BAB II TINJUAN PUSTAKA
B. Penelitian Terdahulu
tersebut akan diketahui perhitungan kemunduran atau kemajuan yang dialami oleh lingkungan (Suryani, 2017). Penjelasan lebih lanjut tersajikan di bawah ini:
a. Melakukan perhitungan atas biaya yang mau individu keluarkan sebagai alokasi dana untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan akibat kegiatan pembangunan.
b. Melakukan perhitungan atas pengurangan nilai atas barang tertentu sebab dikarenakan penurunan kualitas lingkungan.
c. Melakukan perhitungan atas sejauh mana masyarakat bersediaan melakukan pembayaran untuk meminimalkan dampak negatif kepada lingkungan dengan tujuan menciptakan lingkungan ke arah jauh lebih baik.
Jurnal penelitian Adamu et al (2015) yang berjudul Factors Determining Visitors’ Willingness to Pay for Conservation in Yankari Game Reserve, Bauchi, Nigeria. Penelitian ini menguji faktor-faktor yang menentukan kesediaan pengunjung lokal untuk membayar willingness to pay (WTP) untuk konservasi di Yankari game reserve, Bauchi, Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, pendapatan dan tingkat pendidikan dan merupakan faktor penentu yang signifikan dari kesediaan pengunjung untuk membayar.
Ntanos et al (2018) melakukan penelitian untuk menemukan faktor- faktor yang membentuk opini publik tentang sumber energi terbarukan dan menyelidiki kesediaan untuk membayar perluasan sumber energi terbarukan dalam bauran listrik. Analisis statistik mengungkapkan adanya hubungan antara keuntungan yang dirasakan RES dan kemauan untuk membayar energi terbarukan. Selanjutnya, dengan menggunakan model logit biner, kesediaan untuk membayar ditemukan positif terkait dengan pendidikan, subsidi energi, dan dukungan negara.
Penelitian yang dilakukan oleh Araújo et al (2022) dengan judul Willingness to Pay For Sustainable Destinations: A Structural Approach.
Penelitian ini mengusulkan dan menguji model kausal yang mencakup kesediaan wisatawan untuk membayar Willingness to Pay untuk keberlanjutan di tujuan wisata serta sikap keberlanjutan mereka sendiri, yaitu : keyakinan lingkungan, sikap ekowisata, dan perilaku konsumsi berkelanjutan. Hasilnya menunjukkan bahwa keyakinan lingkungan secara signifikan mempengaruhi
sikap Ekowisata dan perilaku konsumsi berkelanjutan, dan bahwa dua yang terakhir secara signifikan mempengaruhi willingness to pay. Namun, tidak ada pengaruh signifikan dari keyakinan lingkungan terhadap willingness to pay yang ditemukan. Temuan ini memberikan wawasan yang berguna bagi manajer tujuan yang bertujuan untuk lebih efektif melayani wisatawan yang berorientasi pada keberlanjutan. Penelitian masa depan harus berusaha untuk menilai peran penentu lain dari willingness to pay.
Jurnal penelitian Diswandi et al (2018) dengan judul Willingness to Pay of Tourists For Ecosystem Service Fund In Gili Matra Lombok. Penelitian ini menggali potensi pengembangan sistem yang dapat membuat sinergi antara industri pariwisata dan konservasi karang melalui program Payment for Ecosystem Services (PES). Dengan menggunakan metode penilaian kontinjensi, penelitian ini menemukan bahwa wisatawan di Gili Matra bersedia membayar untuk konservasi karang dengan jumlah Rp35.000. Studi ini menunjukkan bahwa sistem PES dapat dikembangkan di Gili Matra untuk mempromosikan industri pariwisata berkelanjutan.
Zhang dan Li (2020) meneliti kesediaan untuk membayar dan faktor- faktor yang mempengaruhi kompensasi ekologi turis. Hasilnya menunjukkan bahwa 75,2% wisatawan bersedia memberikan kompensasi ekologis, dan kesediaan rata-rata untuk membayar adalah 3,99 yuan / waktu orang, faktor utama yang mempengaruhi kesediaan untuk membayar adalah jenis kelamin, tingkat pendapatan, kepuasan wisatawan, dan kognisi wisatawan tentang perlindungan ekologis. Selain membayar kompensasi, wisatawan bersedia
berpartisipasi dalam publisitas perlindungan lingkungan dan membersihkan lingkungan area Pemandangan sebagai lingkungan relawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Acevedo et al (2018) dengan judul Willingness to Pay For Beach Ecosystem Services: The Case Study of Three Colombian Beaches. Penelitian ini menjelaskan hasil dari studi willingness to pay menggunakan data dari 425 responden di tiga pantai di wilayah Karibia Kolombia. Dari responden dari tiga pantai, lebih dari 70% menyatakan Willingness to pay positif untuk mempertahankan jasa ekosistem pantai (BES) di luar tujuan pariwisata. Di dua pantai, jumlah pembayarannya adalah 3,40 us$/bulan, sedangkan di Pantai Ketiga jumlah pembayarannya adalah 6,80 us $ / bulan. Kualitas lingkungan pantai tampaknya menjadi aspek penting mengenai jumlah pembayaran. Disoroti bahwa willingness to pay di pantai tidak bergantung pada variabel ekonomi seperti pendapatan atau Pekerjaan, sedangkan variabel yang terkait dengan persepsi memiliki dampak yang menentukan. Willingness to pay untuk BES didefinisikan oleh kepentingan dalam isu-isu lingkungan dan kekhawatiran tentang hilangnya jasa ekosistem.
