• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa dalam Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup pada PKBM di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa dalam Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup pada PKBM di Kabupaten Bogor"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DESA

DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP

PADA PKBM DI KABUPATEN BOGOR

LINA ASNAMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa dalam Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup pada PKBM di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Lina Asnamawati

NIM I351120051

(3)

RINGKASAN

LINA ASNAMAWATI. 2014. Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa dalam Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup pada PKBM di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh: NINUK PURNANINGSIH sebagai Ketua Komisi, dan SOENARMO J. HATMODJOSOEWITO sebagai Anggota Komisi.

Pendidikan kecakapan hidup merupakan hal penting yang harus dimiliki masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan praktis dibidang pekerjaan tertentu. Kemiskinan yang terjadi karena masyarakat kurang memiliki keterampilan kerja, sehingga perlu diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan peluang kerja mandiri. Keberhasilan pendidikan kecakapan hidup terlihat dari output yaitu masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk peluang kerja mandiri. Keberhasilan pendidikan kecakapan hidup ditentukan keterlibatan masyarakat secara langsung dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil kegiatan. Masyarakat akan berpartisipasi dalam sebuah kegiatan jika sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat, dan ketersediaan sumberdaya. Kegiatan yang sesuai kebutuhan akan berkelanjutan sehingga masyarakat mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk dirinya sendiri dan dapat digunakan untuk mengajarkan kepada masyarakat sekitarnya.

Penelitian menggunakan metode survey. Lokasi penelitian pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ada di Kabupaten Bogor. PKBM Nurul Huda yang berada di Desa Cibitung Tengah dan PKBM Jelita yang ada di Desa Kota Batu. Sebagai salah satu penyelenggara kegiatan pendidikan kecakapn hidup.

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat yang mencakup tingkat pendidikan formal, sikap terhadap life skills, tingkat pengetahuan tentang

life skills, dan pengalaman life skills sebelumnya. Faktor eksternal berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup adalah pendampingan oleh fasilitator.

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup dilakukan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil. Partisipasi tersebut pada tahap tokenism yaitu masyarakat memberikan masukan terhadap program yang dibuat, serta masyarakat diberikan informasi oleh PKBM tentang suatu program. Hal tersebut karena pihak PKBM memiliki peranan yang besar untuk mengatur kegiatan pendidikan kecakapan hidup.

(4)

oleh masyarakat digunakan sebagai salah satu strategi nafkah untuk memperoleh penghasilan tambahan.

Kata kunci : masyarakat , tingkat partisipasi, pendidikan kecakapan hidup

SUMMARY

(5)

The life skill education is one important thing that should be had by the society in order to get knowledge and pratical skill for the special job. The poverty happened in indonesia because the societies have less skill for their jobs so that they must be given knowledge and skill for increasing the oppurtunity of autonomy work.

The sucessful of the life skills could be seen from output of society. The out puts are societies have knowledge and skill that they can be used their skill for the oppurtunity of autonomy work. The sucessfull of the life skill is also directly determined by the society that based in planning,operating,evaluating and advantages of their activities. The society will participate in the activity if it is suitable with their need, interest,talent, and human resource. The activities that based on their need will be continued untill they will be able to apply knowledge and skill that they get for themselves and able to teach for surrounding society.

This research used survey method. The location of the research is the learning center society (pkbm) in bogor regency. PKBM Nurul Huda is located in Cibitung Tengah village and PKBM Jelita is located in Kota Batu village. As one of the operation life skill activities.

The involved societies in life skill activities were done by themselves. They were affected by internal and external factors. All of the internal factors affected to the participation of societies that involved external factors affected to the level of formal, attitude of the life skills, the level of knowledge about life skills, functional skills, the previous experience life skills whereas. External factor had affected to the level participation of society that involved facilitators.

The involved society of learners in the life skill activities is a process for planning, operating,evaluating and advantages of the result activities as the tokenism level, in this level, the society are given information about a decision because PKBM owners have big roles to manage the life skill education activities.

The level participation of society affected to the succesfull of life skill in changing of behavior. The changing of behavior has correlation with the private skill and academic skill. The changing of attitude behavior has also correlation with the social skill and the skill correlate to vocational skill. The life skill that was got by the learners, it will be used as one of the strategies to increase income.

(6)
(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)
(10)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DESA

DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP

PADA PKBM DI KABUPATEN BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(11)
(12)

Judul Tesis : Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa dalam Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup pada PKBM di Kabupaten Bogor

Nama : Lina Asnamawati NIM : I351120051

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi Ketua

Dr Soenarmo J Hatmodjosoewito, MEd Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 05Agustus 2014

(13)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan berkah-Nya, penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian tentang Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa dalam Pendidikan Kecakapan Hidup sangat diperlukan untuk mendalami keterlibatan masyarakat terhadap upaya pembenahan kondisi masyarakat dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi.

Tesis yang berjudul “Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa dalam Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup pada PKBM di Kabupaten Bogor” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Magister Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor.

Penelitian disusun atas bimbingan Dr Ir Ninuk Purnaningsih,M.Si sebagai Ketua dan Dr. Soenarmo J. Hatmodjosoewito,M.Ed sebagai Anggota. Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan Ibu-Bapak Komisi Pembimbing.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Universitas Terbuka atas kesempatan tugas belajar dan beasiswa yang telah diberikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada warga belajar dan pengurus pada PKBM Nurul Huda di Desa Cibitung Tengah, kecamatan Tenjolaya serta PKBM Jelita di Desa Kota Batu, Kecamatan Ciomas.

Ungkapan terima kasih dan penghargaan kepada Dede Sugiana, S.Kom.I suami tercinta yang selalu sabar membimbing setiap langkah perjuangan ini. Kepada anakku tercinta Azzam Jihaddien yang selalu memberikan semangat. Teristimewa kepada ayahanda tercinta H. Soleh Mansyur dan alm. Hj. Siti Asiah yang telah membesarkan dan mendidik penulis sehingga bisa menempuh pendidikan tinggi seperti ini. Serta kepada Kakak, Adik, dan saudara-saudara tercinta atas dukungannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan ilmu penyuluhan pembangunan dan Universitas Terbuka UPBJJ Bengkulu atas dukungan yang diberikan.

Bogor, Agustus 2014

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Partisipasi Masyarakat Desa 7

Pemberdayaan Masyarakat Desa 16

Pendidikan Kecakapan Hidup dan Strategi Pola Nafkah 17

Penyuluhan dan Kelembagaan PKBM 20

Kerangka Berfikir dan Hipotesis 21

METODE PENELITIAN 24 Rancangan Penelitian 24 Lokasi dan Waktu Penelitian 24 Populasi dan Sampel 24 Teknik Pengumpulan Data 25

Data dan Pengukuran 26

Pengolahan dan Analisis Data 26

Analisis Data Uji Validitas dan Realibilitas 27

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 28 Profil PKBM 28 Faktor-Faktor Pendorong Partisipasi 37 Tingkat Partisipasi Masyarakat 47

Keberhasilan Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup 54

Perbandingan Karakteristik dan Tingkat Keberhasilan 57

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Partisipasi 61

Pengaruh Tingkat Partisipasi terhadap Keberhasilan PKH 66

SIMPULAN DAN SARAN 69

Simpulan 69

Saran 69

DAFTAR PUSTAKA 70

RIWAYAT HIDUP 75

(15)

