• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP

43

ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/ atau Anggaran Dasar”

Pengambilan keputusan demikian dilakukan dalam suatu Rapat Umum Pemegang Saham demikian, merupakan mekanisme kontrol para pemegang saham untuk menjaga masing-masing modal yang ditanamkannya dalam berjalannya suatu perseroan terbatas. Dengan demikian, proses pengambilan keputusan dalam RUPS memiliki sifat one share one vote yang memungkinkan pemilik modal terbesar mendominasi pengambilan keputusan suatu Perseroan Terbatas.71

Tanggung jawab pemegang saham dalam Perseroan diatur lebih rinci dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang menyebutkan bahwa pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya. Berdasarkan pasal yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas tersebut, dapat dilihat bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab terbatas pada saham yang dimilikinya saja. 72

Limited liability demikian menurut Hans Kelsen ialah suatu konsep badan hukum tidak hanya mengikat pemegang saham saja tetapi juga pengurus Perseroan yaitu Direksi dan Komisaris. Dengan adanya limited liability pemegang saham maupun direksi dan konisaris harus benar-benar jeli dalam membedakan mana tindakan sebagai organ Perseroan dan mana tindakannya sebagai perorangan.73

Arti dari pertanggungjawaban dalam hal ini adalah terkait dengan akibat perbuatan hukum perseroan terhadap pihak ketiga, dimana apabila terjadi hutang atau kerugian-kerugian, maka hutang itu akan semata-mata dibayar

71 Sudaryat, "Tanggung Jawab Pemegang Saham Mayoritas Yang Merangkap Sebagai Direksi Terhadap Kerugian Pihak Ketiga Akibat Perbuatan Melawan Hukum Perseroan", (Jurnal Bina Hukum, Volume 4 Nomor 2, Maret 2020), h. 314.

72 Ridwan Khairandy, "Hukum Perseroan Terbatas", (Yogyakarta: UII Press, 2014), h. 3.

73 Hans Kelsen, “General Theory of Law and State” (Massachusets: Trans Wedberg, 1945), h. 92.

45

secukupnya dari harta kekayaan yang tersedia dalam perseroan tersebut, sehingga para pemegang saham secara pasti tidak akan memikul kerugian hutang itu lebih dari bagian harta kekayaannya yang tertanam dalam Perseroan.74

Seperti dalam kasus wanprestasi yang dilakukan oleh PT Karunia Pratama Mandiri, dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL hasil pengambilan keputusan dalam Perseroan Terbatas seharusnya merupakan keputusan perseroan tersebut sebagai badan hukum dan tidak merupakan keputusan atau tindakan pemegang saham, direksi, komisaris, atau organ perseroan lainnya.

Hal demikian didasarkan atas sifat Perseroan Terbatas yang melekat pada PT Karunia Pratama Mandiri bahwa ia tidak bertindak sebagai kuasa para pemegang saham, namun bertindak sebagai entitas hukum tersendiri. Sebagai konsekuensinya para pemegang saham tidak dapat dituntut atau melakukan pertanggungjawaban secara pribadi apabila tindakan tersebut dilakukan oleh perseroan.75 Hal demikian diafirmasi dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa:

“Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.

Pasalnya dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL. Rudy Santoso alias Siem Liep San selaku Presiden Direktur PT Karunia Pratama Mandiri dan Widodo Agus Hartono selaku Presiden Komisaris PT Karunia Pratama Mandiri dituntut atas pertanggungjawaban secara pribadi dalam wanprestasi Perjanjian Kredit Modal Kerja di antara PT Bukit Asam Prima dan PT Karunia Pratama Mandiri.76 Hal demikian didasarkan atas prinsip pertanggungjawaban terbatas (limited

74 Rudhi Prasetya, “Kedudukan Mandiri dan Pertanggungjawaban Terbatas dari Perseroan Terbatas”, (Surabaya: Airlangga University Press, 1983), h. 13.

75 Zarman Hadi, “ Karakteristik Tanggung Jawab Pribadi Pemegang Saham, Komisaris dan Direksi dalam Perseroan Terbatas”, (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2011), h. 31.

