BAB III METODE PENELITIAN
F. Pengecekan Keabsahan Data
Di dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan validityas interbal (credibility) pada aspek nilai kebenaran, pada penerapannya ditinjau dari validitas eksternal (transferability), dan realibilitas (dependability) pada aspek konsistensi, serta obyektivitas (confirmability) pada aspek naturalis. Pada penelitian kualitatif, tingkat keabsahan lebih ditekankan pada data yang diperoleh. Melihat hal tersebut maka kepercayaan data hasil penelitian dapat dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap keberhasilan sebuah penelitian.
Data yang valid dapat diperoleh dengan melakukan uji kredibilitas (validityas interbal) terhadap data hasil penelitian sesuai dengan prosedur uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif.
Adapun macam-macam pengujian kredibilitas, antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck.
1. Perpanjangan pengamatan
Hal ini dilakukan untuk menghapus jarak antara peneliti dan narasumber sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan oleh narasumber karena telah memercayai peneliti. Selain itu, perpanjangan pengamatan dan mendalam dilakukan untuk mengecek kesesuaian dan kebenaran data yang telah diperoleh.
Perpanjangan waktu pengamatan dapat diakhiri apabila pengecekan kembali data di lapangan telah kredibel.
2. Meningkatkan ketekunan
Pengamatan yang cermat dan berkesinambungan merupakan wujud dari peningkatan ketekunan yang dilakukan oleh peneliti. Ini dimaksudkan guna meningkatkan kredibilitas data yang diperoleh. Dengan demikian, peneliti dapat mendeskripsikan data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
3. Triangulasi
Ini merupakan teknik yang mencari pertemuan pada satu titik tengah informasi dari data yang terkumpul guna pengecekan dan pembanding terhadap data yang telah ada.
a. Triangulasi Sumber, Menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan sesuai dengan apa yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut. Peneliti akan melakukan pemilahan data yang sama dan data yang berbeda untuk dianalisis lebih lanjut.
b. Triangulasi Teknik, Pengujian ini dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya dengan melakukan observasi, wawancara, atau dokumentasi. Apabila terdapat hasil yang berbeda maka peneliti melakukan konfirmasi kepada sumber data guna memperoleh data yang dianggap benar.
c. Triangulasi Waktu, Narasumber yang ditemui pada pertemuan awal dapat memberikan informasi yang berbeda pada pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecekan berulang-ulang agar ditemukan kepastian data yang lebih kredibel.
4. Analisis kasus negatif
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Dengan demikian temuan penelitian menjadi lebih kredibel.
5. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan yang dimaksud dapat berupa alat perekam suara, kamera, handycam dan lain sebagainya yang dapat digunakan oleh peneliti selama melakukan penelitian. Bahan referensi yang dimaksud ini sangat mendukung kredibilitas data.
6. Mengadakan Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data atau informan. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya data tersebut valid.
Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Desrkripsi Umum
Kabupaten Pangkajenne dan Kepulauan (Pangkep) yang membentangi di bagian Barat Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayahnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu pesisir, daratan tinggi, dan kepualauan.
Wilayah kepulauan di Kabupaten Pangkep terdiri dari 112 Pulau dengan 22 Pulau di antaranya yang belum berpenghuni. Kabupaten Pangkep terdiri dari 13 kecamatan yaitu Sembilan Kecamatan terdapat di daratan dan empat Kecamatan di Kepulauan. Sembilan Kecamatan yang terletak di daratan adalah Kecamatan Pangkajenne, Balloci, Bongoro, Labakkang, Ma’rang, Segeri, Tondeng Tallasa, dan Mandalle, sedangkan Kecamatan yang terletak di kepualauan adalah Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, Kecamatan Liukang Tupabbiring Selatan, Liukang Tangaya Dan Liukang Kalmas.