DAFTAR TABEL

1. Anak tangga dan tingkat kelompok partisipasi masyarakat 11

2. Populasi dan sampel penelitian 25

3. Hasil uji validitas kuesioner 28 4. Hasil uji reliabilitas kuesioner 28 5. Gambaran umum Desa Cibitung Tengah dan Kota Batu 33 6. Distribusi jumlah penduduk 33

7. Distribusi penduduk Cibitung Tengah dan Kota Batu berdasarkan umur 34 8. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan 34 9. Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian 35 10. Sarana dan prasarana Desa Cibitung Tengah dan Kota Batu 36 11. Bentuk kelembagaan formal Desa Cibitung Tengah dan Kota Batu 37 12. Persentase warga belajar berdasarkan umur 38 13. Persentase warga belajar berdasarkan pendidikan formal 39 14. Persentase warga belajar berdasarkan pendidikan non formal 40 15. Persentase warga belajar berdasarkan sikapm 40 16. Persentase warga belajar berdasarkan motivasi 41

17. Persentase warga belajar berdasarkan tingkat pengetahuan 42 18. Persentase warga belajar berdasarkan keterampilan fungsional 42 19. Persentase warga belajar berdasarkan pengalaman sebelumnya 43 20. Persentase warga belajar berdasarkan manajemen kegiatan 44

21. Persentase warga belajar tentang pendampingan oleh fasilitator 45 22. Persentase warga belajar tentang peran pemimpin 46 23. Persentase berdasarakan sarana dan prasarana 47 24. Kategori partisipasi dalam pendidikan kecakapan hidup 54 25. Persentase pengetahuan warga belajar 55 26. Persentase sikap warga belajar 56 27. Persentase keterampilan warga belajar 57

28. Hasil uji beda Mann Whitney terhadap faktor internal 58

29. Hasil uji beda Mann Whitney terhadap faktor eksternal 59

30. Hasil uji beda Mann Whitney terhadap tingkat partisipasi 60

31. Hasil uji beda Mann Whitney terhadap keberhasilan PKH 61 32. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi 62

33. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi 65

34. Hasil analisis regresi linier sederhana 67

(16)

DAFTAR GAMBAR

1. Paradigma kerangka berpikir 22

2. Tingkat partisipasi warga belajar dalam perencanaan kegiatan PKH 49 3. Tingkat partisipasi warga belajar dalam pelaksanaan kegiatan PKH 50 4. Tingkat partisipasi warga belajar dalam evaluasi 51 5. Tingkat partisipasi warga belajar dalam menikmati hasil 52

DAFTAR LAMPIRAN

1a Hasil uji regresi linier berganda 76

1b Hasil uji regresi linier sederhana 80

1c Hasil beda mann whitney 83

2a Tingkat kelompok partisipasi dalam perencanaan kegiatan PKH 86 2b Tingkat kelompok partisispasi dalam pelaksanaan kegiatan PKH 86 2c Tingkat kelompok partisispasi dalam evaluasi kegaiatan PKH 86 2d Tingkat kelompok partisipasi dalam menikmati hasil 86

3 Kasus-kasus warga belajar 87

4 Nama-nama lembaga PKBM 90

(17)
(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan kecakapan hidup merupakan hal penting yang harus dimiliki masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan praktis dibidang pekerjaan tertentu. Pendidikan kecakapan hidup merupakan proses untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat memberikan bekal keterampilan yang praktis, dapat digunakan untuk mencari kerja, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industry yang ada di masyarakat Anwar (2004). Menurut Brolin (1989) mengatakan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan yang memberikan bekal keterampilan sehingga seseorang dapat hidup mandiri, pendidikan yang dimiliki yaitu kecakapan sehari-hari, kecakapan pribadi dan kecapakan untuk bekerja.

Pendidikan kecakapan hidup merupakan kemampuan komunikasi secara efektif, kemampuan mengembangkan kerjasama, melaksanakan peranan sebagai warga negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan serta kecakapan untuk bekerja (Anwar 2004). Tujuan pendidikan kecakapan hidup untuk memajukan dan memberdayakan masyarakat. Pendidikan kecakapan hidup dilakukan dengan cara memberikan ilmu, melatih bakat, minat, wawasan, keterampilan serta motivasi untuk berwirausaha. Kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menciptakan peluang kerja mandiri, baik disektor formal maupun informal, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya.

Masyarakat memerlukan pendidikan kecakapan hidup untuk melengkapi pendidikan dasar yaitu wajib belajar sembilan tahun dari mulai sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah menengah pertama (SMP). Pendidikan dasar proses untuk mengubah pengetahuan, keterampilan, sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakannya melalui upaya pengajaran yang mencakup baca, berhitung dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah yang mendasar (Djamahari 2000). Pendidikan merupakan proses mendidik, memelihara dan memberi latihan agar seseorang memperoleh pengetahuan serta pemahaman yang diperlukan. Pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu: memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (Depdikbud 1996). Syah (2002) mengatakan bahwa pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

(19)

2

Data Badan Pusat Statistik (2012) mengatakan bahwa jumlah penduduk miskin mencapai 28,59 juta orang. Kemiskinan mencakup berbagai aspek kehidupan. Kemiskinan menurut Friedman (Suyanto 2001) zmeliputi: (1) modal produktif atas asset, misalnya tanah perumahan, peralatan, dan kesehatan; (2) sumber keuangan, seperti income dan kredit yang memadai; (3) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama, seperti koperasi; (4) network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan keterampilan yang memadai; (5) informasi-informasi yang berguna untuk kehidupan. Kategori masyarakat miskin yaitu masyarakat yang berpenghasilan perbulan Rp. 233.000,- (BPS 2012).

Pendidikan kecakapan hidup diperlukan untuk mengurangi jumlah masyarakat miskin yang tidak memiliki bekal keterampilan memadai untuk bekerja. Kemiskinan yang ada di negara Indonesia hampir merata disetiap daerah, termasuk juga masyarakat Kabupaten Bogor pada Tahun 2012 jumlahnya 424.31 ribu jiwa (BPS 2012). Jumlah penduduk miskin ini sebagian besar bertempat tinggal di Desa. Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang juga menghadapi hal yang sama, berbagai pengentasan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, namun penduduk miskin di Indonesia masih cukup tinggi, khusus bagi penduduk yang tinggal di Desa. Jumlah penduduk miskin di pedesaan Maret 2012 sebanyak 18.48 juta orang ( BPS 2012).

Kondisi masyarakat miskin di desa disebabkan oleh kekurang mampuan pada tingkat kebutuhan-kebutuhan budaya (adat, upacara-upacara, moral dan etika), atau pada tingkat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial (pendidikan, berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama) atau pada tingkat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar (makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal atau rumah, kesehatan dan sebagainya) (Suparlan 1984).

Jumlah kemiskinan dapat dikurangi dengan memberikan pendidikan kecakapan hidup pada masyarakat yang diarahkan pada upaya pengentasan kemiskinan dan upaya memecahkan masalah pengangguran. Pemilihan keterampilan yang akan diberikan kepada masyarakat didasarkan akan kebutuhan masyarakat, potensi lokal, dan kebutuhan pasar, diharapkan memberi manfaat yang baik bagi masyarakat. Pendidikan kecakapan hidup sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam hal mengurangi penggangguran, menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain dan mengurangi kesenjangan sosial. Masyarakat yang memiliki pendidikan kecakapan hidup dengan berbagai keterampilan yang dimiliki dapat menjadi bekal untuk mencari pekerjaan dan pendapatan.

