• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengecoran Beton

Dalam dokumen BAB I : SYARAT TEKNIS UMUM (Halaman 44-55)

PEKERJAAN STRUKTUR

PASAL 2 PEKERJAAN BETON

7. Pengecoran Beton

a. Persiapan.

1. Proporsi semen, pasir dan kerikil disesuaikan dengan trial mix yang disetujui.

1. Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting dan lantai kerja harus bersih dari kotoran seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya. Perlu diadakan tindakan-tindakan untuk menghindarkan mengumpulnya air pembasah tersebut pada sisi bawah.

2. Pembersihan dapat dilakukan dengan tangan, alat manual lainnya serta peralatan compressor untuk membersihkan pada tempat-tempat yang susah dijangkau dengan tangan/ alat manual.

3. Pekerjaan pengecoran beton baru dilaksanakan sesudah Konsultan Pengawas memeriksa dan menyetujui bekisting, tulangan, stek-stek, beton dekking dan lain-lainnya dimana beton tersebut akan diletakkan. Jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh owner/ Konsultan Pengawas, maka Kontraktor diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang baru dicor atas biaya sendiri.

4. Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup, waktu pengadukan beton harus diambil tetap dan normal, sehingga menghasilkan beton yang homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah satu sama lain.

5. Penggetaran dilakukan dengan vibrator untuk mendapatkan beton yang padat, cukup kedap dan licin permukaannya. Jumlah air yang dapat diubah

sesuai keperluan, dengan melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban dari bahan adukan (pasir, koral) untuk mempertahankan hasil yang homogen dan kekentalan yang dikehendaki.

6. Kekentalan adukan beton harus ditetapkan menurut percobaan “Slump Test”

PBI 2002, NI-2). Slump yang dipakai akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk jenis pekerjaan yang bermacam-macam, tetapi secara umum adalah sebagai berikut

Nilai-nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton.

Slump (cm) U r a i a n

Maksimum Minimum

Dinding, pelat pondasi dan pondasi

telapak bertulang. 12,5 5,0 Pondasi telapak tidak bertulang kaison

dan konstruksi dibawah tanah 9,0 2,5 Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5 Pengerasan jalan 7,5 5,0 Pembetonan massal 7,5 2,5.

7. Contoh Koral, pasir dan PC yang akan dipergunakan harus dikirimkan oleh Kontraktor ke Laboratorium yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Berdasarkan analisa dan hasil test contoh tersebut, laboratorium akan merencanakan suatu campuran beton untuk memenuhi setiap kekuatan yang dikehendaki dan memenuhi slump yang disyaratkan.

8. Kontraktor harus menyediakan 2 (Dua) kubus percobaan dari setiap adukan yang direncanakan dari contoh koral, pasir dan PC yang telah diperiksa dan 2 (Dua) Silinder ditest pada umur 7 (tujuh) hari dan sebuah lagi pada umur 28 (dua puluh delapan) hari.

9. Kontraktor harus menyerahkan 3 (tiga) rangkap hasil test dan rencana adukan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum pengecoran dilakukan. Seluruh biaya pembuatan contoh, rencana adukan dan test laboratorium ditanggung oleh Kontraktor.

10. Jumlah PC dan bahan adukan sebelum diaduk harus ditetapkan langsung dengan alat timbangan yang disediakan oleh Kontraktor dan disetujui Konsultan Pengawas

11. Jumlah air yang dimasukkan kedalam beton molen harus ditakar dengan alat takaran yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

12. Pipa, pipa drainase , angkur dan bahan lain yang terbuat dari besi yang ditanam dalam beton harus dipasang cukup kuat sebelum pelaksanaan pengecoran beton kecuali jika ada perintah lain dari Konsultan Pengawas.

Juga jarak antara bahan tersebut dengan setiap bagian pembesian sekurang- kurangnya 5 cm.

