• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengabsahan data

Dalam dokumen KABUPATEN ENREKANG (Halaman 52-55)

BAB III METODE PENELITIAN

G. Pengabsahan data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu (Moleong, 2011). Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck (Sugiyono, 2012). Namun, untuk penelitian ini peneliti menggunakan metode triangulasi sebagai uji kredibilitas atau pengabsahan data.

Triangulasi bermakna yakni kebenaran data yang akan dikumpul dari berbagai sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2012). Triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan bentuk pengecekan data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan data dan pengujian data yang sudah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara, dan dokumen – dokumen yang ada. Kemudian peneliti membandingan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dalam bentuk pengecekan data kepada sumber yang sama dengan dengan teknik yang berbeda, dalam hal ini data yang diperoleh dengan wawancara lalu di cek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang tidak sama, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandang yang berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar dan pada sore hari. Bila hasil uji menghasilkan

data yang berbeda, maka dilakuan cara berulang-ulang hingga ditemukan kepastian pada data tersebut.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Enrekang a. Kondisi Geografis

Kabupaten Enrekang secara geografis terletak antara 3 14‟36‟‟- 3 50‟00” Lintang Selatan dan antara 199 40‟53” - 120 6‟33” Bujur Timur. Letak geografis Kabupaten Enrekang berada di jantung jazirah Sulawesi Selatan yang dalam peta batas wilayah memang bentuknya seperti jantung. Batas wilayah Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara : Kabupaten Tanah Toraja 2) Sebelah Timur : Kabupaten Luwu 3) Sebelah Selatan : Kabupaten Sidrap 4) Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang b. Kondisi Topografi

Topografi Wilayah Kabupaten Enrekang pada umumnya mempunyai wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai dengan ketinggian 47 - 3.293 m dari permukaan laut serta tidak mempunyai wilayah pantai. Secara umum keadaan Topografi Wilayah wilayah didominasi oleh bukit- bukit/gunung-gunung yaitu sekitar 84,96% dari luas wilayah Kabupaten Enrekang sedangkan yang datar hanya 15,04%. Musim

44

yang terjadi di Kabupaten Enrekang ini hampir sama dengan musim yang ada di daerah lain yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu musim hujan dan musim kemarau dimana musim hujan terjadi pada bulan November - Juli sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Agustus - Oktober.

Selama setengah dasawarsa terakhir telah terjadi perubahan wilayah administrasi pemerintahan baik pada tingkat kecamatan maupun level desa/kelurahan.Pada Tahun 1995 di Kabupaten Enrekang hanya terdapat 54 desa/kelurahan yang tersebar pada 5 kecamatan.Dengan adanya perubahan situasi dan kondisi wilayah, maka pemekaran desa/kelurahan sudah menjadi keharusan. Maka pada tahun 1997, jumlah desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Enrekang telah bertambah dari 78 desa/kelurahan kondisi tahun 1996, menjadi 108 desa/kelurahan. Demikian halnya pada tingkat kecamatan, yang semula hanya 5 kecamatan menjadi 9 kecamatan.

Pada pertengahan tahun 2003 terjadi pemekaran sehingga bertambah lagi sebanyak 3 desa menjadi 111 desa/kelurahan.

Kemudian pada akhir tahun 2006 terjadi pemekaran desa dan kecamatan menjadi 11 kecamatan dan 112 desa/kelurahan.Terakhir pada tahun 2008 mekar kembali menjadi 12 kecamatan dan 129 desa/kelurahan. Dari 12 Kecamatan tersebut, kecamatan terluas adalah Kecamatan

Maiwa yaitu 392,87 km2 atau 22 persen dari luas Kabupaten 44

Enrekang, kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Alla yaitu 34,66 km2 atau 1,94 persen dari luas Kabupaten Enrekang.