76 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

liability) demikian tidak berlaku secara mutlak. Prinsip entitas hukum terpisah (separate legal entity) pada keadaan tertentu dapat dikesampingkan dengan menembus tirai perusahaan atau yang dikenal dengan doktrin piercing the corporate veil.77 Hal demikian tercermin dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengakui berlakunya doktrin piercing the corporate veil dengan membebankan tanggungjawab tersebut kepada:78

1. Pertanggungjawaban pribadi dikenakan kepada Pemegang Saham;

2. Pertanggungjawaban pribadi dikenakan kepada Direksi dan/atau Komisaris.

Doktrin piercing the corporate veil dikenakan pada kasus PT Bukit Asam Prima dan PT Karunia Pratama Mandiri dalam wanprestasi kredit modal kerja pertambangan. PT Karunia Pratama Mandiri dalam beberapa suratnya kepada PT Bukit Asam Prima dan dalam beberapa Risalah Rapat, mengakui bahwa menerima dana dari PT Bukit Asam Prima sebesar Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) dan berjanji bertanggung jawab dan akan menyelesaikan kewajiban dengan cara diangsur/bertahap, antara lain tercantum dalam:79

1. Surat Tergugat 1 No. 0187/KPM-BAP/Out/111108, tanggal 11 November 2008, perihal: Dana Operasional KSO

2. Surat Tergugat 1 No. 005/Out-KPM/II/2009, tanggal 09 Februari 2009, perihal: Kontrak No. 01/KSO/PT.BAP-KPM/2008

3. Risalah Rapat tanggal 23 Januari 2009 4. Risalah Rapat tanggal 22 November 2022

Berdasarkan hal tersenut, kondisi demikian tidak ditepati oleh PT Karunia Pratama Mandiri karena masih menyisakan kewajibannya kepada PT Bukit Asam Prima sebesar Rp 1.833.730.560,00 (satu milyar delapan ratus tiga puluh

77 Men Wih Widiatno, "Penerapan Piercing the Corporate Veil dalam Menilai Tanggung Jawab Pribadi Pendiri Perseroan Terbatas", (Forum Ilmiah, Volume 19 Nomor 1, Januari 2022), h.

118.

78 Kurniawan, “Tanggung Jawab Hukum Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif", (Mimbar Hukum, Volume 26, Nomor 1, Februari 2014), h. 75.

79 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

47

tiga juta tujuh ratus tiga puluh ribu lima ratus enam puluh rupiah). 80 Di sisi lain, pinjaman demikian menimbulkan kerugian besar kepada PT Bukit Asam Prima dan tidak dapat dipertanggungjawabkan karena dari hasil pengawasan PT Bukit Asam Prima selaku Kreditur mengetahui bahwa dana pinjaman dimaksud digunakan oleh PT Karunia Pratama Mandiri hanya sebatas untuk pengupasan Over Burden (OB) dengan hasil produksi batubara yang sangat sedikit. Berbeda dengan dalil PT Karunia Pratama Mandiri bahwa mereka berhasil memproduksi batubara sesuai yang diperjanjikan sebanyak 700- 800 Mt namun karena terkendala kondisi tambang akhirnya batubara tersebut tidak dapat diserahkan ataupun dijual.81

Laporan secara lisan ataupun tertulis terkait kegiatan yang disampaikan oleh Para Tergugat kepada Penggugat yang menyatakan dana pinjaman sebesar Rp.

2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) telah habis tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, besar kemungkinan dana pinjaman tersebut tidak dipergunakan untuk kepentingan kegiatan usaha PT Karunia Pratama Mandiri.82

Dengan demikian dapat diketahui bahwa PT Karunia Pratama Mandiri memiliki itikad tidak baik dengan memberikan laporan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada PT Bukit Asam Prima. Hal demikian memperkuat doktrin piercing the corporate veil untuk diterapkan kepada PT Karunia Pratama Mandiri karena dalam Pasal 3 ayat (2) poin b Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menyatakan:

“(1) Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kewgian Perseroan rnelebihi saham yang dimiliki.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila:

a) Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;

80 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

81 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

82 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

b) pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;

c) pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau

d) pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, Yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi.”