Cara yang dibolehkan untuk mengikat bahan itu pada kedudukan yang benar adalah kawat atau mengelas ke besi beton.

13. Permukaan tanah atau lantai kerja harus dibasahi dengan disiram air sebelum pengecoran, permukaan tersebut harus tetap basah dengan penyiraman air terus menerus sampai tiba saatnya pengecoran.

Bagaimanapun juga permukaan tersebut harus bebas dari air yang tergenang dan juga bebas dari lumpur serta kotoran-kotoran pada saat pengecoran beton.

Pembersihan harus dilaksanakan dengan penyemprotan pasir dengan compresor (sand blasting) diikuti dengan pembersihan dengan air sebaik- baiknya.

Permukaan beton yang akan dicor lagi, dimana pengecoran beton lama telah terhenti atau terhalang dan Konsultan Pengawas berpendapat bahwa beton yang baru tidak dapat bersatu dengan kayu maka untuk memperoleh permukaan yang cukup rata permukaan sambungan harus dibersihkan dari semua kotoran, bahan yang terlepas atau beton yang cacat dan benda asing lainnya. Permukaan yang berisi koral dalam jumlah yang besar harus dihindarkan.

14. Semua genangan air harus dihilangkan dari permukaan sambungan beton sebelum beton yang baru akan dicor.

15. Setelah permukaan disiapkan dengan persetujuan Konsultan Pengawas semua sambungan beton yang horizontal harus dilapisi air semen.

16. Perbandingan air semen lapisan aduk tersebut tidak boleh melebihi beton baru yang akan dicor diatasnya dan kekentalan dari lapisan aduk tersebut harus cukup untuk pengecoran dengan syarat yang diberikan.

17. Lapisan aduk tersebut harus disebar dengan merata dan harus dikerjakan benar sampai mengisi kedalam seluruh liku-liku permukaan beton lama yang tidak rata sedapat mungkin harus dipergunakan sapu kawat untuk menyisipkan lapisan aduk tersebut kedalam celah permukaan beton lama, ditempatkan diatas beton yang lama.

18. Beton tidak diperbolehkan dicor, bila seluruh pekerjaan bekisting dan pekerjaan instalasi tiap bagian belum selesai dipasang dan persiapan seluruh permukaan tempat pengecoran belum disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Seluruh permukaan bekisting dan bagian instalasi yang akan ditanam didalam beton yang tertutup dengan kerak beton bekas pengecoran yang lalu, harus dibersihkan terhadap seluruh kerak beton tersebut, sebelum beton disekelilingnya atau beton yang berdekatan di-cor.

19. Beton tidak boleh dicor kedalam setiap struktur, sebelum semua air yang memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-baiknya atau telah disalurkan dengan pipa atau alat lain.

20. Beton tidak diperbolehkan dicor didalam air tanpa izin yang jelas dan tertulis dari Konsultan Pengawas

21. Kontraktor juga tidak diperbolehkan tanpa seizin Konsultan Pengawas membiarkan air mengalir diatas beton sebelum beton cukup umurnya dan mencapai pergeseran awal. Air tidak boleh mengalir melalui permukaan beton yang baru dicor dengan kecepatan sedemikian rupa, sehingga akan merusak penyelesaian permukaan beton. Jika perlu, pemompaan air atau pekerjaan pengeringan air yang perlu untuk memindahkan air tanah, harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

b. Pelaksanaan.

- Campuran Beton.

Campuran dari beton yang dispesifikasikan sebagai beton struktural harus sedemikian rupa sehingga mencapai kekuatan tekan karateristik benda uji kubus pada 28 hari. Beton dispesifikasikan sebagai beton non struktural harus dispesifikasikan sebagai Bo dalam NI - 2 Bab. 4.2 mempunyai campuran seperti tersebut dalam NI - 2 Bab 4.3.1, dimana sebelum dilaksanakan Kontraktor harus mengadakan trial test yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai dari hasil test.