(20)

3 sebagainya. Pendidikan tersebut disinkronkan dengan kondisi sosial budaya lingkungan sekitar.

Pendidikan kecakapan hidup yang dilakukan pada jalur pendidikan non formal dapat dilakukan pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, industry kecil serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Menurut Anwar (2004) program pendidikan kecakapan hidup pada jalur non formal mencakup empat bidang yaitu: (1) Bidang teknologi meliputi perkayuan dan teknologi pendingin; (2) Bidang pariwisata meliputi usaha jasa pariwisata, perhotelan, tata boga, tata kecantikan rambut dan busana; (3) Bidang pertanian meliputi: budidaya tanaman, budidaya ternak, dan budidaya ikan; (4) Bidang seni dan kerajinan meliputi: kerajinan tekstil, kerajinan logam dan kayu.

Kegiatan pendidikan kecakapan hidup mendapatkan dukungan pemerintah dengan diberlakukan Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 26 ayat 3 menyebutkan pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup (life skills), pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, serta pendidikan lain yang ditunjukkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri. Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup. Depdiknas (2002) mengatakan bahwa pendidikan kecakapan hidup yaitu masyarakat bukan hanya memiliki keterampilan tertentu, namun harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, dan mempergunakan teknologi.

Pendidikan kecakapan diterapkan di semua jalur dan jenjang pendidikan. Menurut Muljono dan Hanafi (2009) menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup di PKBM Al-Wathoniyah yang berupa kecakapan hidup seni ukir, jahit-menjahit, pembuatan rengginang, pembuatan roti bolu untuk menciptakan peluang kerja. Keberhasilan program tersebut karena dukungan dari pemerintah, pesantren tempat penyelenggaraan serta adanya ketersediaan dana dan pendamping. PKBM Al-Wathoniyah memiliki kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program berupa program belum tersosialisasikan dengan baik, jenis keterampilan tidak sesuai dengan kebutuhan, dan kualitas pendamping kurang memadai.

(21)

4

meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja pengrajin sandal.

Hal yang sangat penting dalam penyelengaraan pendidikan kecakapan hidup (life skills) terdapat partisipasi aktif dari masyarakat untuk mengikuti program tersebut. Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dalam pelaksanaan program melalui sumbangan pemikiran serta dalam pemanfaatan dan evaluasi pelaksanaan program (Cohen dan Uphoff 1977). Partisipasi aktif dalam pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani dengan indikator-indikator: peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruksif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah sosial, dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampu memadukan nilai-nilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).

Masyarakat melakukan partisipasi terdiri atas tiga hal menurut Tjokroamidjojo (1995) yakni komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang dapat membangun partisipasi dan tingkat pendidikan yang memadai. Partisipasi masyarakat menjadi salah satu pendorong keberhasilan dari sebuah program atau kegiatan. Pembangunan sebagai suatu kegiatan yang terus menerus memerlukan adanya partisipasi masyarakat, pada umumnya masyarakat memiliki keterbatasan modal, pengetahuan dan keterampilan serta belenggu adat istiadat yang kurang menguntungkan dalam pembangunan (Soehoed, 1993).

Partisipasi sangat penting diperlukan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu partisipasi aktif masyarakat terlihat dari tingkat partisipasi masyarakat Pancoran Mas sangat tinggi yaitu sebesar 72.89% dalam mendukung keberhasilan kegiatan ekonomi dari program P2KP, keberhasilan partisipasi masyarakat yang cukup tinggi dipengaruhi oleh beberapa indikator yaitu: sosialisai P2KP kepada masyarakat, pengorganisasian kelompok, tersedianya aset usaha yang dimiliki anggota, pendampingan oleh fasilitator (Elida 2008).

Pendidikan kecakapan hidup sangat penting dilakukan untuk membangun untuk menanggulangi kemiskinan yang ada. Pendidikan kecakapan hidup diperuntukkan bagi warga masyarakat putus sekolah, menganggur dan kurang mampu. Pembangunan merupakan tindakan masyarakat yang didukung oleh pemerintah untuk memajukan masyarakat . Pendidikan kecakapan hidup dalam penelitian ini berkaitan dengan upaya untuk mendidik dan melatih warga masyarakat yang dilakukan pada jalur non formal.

(22)

5 PKBM terdapat diberbagai tempat di Indonesia termasuk juga PKBM yang ada di Kabupten Bogor. Perkembangan PKBM di Kabupaten Bogor cukup berhasil untuk memberdayakan masyarakat. Berdasarkan data dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten bogor tahun 2013 jumlah PKBM di 41 kecamatan terdapat 90 PKBM yang ada di Kabupaten Bogor. Kegiatan Pendidikan kecakapan hidup yang dilakukan oleh PKBM berbentuk pelatihan, pelatihan merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk membangun pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki (Hidayat dan Syamsulbahri 2001). PKBM terbaik yang telah memperoleh beberapa penghargaan karena keberhasilan dalam kegiatan menurut data Dinas Pendidikan Nasional di Kabupaten Bogor dalam pengelenggaraan Paket B dan Paket C serta penyelenggara kegiatan pendidikan kecakapan hidup bagi masyarakat desa yang ada di sekitar PKBM. PKBM terbaik di Kabupaten Bogor termasuk PKBM jelita di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas dan PKBM Nurul Huda di Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Tenjolaya. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti mengenai tingkat partisipasi masyarakat desa dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup.

Perumusan Masalah

Kemiskinan yang terjadi pada masyarakat karena masyarakat tidak memiliki pendidikan dan keterampilan yang memadai untuk memperolah pendapatan. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan sumber bahan untuk kebutuhan pokok, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global yang perlu penanganan yang serius untuk menyelesaikannya. Permasalahan kemiskinan dapat diatasi dengan memberikan kecakapan hidup bagi masyarakat.

Kondisi sekarang ini, lembaga pendidikan semakin bertambah. Jumlah pengangguran pada saat ini masih tinggi, jumlah pengangguran hingga agustus 2013 sebesar 7.39 juta orang. Hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang dilakukan kurang memberikan bekal hidup atau keterampilan untuk hidup produktif. Kegiatan pelatihan yang diberikan untuk masyarakat dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta seperti Lembaga pelatihan kurang mampu meningkatkan kompetensi kerja sumberdaya manusia. Kegiatan yang dilakukan kurang berhasil disebabkan kurang motivasi dan partisipasi peserta dan materi yang diberikan tidak berdasarkan kebutuhan peserta. Penyelenggaraan pelatihan kurang sistematis dikelola oleh lembaga yang bersifat top down, jumlah peserta terbatas, orang yang bisa akses terbatas pada orang-orang yang memiliki kedudukan di masyarakat, biaya pelatihan mahal, terlalu bersifat formal. Bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak memungkinkan untuk peserta dengan kemampuan dan kecepatan proses pembelajaran yang beragam, dan bersifat pasif.

(23)

6

berpartisipasi aktif, serta kegiatan yang bersifat informal dimana pendidikan atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarakat. Kegiatan pendidikan kecakapan hidup memerlukan partisipasi agar masyarakat bersedia merubah perilaku yang lebih baik dan mampu mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Perubahan perilaku masyarakat berupa perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan perilaku jika dikaitkan dengan kecakapan hidup bahwa perubahan pengetahuan mencakup kecakapan pribadi dan akademik, perubahan sikap mencakup kecakapan sosial, dan perubahan perilaku keterampilan mencakup kecakapan vokasional. Masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan yang memadai dapat menjadi bekal masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan pendapatan.