Kepentingan pribadi demikian terlihat atas komposisi kepemilikan saham pada PT Karunia Pratama Mandiri dimana didominasi oleh Rudy Santoso alias Siem Liep San selaku Presiden Direktur dengan komposisi kepemilikan saham sebesar 2.400 dari 6000 lembar saham atau 40% dan Widodo Agus Hartono sebagai Presiden Komisaris dengan komposisi kepemilikan saham sebesar 3.600 dari 6000 lembar saham atau 60%.83

Hal demikian menjadikan pengambilan keputusan dalam PT Karunia Pratama Mandiri didominasi oleh pemegang saham yang juga bertanggungjawab atas pengurusan dan pengawasan berjalannya PT Karunia Pratama Mandiri.84 Selain itu PT Karunia Pratama Mandiri tidak memiliki pemegang saham lainnya. Dengan demikian menjadi kabur, apakah keputusan yang diambil dengan persetujuan direksi dan komisaris merupakan keputusan Perseroan Terbatas atau keputusan pribadi kedua individu tersebut.

Hal demikian menjadikan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL memutuskan atas dominasi tersebut Rudy Santoso alias Siem Liep San selaku Presiden Direktur dan Widodo Agus Hartono sebagai Presiden Komisaris ikut bertanggungjawab secara pribadi atas hutang piutang PT Karunia Pratama Mandiri. 85 Karena dapat dikatakan bahwa

83 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

84 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

85 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

49

keputusan atau tindakan yang diambil oleh PT Karunia Pratama Mandiri tidak lepas dari pemegang saham yang mengambil kontrol terlalu jauh untuk memperalat perseroan untuk kepentingan dirinya yang mana telah membuat perseroan yang diperalat itu sebagai alter ego atau diri lain (other self) untuk tujuan yang tidak wajar (improper purpose) para pemegang saham.86

Dengan demikian maka pemegang saham PT Karunia Pratama Mandiri tetap dapat dimintai pertanggungjawaban atas alter ego nya dengan menyalahgunakan Perseroan untuk kepentingan pribadinya sehingga merugikan Perseroan itu sendiri atau merugikan pihak ketiga atau kreditur Perseroan. Atas landasan demikian kerugian yang dialami oleh PT Bukit Asam Prima dapat dikenakan tanggung jawab pribadi pemegang saham. Hal demikian diafirmasi oleh Fredrik J. Powel yang berpendapat bahwa alter ego dapat terjadi pada perseroan terbatas yang memiliki pemegang saham mayoritas, cakupan pemegang saham mayoritas dalam membiayai kegiatan bisnis suatu Perseroan Terbatas. Semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh individu tersebut semakin kuat kemungkinan alter ego dalam tindakan perseroan terbatas tersebut.87

86 Gideon Paskha Wardhana, "Pertanggungjawaban Pemegang Saham Perseroan Terbatas Melalui Indikator Alter Ego Dalam Penerapan Doktrin PCV di Indonesia", (Refleksi Hukum, Volume 6 Nomor 1, Oktober 2021), h. 22.

87 Philip Knutsson, “Piercing the Corporate Veil (Limits of Limited Liability)” (Stockholm:

Stockholm University, 2018), h. 16.

50 BAB IV

PENYELESAIAN SENGKETA PIERCING THE CORPORATE VEIL DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN

NOMOR 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL

A. Deskripsi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/Pdt.G/2017/Pn.Jkt.Sel

1. Identitas Para Pihak

a) PT Bukit Asam Prima

PT Bukit Asam Prima beralamat kantor di Gedung Menara Karya Lantai 20, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5, Kav.1-2, Jakarta 12950.

b) PT Karunia Pratama Mandiri

PT Karunia Pratama Mandiri beralamat di komplek Permata Palem Blok F-9, Cibinong-Bogor, Jawa Barat.

c) Rudy Santoso

Beralamat di Jalan Pulau Pelangi I/28, RT.004 RW.009, Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, perorangan selaku diri pribadi yang juga sebagai Direktur Utama dan juga Pemegang Saham PT. Karunia Pratama Mandiri.

d) Widodo Agus Hartono

Beralamat di Komplek Galeri Niaga I, Blok D.8.1, RT.006 RW.08, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Mediterania, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, perorangan selaku diri pribadi yang juga sebagai Komisaris dan juga Pemegang Saham PT. Karunia Pratama Mandiri.1