1. Proses pengadukan bahan campuran beton yang sudah dituang didalam mixer minimal 1,5 menit.

1. Adukan beton yang diketahui sebelum pengecoran tidak memenuhi syarat spesifikasi yang tercantum disini, harus ditolak dan segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan. Adukan beton yang tidak dicor sesuai dengan syarat spesifikasi atau yang mutunya rendah menurut keputusan Konsultan Pengawas, harus disingkirkan keluar dan dipindahkan dengan biaya Kontraktor.

2. Beton tidak boleh dicor tanpa izin dari Konsultan Pengawas atau wakilnya. Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk panas yang dapat menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik, seperti ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

3. Monitoring

Dua puluh empat jam sebelum pengecoran Kontraktor harus memberikan pemberitahuan tertulis kepada Konsultan Pengawas, adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau kedalam papan bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya koral dari adukan beton karena berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi bekisting ketika adukan beton itu dijatuhkan, beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting yang dapat mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan bekisting diatas beton yang telah dicor.

4. Untuk menjaga agar ikatan beton tetap terjamin, maka adukan yang sudah siap dipakai maksimal dalam tempo 40 menit harus sudah dituang pada acuan yang sudah disiapkan.

5. Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 meter, untuk kolom yang tinggi, jendela-jendela harus dibuat pada cetakan, ini harus dikerjakan untuk menghindari agregrasi dan menjamin satu pengecoran yang tidak terputus, bila lebih tinggi agar dipakai tremie pipe.

6. Pengecoran beton dilakukan dalam satu operasi yang menerus atau tercapai pada construction joint.

7. Adukan beton didalam bekisting harus dicor berupa lapisan horizontal yang merata tidak lebih dari 60 - 70 cm dalamnya dan harus diperhatikan agar terhindar dari terjadinya lapisan adukan yang miring atau sambungan beton yang miring, kecuali diperlukan untuk bagian konstruksi miring.

8. Jika pada bagian pengecoran terjadi pemberhentian maka tempat pemberhentian harus ditentukan letaknya dan dibuat seperti yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

9. Tidak boleh mengecor beton waktu hujan, kecuali jika Kontraktor mengambil tindakan-tindakan pencegahan kerusakan yang telah disetujui oleh owner/ Konsultan Pengawas.

10. Kontraktor harus menaruh perhatian agar dapat dicegah pengeringan cepat dari aduk beton yang baru dicor. Bahkan bilamana suhu sekelilingnya didalam bekisting lebih dari 32 derajat celcius.

Adukan beton yang baru dicor harus diberi pelindung terhadap panas matahari secepat mungkin setelah pengecoran dan proses pengeringan mulai, segera setelah permukaan beton yang baru sudah cukup mengeras.

Pengecoran beton tidak diijinkan, bilamana Konsultan Pengawas berpendapat bahwasanya, Kontraktor tidak memiliki fasilitas yang baik untuk melayani pengecoran, proses pengerasan beton dan penyelesaiannya.

11. Apabila ada pertemuan dengan beton yang sudah dicor, bidang pertemuan harus disiram dengan air semen kental.

c. Pemasangan Angker.

Pada semua sambungan-sambungan tegak dari kolom beton dengan dinding, harus dipasang batang tulangan dari baja lunak yang diameternya 8 mm, panjang 50 cm, dibengkokkan ujung yang satunya lagi panjang 35 cm, dibiarkan menjorok untuk dimasukkan kedalam dinding tembok. Angker ini harus ditempatkan dengan jarak 50-150-250 cm dan seterusnya diukur dari atas sloof pondasi beton bertulang.

d. Lobang dan Blok Kelos.

Kontraktor harus menentukan tempat dan memasang lobang-lobang dengan kayu-kayu keras untuk paku atau kelos-kelos angker dan sebagainya yang diperlukan, ditempat pipa-pipa bersilang/ pemasangan rangka-rangka atau lain-lain pekerjaan kayu halus.

e. Toleransi-toleransi.