Pegunungan Latimojong yang memanjang dari arah utara ke Selatan rata-rata ketinggian sekitar 3000 meter di atas permukaan laut, memagari kabupaten enrekang di sebelah timur sedang di sebelah barat membentang sungai Saddang yang berada dalam wilayah Kabupaten Pinrang dengan aliran pengairan sampai Kabupaten Sidrap.

Ditinjau dari kerangka pengembangan wilayah maupun secara geografis Kabupaten Enrekang juga dapat dibagi kedalam dua kawasan yaitu Kawasan Barat Enrekang (KBE) dan Kawasan Timur Enrekang (KTE). KBE meliputi Kecamatan Alla, Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Enrekang dan Kecamatan Cendana, sedangkan KTE meliputi Kecamatan Curio, Kecamatan Malua, Kecamatan Baraka, Kecamatan Bungin dan Kecamatan Maiwa. Luas KBE kurang lebih 659,03 Km 2 atau 36,90% dari Luas Kabupaten Enrekang sedangkan luas KTE kurang lebih 1.126,98 Km2 atau 63,10% dari, Luas wilayah Kabupaten Enrekang.

Dilihat dari aktivitas perekonomian, tampak ada perbedaan signifikan antara kedua wilayah tersebut. Pada umumnya aktivitas perdagangan dan industri berada pada wilayah KBE. Selain itu industri jasa seperti transportasi, telekomunikasi, hotel, restoran, perbankan, perdagangan industri pengolahan hasil pertanian berpotensi

dikembangkan di wilayah tersebut. Sedangkan KTE yang selama ini dianggap relatif tertinggal bila dilihat dari ketersedian sarana dan prasarana sosial ekonomi, sangat memadai dari segi potensi SDA, sehingga amat potensial untuk pengembangan pertanian dalam arti yang luas yaitu pertanian tanaman pangan/ hortikultura, perkebunan dan pengembangan hutan rakyat.

Pemekaran dari lima kecamatan menjadi sembilan kecamatan di Kabupaten Enrekang menyebabkan akses penduduk terhadap pelayanan pemerintahan lebih mudah dicapai. Kondisi ini dipermudah oleh semakin dekatnya pusat pemerintahan kecamatan dari desa-desa bawahannya. Selain itu jumlah penduduk serta aktivitasnya yang akan ditangani setiap wilayah kecamatan semakin berkurang. Pemekaran ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan roda pemerintahan sehingga akan memberikan efek positif terhadap akselerasi pembangunan di setiap wilayah.

Kawasan Timur Enrekang yang memiliki wilayah yang luas dengan berbagai potensinya memberi peluang untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura serta tanaman perkebunan dan kehutanan. Adanya keterbatasan akses KTE terhadap Kawasan Barat Enrekang mengindikasikan perlunya kebijakan atau langkah langkah strategis yang memungkinkan kedua wilayah tersebut dapat bersinergi untuk menuju pencapaian visi dan misi daerah.

c. Kondisi wilayah kabupaten enrekang.

Kabupaten Enrekang berada di jantung Jazirah Sulawesi Selatan yang dalam peta batas wilayah memang bentuknya seperti jantung. Pegunungan Latimojong yang memanjang dari Utara ke Selatan rata-rata ketinggian ± 3.000 meter diatas permukaan laut, memagari Kabupaten Enrekang di sebelah timur sedang di sebelah barat membentang Sungai Saddang dari utara ke selatan yang pengendalian airnya menentukan pengairan saddang yang berada dalam wilayah Kabupaten Pinrang dengan aliran pengairan sampai ke Kabupaten Sidenreng Rappang.Kabupaten Enrekang terletak antara 3º 14‟36” LS dan 119º40‟53” BT. Jarak dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar) ke kota Enrekang dengan jalan darat sepanjang 235 Km. Batas-batas daerah Kabupaten Enrekang : Sebelah Utara Kabupaten Tana Toraja, Sebelah Selatan Kabupaten Sidenreng Rappang, Sebelah Barat Kabupaten Pinrang, dan Sebelah Timur Kabupaten Luwu dan Sidenreng Rappang. Kabupaten Enrekang berada di daerah pegunungan, terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit sambung menyambung, mengambil dari ± 85% dari seluruh luas Kabupaten Enrekang yang luasnya ± 1.786,01 Km atau 2,92 dari seluruh luas seluruh provinsi Sulawesi Selatan, secara administratif terbagi menjadi 9 kecamatan dan 111 Desa.