2. Duduk Perkara

PT Bukit Asam Prima dengan PT Karunia Pratama Mandiri telah menjalin kerjasama dalam rangka operasi penambangan batubara di KP KUD Panca Bhakti yang berlokasi di Karang Intan – Martapura – Kalimantan Selatan, sebagaimana tertuang dalam Perjanjian tentang Kontrak Kerjasama Operasi No.01/KSO/PT.BAP-PT.KPM/2008, tanggal 11 Maret 2008 (selanjutnya

1 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL

51

disebut “Perjanjian KSO”), dimana PT Bukit Asam Prima selaku pihak yang menyediakan dana pinjaman (kreditur) dan selaku Pembeli, serta memasarkan produksi batubara yang dihasilkan, sedangkan PT Karunia Pratama Mandiri selaku pihak meminjam dana dan yang menambang atau memproduksi batubara dengan kalori 6.000 kcal/Kg dalam kondisi chrusing.2

Berdasarkan Perjanjian Kredit Modal Kerja Kerjasama Operasional (KSO) demikian, mengenai hak dan kewajiban masing-masing Pihak ialah:3

1) PT Karunia Pratama Mandiri setuju ditunjuk oleh PT Bukit Asam Prima sebagai penyedia batubara yang berasal dari Tambang KP KUD Panca Bhakti yang berlokasi di Karang Intan – Martapura – Kalimantan Selatan, dengan KP Ekploitasi 408 tahun 2005 atau 14 Juli

2005 dan KP Pengangkutan dan Penjualan

540/76.a/KUS/Distamben/2005; 4

2) PT Karunia Pratama Mandiri akan memproduksi batubara minimal 8.000 mt per bulan dengan kalori 6.000 kcal/Kg dalam kondisi chorusing.5

3) Pengangkutan batubara dari lokasi penambangan sampai di atas tongkang barge PT Bukit Asam Prima di pelabuhan Trisaksi- Banjarmasin, menjadi tanggung jawab PT Karunia Pratama Mandiri;

4) Untuk tahap awal PT Karunia Pratama Mandiri wajib mengirimkan 10.000 ton dalam kurun waktu 45 (empat puluh lima) hari kalender;

5) PT Bukit Asam Prima wajib memberikan pinjaman biaya operasional secara bertahap dari total Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) kepada PT Karunia Pratama Mandiri untuk biaya pekerjaan;

6) PT Bukit Asam Prima sebagai pihak yang membeli dan memasarkan produksi batubara PT Karunia Pratama Mandiri;

7) PT Karunia Pratama Mandiri akan mengembalikan pinjaman kepada PT Bukit Asam Prima dihitung pada saat batubara tersedia sejumlah

2 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

3 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

4 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

5 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL.

minimal 10.000 mt di stockpile pelabuhan jetty trisakti – Banjarmasin- Kalimantan Selatan.

8) Perjanjian berakhir apabila PT Bukit Asam Prima menganggap tidak ekonomis dan cadangan batubara telah habis.

Dalam memenuhi isi Perjanjian KSO dimaksud, dan sesuai atas permintaan pembayaran dari PT Karunia Pratama Mandiri maka PT Bukit Asam Prima pada tanggal 14 Maret 2008 telah menyerahkan pinjaman biaya operasional kepada PT Karunia Pratama Mandiri sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah). Dengan demikian maka tidak terbantahkan lagi jika PT Bukit Asam Prima telah memenuhi prestasinya sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kredit Modal Kerja Kerjasama Operasional (KSO).