 Toleransi pada Beton Cetakan Kasar.

Posisi masing-masing bagian, konstruksi harus tepat dalam 1 cm, dam toleransi ini tidak boleh bertambah (Cumulative). Ukuran masing- masing bagian harus seksama dalam - 0,3 dan + 0,5 cm.

 Toleransi pada Beton Cetakan Halus.

Toleransi pada beton halus 0,6 cm untuk posisi masing-masing bagian.

Untuk penggantian papan tertutup pada sambungan masing-masing tidak boleh lebih besar dari 0.1 cm, dan penggantian dari keseluruhan masing-masing bagian harus dalam 1% (satu perseratus) dan toleransi ini tidak boleh bertambah.111

f. Pipa-pipa.

 Pipa drainase dan lain-lainnya serta bagian-bagiannya yang tertanam didalam ataupun bersinggungan dengan beton harus dari bahan yang tidak merusak beton.

 Pipa dan bagian-bagiannya yang terbuat dari alumunium tidak boleh tertanam dalam beton, kecuali bila ditutup dengan lapisan yang efektif untuk mencegah reaksi kimia antara alumunium dengan beton dan atau dapat mencegah proses elektrolisa alumunium dengan baja.

 Pipa yang ditanam dalam beton tidak boleh mempunyai diameter yang lebih besar dari pada 1/3 tebal beton ditempat pipa tersebut tertanam.

 Pipa yang menembus beton harus mempunyai ukuran dan letak yang tidak mengurangi kekuatan konstruksi.

 Standar pemasangan tesebut bisa di lihat pada standar gambar terlampir

Perbandingan Kekuatan Tekan Beton Pada Berbagai - bagai Umur

3 7 14 21 28

Semen Portland Biasa 0,4

5 0,65 0,88 0,95 1,00 Semen Portland dengan kekuatan awal yang tinggi 0,5

5 0,75 0,90 0,95 1,00 1. Untuk setiap perbandingan campuran percobaan di laboratorium, ditentukan sebagai hasil rata - rata contoh contoh percobaan dan harus melampaui hasil rata - rata yang ditentukan.

2. Persetujuan Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan mengenai campuran percobaan termasuk kekuatan pada umur 28 hari harus didapat secara tertulis sebelum beton diijinkan untuk dicor.

3. Tidak diperkenankan mengadakan perubahan sumber atau sifat dari bahan - bahan beton yang dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan dan tidak diperkenankan mendatangkan

bahan baru yang akan dipergunakan sampai Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan telah menerima bahan tersebut dan dilakukan percobaan campuran yang baru berdasarkan percobaan campuran sebagaimana ditentukan disini.

4. Jika perubahan akibat penggantian bahan tersebut memerlukan penambahan jumlah semen, maka tidak akan ada pembayaran tambahan kepada pihak Kontraktor sebagai akibat dari penambahan semen tersebut.

g. Penggunaan Admixture

1. Penggunaan admixture dapat digunakan setelah mendapat ijin dari Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan.

2. Dimana pengunaan admixture diijinkan, maka bahan ini harus ditambahkan pada beton dalam tempat pengadukannya dengan mempergunakan alat pengukur otomatis, dan petunjuk - petunjuk pabrik mengenai cara penggunaannya.

3. Istilah - istilah kimia, rumus - rumus, dan jumlah bahan - bahan yang aktif, ukuran yang harus dipakai dan efek mengenai bertambahnya atau berkurangnya penggunaan dosis bahan - bahan secara terus menerus pada sifat - sifat fisik dan kimia beton basah dan sudah mengeras akan diserahkan kepada Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuannya.

