pondok Pesantren) Kementerian Agama Republik Indonesia, Kabupaten

13 Griffin, P., McGaw, B. and Care, E., Assessment and Teaching of 21st Century Skills, (Dordrecht,NL, : Springer, 2012).

14 Sulthon Masyhud & Moh Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, 31.

(23)

Jember memiliki 611 Pesantren, memiliki jumlah santri yang mencapai 12.381 santri yang mukim di Pondok Pesantren, dan ada 48 santri yang berkategori santri tidak mukim (kalong).15

Senada dengan data langsung dari Kemenag, KataData.com juga mencatat bahwa sebanyak 4.452 pondok pesantren tersebar di Jawa Timur.

Jember merupakan Kabupaten di Jawa Timur dengan jumlah paling banyak, yakni 611 pondok pesantren.16 Ini menerangkan bahwa di Kabupaten Jember saja telah berdiri ratusan Pondok Pesantren dengan berbagai macam model dan kriteria masing-masing, tidak lupa juga setiap pondok pesantren memiliki keunikan dan ke”khas”an pada masing-masing pesantren.

Jumlah terbanyak sejawa timur ini, Pondok Pesantren di Jember mempunyai karakteristik secara umum sehingga mampu menjadikan ciri khas khususnya di Jember. Senada dengan Zamakhsyari Dhofier yang mengatakan bahwa kategori atau penggolongan Pondok Pesantren dibagi menjadi dua yaitu Pesantren Salaf dan Pesantren Kholaf.17 Pondok Pesantren di Jember mempunyai karakteristik yaitu Pondok Pesantren Salaf dan Kholaf.

Pesantren salafiah adalah pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional. Pembelajaran ilmu-ilmu agama dilakukan secara individu atau kelompok dengan kontradiksi pada kitab-kitab klasik, bahasa arab. Penjenjangan tidak didasarkan pada suatu waktu, tetapi berdasarkan tamatan kitab yang dipelajari, dengan selesainya satu kitab

15 https://ditpdpontren.kemenag.go.id/pdpp/statistik?id=35 (diakses pada tanggal 22 Juni 2022)

16 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/31/jumlah-pondok-pesantren-di- kabupaten-jember-terbanyak-se-jatim (diakses pada 22 Juni 2022)

17 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Study Tentang Pandangan Hidup Kiai (Jakarta: LP3ES, 1994), 45.

(24)

tertentu, santri dapat naik jenjang dengan mempelajari kitab yang tingkat kesukarannya lebih tinggi.18 Sedangkan Kholaf artinya ”kemudian” atau

”belakang”. Pesantren kholafiah (modern) adalah pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal, baik (MI, MTs, MA atau MAK), maupun sekolah (SD, SMP, SMU dan SMK), atau nama lain , tetapi dengan pendidikan klasikal.19

Pondok pesantren Ngashor yang berdiri pada tahun 2000 ini merupakan lembaga pendidikan pesantren yang mampu menerapkan Pesantren Salaf dan Kholaf. Dibuktikan dengan penggolongan Pendidikan menjadi 3 macam (Formal, Non Formal dan In formal), menerapkan penjenjangan untuk kegiatan formal disesuaikan dengan waktu belajar, sedangkan penjenjangan pada pendidikan madin dan non formal lainnya disesuaikan dengan tahapan kitab yang dipelajari. Pesantren dengan jumlah

±210 santri ini telah melaksanakan Pendidikan Kecakapan Hidup sehingga mampu memberikan penguatan khususnya pada bidang Life Skills.20

Implementasi atau pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup santri dilaksanakan dalam seluruh rangkaian kegiatan santri di pesantren meliputi kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan bahkan kegiatan tahunan. Bentuk kegiatan pendidikan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian santri diimplementasikan dalam beberapa kegiatan meliputi:

Program Pengembangan Diri, untuk pengembangan diri dan mengurangi tingkat kejenuhan para peserta didik, kami setiap hari jadikan sebagai hari

18 Syamsyudin Arief, Jaringan Pesanten.., 193.

19 Syamsyudin Arief, Jaringan Pesanten.., 193

20 Peneliti, Observasi, 09 Mei 2022

(25)

pengembangan diri antara lain: Pertanian, Peternakan, Pembangunan, Grup Sholawat al-banjari, Pramuka, Marching Band, Muhadzarah, Pidato, Praktek Fiqih Masyarakat, Hafalan Nadzoman dan Juz Amma serta Pembelajaran Kitab Kuning.21

Dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, pondok pesantren Ngashor merupakan pesantren yang mempunyai santri-santri dengan membidangi beberapa kegiatan pengembangan diri yang semuanya dimulai dari perintah pengasuh. Berangkat dari perintah itu kemudian pengembangan diri pada santri terlaksana. Sehingga pelaksanaan dan penanaman pendidikan kecakapan hidup dalam meningkatkan jiwa kemandirian santri merupakan salah satu upaya realisasi dari branding tersebut, yang meyatakan bahwa pesantren ini tetap mempertahankan nilai pesantren dan tetap dinamis dalam menghadapi perubahan zaman, untuk itu pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian santri dilakukan, sebab memiliki korelasi dengan perubahan zaman, dan tuntutan agar mencetak santri dan lulusan yang tidak hanya memahami ilmu agama namun siap dalam turut andil di era globalisasi dengan berbagai macam keterampilan dan kemandirian. Salah satunya adalah kegiatan Muhadzarah, Pidato, Fiqih Praktek Masyarakat, Pramuka dan sebagainya.22

Ketertarikan kepada Pondok Pesantren Ngashor lainnya adalah adanya pendidikan in formal yang dimiliki disana yaitu Toriqoh Toriqoh Al- Qodiriyah Wa Al-Naqsabandiyah, Toriqoh Al-Naqsabandiyah Kholidiyah,

21 Kholisul Fuad.Wawancara, Gumukmas, 07 Mei 2022.

22 Observasi, Pondok Pesantren Ngashor, Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember, 25 April 2022.

(26)

Mujadadiyah Wa Al-Qodiriyah. Ketiga toriqoh ini dilaksanakan biasanya 2 minggu sekali atau satu bulan sekali. Bersamaan dengan pengasuh yaitu KH.

Mustofa Hasyim diberi amanah untuk menjadi Ketua Umum Forum Silaturrahim Mursyid Badal Kholidiyah Naqsabandiyah Jawa Timur.23

Untuk itu maka dianggap penting bahwa life skills perlu diadakan dalam lembaga pendidikan di Indonesia tak terkecuali di lembaga pendidikan pondok pesantren. Dari ratusan pondok pesantren yang tertera pada data diatas kemudian peneliti menganggap bahwa penelitian tentang pendidikan kecakapan hidup (life skills education) ini penting untuk dilakukan sebagai bahan kajian yang akan memberikan gambaran dan ulasan tentang eksistensi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) terhadap kemandirian santri di lembaga pendidikan pondok pesantren, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) dalam Meningkatkan Kemandirian Santri di Pondok Pesantren Ngashor Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian sebagaimana terurai diatas. Peneliti mengambil fokus penelitian meliputi:

1. Bagaimana implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian emosional santri di pondok pesantren Ngashor kecamatan Gumukmas kabupaten Jember ?

23 Peneliti, Observasi, 10 Mei 2022

(27)

2. Bagaimana implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian tingkah laku santri di pondok pesantren Ngashor kecamatan Gumukmas kabupaten Jember ?

3. Bagaimana implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian intelektual santri di pondok pesantren Ngashor kecamatan Gumukmas kabupaten Jember ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada fokus penelitian tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian emosional santri di pondok pesantren Ngashor kecamatan Gumukmas kabupaten Jember .

2. Menganalisis pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian tingkah laku santri di pondok pesantren Ngashor kecamatan Gumukmas kabupaten Jember .

3. Menganalisis implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam meningkatkan kemandirian intelektual santri di pondok pesantren Ngashor kecamatan Gumukmas kabupaten Jember .

D. Manfaat Penelitian

Dalam perspektif teoritis maupun praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi manfaat atau kegunaan. Adapun manfaat teoritis maupun praktis penelitian ini adalah sebagai berikut :

(28)

1. Manfaat secara teoritis

a. Memberikan sumbangan kontribusi akademik dan sumbangan keilmuan terhadap pengembangan ilmu pendidikan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian santi.

b. Sebagai referensi peneliti-peneliti lain khususnya dalam pengembangan Prodi S2 PAI yang akan melakukan penelitian yang serupa di masa yang akan datang.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Bagi UIN KH. Achmad Siddiq Jember, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik, menguatkan serta memperluas khazanah dan gagasan tentang pentingnya penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang didalamnya mengandung pendidikan kecakapan hidup (life skills education) yang secara fokus mewujudkan tujuan pedidikan, baik tujuan pendidikan nasional, Institusional maupun tujuan instruksional.

b. Bagi peneliti dan penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat membuka dan memperkaya wawasan keilmuan peneliti, khususnya bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya untuk dapat memperkaya referensi dan dikembangkan dengan variabel yang berbeda.

c. Bagi pihak pondok pesantren Ngashor, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar acuan pengembangan dan inovasi secara kontinu dalam penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup dan pembentukan jiwa kemandirian santri kedepannya.