Telah dipenuhinya oleh PT Bukit Asam Prima pinjaman biaya operasional kepada PT Karunia Pratama Mandiri sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah), maka semestinya berdasarkan Pasal 6.1.6 Perjanjian KSO PT Karunia Pratama Mandiri untuk tahap awal segera menyiapkan 10.000 mt (sepuluh ribu) dalam kurun waktu 45 (empat puluh lima) hari kalender, namun pada faktanya PT Karunia Pratama Mandiri setelah lebih dari 45 hari kalender ternyata tidak juga dapat memenuhi kewajibanya dengan alasan kondisi batuan tidak dapat digali dengan peralatan yang ada.6

Dalam perjalanannya PT Karunia Pratama Mandiri telah melakukan pembayaran kewajiban secara mengangsur yang beberapa kali diantaranya dilakukan oleh Rudy Santoso ataupun Widodo Agus Hartono, namun ternyata sampai dengan Gugatan ini diajukan ternyata PT Karunia Pratama Mandiri masih menyisakan kewajibannya kepada PT Bukit Asam Prima sebesar Rp 1.833.730.560,00 (satu milyar delapan ratus tiga puluh tiga juta tujuh ratus tiga puluh ribu lima ratus enam puluh Rupiah). Atas hal demikian PT Bukit Asam Prima terus berupaya berulangkali menagih, menegur, dan memberi kesempatan/waktu kepada Para Tergugat untuk segera melunasi sisa kewajibannya pada PT Bukit Asam Prima.7

6 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/Pdt.G/2017/PN.JKT.SEL.

7 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 96/Pdt.G/2017/PN.JKT.SEL.

53

Perbuatan hukum Para Tergugat yang pada pokoknya telah menerima dana pinjaman dari PT Bukit Asam Prima sejumlah Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) sebagaimana Perjanjian KSO, terbukti tidak dapat mempertanggung jawabkan penggunaan dana pinjaman tersebut karena dari hasil monitoring PT Bukit Asam Prima mengetahui bahwa dana pinjaman dimaksud digunakan oleh PT Karunia Pratama Mandiri hanya sebatas untuk pengupasan Over Burden (OB) dengan hasil produksi batubara yang sangat sedikit dan tidak ekonomis sehingga Laporan lisan ataupun tertulis kegiatan yang disampaikan oleh Para Tergugat kepada PT Bukit Asam Prima yang menyatakan dana pinjaman sebesar Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah) dimaksud telah habis tidak dapat dipertanggungjawabkan, karena besar kemungkinan dana pinjaman tersebut dipergunakan untuk kepentingan lain (kepentingan pribadi) yang bukan sebagaimana mestinya.8

Dengan demikian dapat terbukti dengan jelas dan terang jika Rudy Santoso dan Widodo Agus Hartono secara bersama-sama selaku pemegang saham PT Karunia Pratama Mandiri baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan PT Karunia Pratama Mandiri untuk kepentingan pribadi, sebagaimana ketentuan Pasal 3 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Oleh karenanya, sangat layak jika Rudy Santoso dan Widodo Agus Hartono dapat dimintakan pertanggung jawaban sampai harta kekayaan pribadinya karena telah menyebabkan PT Karunia Pratama Mandiri tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada PT Bukit Asam Prima.9

3. Pertimbangan Hakim

Pada pertimbangan hakim untuk memutus perkara wanprestasi Perjanjina Kredit Modal Kerja Kerjasama Operasional (KSO) di antara PT Karunia Pratama Mandiri dengan PT Bukit Asam Prima hakim mempertimbangkan beberapa hal diantaranya mengenai gugatan Penggugat, diantaranya sebagai berikut:

8 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 96/Pdt.G/2017/PN.JKT.SEL.

9 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 96/Pdt.G/2017/PN.JKT.SEL.

a) Pertimbangan hakim yang pertama ialah mengenai apakah eksepsi dari Para Tergugat mengenai gugatan wanprestasi dapat dilanjutkan dengan penerapan PCV dalam satu gugatan, majelis hakim mempertimbangkan sebagai berikut,