Kabupaten Pangkep yang membentang sepanjang 45 km tepatnya berada pada 4,40o LS-8o LS dan 110o – 113o BT. Kabupaten ini memiliki luas wilayah daratan sebesar 1.112,29 km2 dan luas wilayah lautan mencapai 17.100 km2. Secara administratif, Kabupaten Pangkep berbatasan langsung dengan Kabupaten Barru (Sebelah Utara), Kabupaten Maros (Sebelah Selatan), Kabupaten Bone (Sebelum Timur) dan di sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa,
Pulau Madura, Proponsi Nusa Tenggara Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Topografi Kabupaten Pangkep terdiri dari wilayah pengunungan dan daratan landai. Wilayah pengunungan memiliki ketinggian 50 -1000 meter dari permukaan laut, sedangakan wilayah daratan terdiri dari persawahan, tambak, rawa-rawa dan emapang. Sebagai wilayah dengan tingkat permukaan yang beragam, maka temperatur udara di Kabupaten Pangkep berdaa pada kisaran dari 21oC sampai dengan 31oC atau rata- rata mencapai 26,40oC dengan kecepatan angin dari tinggi sampai dengan sedang
Gambar 2 : Peta Kabupaten Pangkajenne dan Kepulauan (Pangkep)
2. Deskripsi Desa Mattiro Bombang
Desa Mattiro Bombang merupakan salah satu Desa di Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara yang terletak di kawasan Kepulauan Pangkep.
Desa Mattiro Bombang terdiri dari empat Pulau yang berpenghuni dan
beberapa gusung karang.ke empat Pulau tersebut adalah Pulau Salemo, Pulau Sagara, Pulau Sabangko, Dan Pulau Sakuala dan terdiri dari 5 dusun, 5 RW/RK dan 14 RT . Secara administratif, Desa Mattiro Bombang berbatasan dengan Desa Pancana Kabupaten Barru (Sebelah Utara), Desa Mattiro Kanja (Sebelah Selatan), Desa Mattiro Walie ( Sebelah Barat), Dan Kelurahan Talaka, Kecamatan Ma’rang (Sebelah Timur).
Sebagian wilayah Kepulauan, Desa Mattiro Bombang bertopografi datar dan landai dengan rata-rata ketinggian mencapai kurang dari 50 meter dengan luas wilayah 22 km2. Secara geografis, Desa Mattiro Bombang juga merupakan salah satu desa yang terdekat dengan daratan kabupaten pangkep dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi
Desa Mattiro Bombang dapat dicapai dengan menggunakan mikrolet (pete-pete) dari Kota Pangkep sampai ke dermaga limbangan.
Setelah itu dilanjutkan dengan transportasi laut dengan ongkos Rp_10.000,- per orang. Sungai limbangan merupakan pintu utama transportasi publik dengan beberapa kapal beroperasi setiap hari sejak pukul 06.00 pagi sampai 17.00 sore. Perjalanan dari dermaga limbangan menuju desa mattiro bombang memakan waktu sekitar satu jam. Selain dermaga limbangan, Desa tersebut dapat juga dijangkau dari dermaga kasih kebo yang terletak di kecamatan ma’rang dengan waktu yang lebih singkat yaitu sekitar 30 menit akan tetapi sedikit lebih jauh dibandingkan dermaga limbangan kalau dari kota Pangkep.
Gambar 3 : Peta Wilayah Desa Mattiro Bombang
a. Keadaan Penduduk Desa Mattiro Bombang
Penduduk kecamatan liukang tupabbiring utara tidak mengalami pertumbuhan yang begitu banyak. Setiap desa dari tahun 2010 sampai 2014 ada yang mengalami pertumbuhan pada setiap tahunnya ada juga yang mengalami penurunan setiap tahunnya bahkan mengalami pertumbuhan yang naik turun. Secara keseluruhan, jumlah penduduk kecamatan liukang tupabbiring utara pada setiap tahunnya bertambah namun pertumbuhan dari setiap tahunnya tidak terlalu banyak. Dari data BPS dalam angka pada terbitan 2015 Pertumbuhan penduduk dari periode tahun 2010 tercatat 11.429 jiwa dan pada periode tahun 2014 tercatat 11.545. Kita dapat melihat bahwa selisih pertumbuhan penduduk di kecamatan liukang tupabbiring utara 5 tahun terakhir dari tahun 2010 sampai 2014 tidak mengalami pertumbuhan yang terlalu banyak. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 : Pertumbuhan penduduk setiap desa/kelurahan Kec. Liukang Tupabbiring Utara tahun 2010-2014