Iklim di Kabupaten Enrekang hampir sama dengan daerah lainnya di provinsi Sulawesi Selatan yaitu terbagi 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi/ berlangsung pada bulan November-

Juli, sedangkan pada musim kemarau berlangsung pada bulan Agustus- Oktober. Jumlah hari hujan (HH) pada tahun 2001 139 dan curah hujan 3.970 mm, tahun 2002 jumlah HH 137 hari dan CH 1410 mm, tahun 2003 jumlah HH 82 CH 1925 mm.

Gambar 4:1 peta Kabupaten Enrekang

Sumber : Buku Profil Kabupaten Enrekang d. Kondisi Penduduk Kabupaten Enrekang

Jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang untuk tahun 2019 adalah sebanyak 188.070 jiwa yang tersebar di 12 kecamatan. Dengan kepadatan penduduk mencapai 105 jiwa/km².

Tabel 4.1 Penduduk menurut jenis kelamin dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Enrekang Tahun 2018

No. Nama

Kecamatan

Laki- Laki

Perempuan Jumlah Total

Kepadatan Penduduk

1. Maiwa 11.655 11.657 23.312 59,3

2. Bungin 2.284 2.098 4.382 18,5

3. Enrekang 14.928 14.929 29.857 102,5

4. Cendana 4.269 4.420 8.689 95,5

5. Baraka 10.495 10.287 20.782 130,6

6. Buntu Batu 6.097 5.896 11.933 94,7 7. Anggeraja 11.866 11.850 23.716 189,2

8. Malua 4.275 4.322 8.597 213,0

9. Alla 10.107 10.046 20.153 581,4

10. Curio 7.248 7.094 14.342 80,3

11. Masalle 6.145 5.953 12.098 177,0

12. Baroko 5.184p 4.965 10.149 247,1

Kabupaten Enrekang 94.553 93.517 188.070 105.3 Sumber : Kabupaten Enrekang Dalam Angka 2018 BPS Enrekang

Berdasarkan tabel Kecamatan Enrekang memiliki jumlah penduduk yang paling banyak jika dibandingkan dengan kecamatan yang lain yaitu sebesar 29.857 jiwa. Hal ini dimungkinkan karena kecamatan ini berada di ibu kota Kabupaten dengan penduduk yang heterogen. Adapun kecamatan dengan penduduk yang paling sedikit yaitu kecamatan Bungin dengan jumlah penduduk sebesar 4.382 jiwa dan merupakan kecamatan yang baru dimekarkan.

2. Gambaran umum Pertanahan Kabupaten Enrekang

a. Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang

Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang berdiri di atas tanah Sertipikat Hak Pakai seluas 716 m² atas nama Pemerintah Republik Indonesia cq.

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, terletak di Jalan Sultan Hasanuddin No. 2, dengan luas bangunan 1.161 m².

Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya didukung oleh SDM sebanyak 64 orang, terdiri dari 21 pejabat struktural dan 3 jabatan fungsional umum (JFU). Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang dalam menyelenggarakan tugas dan

fungsinya didukung oleh SDM sebanyak 64 orang, terdiri dari 21 pejabat struktural dan 3 jabatan fungsional umum (JFU), dan dari jumlah JFU tersebut sebagai petugas ukur sebanyak 3 orang, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN), Security, Cleaning Service, Pengemudi sebanyak 40 orang.

b. Visi , Misi, Prinsip dan Azas

Penetapan tujuan dan sasaran didasarkan pada identifikasi faktor- faktor kunci keberhasilan (Critical Success Factor) yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Penetapan tujuan akan mengarah kepada perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan Visi dan Misi. Sedangkan sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan terfokus yang bersifat spesifik, terinci, terukur dan dapat dicapai.