Penyuluhan diperlukan agar proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup menjadi lebih mudah. Menurut Van den Ban dan Hawkins (2001) istilah penyuluhan berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Peranan yang dapat diberikan oleh penyuluh yaitu dalam hal menyebarkan informasi-informasi yang diperlukan oleh masyarakat. Menurut Rogers dan Schoemaker (1986) peranan yang dijalankan oleh agen pembaharu dalam menyebarkan inovasi antara lain: membangkitkan kebutuhan untuk berubah, mengadakan hubungan untuk perubahan, mengidentifikasi masalah sasaran, memotivasi dan merencanakan tindakan perubahan.

Pendidikan kecakapan hidup dilakukan diberbagai tempat, salah satunya oleh PKBM yang ada di desa yang cukup berhasil melaksanakan kegiatan tersebut. Pada tahun 2013 terdapat 90 PKBM yang ada di Kabupaten Bogor. Terdapat PKBM yang terbaik dibandingkan PKBM lainnya yaitu PKBM jelita di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas dan PKBM Nurul Huda di Desa Cibitung Tengah di Kecamatan Tenjolaya. PKBM tersebut pernah menjadi PKBM terbaik dalam penyelenggaraan paket B dan Paket C serta program Pendidikan Kecakapan hidup bagi masyarakat desa. Keberadaan PKBM tersebut dalam memberdayakan masyarakat desa melalui kegiatan pendidikan kecakapan hidup bertujuan meningkatkan kehidupan masyarakat dan memiliki usaha kecil yang sesuai dengan sumber daya lokal yang ada. Berdasarkan data Perda Rt Rw Kabupaten Bogor bahwa kecamatan Tenjolaya dan kecamatan Ciomas diperuntukkan sebagai daerah lahan untuk persawahan, tanaman tahunan, peternakan unggas, kegiatan jasa perdagangan dan industri kecil berbasis bahan baku dan tenaga kerja lokal (Ciptakarya 2014). Kegiatan yang dilakukan PKBM Jelita dan Nurul Huda berkaitan dengan sumber daya lokal yang ada di desa tersebut.

(24)

7 1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat desa dalam kegiatan

pendidikan kecakapan hidup?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat desa dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup?

3. Bagaimana pengaruh antara tingkat partisipasi masyarakat desa dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup dengan keberhasilan kegiatan pendidikan kecakapan hidup?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk perbaikan masyarakat desa yang ada di Kabupaten Bogor dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan kecakapan hidup. Oleh karena itu tujuan penelitian melingkupi:

1. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat desa dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat desa dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup

3. Menganalisis pengaruh antara tingkat partisipasi masyarakat desa dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup dengan keberhasilan kegiatan pendidikan kecakapan hidup

Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat dalam rangka:

1. Menambah khasanah praktek penyuluhan dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup pada masyarakat .

2. Memberikan masukan kepada pihak-pihak lembaga sosial, penyelenggara pendidikan non formal seperti PKBM dan lainnya dalam meningkatkan kegiatan pendidikan kecakapan hidup yang dibutuhkan bagi masyarakat

3. Memberikan bahan masukan kepada pemerintah dalam pembuatan kebijakan yang sesuai dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup

TINJAUAN PUSTAKA

Partisipasi Masyarakat

(25)

8

sebagai cara untuk memanfaatkan sumberdaya, menggerakan dan melibatkan masyarakat (Ife dan Tesoriero 2006)

Konsep partisipasi menjadi bagian yang sangat penting untuk dikaji, adapun kajian mengenai kata partisipasi dan partisipatoris menurut FAO (Mikkelsen 2001), terdapat beberapa konsep penting mengenai partisipasi yaitu:

a. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

b. Partisipasi adalah suatu proses aktif yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

c. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

d. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial

e. Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Tjokroamidjoyo (1995) mengatakan bahwa partisipasi memiliki beberapa tahap yaitu: (1) keterlibatan dalam proses menentukan tujuan, strategi dan kebijakan pembanguanan: (2) keterlibatan untuk bertanggung jawab dalam kegiatan pembangunan; dan (3) keterlibatan mendapatkan hasil dan manfaat pembangunan. Berkaitan dengan partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) pengertian partisipasi merupakan istilah deskriptif yang menunjukkan keterlibatan beberapa orang dengan jumlah signifikan dalam berbagai situasi atau tindakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.

Berdasarkan definisi partisipasi diatas bahwa partisipasi merupakan upaya pengembangan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dengan keterlibatan sukarela, mengambil insiatif, dialog kepada masyarakat, melaksanakan, melesetarikan yang menunjukkan keterlibatan beberapa orang dalam situasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Bentuk-Bentuk dan Jenis-Jenis Partisipasi

Menurut Cohen dan Uphoff (1977) untuk jenis partisipasi dibagi menjadi empat yakni: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan (perencanaan), (2) partispasi dan pelaksanaan, (3) partisipasi dalam evaluasi, dan (4) menikmati hasil. Menurut Daniel et.al (2008) bentuk-bentuk partisipasi berupa: (1) masyarakat bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dari program pemerintah; (2) anggota masyarakat ikut menghadiri pertemuan-pertemuan perencanaan, pelaksanaan dan pengkajian ulang proyek namun sebatas mendengar dan (3) anggota masyarakat terlibat aktif dalam pengambilan keputusan yang meliputi perencanaan sebuah program, pelaksanaan, pengawasan dan monitoring

(26)

9 1. Partisipasi dalam perencanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk penyediaan dana, pengadaan sarana, dan korbanan waktu/tenaga sejak persiapan kegiatan, pelaksanaan dan setelah pelaksanaan kegiatan yang berupa pemeliharan hasil-hasil kegiatan.

3. Partisipasi dalam pengendalian kegiatan monitoring, pengawasan, dan evaluasi yaitu keterlibatan warga masyarakat dalam bentuk: penyusunan pedoman pengendalian (melalui survey partisipatif), pengumpulan data (melalui survey partisipatif, dan penilaiannya (melaui penilaian partisipatif).

4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam bentuk pemanfaatan hasil kegiatan.

Jenis-jenis partisipasi menurut Dusseldorf (Mardikanto 1988) terdiri dari: 1. Partisipasi Bebas yaitu peran serta yang dilandasi rasa sukarela untuk

mengambil bagian dalam suatu kegiatan. Partisipasi bebas dibedakan yaitu (a) partisipasi spontan yaitu peran serta yang tumbuh secara spontan dari keyakinan sendiri tanpa ada pengaruh dari pihak lain; (b) partisipasi terinduksi yaitu peran serta sukarela tumbuh karena terpengaruh oleh bujukan dari pihak lain.

2. Partisipasi Paksaan yaitu peran serta yang dilakukan karena rasa tertekan. Partisipasi paksaan dibedakan yaitu (a) partisipasi oleh hukum atau aturan yaitu ikut serta dalam kegiatan yang diatur oleh hukum dan aturan yang bertentangan dengan keyakinan; (b) partisipasi karena keadaan sosial ekonomi yaitu berperan serta karena kegiatan tertentu; (c) partisipasi karena kebiasaan suatu bentuk peran serta yang dilakukan karena kebiasaan tertentu, seperti kebiasaan dalam keagamaan ataupun kepercayaan tertentu.

Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tingkat partisipasi dianalisis menggunakan Teori Arnstein (1969) yang terdiri dari delapan tingkatan, yaitu:

1. Tahap manipulasi (manipulation) adalah partisipasi yang tidak perlu menuntut respon partisipan untuk terlibat banyak. Pengelola program akan meminta orang yang berpengaruh untuk mengumpulkan tanda tangan warga sebagai wujud kesediaan.