4. Kontraktor harus menyediakan sampel - sampel dan melaksanakan percobaan - percobaaan tersebut diatas sebagaimana diperintahkan oleh Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan sebelum ijin penggunaan admixture diberikan untuk dipakai pada pelaksanaan. Seluruh pengambilan sampel dan pelaksanaan tes menjadi tanggungan Kontraktor.

h. Mengaduk Beton Secara Darurat

1. Di tempat pekerjaan harus selalu disediakan sebuah atau beberapa Concrete Molen mixer yang selalu dapat digunakan bila dibutuhkan antara lain dalam keadaan dimana segera dibutuhkan adukan beton untuk mengisi kembali bagian - bagian yang rusak.

2. Pengadukan kembali beton - beton yang sudah mulai mengeras tidak diperbolehkan. Beton didalam keadaan seperti itu, bila dianggap rusak harus dibuang / disingkirkan dari tempat pekerjaan.

3. Dimana dikhawatirkan adanya kelambatan dalam pengecoran beton, pengadukan dapat dilanjutkan sampai 10 menit. Untuk jangka waktu yang lebih

lama yaitu sampai 1½ jam, batch tersebut harus diputar terus seperti yang diperintahkan oleh Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan

4. Pada keadaan dimana mixer mekanis rusak, Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan dapat mempertimbangkan dipakainya cara mengaduk beton secara manual dengan catatan untuk pekerjaan yang bervolume kecil yaitu untuk mencapai suatu batas penghentian pengecoran sesuai dengan syarat konstruksi (dalam hal keadaan darurat).

5. Pengadukan beton harus dilaksanakan diatas alat yang kedap air yang berukuran cukup sehingga dapat menampung paling tidak 2 kali pencampuran bahan - bahan beton (kira - kira masing - masing 1/4 m³) sekaligus.

6. Jumlah semen yang digunakan harus 10 % lebih banyak dibandingkan dengan jumlah semen yang dibutuhkan untuk campuran dengan mixer, dan slump tidak boleh melebihi yang di isyaratkan

7. Agregat halus dan semen harus terlebih dahulu dicampur hingga rata, terlihat dari warna campuran yang homogen, dan kemudian dihamparkan diatas alas adukan rata dan tipis - tipis. Agregat kasar yang telah dibasahi dengan air sebelumnya kemudian dihamparkan diatasnya. Campuran kemudian dibalik - balik sambil diperciki air dengan alat sprinkler, sedemikian sehingga didapat suatu masa yang homogen dan mempunyai warna yang rata.

i. Pengangkutan Beton

1. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara - cara dimana dapat dicegah segregasi dan kehilangan bahan - bahan (air, semen atau butir halus).

2. Cara pengadukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.

3. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan perantaraan talang - talang miring hanya dapat dilakukan setelah disetujui Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan

4. Dalam hal ini Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang - talang miring ini setelah mempelajari usulan dari Kontraktor mengenai konstruksi talang, kemiringan dan panjang talang itu.

5. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu satu jam setelah pengadukan air dimulai. Jangka waktu ini harus mendapat perhatian, apabila diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu tesebut dapat diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton diputar kontinu secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus

dipakai bahan - bahan panghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang penggunaannya harus seijin Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan.

j. Pengujian Beton

1. Semua silinder percobaan harus dilakukan sesuai SNI 03-6898-2013 atau berdasarkan

2. Untuk pengujian diperlukan 3 (dua) buah silinder yang diambil dari contoh dari setiap 15 m³ beton selama pengecoran, yang digunakan untuk pengujian kuat tekan umur 7 dan 28 hari.

3. Setiap Silinder (benda uji) harus diberi tanda dengan tanggal pengecoran, nomor urut dan petunjuk - petunjuk lain yang diperlukan oleh Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan. percobaan harus diuji sampai hancur akibat gaya tekan dan harus dilakukan dibawah pengawasan (supervisi) Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan.

4. Detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data lain seperti jumlah air dan semen yang dipakai, hasil analisa ayakan agregat dan perbandingan adukan dari bermacam - macam mutu harus disampaikan kepada Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan dalam waktu 24 jam setelah penyelesaian pengujian.