1) Visi:

Menjadi Lembaga yang mampu mewujudkan Tanah dan Pertanahan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat, serta keadilaan berkelanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan, dan Kenegaraan Republik Indonesia.

2) Misi:

a) Meningkatkan kinerja dan profesionalisme serta Iman dan Taqwa pegawai

b) Mewujudkan komitmen bersama dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan Jaminan Kepastian Hukum

c) Meningkatkan mutu pelayanan yang Responsif, Transparan,

Akuntabel, dan tidak Diskriminatif

d) Mewujudkan penyelesaian sengketa dan Konflik Pertanahan yang Berkeadilan

e) Membuka Akses untuk Pemberdayaan Masyarakat

f) Berkomitmen mensukseskan Program Strategis Nasional dan Rencana Strategis Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang sesuai Ketentuan yang Berlaku

3) Prinsip dan azas

pengelolaan pertanahan nasional dijalankan dengan 4 prinsip pertanahan yaitu:

a) Pengelolaan pertanahan harus berkontribusi pada kesejahteraan rakyat (welfare);

b) .Pengelolaan pertanahan harus berkontribusi pada keadilan (justice);

c) Pengelolaan pertanahan harus berkontribusi pada Indonesia Sustainability Society (sustainability);

d) Pengelolaan pertanahan harus berkontribusi pada harmoni kemasyarakatan harmony).

Keempat prinsip pengelolaan pertanahan tersebut diatas, diturunkan dari Pancasila, Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Tap MPR Nomor IX/MPR/2001,Pasal 1 sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang Pokok Agraria, dan peraturan perundang-undangan lain yang langsung mengatur pertanahan. Dengan terwujudnya kebijakan dan strategi Pengelolaan Pertanahan sebagaimana diuraikan dalam keempat prinsip tersebut di atas,

pada gilirannya akan menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

c. Tugas Pokok dan Fungsi

Kantor Pertanahan menyelenggarakan fungsi:

1) Penyusunan rencana, program, anggaran dan pelaporan;

2) Pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan;

3) Pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran tanah dan pemberdayaan masyarakat;

4) Pelaksanaan penataan pertanahan;

5) Pelaksanaan pengadaan tanah;

6) Pelaksanaan pengendalian pertanahan dan penanganan sengketa dan perkara pertanahan; dan

7) Pelaksanaan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi Kantor Pertanahan.

d. Kantor Pertanahan terdiri atas 1) Sub bagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi Kantor Pertanahan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Subbagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:

a) penyusunan rencana, program dan anggaran, serta pelaporan;

b) pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan program strategis

pertanahan;

c) pelaksanaan urusan organisasi, ketatalaksanaan,analisis jabatan, dan pengelolaan urusan kepegawaian;

d) pengoordinasian dan fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi di Kantor Pertanahan;

e) pelaksanaan urusan keuangan dan administrasi barang milik negara;

f) pelaksanaan urusan ketatausahaan, rumah tangga,protokol, perlengkapan, dan penyelenggaraan layanan pengadaan;

g) pengoordinasian dan fasilitasi pengelolaan pelayanan pertanahan;

dan

h) pelaksanaan urusan hubungan masyarakat dan pelayanan informasi, advokasi hukum, peraturan perundang-undangan, dan penanganan pengaduan masyarakat.

2) Seksi Infrastruktur Pertanahan

Seksi Infrastruktur Pertanahan mempunyai tugas melakukan pengoordinasian dan pelaksanaan pengukuran dan pemetaan dasar, pengukuran dan pemetaan kadastral, serta survei dan pemetaan tematik.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud , Seksi Infrastruktur Pertanahan menyelenggarakan fungsi:

a) pelaksanaan pengukuran dan pemetaan dasar;

b) pelaksanaan pengukuran batas administrasi, kawasan dan wilayah tertentu;

c) pelaksanaan pembinaan tenaga teknis, surveyor, dan petugas survei

dan pemetaan tematik;

