• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbedaan Data Penjualan terhadap Laba Bersih

Ringkasan Klasifikasi Biaya Perusahaan Manufaktur

Tampilan 3-2 Scattergraph

4.4 Pengaruh Perbedaan Data Penjualan terhadap Laba Bersih

Perbedaan antara biaya variabel dan penyerapan terletak pada jumlah laba periodik. Jumlah laba periodik kedua metode itu berbeda ketika jumlah unit yang diproduksi dan jumlah unit yang terjual berbeda.

Berikut ini akan dicontohkan, jika unit yang diproduksi selama 3 tahun berturut- turut sama tapi jumlah unit yang terjual berbeda selama 3 tahun berturut-turut.

Sebagai contoh Perusahaan Sabun “Bersih” memiliki data berikut Harga jual perunit terjual Rp 35

Biaya produksi variabel perunit produk Rp 17 Biaya overhead pabrik tetap pertahun Rp 350.000

Biaya penjualan dan administrasi variabel perunit terjual Rp 2 Biaya penjualan dan administrasi tetap pertahun Rp 100.000

Tahun1 Tahun 2 Tahun 3

Unit dalam persediaan awal 0 0 5000

Unit yang diproduksi 35.000 35.000 35.000

Unit terjual 35.000 30.000 40.000

Unit dalam persediaan akhir 0 5000 0

Penyajian laporan laba rugi untuk contoh diatas ditunjukkan dalam tampilan 4-2.

Sebelumnya kita hitung terlebih dahulu biaya per unit dari masing-masing tahun untuk kedua pendekatan yaitu biaya penyerapan dan biaya variabel.

Biaya Produk per unit

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Dengan perhitungan biaya variabel

(Biaya produksi variabel saja)

Rp 17 Rp 17 Rp 17 Dengan perhitungan biaya penyerapan:

Biaya produksi variabel Biaya overhead pabrik tetap:

(350.000/jumlah yang diproduksi setiap tahun Total biaya per unit

Rp 17 Rp 10 Rp 27

Rp 17 Rp 10 Rp 27

Rp 17 Rp 10 Rp 27

Tampilan 4-2

Laporan dengan Menggunakan Perhitungan Biaya Penyerapan dan Variabel- Perusahaan Sabun “Bersih”

Perhitungan Biaya Penyerapan Tahun 1

Penjualan Rp 1.225.000

Dikurangi Harga Pokok Penjualan :

Persediaan Awal: Rp 0

Ditambah Biaya yang Diproduksi

(35.000 unit x Rp 27 per unit) Rp 945.000 Barang Tersedia untuk Dijual Rp 945.000 Dikurangi Persediaan Akhir Rp 0

Harga Pokok penjualan Rp 945.000

Laba Kotor Rp 280.000

Dikurangi Biaya Penjualan dan Administrasi

(35.000 unit x Rp 2 + Rp100.000 tetap) Rp 170.000

Laba Operasional Bersih Rp 110.000

Perhitungan Biaya Penyerapan Tahun 2

Penjualan Rp 1.050.000

Dikurangi Harga Pokok Penjualan :

Persediaan Awal: Rp 0

Ditambah Biaya yang Diproduksi

(35.000 unit x Rp 27 per unit) Rp 945.000 Barang Tersedia untuk Dijual Rp 945.000 Dikurangi Persediaan Akhir

(5000 unit x Rp 27 perunit) Rp 135.000

Harga Pokok penjualan Rp 810.000

Laba Kotor Rp 240.000

Dikurangi Biaya Penjualan dan Administrasi

(30000 unit x Rp 2 + Rp100.000 tetap) Rp 160.000

Laba Operasional Bersih Rp 80.000

Perhitungan Biaya Penyerapan Tahun 3

Penjualan Rp 1.400.000

Dikurangi Harga Pokok Penjualan :

Persediaan Awal: Rp 135.000

Ditambah Biaya yang Diproduksi

(35.000 unit x Rp 27 per unit) Rp 945.000 Barang Tersedia untuk Dijual Rp1.080.000 Dikurangi Persediaan Akhir Rp 0