Desa /Kelurahan Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014 1. Mattiro Bulu
2. MattiroLabangeng 3. Mattiro Uleng 4. Mattiro Kanja 5. Mattiro Baji 6. Mattiro Bombang 7. Mattiro walie
2.840 847 1743 1414 1371 1506 1708
2890 845 1750 1411 1376 1502 1703
2942 840 1754 1405 1378 1493 1694
2992 835 1757 1399 1379 1484 1684
2040 829 1759 1391 1380 1474 1672
Jumlah 11429 11477 11506 11530 11545
Sumber: BPS Kab. Pangkep 2015
Tabel di atas Penduduk desa mattiro matirri bombang pada setiap tahunnya tidak mengalami pertumbuhan secara signifikan melainkan mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Dari data BPS terbitan 2015 tercatat bahwa pendiuduk desa mattiro bombang dari tahun 2010 tercatat 1.506 jiwa sedangkan pada tahun 2014 tercatat 1.474 jiwa. Ini terlihat bahwa penduduk desa mattiro bombang mengalami penurunan pada 5 tahun terakhir ini karena program kb, dan banyaknya penduduk yang merantau kedaerah lain. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin sangat jauh berbeda, penduduk perempuan lebih dominan dari pada jumlah penduduk laki-lakinya. Kita dapat melihat pada Tabel 4
Tabel 4 : Jumlah penduduk setiap desa berdasarkan jenis kelamin Kec Liukang Tupabbiring Utara Kab Pangkep
Desa/kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Mattiro Bulu
2. Mattiro Labangeng 3. Mattiro Uleng 4. Mattiro Kanja 5. Mattiro Baji 6. Mattiro Bombang 7. Mattiro walie
1.494 390 892 648 669 673 805
1.546 439 907 743 711 901 807
3.040 829 1.759 1.391 1.380 1.474 1.672
Jumlah 5.571 5.974 11.545
Sumber : BPS Kab. Pangkep 2015
Tabel di atas, data BPS terbitan tahun 2015 menunjukan bahwa pada setiap desa jumlah penduduk perempuan lebih dominan dibandingkan dengan penduduk laki-lakinya. Terutama penduduk Desa Mattiro Bombang dengan perbedaan yang sangat jauh. Melihat dari pada itu memang harus menjadi perhatian dari pemerintah untuk melakukan pemberdayaan perempuan pada setiap desa khusunya Desa Mattiro Bombang. Dari pertumbuhan penduduk yang pada setiap desanya terkadang ada yang mengalami pertumbuhan dan ada juga yang bahkan hanya menurun. Begitupun dengan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kecamatan liukang tupabbiring utara pada setiap desanya terkadang ada yang semakin meningkat ada juga yang menurun.
Tabel 5: jumlah rumah tangga miskin per desa/kelurahan Kecamatan Liukang Topabbiring Utara Kab. Pangkep
Desa/kelurahan Pra Sejahter
a
Sejahter a I
Sejahter a II
Sejahter a III
Sejahter a III Plus
Jumlah KK
1. Mattiro Walie 2. Mattiro Uleng 3. Mattiro Bulu 4.MattiroLabangen 5. Mattiro Kanja 6. Mattiro Baji 7.Mattiro Bombang
- 18
- 16
1 4 67
33 39 39 26 10 16 10
489 383 628 207 415 349 411
7 47 75 25 7 10 111
- 8 - - 4 1 31
529 495 742 274 437 380 630
Jumlah 106 173 2882 282 44 3487
Sumber : BKKBN Kabupaten Pangkep Tahun 2014
Tabel di atas menunjukan keadaan masyarakat bahwa yang semakin terbelenggu dengan tingkat kemiskinan yang selalu bertambah.