2. Tahap terapi (theraphy) adalah tahapan partisipasi dimana terjadi kegiatan dengar pendapat antara masyarakat dan pemilik namun pendapat dari masyarakat tidak akan mempengaruhi kebijakan kegiatan. Pada level ini ada komunikasi namun bersifat terbatas.

(27)

10

diberikan kepada masyarakat tapi masyarakat tidak diberikan kesempatan melakukan tanggapan balik.

4. Tahap konsultasi (consultation) adalah masyarakat diberikan pendampingan dan konsultasi dari semua pihak sehingga pandangan-pandangan diberitahukan dan ditetapkan dan tetap dilibatkan dalam penentuan keputusan. Pada tahap ini sudah ada penjaringan aspirasi masyarakat tapi belum ada jaminan apakah partisipasi akan dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi.

5. Tahap penenangan/konsiliasi (placation) adalah komunikasi telah berjalan baik dan sudah ada negosiasi antara masyarakat dan penyelenggara program. Namun penyelenggara program tetap menahan kewenangan untuk menilai usulan tersebut. Pada tahap ini ada suatu bentuk partisipasi dengan materi, artinya ketika akan muncul suatu konflik antara pemilik dan masyarakat, anggota komunitas diberikan insentif tertentu sehingga mereka segan berbicara untuk menentang kegiatan.

6. Tahap kemitraan (partnership) adalah partisipasi yang fungsional dimana semua pihak mewujudkan keputusan bersama (antara perusahaan, pemerintah dan komunitas) dalam suatu negosiasi. Suatu bentuk partisipasi yang melibatkan tokoh komunitas, warga masyarakat berdampingan dengan penyelenggara merancang sebuah program yang akan diterapkan pada masyarakat.

7. Tahap pendelegasian kekuasaan (delegated power) merupakan bentuk partisipasi yang aktif, dimana anggota komunitas melakukan perencanaan, implementasi dan monitoring. Anggota masyarakat diberikan kekuasaan untuk melaksanakan proposal bagi pelaksanaan program bahkan pembuatan proposal oleh masyarakat yang bersangkutan dengan program itu sendiri.

8. Tahap kontrol/pengawasan (citizen control) yaitu pada tahap ini sudah ada monitoring oleh masyarakat dan masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai kegiatan untuk kepentingan sendiri, yang disepakati bersama dan tanpa campur tangan pihak penyelenggara.

(28)

11

Tabel 1 Anak tangga dan tingkat kelompok partisipasi masyarakat dalam pembangunan partisipatif.

Urutan Tangga

partisipasi Hakekat kesetaraan Kategori partisipasi 1 Manipulasi Permainan oleh Pemerintah

Non-partisipasi 2 Terapi Sekedar agar masyarakat tidak

marah

3 Informasi Sekedar pemberituhan

searah/sosialisasi Partisipasi dorongan (tokenism)/Sekedar justifikasi agar masyarakat setuju 4 Konsultasi Masyarakat didengar, tapi

tidak selalu dipakai sarannya

5 Konsiliasi Saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan

6 Kemitraan Timbal balik dinegosiasikan Partisipasi berdasarkan

Masyarakat diberi kekuasaan (sebagian atau seluruh

program)

8 Kontrol oleh masyarakat

Sepenuhnya dikuasai oleh masyarakat

Sumber: Arnstein (1969)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Perilaku seseorang terhadap suatu objek diwujudkan dengan kegiatan partisipasi. Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi menurut Cohen dan Uphoff (1977) yaitu: (1) faktor fisik: faktor-faktor yang mempengaruhi produksi seperti curah hujan dan keadaan alam; (2) faktor ekonomi:ketersediaan tenaga kerja, modal kerja, transportasi dan komunikasi; (3) faktor politik: berbagai macam keputusan yang mempengaruhi partisipasi; (4) faktor sosial: strata yang mempengaruhi partisipasi dalam kegiatan; (5) faktor budaya: nilai-nilai yang dianut masyarakat; (6) faktor sejarah:sesuatu yang pernah dialami.

Menurut Pangesti (Santoso 1999) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang meliputi dua hal, yaitu :

a. Faktor internal yang mencakup ciri-ciri atau karakteristik individu meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, luas lahan garapan, pendapatan, pengalaman berusaha dan kosmopolitan

b. Faktor eksternal yang merupakan faktor di luar karakteristik individu meliputi hubungan antara pengelola dengan petani penggarap, pelayanan pengelola dan kegiatan penyuluhan.

Hal lain yang diungkapkan oleh Tjokroamidjojo (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari:

(29)

12

2. Faktor kepemimpinan dalam menggerakkan partisipasinya sangat diperlukan adanya pemimpin yang berkualitas;

3. Faktor pendidikan, dengan tingkat kependidikan yang memadai, individu/masyarakat akan dapat memberikan partisipasi yang diharapkan;

Menurut Sastropoetro (Santoso 1999) faktor yang mempengaruhi partisipasi menjadi tiga hal yaitu :

1. Keadaan sosial masyarakat yang meliputi tingkat pendidikan, pendapatan, kebiasaan dan kedudukan dalam sistem sosial.

2. Kegiatan program pembangunan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang dirumuskan dan dikendalikan oleh pemerintah.

3. Keadaan alam sekitar yang mencakup faktor fisik atau keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut.

Penelitian Muljono dan Hanafi (2009) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat terhadap program life skills yaitu tingkat kesejahteraan, tingkat ekonomi masyarakat, dan ketersediaan lapangan kerja. Selanjutnya berdasarkan penelitian Ramdhani dan Sumardjo (2006) bahwa seseorang berpengaruh untuk melakukan kegiatan dipengaruhi oleh faktor ekonomi, lingkungan fisik, lingkungan sosial, motivasi, pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Hasil penelitian Elida (2008) mengatakan bahwa indikator partisipasi masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan di perkotaan yaitu terdapat sosialisasi program kepada masyarakat, penggorganisasian kelompok, tersedia aset usaha, pendampingan oleh fasilitator, serta penyaluran dana usaha.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu, meliputi ciri-ciri atau karakteristik individu meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, pengalaman berusaha, kebiasaan, kedudukan, kebutuhan masyarakat, pengetahuan, keterampilan, sikap dalam sistem sosial, motivasi, kebiasaan dan kosmopolitan.m

Faktor eksternal yang berasal dari luar individu meliputi kepemimpinan dalam masyarakat, kebijakan, program pembangunan, dan keadaan alam sekitar, tingkat kesejahteraan, tingkat ekonomi, ketersediaan lapangan kerja, kondisi fisik masyarakat, lingkungan sosial, faktor politik, faktor sosial, sosialisasi program, penggorganisasian, pendampingan oleh fasilitator, penyaluran dana usaha, dan faktor sejarah.

Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarkat

Umur

(30)

13 30-50 tahun, dan masa tua yakni pada usia diatas 50 tahun. Hurlock (1980) mengelompokkan umur 13-17 tahun remaja awal, 18-21 remaja akhir, 21-40 tahun dewasa awal, 40-60 tahun setengah baya, masa tua umur 60 tahun ke atas.

Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Mulyasa (2002) bahwa pendidikan berperan dalam mewujudkan masyarakat berkualitas, kreatif, mandiri, profesional dalam berusaha. Slamet (2003) menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia. Usaha-usaha dalam pendidikan dasar yang dapat memberikan sumbangan dalam jangka panjang, bukan saja bagi produktivitas tetapi juga tujuan akhir pembangunan seperti kualitas keluarga dan kehidupan masyarakat, serta memperkuat masyarakat dan kebudayaan Umemoto (Ahmadi 2009). Ciri-ciri pendidikan formal (Sudjana 1983) yaitu Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk ke dalamnya kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.

Pendidikan Non Formal

Tarigan (2009) mengemukakan konsep pendidikan non formal yakni (1) pendidikan luar sekolah yang di dalamnya terdapat life skills merupakan usaha sadar untuk menyiapkan, meningkatkan, dan mengembangkan sumberdaya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya saing; (2) bertugas untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang siap menghadapi perubahan sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat; (3) memiliki ciri yang berkaitan dengan misi yang dibutuhkan segera dan praktis, tempatnya diluar kelas, merupakan aktivitas sampingan, lebih murah, serta persyaratan penerimaan lebih mudah; (4) bertujuan menjadikan peserta didik memiliki berbagai kemampuan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sasaran pendidikan non formal mencakup semua kelompok umur dan semua sektor masyarakat.

Supriatna (1997) menyebutkan bahwa pendidikan non formal dapat berupa penyuluhan, penataran, kursus, maupun bentuk keterampilan teknis yang lain dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan. Pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tepat seperti pada pendidikan formal di sekolah usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di luar sekolah.

(31)

14

nasional disebutkan bahwa: Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Satuan pendidikan non formal yaitu lembaga kursus,lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis ta‟lim serta satuan pendidikan yang sejenis.

Pengalaman

Menurut Osipow (1983) faktor pengalaman akan mempengaruhi dalam pemilihan kerja. Individu pernah melakukan kegiatan akan mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan pengertian tentang sesuatu yang telah terjadi. Hurlock (1980) pengalaman masa lampau yang telah dimiliki seseorang akan mempengaruhi kesiapan menerima pengetahuan baru. Menurut Padmowiharjo (1994) pengalaman sebagai suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan.

Sikap

Respon evaluatif apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan (Azwar 2013). Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi tertentu untuk membuat respons atau berperilaku dengan cara tertentu. Sikap memiliki fungsi manfaat (sarana untuk mencapai tujuan), fungsi pertahankan ego, mengekspresikan nilai, fungsi untuk memperoleh pengetahuan (Walgito 2003).

Motivasi

Menurut Handoko (1995) bahwa motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, menggerakan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Soewarno (1980) motivasi berarti dorongan yang berada dalam diri seseorang untuk mencapai tujuannya. Motivasi yang timbul dari dalam diri (intrinsik) dan berasal dari luar (ekstrinsik). Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menunjukkan bahwa timbulnya dorongan pada diri seseorang berasal dari kesadarannya sendiri. Motivasi ekstrinsik yaitu tindakan yang timbul karena dorongan atau rangsangan dari luar untuk melakukan kegiatan yang akan memberikan ganjaran tertentu.

Pengetahuan

(32)

15 kebenaran, pengetahuan dibedakan menjadi pengatahuan tentang informasi tertentu, menyangkut bagaimana melakukan sesuatu, serta pengalaman atau pengenalan pribadi (Keraf dan Dua 2001).

Keterampilan

Keterampilan merupakan keahlian khusus atau kemampuan yang dimiliki individu dalam melakukan kegiatan (Dimyati dan Muljono 2002). Keterampilan terdiri dari keterampilan dasar dan terintegrasi yaitu mengobservasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Keterampilan terintegrasi terdiri dari menggambarkan, mengolah data, menganalisa, merancang penelitian, melakukan eksperimen. Keterampilan merupakan cara-cara sangat dibutuhkan oleh seseorang untuk menjalankan aktivitas pekerjaan (Djamahari 2000).

Faktor-Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Partisipasi

Manajemen Kegiatan

Pengelolaan suatu kegiatan merupakan suatu bentuk aktivitas kegiatan mengatur dan mengurus kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan. Manajemen diartikan sebagai proses memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan (Sutanta 2003). Widoyoko (2010) komponen pengelolaan sumber daya mencakup komponen masukan meliputi: 1) sumber daya manusia, 2) sarana dan peralatan pendukung, 3) dana atau anggaran, dan 4) berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Manajemen memiliki peran terdiri dari yaitu peran antarpribadi meliputi memotivasi dan menjadi penghubung; peran informasional meliputi menerima, mengumpulkan, menyebarkan informasi; peran pengambilan keputusan meliputi membuat pilihan, penyelesaian gangguan (Robbins dan Coulter 2007).

Pendampingan oleh Fasilitator

Kegiatan pendampingan Nadjiyati et al. (1995) merupakan kegiatan pemberdayaan melalui upaya yang terus menerus (berkelanjutan) dan sistematis dalam menfasilitasi individu/ kelompok/ komunitas untuk mengembangkan diri mereka, memberikan keterampilan dalam mengatasi permasalahan dan membantu menyiapkan kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk masa depan mereka. Peran pendamping Nasdian (2006) mengkategorikan menjadi empat peranan:

1. Fasilitator

(33)

16

2. Pendidik

Memberikan pelatihan berdasarkan topik yang sesuai dengan kebutuhan anggota pengembangan masyarakat.

3. Utusan atau Wakil

Peranan ini berkaitan denga interaksi pekerja pengembangan masyarakat dengan lembaga-lembaga eksternal yang memberi keuntungan pada komunitas melalui penggunaan media, hubungan masyarakat, dan sharing pengetahuan dan pengalaman baik secara formal dan informal. 4. Teknikal

Proses pengembangan masyarakat perlu melibatkan keahlian dan teknik-teknik yang khas melakukan penguasaan beragam metode penelitian, penguasaan komputer, kemampuan menyampaikan informasi data, kemampuan mengelola program, dan pengawasan keuangan.

Peran Pemimpin

Orang yang menjadi panutan baik pemimpin formal (pamong ) maupun pemimpin informal (tokoh masyarakat). Tugas seorang pemimpim yaitu menggerakan, membimbing, mengawasi pekerjaan yang dilakukan agar dapat mencapai hasil yang optimal serta mempengaruhi orang lain agar mau berusaha mencapai tujuan (Kartono 1998). Gerungan (Walgito 2003) fungsi pemimpin memberikan struktur yang jelas, mengawasi perilaku anggotanya, mengendalikan perilaku anggota, serta menjadi juru bicara kelompok yang dipimpinnya.

Sarana dan Prasarana

Dimyati dan Muljono (2002) bahwa alat-alat penunjang, kondisi gedung mempengaruhi partisipasi seseorang dalam belajar. Alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik. Sarana segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi, sarana merupakan barang atau benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam pelaksanaan tugas fungsi unit kerja. Prasarana adalah barang atau benda tidak bergerak yang dapat menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja, misalnya ruang kelas (Depdikbud 1996).

Pemberdayaan Masyarakat Desa

Masyarakat adalah wahana terjadinya interaksi antara individu dan hubungan sosial yang terorganisasi dan terpola (Soetomo 2012). Menurut Setiadi et al. (2008) masyarakat memiliki beberapa unsur masyarakat terdiri dari: kumpulan orang, sudah terbentuk lama, sudah memiliki system sosial atau struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap dan perilaku yang dimiliki bersama.