(29)

d. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai sumber informasi dan masukan bagi pemerintah Kabupaten Jember dalam pendidikan agama islam.

E. Definisi Istilah

Judul yang dibahas dalam tesis ini adalah “Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) dalam Meningkatkan Kemandirian Santri di Pondok Pesantren Ngashor Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember”. Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap kata-kata yang digunakann dalam proposal tesis ini, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan beberapa definisi istilah yang berkaitan dengan judul tersebut, yakni:

1. Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education)

Implementasi memiliki makna pelaksanaan, penerapan dan mengaktualkan. Sedangkan pendidikan adalah pemblajaran pengetahuan, keterampilan oleh pendidik kepada peserta didik melaui kegiatan pengajaran, pelatihan atau penelitian. Sedangkan kecakapan hidup (Life Skills) merupakan keterampilan atau kompetensi hidup yang merupakan kemampuan untuk beradaptasi dan menunjukkan perilaku positif yang pada akhirnya menjadikan individu mampu menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan dengan efektif.

Dengan demikian Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) merupakan serangkaian kegiatan pelaksanaan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan yang memberikan pengalaman

(30)

belajar konkret kepada peserta didik dalam upaya untuk meningkatkan dan membentuk kecakapan ,keterampilan atau keahlian peserta didik sebagai bekal menghadapi tantangan kehidupan serta perkembangan zaman.

2. Kemandirian Santri

Kemandirian merupakan kesanggupan yang dimiliki secara pribadi berupa keberanian serta tanggungjawab secara penuh atas segala tingkah laku dalam melaksanakan kewajiban guna memenuhi segala bentuk kebutuhan diri, baik kebutuhan yang bersifat materil maupun immateril.

Kemandirian meliputi tiga aspek yakni kemandirian emosional, kemandirian tingkah laku dan kemandirian nilai. Sedangkan istilah santri bermakna sekelompok peserta didik yang tinggal dan menetap di lingkungan pondok pesantren yang bertujuan untuk menuntut ilmu khususnya ilmu keagamaan.

Jadi yang dimaksud dengan kemandirian santri merupakan kesanggupan santri dalam berbagai bentuk aspek kehidupan dan bertanggung jawab atas segala tingkahlakunya dalam pemenuhan kebutuhan diri baik materil maupun immaterial.

(31)

17

Posisi penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini menjadi penting. Adapun penelitian terdahulu yang berhasil ditelusuri adalah sebagai berikut:

Pertama, penelitian Djeprin E. Hulwa dengan judul Literasi Abad modern dalam Perspektif Islam dan Implikasinya terhadap Pembentukan Kompetensi dan Kualitas Karakter Peserta Didik.20 penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana rumusan literasi abad ke-21 dalam perspektif Islam dan bagaimana implikasinya terhadap pembentukan kompetensi dan kualitas karakter peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research). Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui riset kepustakaan. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis konten melalui tahapan pereduksian data, pendisplayan data, dan penyimpulan data, kemudian disimpulkan sesuai fokus dan tujuan penelitian. Temuan penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, pendidikan Islam sangat mendukung upaya pendidikan global dan pemerintah Indonesia dalam peraihan literasi abad ke- 21 karena literasi sesungguhnya merupakan kandungan batin Islam. Kedua, Pendidikan Islam memandang 4 jenis literasi dasar paling penting di abad ke- 21 terdiri dari literasi bacatulis, sains, finansial dan literasi dakwah. Ketiga,

20 Djeprin E. Hulawa, “Literasi Abad modern dalam Perspektif Islam dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Kompetensi dan Kualitas Karakter Peserta Didik”, (Disetasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2021).

(32)

implikasi dari peraihan 4 literasi dasar itu melahirkan 5 jenis kompetensi dan 4 jenis karakter dalam diri peserta didik. Keempat, gabungan literasi, kompetensi dan karakter berdasarkan perspektif Islam membentuk nilai kesempurnaan jati diri manusia. Kelima, implikasi teoritis maupun praktis dalam penelitian ini memberi kekuatan moril bagi kelembagaan Islam untuk mengembangkan pendidikannya yang sesuai dengan dimensi batin Islam dengan tetap mengadaptasi kepentingan peserta didik di masa kini dan akan datang.

Penelitian yang dilakukan Djepein E. Hulawa memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu dengan membahas tentang pembentukan kompetensi atau keahlian bagi peserta didik.

