• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TANGGUNG JAWAB TERBATAS

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Saham pertumbuhan merupakan saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan atau perkembangan pendapatan yang besar dan menjadi leader di industri sejenis. Saham jenis demikian, lazimnya memiliki price earning (PER) yang besar. Selain itu, terdapat juga growth stock (lesser known) yaitu saham dari emiten yang tidak berfungsi sebagai leader di industri namun memiliki ciri growth stock. Biasanya, saham ini berasal dari daerah dan kurang memiliki popularitas dikalangan emiten.

d. Saham spekulatif (speculative stock)

Saham dari emiten yang tidak bisa secara rutin memperoleh pendapatan dari tahun ke tahun. Namun emiten saham ini memiliki kesempatan penghasilan keuntungan di masa datang, meskipun keuntungan tersebut belum dapat dipastikan.

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

37

Skripsi tersebut membahas tentang tanggung jawab pendiri Perseroan Terbatas kepada pihak ketiga akibat transaksi kepentingan perseroan sebelum berstatus badan hukum.57 Penelitian skripsi ini menyimpulkan bahwa perseroan yang belum memiliki status badan hukum yang disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM dan telah melakukan transaksi terhadap pihak ketiga, tetap menjadi tanggung jawab pendiri perseroan.

Namun dari dua kasus yang diteliti, telah ditemukan bahwa pendiri perseroan masih belum memahami mengenai tanggung jawab pendiri perseroan sehingga tanggung jawabnya dibebankan pada harta kekayaan perseroan.

Perbedaan skripsi yang disusun oleh Vidya Larasati dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah peneliti membahas tanggung jawab Perseroan Terbatas Perorangan yang sangat rentan irisannya dengan tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab perseroan jika terjadi suatu kerugian perseroan terhadap pihak ketiga atau jika terjadinya suatu transaksi. Keputusan yang diambil oleh perusahaan Perorangan akan rentan terhadap keputusan yang diambil sebagai bagian dari perusahaan atau keputusan pribadi, sehingga penerapan Piercing the Corporate Veil pada perseroan perseorangan tersebut akan mengakibatkan ketidakpastian hukum.

3. Skripsi disusun oleh Ahmad Navis Shahab58

Skripsi membahas tentang pertanggungjawaban hukum pribadi pendiri perseroan terbatas atas kesalahan pengurusan yang menyebabkan kepailitan.

Penelitian skripsi ini menyimpulkan bahwa pertanggungjawaban pribadi dapat dikenakan apabila kesalahan pengurusan yang dilakukan merupakan bagian dari alter ego pemegang saham perseroan terbatas atau keputusan pribadi tanpa mendahulukan kepentingan perseroan.

57 Vidya Larasati, Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas Terhadap Pihak Ketiga Akibat Transaksi Untuk Kepentingan Perseroan Sebelum Berstatus Badan Hukum, (Yogyakarta:

Skripsi, Universitas Islam Indonesia, 2018).

58 Ahmad Navis Shahab, Pertanggungjawaban Hukum Pribadi Pendiri Perseroan Terbatas Atas Kesalahan Pengurusan Yang Menyebabkan Kepailitan, (Palembang: Skripsi, Universitas Sriwijaya, 2018).

Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah peneliti membahas tanggung jawab pemegang saham dalam badan hukum Perseroan Terbatas Perorangan yang sangat rentan irisannya dengan tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab perseroan jika terjadi suatu kerugian perseroan terhadap pihak ketiga atau jika terjadinya suatu transaksi. Keputusan yang diambil oleh perusahaan perorangan akan rentan terhadap keputusan yang diambil sebagai bagian dari perusahaan atau keputusan pribadi, sehingga penerapan Piercing the Corporate Veil mengakibatkan ketidakpastian hukum.

4. Skripsi disusun oleh Benny Batara Tumpal Hutabarat59

Skripsi yang ditulis oleh Benny Batara Tumpal Hutabarat dan dipublikasikan oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia membahas tentang penerapan prinsip piercing the corporate veil terhadap pemegang saham selaku pengendali korporasi dalam tindak pidana pencucian uang oleh perseroan terbatas. Penelitian skripsi ini menyimpulkan bahwa prinsip piercing the corporate veil pada tindak pidana pencucian uang belum diterapkan karena terdapat faktor rendahnya pemahaman aparat penegak hukum dalam menerapkan pasal-pasal tindak pidana korporasi pada tindak pidana pencucian uang pada badan hukum.

Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah peneliti membahas tanggung jawab pemegang saham dalam badan hukum Perseroan Terbatas Perorangan yang sangat rentan irisannya dengan prinsip piercing the corporate veil jika terjadi suatu kerugian perseroan terhadap pihak ketiga atau jika terjadinya suatu transaksi. Keputusan yang diambil oleh perusahaan perorangan akan rentan terhadap keputusan yang diambil sebagai bagian dari perusahaan atau keputusan pribadi, sehingga penerapan Piercing the Corporate Veil mengakibatkan ketidakpastian hukum.60

59 Benny Batara Tumpal Hutabarat, Penerapan Prinsip Piercing The Corporate Veil Terhadap Pemegang Saham Selaku Pengendali Korporasi Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang Oleh Perseroan Terbatas, (Depok: Skripsi, Universitas Indonesia, 2011).

60 Ridwan Khairandy, "Hukum Perseroan Terbatas", …, h. 62.

39

5. Artikel Jurnal ditulis oleh Yuliana Duti Harahap61

Artikel Jurnal ini membahas tentang substansi Undang-Undang Cipta Kerja yang secara signifikan mengubah pendirian Perseroan Terbatas di Indonesia khususnya yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dan mengulas akan tanggungjawab pendiri Perseroan Terbatas.

Pertama, terdapat penambahan ketentuan pengecualian yang mewajibkan Perseroan Terbatas didirikan oleh dua orang atau lebih yaitu yang memenuhi kriteria UMK. Kedua, pengaturan modal minimal untuk pendirian Perseroan Terbatas diubah dan dapat ditentukan berdasarkan kebijakan pendiri. Ketiga, Pendirian Perseroan Terbatas untuk UMK hanya menggunakan surat pernyataan pendirian tanpa adanya akta notaris.

Keempat, pendiri dan pemilik saham Perseroan Terbatas untuk UMK hanya untuk orang Perorangan.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan adanya badan hukum untuk UMK terbatas pada modal yang disetorkan. Tanggung jawab tersebut juga dapat tidak berlaku dan berlakunya prinsip Piercing The Corporate Veil sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 153J ayat (2) Undang-Undang Cipta Kerja yang menyebutkan bahwa ketentuan tanggung jawab pemegang saham Perseroan Terbatas Perorangan kriteria UMK tidak berlaku apabila belum atau tidak terpenuhinya persyaratan Perseroan sebagai Badan Hukum; baik secara langsung maupun dengan itikad tidak baik memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi; pemegang saham terkait dengan adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan Perseroan; dan pemegang saham baik secara langsung maupun tidak secara melanggar hukum menggunakan kekayaan Perseroan yang mengakibatkan Perseroan menjadi tidak bisa melunasi hutang Perseroan.

Perbedaan artikel yang ditulis oleh Yuliana Duti Harahap, dkk, dengan penelitian yang akan peneliti teliti adalah peneliti melihat bahwa entitas PT

61 Yuliana Duti Harahap, Budi Santoso, dan Mujino Hafidh Prasetyo, “Pendirian Perseroan Terbatas Perseorangan Serta Tanggung Jawab Hukum Pemegang Saham Berdasarkan Undang- Undang Cipta Kerja, (Notarius, Volume 14, Nomor 2, 2021).

Perorangan atau untuk UMK, berpotensi adanya dualisme kegiatan Perseroan pemegang saham dan kepentingan pribadi. Dengan adanya PT Perorangan, Piercing The Corporate Veil lebih mudah untuk dihindari dengan pernyataan bahwa kegiatan yang melibatkan perseroan dapat berupa kegiatan pribadi serta tidak adanya pengawasan yang dilakukan oleh Komisaris atau pengawas seperti pada umumnya pada PT yang terdiri dari lebih dari satu orang.

6. Artikel Jurnal ditulis oleh Desak Putu Dewi Kasih62

Artikel Jurnal ini membahas konsep Perseroan Terbatas pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pasca diundangkannya Undang-Undang Cipta Kerja, telah terdapat perubahan yaitu dapat terbentuknya badan usaha berbadan hukum dengan 1 (satu) pendiri atau pemegang saham dengan tujuan memudahkan pengembangan usaha mikro kecil. Selain itu, telah terjadi adanya perubahan paradigma Perseroan Terbatas dari asosiasi modal menjadi tidak hanya asosiasi modal, karena PT dapat didirikan oleh satu orang. Selain itu menurut Desak Putu, dkk, pendiri PT Perorangan dapat dilakukan berdasarkan Pasal 7 ayat (5) dan (7) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Perbedaan artikel jurnal tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah peneliti menganalisis PT Perorangan terkait dengan dampaknya pada adanya dualisme kepentingan pribadi dan kepentingan perseroan sehingga mengaburkan prinsip limited liability (pertanggungjawaban terbatas) pada Perseroan. Selain itu, dengan adanya PT Perorangan, penerapan prinsip Piercing The Corporate Veil menjadi kabur atau berketidakpastian hukum karena akan sulitnya mengidentifikasi kegiatan yang dilakukan oleh pemegang saham apakah berdasarkan kepentingan Perseroan atau kepentingan pribadi.