(34)

17 sosial, ekonomi, politik dan cultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Sedangkan Paul H. Landis (Ahmadi 2009) adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) mempunyai pergualan hidup yang saling kenal megenal antara ribuan jiwa; (2) ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan; (3) cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang dipengaruhi alam seperti :iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

Masyarakat desa mimiliki ciri-ciri menurut Boeke (Rahardjo 2004) beberapa ciri pokok dari masyarakat prakapitalistik (1) penundukan kegiatan ekonomi di bawah kegiatan sosial, masyarakat lebih mementingkan kegiatan sosial dibanding kegiatan ekonomi; (2) keluarga dalam masyarakat menurut unit swasembada secara ekonomis; (3) kelestarian tradisi dipertahankan; (4) kelestarian tradisi di anut; (5) menerima tradisi sebagai pedoman dalam hidupnya. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Paul H. Landis (Ahmadi 2009) bahwa masyarakat pedesaan memiliki ciri-ciri kebudayan tertentu masyarakat terdiri dari: (1) memiliki adaptasi yang kuat terhadap lingkungan alamnya; (2) memiliki pola adaptasi yang pasif terhadap lingkungan sehingga rendahnya inovasi masyarakat; (3) faktor alam mempengaruhi kepribadian masyarakat; (4) kebiasaan hidup yang lamban karena dipengaruhi oleh alam;(5) masyarakat sangat percaya dengan takhayul/ proyeksi ketakutan terhadap alam disebabkan karena tidak biasa meguasai alam.

Pemberdayaan adalah suatu proses belajar yang ditawarkan kepada masyarakat sasaran, agar dengan berbagai potensi/daya yang mereka miliki, mereka dapat belajar menolong dirinya sendiri, sehingga pada gilirannya akan tercapai kondisi baru lebih baik sesuai harapan dan cita-cita. Program pemberdayaan masyarakat merupakan upaya memberdayakan dilakukan melalui tiga cara yaitu: menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang; memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh rakyat dengan menyediakan prasarana dan sarana baik fisik (irigasi, listrik dan jalan) maupun sosial (sekolah dan pelayanan kesehatan) yang dapat diakses oleh masyarakat lapisan bawah; memberdayakan rakyat dalam arti melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah (Sugiyanto 2002). Pemberdayaan upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara serta kemampuan untuk memperbaiki hidupnya (Mardikanto 2009a).

Pendidikan Kecakapan Hidup dan Strategi Pola Nafkah Masyarkat Desa

(35)

18

berkaitan berupa keterampilan mengolah dan mendayagunakan sumber daya lokal yang memberikan nilai tambah pada kemandirian dan kehidupan masyarakat (Kemendikbud 2012). Bentuk kegiatan program pendidikan kecakapan hidup merupakan memberikan kecakapan hidup kepada warga belajar/masyarakat yang kurang cakap/kurang terampil untuk menguasai kecakapan atau kecakapan hidup melalui pelatihan pada sebuah lembaga yang ditunjuk. Jenis pelatihan yang digunakan adalah pelatihan dengan praktek bekerja sesuai dengan kecakapan yang dipilih. Bentuk kegiatan dapat berupa tata busana (menjahit, bordir), tata kecantikan kulit/rambut, tata rias pengantin, tata boga, teknisi komputer, budidaya perikanan, budidaya tanaman dan lain sebagainya.

Penyelenggaraan kegiatan pendidikan kecakapan hidup merupakan upaya nyata untuk mendidik dan melatih warga masyarakat agar menguasai bidang-bidang keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan, bakat-minat, dan peluang kerja/usaha mandiri yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja baik di sektor formal maupun informal sesuai dengan peluang kerja (job opportunities) atau usaha mandiri. Pendidikan kecakapan hidup menurut Brolin (1989) life skills merupakan pendidikan yang memberikan bekal keterampilan sehingga seseorang dapat hidup mandiri, pendidikan yang dimiliki yaitu kecakapan sehari-hari, kecakapan pribadi dan kecapakan untuk bekerja. Program pendidikan life skills adalah pendidikan yang dapat memberikan bekal keterampilan yang praktis, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat (Anwar 2004).

Diklusepa (2002) pendidikan kecakapan hidup yaitu memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan kemapuan fungsional praktis serta perubahan sikap untuk bekerja dan berusaha mandiri, membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Misi dari program pendidikan kecakapan hidup adalah; 1) mengentaskan pengangguran dan kemiskinan di perkotaan/ pean 2) memberdayakan masyarakat perkotaan/pean, 3) mengoptimalkan dayaguna dan hasil guna potensi dan peluang kerja yang ada, serta 4) meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan kursus dan pelatihan sehingga memiliki bekal untuk bekerja atau usaha mandiri. Life skills menurut Depdiknas (2002) yaitu bukan hanya memiliki keterampilan tertentu, namun harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, dan mempergunakan teknologi.

(36)

19 dan perkembangannya; (2) memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir, yang dimulai dari pengenalan diri, eksplorasi karir, orientasi karir, dan penyiapan karir; (3) memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari; (4) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.

Ciri-ciri pembelajaran life skills yaitu : (1) terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar; (2) terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama; (3) terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri, usaha bersama; (4) terjadi penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan; (5) terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu; (6) terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli; (7) terjadi proses penilaian kompetensi; (8) terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama (Depdiknas 2004).

Jenis-jenis program pendidikan kecakapan hidup (Depdiknas 2004) dipilah menjadi empat jenis yaitu:

1. Kecakapan pribadi yaitu kecakapan mengenal diri, kecakapan berfikir rasional, dan percaya diri, pengambilan keputusan.

2. Kecakapan sosial yaitu kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, komunikasi dengan empati dan tanggung jawab sosial.

3. Kecakapan akademik yaitu kemampuan dalam berfikir secara ilmiah, melakukan penelitian, dan percobaan dengan pendekatan ilmiah.

4. Kecakapan vokasional yaitu kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat seperti bidang jasa (perbengkelan, jahit menjahit), dan produksi barang tertentu (peternakan, pertanian, dan perkebunan)

Berdasarkan konsep life skills dapat disimpulkan bahwa life skills

merupakan pendidikan kecakapan hidup yang memberikan bekal kepada peserta didik berupa pengetahuan, keterampilan membaca, menghitung, memecahkan masalah, mengelola sumberdaya, dan mempergunakan teknologi sehingga peserta didik mampu mengembangkan diri dan lingkungannya secara efektif, yang dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Pendidikan kecakapan hidup diperlukan sebagai alternatif untuk mencari nafkah masyarakat. Masyarakat dalam rangka mempertahankan hidup atau meningkatkan pendapatan, rumahtangga melakukan strategi nafkah dengan membentuk pola-pola tertentu. Pendapatan rumahtangga diartikan sebagai keuntungan yang akan diterima rumah tangga jika rumah tangga melakukan aktivitas nafkah. Pendapatan itu sendiri dibagi menjadi tiga kategori Leones dan feldman (Purnomo 2006). Pertama, pendapatan pertanian. Pendapatan pertanian mengacu pada pendapatan yang diperoleh dari pertanian yang diperhitungkan sendiri seperti dari bahan milik sendiri, atau lahan yang diperoleh melalui pembelian tunai atau bagi hasil. Kedua

(37)

20

Konsep pola nafkah pean menurut Chambers dan Conway (1991) berbagai komponen dan interaksi antara berbagai aspek mata pencaharian yang menunjang kehidupan bahwa suatu pola nafkah ditandai oleh suatu aliran penghasilan, dari bekerja berburuh dan bekerja sendiri, penghasilan dari kiriman (asal nafkah di luar desa ). Konsep strategi nafkah meliputi asset (modal alam, modal fisik, modal sdm, modal financial, dan modal social), aktifitas, dan akses terhadap asset-aset tersebut yang dikombinasikan untuk menentukan kehidupan bagi individu maupun rumah tangga.