Bahwa doktrin piercing the corporate veil sesungguhnya berbicara tentang pertanggungjawaban pemegang saham melebihi dari saham yang disetor manakala terjadi perbuatan yang salah dari pemegang saham yang berakibat merugikan perseroan…bahwa karena itu piercing the corporate veil bukan tidak tepat disebut atau disamakan dengan suatu gugatan (gugatan piercing the corporate veil), melainkan lebih pada persoalan tanggung jawab pemegang saham atas perbuatan perseroan yang digugat (Tergugat I), yang tentunya dapat atau tidak Tergugat II dan Tergugat III dimintakan pertanggungjawaban baru akan dipertimbangkan nanti pada bagian pokok perkara”.10

b) Pertimbangan lainnya pada perkara a quo adalah hakim mempertimbangkan mengenai keadaan memaksa yang menjadi alasan tergugat mengenai tidak terlaksananya kewajiban menyerahkan batubara sebagaimana telah diperjanjikan. Majelis hakim mempertimbangkan sebagai berikut,

bahwa hal yang dibenarkan oleh kedua belah pihak dan oleh karenanya tidak perlu dibuktikan lagi, yaitu Tergugat I tidak memenuhi kewajibannya menyerahkan batubara kepada Penggugat padahal Tergugat I telah menerima uang pinjaman biaya operasional sebesar Rp. 2.000.000.000 (dua milyar rupiah)bahwa alasan Tergugat I tidak menyerahkan batubara karena Penggugat dalam jumlah waktu yang disepakati, karena pada waktu itu terkendala kondisi tambang yang tidak memungkinkan… bahwa alasan ini menurut Majelis bukanlah alasan yang menunjukan suatu keadaan memaksa (overmacht) sehingga dengan tidak dipenuhinya kewajiban Tergugat I kepada Penggugat, dan Tergugat I juga telah disomasi oleh Penggugat tetapi Tergugat I tetap tidak memenuhi kewajibannya, maka Tergugat I dikatakan telah melakukan wanprestasi (Pasal 1243 KUHPerdata).11

c) Pertimbangan hukum selanjutnya adalah mengenai adanya penerapan Piercing the Corporate Veil sebagaimana posita dari

10 Lihat Putusan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL, h. 29.

11 Lihat Putusan Nomor 96/PDT.G/2017/PN.JKT.SEL, h. 32.

55

Penggugat guna meminta pertanggungjawaban kepada Tergugat II dan III. Majelis hakim mempertimbangkannya sebagai berikut,

bahwa Tergugat II dan III sebagai pemegang saham dan juga pemilik perseroan/Tergugat I, maka tentunya sangat dominan dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan perseroan/Tergugat I. Sehingga kalau kemudian terdapat fakta bahwa Tergugat I tidak dapat menyerahkan atau menjual batubara tersebut kepada Penggugat sesuai yang disepakati dengan alasan karena terkendala kondisi tambang, menurut Majelis hal ini tidaklah terlepas dari tanggung jawab Tergugat II dan III karena sesungguhnya Tergugat II dan III sangat dominan dalam mengendalikan dan mengawasi jalannya perseroan/ Tergugat I.”12

d) Pertimbangan hukum akhir dari majelis hakim menentukan bahwa Para Tergugat mengharuskan secara tanggung renteng untuk membayar sisa pinjaman dari Penggugat. Pertimbangan majelis hakim tersebut menyatakan,

“bahwa atas dasar alasan-alasan dan pertimbangan- pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis berpendapat sudah seharusnya Tergugat II dan III bersama-sama dengan Tergugat I bertanggung jawab membayar secara tanggung renteng sisa pinjaman Tergugat I kepada Penggugat sebesar Rp. 1.833.750.650 (satu milyar delapan ratus tiga puluh tiga juta tujuh ratus tiga puluh ribu lima ratus enam puluh rupiah)”.13

Pada pertimbangan demikian, kendati tidak disebutkan Tergugat II dan III dalam kapasitasnya sebagai pribadi atau Organ Perseroan, namun dalam identitas para pihak pada Putusan a quo disebutkan kapasitasnya yaitu sebagai pribadi dan Organ Perseroan. Sehingga, tanggung jawab tanggung renteng tersebut dapat dilakukan secara pribadi dan/atau sebagai Organ Perseroan.

e) Amar Putusan

a) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian. 14

b) Menyatakan sah Perjanjian tentang Kontrak Kerjasama Operasi No.01/KSO/PT.BAP-PT.KPM/2008, tanggal 11 Maret 2008.

12 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 96/Pdt.G/2017/PN.JKT.SEL.

13 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 96/Pdt.G/2017/PN.JKT.SEL.

14 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 96/Pdt.G/2017/PN.JKT.SEL.

Dokumen terkait