Hal ini yang harus menjadi perhatian utama dari pemerintah. Pemerintah harus lebih merespon keadaan masyarakat, mencari solusi untuk memecahkan mencari cara bagaimana agar supaya tingkat kemiskinan itu tidak semakin bertambah. Khususnya pada desa mattiro bombang yang terdapat sekitar 67 kk yang termasuk pra sejahtera atau rumah tangga sangat miskin, hal ini sangat memprihatinkan. Sekitar 12 % rumah tangga dari 630 rumah tangga yang tergolong sangat miskin itu masih berada pada tingkat yang cukup tinggi. Keadaan masyarakat yang semakin tidak berdaya akan membuat suatu kelemahan bagi suatu daerah karena hal yang paling penting yang menjadi perhatian pada suatu daerah adalah kesejahteraan bagi masyarakat. Pemerintah desa mattiro bombang harus
lebih peka kepada masyarakatnya dan berusaha untuk mengajukan suatu program kepada pemerintah daerah untuk mengatasi tingkat kemiskinan pada desanya. Keadaan masyarakat harus dibuahi dengan program pemberdayaan sehingga mereka memiliki daya untuk lebih sejahtera b. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam pada umumnya ada dua yaitu sumber daya alam di darat dan sumber daya alam di laut. Khusus di Desa Mattiro Bombang sebagai daerah kepulauan, sumber daya alam yang di darat tidak mungkin dapat sama dengan yang ada di daratan di desa-desa lainya di Kabupaten Pangkep. SDA di darat khusunya Desa Mattiro Bombang cukup di manfaatkan oleh masayrakat sebagi tempat tinggal akan tetapi sebagian masyarakat memanfaatkan juga dengan berternak itik atau bebek dan telur yang dihasilkan sebagai bahan komsumsi rumah tangga saja, bahkan sebagian juga menjual ke tetangga. Selain ternak di Desa Mattiro Bombang khususnya di Pulau Salemo juga tumbuh beberapa pohon yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan komsumsi seperti pohon sukun, pohon kelor yang dapat dijadikan sayur serta pohon pisang. Dan masyarakat pun membuat alternatif lain sehingga mereka bisa menanam sayur-sayuran meskipun daerah kepulauan. Sehingga masyarakat membeli kantongan kemudian di isi tanah yang berasal dari tanah dari daratan kemudian di tanami sayur- sayuran.
Kedua adalah sumber daya alam yang di laut, sebagai daerah kepulauan secara otomatis hampir semua masyarakat menggantungkan hidupnya pada hasil laut. sumber daya alam di laut khususnya Desa Mattiro Bombang cukup berpotensi, semua nelayan dapat mencari ikan di laut sekitaran Desa Mattiro Bombang. Cara masyarakat nelayan untuk mencari nafkah bermacam-macam. Sebagian masyarakat memanfaatkan laut sebagi tempat mata pencaharian. Sebagian Nelayan mencari ikan, ada juga yang membudidayakan rumput laut, ada juga yang membudidayakan ikan, dan yang paling banyak adalah mencari kepiting, karna di Desa Mattiro Bombang terkenal dengan kepiting yang melimpah.
Dan kepiting memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga kebanyakan nelayan mencari kepiting di laut sekitaran Desa Mattiro Bombang.
c. Sarana dan Prasana Sosial Ekonomi
Sarana dan prasarana sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi suatu daerah. Pada sub bagian ini akan di uraikan mengenai sarana dan prasana sosial ekonomi yang terdapat di Desa Mattiro Bombang
1. Sarana Pendidikan
Fasilitas Pendidikan di Desa Mattiro Bombang bisa dikatakan cukup baik. Sarana pendidikan sudah cukup memadai mulai dari PAUD, TK, SD, SMP sampai SMA sudah ada Di Diesa Mattiro Bombang khususnya di Pulau Salemo semua sarana tingkat
pendidikan sudah ada, walaupun ketiga di pulau lainnya belum ada tingkat SMA nya. Bahkan di Desa Mattiro Bombang terdapat 5 tingkat Sekolah Dasar Negeri (SDN), meskipun tingkat SMP dan SMA nya masih berada pada naungan Yayasan.
Guru adalah salah satu faktor yang penunjang berlangsungnya suatu pendidikan. Guru yang ada Di Desa Mattiro Bombang sudah cukup memadai hampir semua guru bidang studi khususnya pada tingkat SMP dan SMA bisa dikatakan cukup kompeten pada bidangnya masing-masing. Dan guru-guru yang ada di Desa Mattiro Bombang sebagian besar adalah penduduk asli dari desa tersebut.
Sarana pendidikan yang ada di Desa Mattiro Bombang berdasarkan data BPS terbitan 2015 cukup memadai. Dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5 :Sarana pendidikan Desa Mattiro Bombang Kec. Liukang Tupabbiring Utara Kab. Pangkep
Tingkatan Sekolah
Jumlah sekolah
Jumlah Kelas
Jumlah Murid
Jumlah Guru TK/PAUD
SD SMP SLTA
- 5 1 1
- 30
3 3
- 366 126 89
- 32 11 15
2. Sarana Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada Desa Mattiro Bombang cukup baik, di Desa Mattiro Bombang terdapat pustu sebagai tempat
berobat masyarakat atau melahirkan yang terletak di Pulau Salemo.