62 Desak Putu Dewi Kasih, dkk, “Perseroan Perseorangan Pasca Undang-Undang Cipta Kerja: Perubahan Paradigma Perseroan Terbatas Sebagai Asosiasi Modal”, (Arena Hukum, Volume 15, Nomor 1, April 2022).

41

7. Artikel Jurnal ditulis oleh Muhammad Faiz Aziz dan Nunuk Febriananingsih 63

Artikel Jurnal ini membahas adanya konsep PT Perorangan yang diusung sebelum Undang-Undang Cipta Kerja disahkan. Penelitian ini membahas konsep PT Perorangan dan membandingkannya dengan peraturan di negara lain yaitu Uni Eropa, United Kingdom, Malaysia, dan Singapura. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa konsep PT Perorangan dan membandingkannya dengan negara-negara tersebut setidaknya harus memenuhi pengaturan yang berkualitas dengan adanya syarat-syarat tertentu yaitu pendefinisian yang jelas atas PT Perorangan, persyaratan pendiri dan pemegang saham, persyaratan permodalan minimum dan penyetoran modal, penerapan ketentuan deposit atau jaminan modal yang disetorkan, proses pendirian dan pengesahan badan hukum, organ perusahaan dan tanggung jawabnya, laporan perusahaan, dan peralihan status dan prosedurnya.

Perbedaan artikel jurnal tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah peneliti menganalisis PT Perorangan berkaitan dengan tanggung jawab terbatas (limited liability) dan tidak pastinya penerapan prinsip Piercing The Corporate Veil karena pemegang saham hanya seorang dan dapat beririsan antara kepentingan pribadi dan kepentingan Perseroan.

8. Artikel Jurnal ditulis oleh Kurniawan 64

Artikel Jurnal ini membahas tentang adanya tanggung jawab pemegang saham pada perseroan dengan mengacu kepada peraturan perundang- undangan terkait. Penelitian pada artikel ini menyimpulkan bahwa tanggung jawab pemegang saham hanya sebatas pada modal yang disetorkan. Namun, terdapat pengecualian bahwa pemegang saham dapat saja mempertanggungjawabkan seluruh kerugian dari perusahaan jika

63 Muhammad Faiz Aziz dan Nunuk Febrianingsih, “Mewujudkan Perseroan Terbatas (PT) Perseorangan Bagi Usaha Mikro Kecil (UMK) Melalui Rancangan Undang-Undang Tentang Cipta Kerja, (Rechtsvinding: Volume 9, Nomor 1, April 2020).

64 Kurniawan, “Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif”, (Mimbar Hukum, Volume 26, Nomor 1, Februari 2014), h. 1.

persyaratan sebagai perseroan belum terpenuhi, pemegang saham beritikad buruk memanfaatkan perseroan guna kepentingan pribadi, dan ketentuan lainnya yang diatur dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.65

Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan artikel tersebut adalah peneliti melakukan pendekatan limited liability dan Piercing the Corporate Veil sebagaimana dituliskan oleh Kurniawan sebagai dasar penelitian untuk meninjau pertanggungjawaban hukum perseroan Perorangan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

9. Artikel Jurnal ditulis oleh Siti Hapsah Isfardiyana 66

Penelitian pada artikel ini menyimpulkan bahwa penerapan tanggung jawab terbatas pada perusahaan ketika terjadi kepailitan dapat tidak diberlakukan jika prinsip fiduciary duty berupa kecakapan dan kehati-hatian berdasarkan peraturan perundang-undangan dilanggar.

Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan artikel tersebut adalah peneliti melakukan objek penelitian adalah Perseroan Terbatas Perorangan Yang rentan akan adanya ketidakjelasan mengenai pertanggungjawaban perusahaan atau pribadi karena tidak adanya pengawasan terhadap direksi terutama pemegang saham itu sendiri sekaligus direksi.

65 Kurniawan, “Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif”, … h. 81.

66 Siti Hapsah Isfardiyana, “Tanggung Jawab Organ Perseroan Terbatas Dalam Kasus Kepailitan”, (Arena Hukum, Volume 7, Nomor 2, Agustuts 2014), h. 1.

43

Dokumen terkait