Sedangkan perbedaaannya dari penelitian yang dilaksanakan Djepein yaitu membahas tentang literasi pada abad modern. Jika melihat penelitian ini membahas keterampilan dan kemandirian di abad modern serta menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian Field Research atau penelitian deskriptif.

Kedua, penelitian Madziatul Churiyah dengan judul Pengembangan Model Pembelajaran Kewirausahaan Sosial Berbasis Potensi Lokal untuk Meningkatkan Kemandirian Santri di Pondok Pesantren Tradisional (Salafiyah)21. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan kewirausahaan sosial dan potensi lokal di Pondok Pesantren Salafiyah Al- Azhar Wajak Kab. Malang, (2) Menghasilkan model pembelajaran

15 Madziatul Churiyah, “ Pengembangan Model Pembelajaran Kewirausahaan Sosial Berbasis Potensi Lokal untuk Meningkatkan Kemandirian Santri di Pondok Pesantren Tradisional (Salafiyah)”, (Disertasi Universitas Negeri Malang, 2014).

(33)

kewirausahaan sosial berbasis potensi lokal yang telah melalui validasi ahli pembelajan, ahli materi dan pengguna, (3) Mengimplementasikan pembelajaran kewirausahaan sosial berbasis potensi lokal pada kelompok kecil dan kelompok besar, (4) Mengukur efektivitas pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan sosial berbasis potensi lokal dalam meningkatkan kemandirian santri di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Azhar Wajak Kab. Malang.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Rives (2006). Model yang sudah dikembangkan divalidasi oleh 3 tim ahli yaitu ahli pembelajaran, ahli materi dan ahli pesantren (pengguna). Uji coba produk dilakukan skala kecil dan uji coba skala besar, dengan desain one group pretest posttest. Jenis data terdiri dari 4 yaitu data hasil penelitian awal, data hasil pengembangan produk, data hasil implementasi produk, dan data kemandirian santri.Tekhnik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif menggunakan uji t berpasangan, yang dianalisis dengan bantuan SPSS 18 for windows. Dengan hasil penelitian Kemandirian santri sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kewirausahaan sosial berbasis potensi lokal dari hasil analisis uji t diperoleh nilai t= 46.221 dengan sig 0.000, maka ada perbedaan yang signifikan kemandirian santri sebelum dan sesudah pembelajaran, artinya pembelajaran ini dapat meningkatkan kemandirian santri.

Penelitian yang dilakukan oleh Madziatul Churiyah dengan penelitian ini memiliki kesamaan dalam pembahasan didalamnya yaitu pada aspek

(34)

kemandirian santri. Antara penelitian ini dengan penelitian dari Madziatul Churiyah sama sama meneliti tentang kemandirian santri.

Adapun perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian dari Madziatul Churiyah adalah jika penelitian ini adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan membahas pendidikan kemandirian hidup. Sedangkan penelitian dari Madziyatul Churiyah pembelajaran kewirausahaan sosial berbasis potensi lokal, dan menggunakan metode kuantitatif.

Ketiga, penelitian Dwi Purwoko dengan judul Hubungan Karakteristik Santri Dengan Persepsi Mereka Tentang Kemandirian Di Pondok Pesantren.22 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan adanya hubungan antara karakteristik santri dengan persepsi mereka tentang kemandirian, secara lebih rinci sebagai berikut: (1). Untuk mendeskripsikan distribusi santri pada sejumlah karakteristik yang diamati. (2). Untuk mendeskripsikan persepsi santri tentang kemandirian. (3).Untuk mendeskripsikan adanya hubungan antara persepsi dengan sejumlah karakteristik santri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, Untuk menganalisis data kuantitatif, khususnya untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel digunakan analisis korelasi Kendal untuk karakteristik yang terdiri dari tiga kategori dan korelasi Kendall Tau untuk karakteristik yang terdiri dari dua kategori. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Program ini telah lazim digunakan dalam

16 Dwi Purwoko, dkk. Hubungan Karakteristik Santri Dengan Persepsi Mereka Tentang Kemandirian di Pondok Pesantren. Jurnal Penyuluhan, September 2017, Vol.3 No.2

(35)

pengolahan data. Hasil analisis data dengan alat bantu statistika ini dinilai lebih empiris dalam memecahkan persoalan penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Kamandirian santri di pondok pesantren yang masih rendah dapat dinyatakan secara berurutan sebagai berikut: (1) Manajemen diri, (2) Membantu orang lain, (3) Menolong diri sendiri. Analisis hubungan karakteristik santri dengan kemandirian santri di pondok menunjukkan bahwa hampir keseluruhan karakteristik santri memperlihatkan terdapat kesepakatan yang tinggi dalam menilai kedelapan bidang kemandirian santri.

Pesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pembahasan pada aspek kemandirian santri, yang mana antara penelitian dari Dwi Purwoko dengan penelitian ini sama-sama membahas tentang kemandirian yang dapat dilaksanakan oleh santri.

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah jika pada penelitian terdahulu Dwi Purwoko membahas karakteristik dan persepsi santri tentang kemandirian dan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pengolahan data menggunakan SPSS, sedangkan penelitian ini membahas proses pelaksanaan secara aktual terhadap peningkatan kemandirian santri serta menggunakan metode penelitian kualitatif.

Keempat, penelitian Nasruloh dengan judul Manajemen Pondok Pesantren dalam Pembentukan Sikap Kemandirian Santri (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan Kecamatan Bukateja

(36)

Kabupaten Purbalingga). 23 Peneliti mengambil empat fokus penelitian yakni:

1.Bagaimana perencanaan pembentukan sikap kemandirian santri di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan? 2.Bagaimana pengorganisasian pembentukan sikap kemandirian santri di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan? 3.Bagaimana pelaksanaan pembentukan sikap kemandirian santri di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan? 4.

Bagaimana pengawasan dan evaluasi pembentukan sikap kemandirian santri di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan? Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara.

Analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dengan ketekunan pengamatan dan triangulasi metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pendidikan dalam program pembentukan sikap kemandirian santri di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah dilakukan dengan empat tahapan, yaitu (1) Perencanaan sudah ada sebelum program kemandirian tersebut dilaksanakan seperti pengadaan rapat, pemilihan program kemandirian, dan lainnya. Tahap perencanaan meliputi:

perencanaan kurikulum, bahan ajar, personalia, sarana dan prasarana, serta perencanaan program; (2) Pengorganisasian dilaksanakan dengan melibatkan unsur-unsur pesantren seperti para ustadz, pelatih, instruktur dan seluruh elemen membantu pengorganisasian program kemandirian santri telah

1 Nasruloh. Manajemen Pondok Pesantren Dalam Pembentukan Sikap Kemandirian Santri (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga), (Tesis IAIN PURWOKERTO, 2019)

(37)

berjalan dengan baik walaupun masih kekurangan SDM karena pembagian tugas yang masih bertumpuk dan banyaknya santri yang mengikuti kegiatan keterampilan di pondok pesantren; (3) Pelaksanaan program dilaksanakan dengan beberapa tahap di antaranya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, keorganisasian, kegiatan wajib rutin pondok pesantren, kegiatan individu santri sehari-hari, aktivitas penunjang, dan tata tertib kedisiplinan pondok; (4) Pengawasan dan evaluasi program, pengasuh dan pengurus beserta masyarakat ikut berpartisipasi dalam mengevaluasi kegiatan tersebut. Jika ada kelemahan, maka akan diberi masukan untuk perbaikan masa-masa yang akan datang.

Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti tentang pembahasan spesifik kemandirian yang dapat dilaksanakan pada santri di pesantren.

Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nasrullah dengan penelitian ini adalah jika penelitian terdahulu dari Nasrullah membahas tentang manajemen/ pengelolaan pondok pesantren sedangkan penelitian ini membahas tentang penerapan pendidikan kecakapan hidup di pondok pesantren.

Kelima, penelitian Abdul Muiz dengan judul Strategi Pesantren dalam Membentuk Kecakapan Hidup (Life Skills) Santri (Studi Multikasus pada Pondok Pesantren Anwarul Huda Malang dan Pondok Pesantren Mahasiswa

(38)

Al-Hikam Malang).24 Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan strategi pondok pesantren dalam membentuk life skills santri dengan subfokus mencakup: (1) upaya pengembangan program pembentukan kecakapan hidup (life skills) santri, (2) implementasi kecakapan hidup (life skills) santri, (3) faktor pendukung dan penghambat pembentukan kecakapan hidup (life skills) santri. dengan hasil penelitian : (1) upaya pengembangan program pembentukan kecakapan hidup (life skills) santri meliputi pembentukan kultur pendidikan life skills, penyusunan program kegiatan penunjang life skills, penyusunan kurikulum penunjang akademik dan non akademik, pengorganisasian pendidikan life skills, penggunaan metode pembelajaran life skills serta pengembangan sarana dan prasarana, (2) Implementasi pembentukan life skills santri meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional, (3) faktor pendukung dan penghambat pembentukan life skills santri meliputi faktor pendukung berasal dari internal yaitu pemimpin yang inovatif, pengembangan kurikulum, minat dan antusias santri, pengembangan pendidikan karakter, manajemen pengelolaan pesantren, dan sistem pendidikan yang demokratis. Sedangkan faktor penghambatnya adalah minat dan motivasi santri terbilang rendah, terbatasnya waktu pelaksanaan pendidikan life skills, kurangnya kepedulian wali santri dan terbatasnya keterampilan teknik.