Sardana (2019) meneliti keanekaragaman hayati dengan hasil temuan pengunjung memperoleh manfaat positif dari pemulihan spesies pohon asli yang membentuk ekosistem mirip pohon yang lebat yang memberikan perlindungan bagi keanekaragaman hayati tidak hanya di perkebunan kopi tetapi juga di kawasan lindung yang berdampingan. Pengunjung bersedia membayar rata-rata 187 Rupee India (INR) untuk program restorasi. Total nilai estimasi untuk pemulihan spesies pohon asli adalah INR 47 juta per tahun.
Dengan demikian, ada ruang untuk mengumpulkan dan memobilisasi pendapatan wisatawan untuk program restorasi. Kami mengusulkan, dalam persetujuan dengan pemangku kepentingan lokal, mekanisme kelembagaan untuk menghasilkan dan mentransfer peningkatan pendapatan dari biaya tambahan kepada petani kopi untuk melaksanakan program yang diusulkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Platania dan Rizzo (2018) dengan judul Kesediaan membayar kawasan lindung: Kasus Taman Etna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesediaan pengunjung untuk membayar willingness to pay (WTP) tiket masuk ke Taman Etna. Setelah beberapa refleksi tentang pentingnya kawasan lindung, hasil survei yang menganalisis kesan pengunjung dan pendapat mereka tentang kemungkinan pengenalan tiket akses ke Taman disajikan. Hasil temuan memberikan fakta yang berguna untuk mendukung pengambil keputusan terkait dengan pilihan dan nilai relatif suatu tiket.
Borzykowski et al (2017) melakukan penelitian dengan judul Efek Lingkup dalam Penilaian Kontinjensi: Apakah Statistik yang Diasumsikan Distribusi Materi willingness to pay. Penelitian ini menemukan bahwa rata-rata willingness to pay dan efek cakupan adalah peka terhadap asumsi distribusi statistik. Mengenai masuk akal, elastisitas lingkup memberikan hasil yang beragam dan juga bergantung pada asumsi distribusi statistik willingness to pay. Untuk studi CV ukuran sampel yang kecil, analisis metrik non-para, model spike, atau format terbuka dapat lebih cocok untuk mengungkapkan efek cakupan daripada analisis pilihan dikotomis parametrik klasik. Oleh karena itu,
peneliti merekomendasikan untuk menerapkan secara sistematis beberapa asumsi distribusi statistik willingness to pay untuk menguji efek ruang lingkup dan masuk akalnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Lu et al (2014) dengan judul Pengaruh Materialisme terhadap Sikap dan Perilaku Ekowisata. Penelitian ini mengkaji hubungan antara materialisme, sikap ekowisata, minat ekowisata, niat ekowisata dan kesediaan membayar premi ekowisata dengan memanfaatkan model yang dikembangkan berdasarkan literatur. Temuan menunjukkan bahwa nilai materialistis individu memiliki hubungan negatif dengan sikap ekowisata, minat ekowisata, niat ekowisata dan kemauan membayar premi untuk produk dan layanan ekowisata. Temuan juga menunjukkan bahwa sikap ekowisata individu akan secara positif mempengaruhi niat ekowisata, minat ekowisata, dan kemauan membayar premi untuk produk dan layanan ekowisata.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas, memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun perbedaan tersebut yaitu pada obyek penelitian, obyek dalam penelitian ini yaitu objek wisata Kampung Cibeo dan variabel penelitian yang disajikan dalam tabel 2.1
Tabel 2. 1 Hubungan Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen dan Referensinya
N o
Variabel Hubungan Referensi
1 Usia -
Diswandi et al (2018), Acevedoa et al (2018), Adamu et al (2018), zhang dan li (2020), Sardana (2019), Borzykowski et al (2017), Ntanos et al (2018)
2 Pendidikan + Diswandi et al (2018),
N
o Variabel Hubungan Referensi
Acevedo et al (2018), Zhang dan Li 2020, Araújo, et al (2022), Sardana (2019), Adamu, et al (2018), Ntanos et al (2018), Saptutyningsih dan Selviana (2017)
3 Pendapatan +
Diswandi et al (2018), Adamu, et al (2018), Acevedo et al (2018), Zhang dan Li 2020, Araújo et al (2022), Sardana (2019), Ntanos et al (2018), Saptutyningsih dan Selviana (2017)
4 Asal pengunjung + Acevedo et al (2018)
5 Sikap Ekowisata + Araújo et al (2022), Lu et al (2014)
6 Frekuensi kunjungan +
Diswandi et al (2018), Borzykowski et al (2017), Saptutyningsih (2013)
7 Tingkat kepuasan
pengunjung + Zhang dan Li (2020)