d) pelaksanaan pengelolaan dan pemutakhiran peralatan teknis serta teknologi pengukuran dan pemetaan;

e) pelaksanaan pemeliharaan kerangka dasar kadastral nasional di wilayahnya;

f) pelaksanaan dan pengelolaan basis data geospasial pertanahan dan Komputerisasi Kegiatan Pertanahan berbasis data spasial;

g) pelaksanaan pengukuran dan pemetaan kadastral, pembukuan serta pengelolaan basis data dan informasi batas bidang tanah, ruang dan perairan;

h) pelaksanaan survei dan pemetaan tematik pertanahan, perbatasan dan wilayah tertentu; dan

i) pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di seksi infrastruktur pertanahan.

3) Seksi Hubungan Hukum Pertanahan

Seksi Hubungan Hukum Pertanahan mempunyai tugas melakukan pengoordinasian dan pelaksanaan penetapan hak tanah dan pemberdayaan hak tanah masyarakat, pendaftaran hak tanah dan pemeliharaan data hak tanah serta pembinaan PPAT.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam, Seksi Hubungan Hukum Pertanahan menyelenggarakan fungsi:

a) pelaksanaan pemberian penetapan, perpanjangan dan penetapan kembali hak perseorangan dan badan hukum swasta, serta hak atas

ruang dan hak komunal;

b) penyiapan bahan pemberian izin dan penetapan hak atas tanah badan sosial/keagamaan serta penegasan sebagai tanah wakaf, tanah bekas milik Belanda dan bekas tanah asing lainnya;

c) penyiapan bahan penunjukan badan hukum tertentu yang dapat mempunyai hak milik;

d) pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi tanah hak perseorangan dan badan hukum swasta, serta hak atas ruang;

e) pelaksanaan pemberdayaan hak atas tanah masyarakat;

f) penyiapan kerjasama dengan lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah dalam rangka pemberdayaan hak atas tanah masyarakat;

g) pelaksanaan pengembangan dan diseminasi model pemberdayaan hak atas tanah masyarakat;

h) pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, hak atas ruang, hak milik atas satuan rumah susun, hak pengelolaan, hak tanggungan, tanah wakaf, hak atas tanah badan sosial/keagamaan dan pencatatan pembatalan hak serta hapusnya hak;

i) pemeliharaan data pendaftaran tanah dan ruang, hak milik atas satuan rumah susun, hak pengelolaan, tanah wakaf, dan pemberian izin peralihan hak, pelepasan hak, perubahan penggunaan dan perubahan pemanfaatan/komoditas, peralihan saham, pengembangan dan pembinaan PPAT;

j) pengelolaan informasi dan Komputerisasi Kegiatan Pertanahan berbasis data yuridis; dan

k) pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di seksi hubungan hukum pertanahan.

4) Seksi P enat aan Pertanahan

Seksi Penataan Pertanahan mempunyai tugas melakukan pengoordinasian dan pelaksanaan penatagunaan tanah dan kawasan tertentu, land reform dan konsolidasi tanah.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam , Seksi Penataan Pertanahan menyelenggarakan fungsi:

a) pelaksanaan penyusunan persediaan tanah, penetapan penggunaan dan pemanfaatan tanah, neraca penatagunaan tanah, bimbingan dan penerbitan pertimbangan teknis pertanahan dan penatagunaan tanah, pemantauan dan evaluasi perubahan penggunaan tanah, pengelolaan basis data dan sistem informasi geografi;

b) pelaksanaan inventarisasi dan pengelolaan basis data potensi dan data lahan pertanian pangan berkelanjutan;

c) pelaksanaan inventarisasi dan pengelolaan basis data tanah obyek landreform, pengusulan penetapan/penegasan tanah obyek landreform, pengeluaran tanah dari obyek landreform, pendayagunaan tanah obyek landreform dan ganti kerugian tanah obyek landreform;

d) pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di seksi penataan pertanahan.