Adapun persamaan antara penelitian terdahulu dari Abdul Muiz dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti tentang pendidikan

24 Abdul Muiz, “Strategi Pesantren dalam Membentuk Kecakapan Hidup (Life Skills) Santri (Studi Multikasus pada Pondok Pesantren Anwarul Huda Malang dan Pondok Pesantren Mahasiswa Al- Hikam Malang)”, (Tesis Universitas Islam Negeri Malang, 2019).

(39)

kecakapan hidup meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional.

Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah penelitian terdahulu membahas tentang strategi pesantren dalam membentuk life skills santri dengan pembahasan yang luas meliputi pengembangan program, penyusunan kurikulum, pengorganisasian, penggunaan metode dan pengembangan sarpras. Sedangkan penelitian ini membahas tentang peningkatan Life Skill menggunakan pendidikan kecakapan hidup.

Keenam, Amirudin dan Iqbal Amar Muzaki dengan judul Life Skill Education And It's Implementation In Study Programs Islamic Religious Education.25 Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi campuran. Diharapkan dengan metode campuran dapat menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam penelitian ini. Metode Campuran ini adalah metode yang menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dari segi metodologi (seperti pada tahap pengumpulan data), dan studi model campuran menggabungkan dua pendekatan dalam semua tahap proses penelitian.

Metode Campuran disebut juga sebagai metodologi yang memberikan asumsi filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk tentang cara mengumpulkan data dan menganalisis data serta integrasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui beberapa tahapan proses penelitian.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Berdasarkan angket yang disebar, siswa

25 Amirudin dan Iqbal Amar Muzaki, “Life Skill Education And It's Implementation In Study Programs Islamic Religious Education.”, Jurnal Tarbiyah 26 (2), 2019. 278-293.

(40)

yang mengikuti pendidikan kecakapan hidup lebih dari separuhnya atau sebanyak 68% (88 orang). Kebanyakan dari mereka memilih program baca tulis Al-Qur'an, amalan tajwid, dan amalan ibadah. Dalam melaksanakan pendidikan kecakapan hidup ini, fokus utama kegiatan ditujukan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kecakapan hidup dan mampu menapaki masa depannya. Penerapan kecakapan hidup di Fakultas Agama Islam (FAI) berorientasi pada penguasaan keterampilan khusus, tidak dimaksudkan untuk mendikte universitas atau lembaga, tetapi hanya menawarkan berbagai kemungkinan atau menu yang dapat dipilih sesuai dengan situasi dan kondisi nyata. kampus baik dari segi keberadaan mahasiswa maupun kehidupan masyarakat sekitar.

Persamaan antara penelitian terdahulu oleh Amiruddin dan Iqbal dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti dan membahas tentang Life Skill Education atau pendidikan kecakapan hidup.

Perbedaan antara keduanya adalah jika penelitian terdahulu oleh Amirudin dan Iqbal menggunakan mahasiswa sebagai subyek penelitian dan menggunakan mixed method, sedangkan penelitian ini menjadikan siswa atau santri sebagai subyek dan menggunakan metode kualitatif (satu metode saja).

Ketujuh, Misliani dalam jurnalnya Pendidikan Dan Bimbingan Kecakapan Hidup (Life Skill) Peserta Didik. 26 jurnal ini mengungkapkan tentang pendidikan kecakapan hidup dalam perspektif yuridis, teoritis dan historis. Madzhab konstruktivisme yang membahas tentang pendidikan

26 Misliani, Pendidikan Dan Bimbingan Kecakapan Hidup (Life Skill) Peserta Didik, Jurnal Ilmiah Pendidikan : Tarbawi yah : Vol. 01 No.1, Juni 2017

(41)

kecakapan hidup beserta teori teori yang telah dipaparkan. Pada prinsipnya pengembangan kecakapan hidup adalah bagaimana seseorang dapat mengaktifkan dan menggerakkan semua nilai-nilai positif dan kompetensi yang dimiliki secara maksimal untuk diimplementasikan dalam mempertahankan hidup sehari-hari. 1. Pendidikan kecakapan hidup : mengungkapkan landasan historis, filosofis dan yuridis. Nanti akan dibagi menjadi 3 landasan sebagai acuan dasar pendidikan kecakapan hidup. a).