Harga Pokok penjualan Rp 1.080.000

Laba Kotor Rp 320.000

Dikurangi Biaya Penjualan dan Administrasi

(40.000 unit Rp 2 + Rp100.000 tetap) Rp 180.000

Laba Operasional Bersih Rp 140.000

Perhitungan Biaya Variabel Tahun 1

Penjualan Rp 1.225.000

Dikurangi Biaya Variabel :

Persediaan Awal: Rp 0

Ditambah Biaya yang Diproduksi

(35.000 unit x Rp 17 perunit) Rp 595.000 Barang Tersedia untuk Dijual Rp 595.000 Dikurangi Persediaan Akhir Rp 0 Harga Pokok penjualan Variabel Rp 595.000 Biaya penjualan & administrasi variabel

(Rp 2 perunit terjual) Rp 70.000

Rp 665.000

Margin Kontribusi Rp 560.000

Dikurangi Biaya Tetap:

Overhead Pabik Tetap Rp 350.000

Biaya Penjualan & administrasi Tetap Rp 100.000

Rp 450.000

Laba Operasioal Bersih Rp 110.000

Perhitungan Biaya Variabel Tahun 2

Penjualan Rp 1.050.000

Dikurangi Biaya Variabel :

Persediaan Awal: Rp 0

Ditambah Biaya yang Diproduksi

(35.000 unit x Rp 17 perunit) Rp 595.000 Barang Tersedia untuk Dijual Rp 595.000 Dikurangi Persediaan Akhir

(5000 unitx Rp 17 perunit) Rp. 85.000 Harga Pokok penjualan Variabel Rp 510.000

Biaya penjualan & administrasi variabel

(Rp 2 perunit terjual) Rp 60.000

Rp 570.000

Margin Kontribusi Rp 480.000

Dikurangi Biaya Tetap:

Overhead Pabik Tetap Rp 350.000 Biaya Penjualan & administrasi TetapRp 100.000

Rp 450.000

Laba Operasioal Bersih Rp 30.000

Perhitungan Biaya Variabel Tahun 3

Penjualan Rp 1.400.000

Dikurangi Biaya Variabel :

Persediaan Awal: Rp 85.000

Ditambah Biaya yang Diproduksi

(35.000 unit x Rp 17 perunit) Rp 595.000 Barang Tersedia untuk Dijual Rp 680.000 Dikurangi Persediaan Akhir Rp 0 Harga Pokok penjualan Variabel Rp 680.000 Biaya penjualan & administrasi variabel

(Rp 2 perunit terjual) Rp 80.000

Rp 760.000

Margin Kontribusi Rp 640.000

Dikurangi Biaya Tetap:

Overhead Pabik Tetap Rp 350.000 Biaya Penjualan & administrasi TetapRp 100.000

Rp 450.000

Laba Operasioal Bersih Rp 190.000

Perbandingan pengaruh laba terhadap perhitungan biaya penyerapan dan variabel diringkaskan di tampilan 4-3

Tampilan 4-3

Perbandingan Pegaruh Laba – Perhitungan Biaya dan Variabel Hubungan antara Produksi

dan Penjualan untuk Periode yang Bersangkutan

Akibat pada Perusahaan Hubungan antara Laba Bersih Operasional Perhitungan Biaya Penyerapan dan Perhitungan Biaya Variabel

Produksi = Penjualan Persediaan tidak berubah Laba bersih operasional perhitungan biaya penyerapan

= Laba bersih operasional perhitungan biaya variabel Produksi > Penjualan Persedian meningkat Laba bersih operasional

perhitungan biaya penyerapan

>Laba bersih operasional perhitungan biaya variabel*

Produksi < Penjualan Persediaan Menurun Laba bersih operasional perhitungan biaya penyerapan

<Laba bersih operasional perhitungan biaya variabel**

* Laba operasi lebih tinggi dengan menggunakan perhitungan biaya penyerapan, karena dengan perhitungan ini overhead parik tetap ditangguhkan ke dalam persediaan seiring dengan naiknya persediaan.

** Laba operasi lebih rendah dengan menggunakan perhitungan biaya penyerapan, karena dengan perhitungan ini overhead parik tetap dilepaskan dari persediaan seiring dengan turunnya persediaan.