Berdasarkan data dari BPS terbitan tahun 2015 Di Desa Mattiro Bombang terdapat beberapa fasilitas kesehatan seperti bangunan pustu 1 unit dan posyandu 3 unit serta 7 tenaga medis yang terdiri dari bidan dan perawat yang melayani masyarakat yang mengalami keluhan terkait dengan kesehatan. Selain itu juga terdapat dukun bayi sebanyak 5 yang membantu masyarakat untuk melahirkan juga. Adapun fasilitas kesehatan lain yaitu pengobatan alternatife semacam sandro yang biasa mengobati masyarakat, meskipun pada saat ini teknologi sudah canggi akan tetapi sebagian masyarakat masih menggunakan jasa sandro untuk berobat.
Berdasarkan wawancara dari masyarakat di Desa Mattiro Bombang, penyakit yang banyak diderita penduduk Desa Mattiro Bombang adalah penyakit gangguan pencernaan, diare, tipus, saluran pernapasan dan penyakit kulit.
3. Sarana Ekonomi
Secara umum, fasilitas ekonomi di Kabupaten Pangkep seperti pasar sudah tersebar diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pangkep terkecuali di kecamatan kepulauan, akan tetapi di Desa Mattiro Bombang khususnya Pulau Salemo terdapat beberapa warung besar dan warung kecil sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan rumah tangga tanpa pergi ke kota. Di Desa Mattiro Bombang juga terdapat pangkalan minyak
yang terdapat hampir di setiap pulau yang ada di Desa Mattiro Bombang, sehingga nelayan tidak bersusah payah lagi ke kota apabila sewaktu-waktu kehabisan minyak.
Sektor ekonomi yang ada di Desa Mattiro Bombang cukup memadai ada masyarakat yang mengambil jalur pertanian dalam hal ini di nelayan, ada pada bidang perdagangan, industri, bangunan, angkutan dan jasa-jasa lainnya serta lembaga ekonomi lainnya yang ada di Desa Mattiro Bombang adalah lembaga keuangan seperti koperasi untuk pemodalan nelayan. Koperasi nelayan bina usaha adalah koperasi yang dikelolah oleh masyarakat Desa Mattiro Bombang yang dananya dari Pemerintah Daerah yang di berikan kepercayaan ke pada Bapak Juhaeni sebagai ketua pengelola. Koperasi nelayan bina usaha sampai sekarang beranggotakan 136 orang. Koperasi nelayan bina usaha memberikan pinjaman kepada masyarakat yang membutuhan dengan bunga 1,5 % dengan lama pinjaman 15 bulan atau selama 1 tahun 3 bulan. Koperasi nelayan bina usaha terletak di Pulau Salemo Desa Mattiro Bombang
4. Sarana Komunikasi
Desa Mattiro Bombang mempunyai akses komunikasi yang cukup baik melalui jaringan telepon seluler sehingga memudahkan hubungan (perdagangan hasil laut) ke kota Pangkep dan ke kota Makassar. Selain telpon seluler yang, fasilitas komunikasi lainnya
juga dijangkau di Desa Mattiro Bombang seperti radio dan televisi melalui stasiun transmisi yang terdapat di Kabupaten Pangkep.
Televisi dan radio dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan informasi masyarakat Desa Mattiro Bombang
d. Pengelolaan Sumber Daya Laut
1) Produksi Pengelolaan SDL Desa Mattiro Bombang
Desa Mattiro Bombang adalah salah satu desa kepulauan yang hampir seluruh penduduknya menggantungkan hidupnya pada hasil laut. Nelayan di Desa Mattiro Bombang memiliki tiga komoditi utama sumber daya laut yaitu kepiting, ikan tengiri dan ikan gamasi ditambah dengan budidaya rumput laut yang menjadi penghasilan bagi penduduk masyarakat Desa Mattirro Bombang.
Karna hampir setiap kepala rumah tangga atau warga melakukan budi daya rumput laut. Satu lagi sebagai mata pencaharian adalah ada sebagian masyarakat yang membudidayakan ikan baronang.