Landasan historis b). Landasan Filosofis dan c). landasan yuridis. Madzhab kontruktivisme inilah yang menjadi embrio landasan filosofis pendidikan kecakapan hidup. landasan yuridisnya baru ditemukan pada UU Sisdiknas yang mengatur tentang pendidikan. Selanjutnya kemudian dibahas tentang bagaimana konsep, unsur dan pola penerapan pendidikan kecakapan hidup.

Persamaan antara penelitian terdahulu oleh Misliani dengan penelitian ini, keduanya sama-sama meneliti dan membahas tentang Life Skill Education atau Pendidikan Kecakapan Hidup.

Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu oleh Misliani dengan penelitian ini yaitu berbicara tentang pentingnya life skill education dari beberapa landasan. Disisi lain penelitian ini menggunakan implementasi dari Life Skill Education di dalam pondok pesantren dan subjeknya adalah para santri.

Kedelapan, penelitian Muhammad Zakiannur Rida dengan judul Model Pendidikan Life Skill dalam Membentuk Santri Mandiri Pondok Pesantren Islamic Study Center (ISC) Aswaja Lintang Songo Piyungan

(42)

Bantul.27 Dengan fokus penelitian ini adalah bagaimana metode, hasil serta apa saja faktor pendukung dan penghambat berhasilnya pelaksanaan pendidikan life skill di Pondok Pesantren Islamic Study Center ASWAJA Lintang Songo. Dan hasil penelitian metode pendidikan life skill di Pondok Pesantren Lintang Songo adalah metode demonstrasi yang dilanjutkan praktek dari santri, tanya jawab, dan bimbingan. Setelah dilaksanakan pendidikan life skill, para santri mampu melaksanakan tahapan-tahapan program life skill yang diajarkan dengan baik dan benar. Faktor yang mendukung keberhasilan pendidikan life skill yang ada di Pondok Pesantren Lintang Songo adalah : (1) Adanya minat santri terhadap pendidikan life skill, (2) Lokasi pendidikan berada di lingkungan Pondok Pesantren, (3) Tersedianya fasilitas yang memadai, (4) Dukungan pemerintah dan masyarakat sekitar, (5) Mengadakan kerjasama dengan UGM, UIN, dan UCY, (6) Pendidikan gratis. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu : (1) Sifat malas dan kurangnya minat santri, (2) Kurangnya tenaga pengajar ahli, (3) Kurangnya modal, (4) Peraturan yang tidak tegas dan kurangnya kedisiplinan santri, (5) Kurangnya tingkat kecerdasan dan kepemahaman santri, (6) Kurangnya perhatian santri saat pendidikan diberikan, (7) Perbedaan latar belakang santri.

Persamaan antara kedua penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti dan membahas tentang Life Skill atau Keahlian Hidup dan juga membahas tentang kemandirian yang harus dimiliki oleh santri.

27 Muhammad Zakiannur Rida, “Model Pendidikan Life Skill dalam Membentuk Santri Mandiri Pondok Pesantren Islamic Study Center (ISC) Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul.”, (Tesis Universitas Islam Indonesia, 2018).

(43)

Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu oleh M. Zakiatur Rida dengan penelitian ini yaitu penelitian terdahulu yang diteliti oleh M.

Zakiatur Rida dalam konteks pembahasan penelitiannya adalah model / metode pendidikan life skills yakni dengan ceramah, sedangkan pada penelitian ini membahas implementasi pendidikan kecakapan hidup dalam berbagai kegiatan di pesantren untuk meningkatkan kemandirian santri.

Kesembilan, penelitian Jamal Ripani dengan judul Manajemen Strategi Pelaksanaan Life Skills Santri di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjar Baru.28 Terdapat tiga fokus permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu : (1) bagaimana manajemen life skills santri di pondok pesantri Darul Ilmi Banjarbaru. (2) bagaimana strategi pelaksanaan life skills santri di pondok pesantren Darul Ilmi. (3) bagaimana problematika pondok pesantren Darul Ilmi dalam melaksanakan manajemen life skills santri. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan cara melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi berjalan tanpa ada peraturan yang khusus mengatur tentang pendidikan life skills. Pendidikan life skills dilaksanakan dengan mengacu kepada visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren Darul Ilmi.

Strategi yang dilaksanakan dalam melaksanakan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi adalah dengan cara menanamkan minat santri, mengatur pelaksanaan kegiatan, menambah sarana yang mendukung terhadap

28 Jamal Ripani, “Manajemen Pelaksanaan Life Skills Santri di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjar Baru”, (Tesis IAIN Antasari Banjarmasin, 2016).