5. Setiap kubus percobaan harus dibuat dari sample yang diambil dari salah satu adukan beton atau dari adukan yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan.

k. Pengambilan Contoh Beton Untuk Pengujian (Core Drilling)

1. Dalam hal mutu beton yang telah selesai dicor dianggap meragukan dan dalam hal - hal lain dimana kubus - kubus percobaan tidak memenuhi syarat pengujian seperti telah diutarakan di atas, maka harus dilakukan pengambilan contoh dari beton yang telah mengeras dengan contoh yang berbentuk silinder yang mempunyai diameter luar 150 mm dan mempunyai tinggi 300mm untuk diuji. Untuk di pakai dalam perencanaan struktur beton dinyatakan dalam a satuan Mpa

2. Peralatan dan cara pemotongan pengambilan contoh harus disampaikan kepada Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan sebelum pelaksanannya dan persiapan -persiapan dan pengujiannya harus dilakukan sesuai dengan SNI 3. Jika kekuatan contoh silinder yang diambil dari beton yang telah mengeras ini

lebih rendah dari persyaratan kekuatan yang diminta dan beton tidak memenuhi persyaratan - persyaratan lain yang seharusnya dipenuhi, maka

pekerjaan beton untuk bagian ini dianggap tidak memenuhi persyaratan dan harus diganti atas biaya Kontraktor.

l. Kekuatan Tekan Beton Yang Dianggap Memenuhi Syarat

Sebelum beton di kirim ke lapangan, bukti harus di berikan untuk setiap mutu beton di perlihatkan seperti kekuatan, proporsi mix design dan metode pembuatan beton yang berkwalitas mengacu pada SNI 03-2847-2002

m. Kuat rata rata perlu

Kuat rata rata perlu f’cr yang di gunakan sebagai dasar pemilihan proporsi campuran beton harus di ambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 dan 2 dengan nilai deviasi standar

Tabel 1. Faktor modifikasi untuk devisiasi standar jika jumlah pengujian kurang dari 30 sample

Jumlah Pengujian Faktor modifikasi untuk devisiasi standar

Kurang dari 15 sample Mengunakan Table 2

15 sample 1.16

20 sample 1.08

25 sample 1.03

30 Sample atau lebih 1.00

Catatan :

Interpolasi untuk jumlah pengujian yang berada di atara nilai nilai diatas

f ' cr=f ' c+1.34s...(1) Atau

f ' cr=f ' c+2. 33s−3.5..(2) Dimana :

S = Hasil devisiasi standar f’cr = Kuat Rata rata Perlu f’c = Kuat Tekan

Tabel 2. Kuat Tekan Rata-rata Jika data tidak tersedia untuk menentukan devisiasi standar

Persyaratan Kuat Tekan, f’c (Mpa) Kuat Tekan Rata rata Pelu, f’cr ( Mpa)

Kurang dari 21 f’c +7

21 s/d 35 f’c +8.5

Lebih dari 25 f’c +10

n. Hasil Pengujian Yang Tidak Memenuhi Syarat

1. Jika persyaratan yang ditentukan tidak dipenuhi, Kontraktor harus mengambil langkah - langkah untuk perbaikan seperti yang mungkin ditunjukkan oleh Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan dan sebelum pelaksanaannya, Kontraktor harus menyampaikan usulan detail pelaksanaan kepada Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuannya dan harus menjamin bahwa beton yang akan dicor untuk perbaikan akan memenuhi persyaratan.

2. Seluruh biaya mengenai pekerjaan perbaikan / pembongkaran dan pelaksanaan kembali pekerjaan ini termasuk pengujian, peralatan, pemotongan dan peralatan lain - lain, menjadi tanggungan kontraktor

Dalam dokumen BAB I : SYARAT TEKNIS UMUM (Halaman 44-55)