Kepiting merupakan jenis tangkapan dominan nelayan di Desa Mattiro Bombang karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan ketersediaannya sepanjang tahun. Penangkapan kepiting dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Pada umumnya, musim barat merupakan puncak produksi kepiting karena saat itu gelombang laut yang kuat sehingga menyebabkan keluar dari sarangnya. Kepiting menjadi jenis tangkapan utama karena memiliki nilai yang ekonomi tinggi apalagi bersamaan dengan
dibukanya industri pengupasan kepiting di Pulau Salemo, sejak saat itu kepiting menjadi tangkapan utama nelayan. Pada awalnya hasil tangkapan kepiting besar-besar ukurannya, akan tetapi karena penangkapan dilakukan terus menerus sepanjang tahun sehingga hasil tangkapan kepiting saat ini kebanyakan yang berukuran kecil-kecil
Selain kepiting menjadi hasil tangkapan nelayan, ikan tenggiri juga merupakan jenis SDL yang menjadi hasil tangkapan para nelayan karna ikan tengiri memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Penangkapan Ikan tenggiri dilakukan pada musim timur atau mulai sejak bulan April sampai dengan bulan Juli. Penangkapan ikan tenggiri hanya dilakukan oleh sebagian nelayan karena disebabkan keterbatasan modal yang dimiliki oleh nelayan. Karena modal penangkapan untuk ikan tenggiri memerlukan modal yang cukup besar. Jenis ikan lain yang ditangkap pada musim timur adalah ikan gamasi, meskipun nilai ekonominya tergolong cukup rendah akan tetapi populasi ikan gamasi cukup melimpah disekitar Desa Mattiro Bombang sehingga memberikan hasil yang cukup
2) Pemasaran SDL Desa Mattiro Bombang
Pemasaran SDL di Desa Mattiro Bombang dilakukan dengan bermacam macam cara, ada yang melalui bos atau perantara ada juga yang langsung ke suplayer. Kalau jenis ikan tenggiri , gamasi
dan jenis ikan lainnya biasanya nelayan menjual ke bos, kemudian hasil tangkapan itu bos membawanya ke Makassar atau ke Pangkep kota untuk dipasarkan ke pasar lokal di kota Pangkep.
Untuk budidaya ikan baronang berdasarkan wawancara dari ketua kelompok pembudidaya ikan baronang katanya ada yang menyuplai langsung kemudian dia menjualnya keluar negeri.
Gambar 4 : Rantai pemasaran ikan di Desa Mattiro Bombang Kec.
Liuakang Tupabbiring Utara Kab. Pangkep
Kepiting adalah salah satu hasil laut tangkapan para nelayan yang memberi kontribusi terhadap pendapatan nelayan. Karena kepiting memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Sehingga para nelayan lebih memilih mencari kepiting daripada ikan karena mencari kepiting juga tidak terlalu sulit dan pemasarannya pun tidak terlalu sulit karena di Desa Mattiro Bombang sudah ada usaha pengupasan kepiting. Dan khusus untuk hasil tangkapan kepiting
para nelayan langsung menjualnya ke industri pengupasan kepiting yang ada di Desa Mattiro Bombang.
Gambar 5: Rantai Pemasaran Kepiting Desa Mattiro Bombang Kec.
Liukang Topabbiring Utara Kab. Pangkep
B. Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan 1. Program Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan
Peran pemerintah adalah suatu hal yang sangat penting dalam pengentasan kemiskinan masyarakat. Pengentasan angka kemiskinan adalah hal yang menjadi perhatian utama dari pemerintah sehingga perlu adanya strategi untuk mengurangi tingkat kemiskinan pada setiap daerah. Sehingga diperlukan pemberdayaan untuk masyarakat miskin. Program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun daerah untuk mengatasi tingkat kemiskinan di Kabupaten Pangkajenne kepulauan cukuplah membantu pada masyarakat miskin apabila diperuntuhkan sesuai pada tempatnya yaitu masyarakat miskin, seperti pemberdayaan Dinas Sosial yang dilakukan adalah program KUBE (kelompok usaha bersama) dan bantuan langsung yang di anggarkan langsung oleh Kementrian Sosial dalam upaya peningkatan kemandirian masyarakat ekonomi ke bawah.
Nelayan Industri
Pengupasan Kepiting
Perusahaan di KIMA
Makassar
NegaraTu juan