5) Seksi Pengadaan Tanah

Seksi Pengadaan Tanah mempunyai tugas melakukan pengoordinasian dan pelaksanaan pemanfaatan tanah pemerintah dan penilaian tanah, serta fasilitasi pengadaan dan penetapan tanah pemerintah.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam, Seksi Pengadaan Tanah menyelenggarakan fungsi:

a) pelaksanaan pemberian perizinan kerjasama pemanfaatan tanah pemerintah, perpanjangan perizinan kerjasama pemanfaatan tanah pemerintah, pemberian rekomendasi pencatatan peralihan dan penghapusan tanah pemerintah serta pemberian rekomendasi penertiban pelanggaran perjanjian kerjasama pemanfaatan tanah pemerintah;

b) fasilitasi perencanaan dan persiapan pengadaan tanah, pelaksanaan pengadaan tanah pemerintah, dan penyerahan hasil pengadaan tanah;

c) pelaksanaan penetapan hak atas tanah, izin peralihan hak atau izin pelepasan hak dan kerjasama pemanfaatan aset instansi pemerintah, badan hukum pemerintah dan badan usaha pemerintah;

d) pelaksanaan penilaian tanah, bidang tanah dan properti;

e) pelaksanaan pengadaan, pemutakhiran dan kerjasama pembuatan peta zona nilai tanah kabupaten/kota, peta zona nilai ekonomi

kawasan dan potensi sumber daya agraria;

f) pengelolaan informasi dan Komputerisasi Kegiatan Pertanahan berbasis data zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi kawasan; dan g) pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan

pelaporan di seksi pengadaan tanah.

6) Seksi Penanganan Masalah dan Pengendalian Pertanahan

Seksi Penanganan Masalah dan Pengendalian Pertanahan mempunyai tugas melakukan pengoordinasian dan pelaksanaan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan, serta pengendalian pertanahan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Seksi Penanganan Masalah dan Pengendalian Pertanahan menyelenggarakan fungsi :

a) pelaksanaan pencegahan, penanganan dan penyelesaian sengketa/konflik pertanahan, serta analisis dan penyiapan usulan pembatalan hak atas tanah;

b) pelaksanaan penanganan dan penyelesaian perkara pertanahan, analisis dan penyiapan usulan pembatalan hak atas tanah berdasarkan putusan pengadilan atau hasil perdamaian;

c) pelaksanaan pengendalian dan pemantauan pemanfaatan pertanahan;

d) pelaksanaan penelitian data dan penyiapan usulan serta rekomendasi penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar; dan

e) pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan

pelaporan di seksi penanganan masalah dan pengendalian pertanahan.

e. SOP (Standar Operasional Prosedur)

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TATA CARA PENYUSUNAN PETA PROSES BISNIS DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGRARIA

DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN

PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

a. bahwa setiap penyelenggara pelayanan menyusun, menetapkan, dan menerapkan peta proses bisnis dan standar operasional prosedur untuk meningkatkan tertib administrasi, efisiensi, efektifitas dan profesionalitas dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;

b. bahwa untuk memberikan kepastian dan keseragaman pelayanan masyarakat di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, diperlukan pedoman penyusunan proses bisnis dan standar operasional prosedur di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;

c. bahwa peta proses bisnis dan standar operasional prosedur di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional diperlukan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas dan fungsi agar lebih efektif dan efisien, penilaian kinerja, menjadi acuan dalam penyusunan, pembuatan atau perbaikan standar operasional prosedur, perbaikan standar kinerja pelayanan, perbaikan struktur organisasi, pembuatan dan perbaikan uraian pekerjaan, serta menjadi dasar pengambilan keputusan strategis terkait pengembangan organisasi dan sumber daya manusia;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional tentang Tata Cara Penyusunan Peta Proses Bisnis dan Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

3. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 18);

4. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 21);

5. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 191);

6. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1874) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Dalam dokumen KABUPATEN ENREKANG (Halaman 52-55)

Dokumen terkait