Sumber: Garrison, Norren, Brewer, (2006) Managerial Accounting,eleven edition.. Mc-Graw Hil Companies Inc, NewYork.

Argumen dari tahun 1 sampai dengan tahun 3 didiskusikan sebagai berikut (Gorrison., et,al, 397-399, 2006):

1. Ketika produksi dan penjualan sama, seperti ditahun 1 Untuk perusahaan sabun

“bersih”,laba bersih operasional akan sama secara umum dengan tidak memandang apakah digunakan perhitungan biaya penyerapan atau perhitungan biaya variabel. Alasannya adalah : Perbedaannya hanya terletak pada nilai dari overhead pabrik tetap yang diakui sebagai biaya dalam laporan laba rugi. Ketika semua yang diproduksi pada tahun itu telah terjual, semua overhead pabrik tetap yang dibebankan ke unit produk menggunakan perhitungan biaya penyerapan menjadi bagian dari harga pokok penjualan untuk taun itu. Dengan perhitungan biaya variabel, overhead pabrik tetap langsung dibebankan ke laporan laba rugi.

Sehingga dengan kedua metode itu, ketika produksi sama dengan penjualan (dan persediaan tidak berubah), semua overhead pabrik tetap yang terjadi di tahun itu langsung mengalir ke laporan laba rugi sebagai biaya. Sehingga, laba operasi bersih dengan menggunakan kedua metode tersebut adalah sama.

2. Ketika produksi melebihi penjualan, laba bersih operasional yang dilaporkan dengan menggunakan perhitungan biaya penyerapan pada umunya akan lebih besar dari laba bersih operasional yang dilaporkan dengan perhitungan biaya variabel (lihat tahun 2 tampilan 4-2). Ini terjadi karena dengan perhitungan biaya penyerapan sebagian biaya overhead pabrik tetap untuk periode berjalan ditangguhkan dalam persediaan. Dalam tahun 2, sebagai contoh, biaya overhead pabrik tetap Rp 50.000 (5000 unit x Rp 10) telah dibebankan dalam unit persediaan akhir. Biaya ini tidak dimasukkan dalam harga pokok penjualan.

Tetapi, dengan perhitungan biaya variabel semua biaya overhead pabrik tetap untuk tahun 2 telah dibebankan terhadap pendapatan sebaai biaya periodik, Sebagai hasilnya, laba bersih operasional untuk tahun 2 dengan perhitunga biaya variabel lebih rendah Rp 50.000 dibandingkan dengan perhitungan biaya

penyerapan.

3. Ketika produksi di bawah penjualan, laba bersih operasional yang dilaporkan dengan menggunakan perhitungan biaya penyerapan pada umumnya akan lebih rendah dari laba bersih operasional yang dilaporkan dengan perhitungan biaya variabel (lihat tahun 3 pada tampilan 4-2). Ini terjadi karena persediaan menurun dan biaya overhead pabrik tetap yang sebelumnya ditangguhkan dalam persediaan

dengan metode perhitungan biaya penyerapan sekarang dikeluarkan dan dibebankan terhadap pendapatan (dikenal sebagai fixed manufacturing overhead cost release from inventory). Dalam taun 3, sebagai contoh Rp 50.000 biaya overhead pabrik tetap yang ditangguhkan dalam persediaan dengan pendekatan penyerapan dari tahun 2 ke tahun 3 dikeluarkan dari persediaan karena unit ini terjual. Hasilnya, harga pokok penjualan tahun 3 tidak hanya mencakup semua biaya overhead pabrik tetap untuk tahun 3 (karena semua yang diproduksi di tahun 3 terjual di tahun 3 ( tetapi juga biaya overhead pabrik tetap tahun 2 sebesar Rp 50.000).

Sebaliknya dengan perhitungan biaya variabel hanya biaya overhead pabrik tetap tahun 3 yang akan dibebankan di tahun 3. Hasilnya adalah laba bersih operasional dengan perhitungan biaya variabel Rp 50.000 lebih tinggi dibandingkan dengan meode perhitungan biaya penyerapan.