(44)

pendidikan life skills. Problem yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan life skills antara lain : sarana yang kurang lengkap untuk kegiatan pendidikan life skills, waktu kegiatan santri yang sangat padat dan belum adanya aturan dari Pondok Pesantren Darul Ilmi yang mengatur tentang pendidikan life skills.

Persamaan antara penelitian terdahulu oleh Jamal Ripani dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti dan membahas tentang pelaksanaan Life Skill dilingkungan pondok pesantren.

Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah Penelitian terdahulu membahas tentang manajemen/ pengelolaan dengan metode pebelitian kualitatif jenis peneltian. Sedangkan penelitian ini Penilitian ini membahas tentang implementasi/ pelaksanaan dan menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian Field Research atau penelitian deskriptif.

Kesepuluh, Ayu Nur Syaumi29 dengan jurnal yang berjudul Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Dalam Pembelajaran Sains Di Sd/Mi. Jurnal ini ditulis dengan beberapa keresahan oleh penulis salah satunya adalah semakin butuhnya pendidikan di Indonesia memasukkan pendidikan kecakapan hidup (Skill Life Education). Hal itu bisa dilihat bahwa sejauh ini dalam perkembangan pendidikan di Indonesia masih menonjolkan kualitas kemampuan teoritis akademik. Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup maka peserta didik bukan mampu memaksimalkan keahlian mereka yang telah

29 Ayu Nur Syaumi, “Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Dalam Pembelajaran Sains Di Sd/Mi” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar : TERAMPIL, Volume 2 Nomor 2 Desember 2015 p-ISSN 2355-1925

(45)

diasah dan kelak bisa dijadikan acuan untuk meneruskan keahlian itu ditempat lain. Jurnal ini membahas pertama, tentang pendidikan life skills kemudian yang kedua membahas tentang pembelajaran IPA (Saintific) kemudian diteruskan yang ketiga membahas tentang hakikat pendidikan IPA. Ketiga itu dikupas tuntas oleh penulis yang kemudian memberikan kesimpulan bahwa implementasi pendidikan life skill pada pembelajaran IPA perlu ditingkatkan mengingat IPA mempunyai bahasan-bahasan yang mana nanti salah satu bahasan itu bisa dikembangkan diluar sekolah, serta harapannya bisa menjadikan kemampuan mereka dalam menghadapi dunia kerja.

Persamaan antara penelitian terdahulu dari Jamal Ripani dengan penelitian ini adalah keduanya sama-sama meneliti dan membahas tentang Life Skill Education atau pendidikan kecakapan hidup.

Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah jika penelitian terdahulu membahas tentang pentingnya penerapan pendidikan kecakapan hidup dalam kawasan sekolah. Sedangkan penelitian ini membahas penerapan pendidikan kecakapan hidup dalam lingkup pondok pesantren.

Secara singkat, berikut peneliti petakan tentang persamaan dan perbedaan dalam penelitian terdahulu dengan penelitian ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama/Judul/

Tahun Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Djepein E.

Hulawa, Literasi Abad modern dalam

Pertama,

pendidikan Islam sangat mendukung upaya pendidikan

Membahas pembentukan kompetensi atau keahlian

Penelitian terdahulu

pembahas literasi abad modern dan

Gambar

Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu  No.  Nama/Judul/
Gambar 4.2 Pembacaan Qolbul Qur’an
Gambar 4.3 Pembacaan Ratibul Haddad
Gambar 4.4 kegiatan Muhadzarah
+7

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL ) PADA ANAK AUTIS DI SD MUHAMMADIYAH 9

Warga belajar yang sebaiknya dilibatkan dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup pada daerah pen seperti pada PKBM Nurul Huda yaitu memiliki sikap terhadap life skills

Pertama, pelaksanaan kegiatan program pelatihan kecakapan hidup (life skills) rias pengantin dirasakan atas kebutuhan dari warga belajar, sehingga dalam mengikuti

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praksis dapat membekali peserta didik dalam

tujuan dari pengadaan program pembinaan kecakapan hidup otomotif roda dua di Pondok Pesantren Darul hikam adalah : 1). memberdayakan lembaga pendidikan pedesaan dalam spectrum yang

Pendidikan kecakapan hidup ( life Skill education ) adalah upaya mempersiapkan generasi muda didalam menghadapi perubahan yang sangat cepat sehingga mereka mampu

Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill Education) Program pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill) melalui pendekatan pendidikan berbasis luas (Broad

Kecakapan hidup juga sebagai kecakapan untuk dapat mempertahankan hidup selain kecakapan untuk berorientasi ke jalur akademik.3 Kecakapan hidup life skill sebagai kecakapan yang harus