Penyuluhan dan Kelembagaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan, tetapi tidak demikian halnya bagi masyarakat luas. Menurut Rogers dan Shoemaker (1986) peranan yang dijalankan oleh agen pembaharu dalam menyebarkan inovasi antara lain: membangkitkan kebutuhan untuk berubah, mengadakan hubungan untuk perubahan, mengidentifikasi masalah sasaran, memotivasi dan merencanakan tindakan perubahan.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) istilah penyuluhan memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan Belanda, walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua belah pihak. Meurut Jahi (Mardikanto 2009a) menyebutkan istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan dari kata “Extension” yang dipakai secara meluas di banyak kalangan. Extension itu sendiri, dalam bahasa aslinya dapat diartikan sebagai perluasan atau penyebarluasan.

Kelembagaan merupakan sebuah wadah yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, kelembagaan berfungsi untuk menjaga dan mempertahankan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Kelembagaan berasal dari kata lembaga yang berarti aturan dalam organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Lembaga juga dapat diartikan sebagai aturan dalam sebuah kelompok sosial yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politk dan ekonomi. Kelembagaan didefinisikan sebagai suatu perangkat aturan yang mengatur atau mengikat dan dipatuhi oleh masyarakat. Aturan-aturan tersebut menentukan tata cara kerjasama koordinasi anggota dalam pemanfaatan sumber daya serta membantu mereka dalam menentukan hak serta kewajiban masing-masing (Hayami dan Kikuchi 1987).

(38)

21 spiritual, sosial, ekonomi, kesehatan, mentalitas dan kepribadian, seni dan budaya dan sebagainya.

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Kerangka Berpikir

Pendidikan kecakapan hidup sangat diperlukan oleh masyarakat. PKBM sebagai penyelenggara merupakan lembaga nonformal yang ikut berperan dalam melakukan pemberdayaan bagi masyarakat desa, agar masyarakat mampu meningkatkan kualitas hidupnya dan memiliki pendapatan yang memadai dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada serta menekankan pada partisipasi.

Partisipasi masyarakat sangat penting dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup. Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat untuk mengambil inisiatif dalam perubahan terhadap diri, kehidupan dan lingkungan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu faktor internal berupa umur, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, sikap, motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi berupa manajemen kegiatan, pendampingan oleh fasilitator, peran pemimpin, dan sarana/prasarana.

Faktor internal dan ekternal akan mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang yang dilihat dari bentuk partisipasi pada setiap tahap kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil. Selanjutnya tingkat partisipasi masyarakat akan dianalisis menggunakan teori Arnstein yang membagi tingkat partisipasi ke dalam delapan tingkatan yang mencakup tahap manipulasi, terapi, pemberitahuan, konsultasi, penenangan, kemitraan, pendelegasian kekuasaan, dan kontrol masyarakat.

Tingkat partisipasi masyarakat juga dianggap memiliki pengaruh dengan keberhasilan kegiatan pendidikan kecakapan hidup. Keberhasilan pendidikan kecakapan hidup akan berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat yang dilihat dari tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Pengetahuan masyarakat berkaitan dengan kecakapan pribadi yaitu kecakapan mengenal diri, kecakapan berfikir rasional, dan percaya diri; kecakapan akademik yaitu kecakapan dalam berfikir secara ilmiah, melakukan penelitian, dan percobaan dengan pendekatan ilmiah. Sikap berkaitan dengan kecakapan sosial yaitu kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggung jawab sosial; kecakapan akademik yaitu kecakapan dalam berfikir secara ilmiah, melakukan penelitian, dan percobaan dengan pendekatan ilmiah.

(39)

22

meningkatkan pendapatan, rumahtangga mencari nafkah di berbagai bidang kehidupan, baik pertanian maupun diluar pertanian.

Berdasarkan uraian tersebut, kerangka berfikir pada penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 1.

Gambar 1. Paradigma Kerangka Berpikir

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh antara tingkat partisipasi masyarakat dengan faktor internal partisipasi.

2. Terdapat pengaruh antara tingkat partisipasi masyarakat dengan faktor eksternal partisipasi.

3. Terdapat pengaruh antara tingkat partisipasi dengan keberhasilan pendidikan kecakapan hidup.

Hipotesis Uji

Berdasarkan gambaran paradigma kerangka berfikir dan berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka disusun hipotesis uji sebagai berikut:

1. Faktor internal berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup.

Faktor internal : X.1 Umur

X.2 Tingkat pendidikan formal X.3 Pendidikan non formal X.4 Sikap terhadap life skills X.5 Motivasi terhadap life skills X.6 Tingkat pengetahuan tentang life

skills

X7. Keterampilan fungsional

X8. Pengalaman life skills sebelumnya Tingkat Partisipasi Masyarakat (Bentuk Partisipasi, Arnstein) Y1:: Y1.1 Perencanaan dalam life skills Y1.2 Pelaksanaan dalam life skills Y1.3 Evaluasi dalam life skills Y1.4 Menikmati Hasil dalam life

skills

Faktor Eksternal :

X9 Manajemen kegiatan life skills X10 Pendampingan oleh fasilitator dalam life skills

X11 Peran pemimpin dalam life skills X12 Sarana dan prasarana dalam kegiatan life skills

Keberhasilan life skills Y2: Y2.1 Pengetahuan (kecakapan

Gambar

Tabel 1 Anak tangga dan tingkat kelompok partisipasi masyarakat dalam  pembangunan partisipatif
Gambar 1. Paradigma Kerangka Berpikir
Tabel 2 Populasi dan sampel penelitian Nama PKBM Jenis kecakapan
Tabel 4 Hasil uji reliabilitas kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

I. di ka\\asan scbelah selatan Jl. l'gaglik dan tcnnasuk kcdalam Kclurahan Tambal..sari dan bcrbatasan dengan Kelurahan Kapasari dan Kclurahan Tambal.rejo.

Susu kedelai mempunyai manfaat sangat banyak dibandingkan susu sapi, terutama karena kandungan protein nabatinya sehingga cocok untuk vegetarian, tanpa laktosa

Hasil pengujian asam asap cair pada Tabel 1 menunjukkan trend yang sama dengan pengujian fenol, yaitu semakin tinggi suhu pirolisis maka semakin tinggi pula kandungan asam asap

Penelitian ini menyajikan analisis SWOT pada sebuah perusahaan agroindustri kopi yaitu Kadatuan Koffie yang melakukan proses bisnis agroindustri kopi dari hulu hingga

Bila populasi besar, dan peneliti tidak mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

Mempelajari Aktifitas Antioksidan dan Antimikrobia Ekstrak Antarasa (Litsea cubeba) dan Aplikasinya sebagai Pengawet Alami pada Bahan Makanan.. FakultasTeknologi Pertanian, IPB,

Program ini dibuat dengan tujuan memudahkan kita untuk mencari arti atau terjemahan dari suatu kata baik dari bahasa Inggris ke Indonesia maupun dari bahasa Indonesia ke Bahasa

Prai Tengah Bandar Baharu PERAK S... 24/ 06/