BAB II KAJIAN TEORI
B. Metode Pembelajaran Al-Qur‟an
3. Pengertian Al-Qur‟an
Sebagaimana kita fahami bersama bahwa Al-Qur‟an merupakan risalah Ilahiyah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk alam semesta, dan sekaligus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Tidak sedikit dalil Al-Qur‟an maupun Al-Hadits yang diriwayatkan secara mutawatir yang berbicara mengenai keshohihan Al-Qur‟an.
Dalam etimologi atau dalam bahasa bahwa, Al-Qur‟an merupakan akar kata dari “Qara’a” yang memiliki arti
mengumpulkan dan menghimpun. Sementara itu Qiraa‟ah yang artinya merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al Qur‟an juga memiliki akar kata qira’ah yang merupakan isim masdar dari kata qara’a, qira’atan, waqur’anan.20
Sedangkan menurut az-Zajjaj, Al-Qur‟an adalah kata sifat yang mengikuti wazan fu’lan. Ia diambil dari kata Al-qur’u yang artinya al-jam’u (menghimpun). Dinamakan demikian karena firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dinamakan Al-Qur‟an karena menghimpun ayat-ayat, surat-surat, hukum-hukum dan cerita-cerita, bahkan menghimpun seluruh kandungan (intisari) ajaran kitab-kitab terdahulu.21
Terkait dengan definisi ini Allah SWT. Menjelaskannya dalam ayat suci Al-Qur‟an seperti dalam QS: Al-Qiyamah (075):
17-18.
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami
Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
(QS: Al-Qiyamah [075]: 17-18)
Syaikh Manna al-Qaththan dalam bukunya Pengantar Studi Ilmu Al Qur‟an menyebutkan bahwa makna qur’anah dalam ayat tersebut berarti qira’ah yang berarti (bacaan atau cara membacanya).
20 Manna Al-Qaththan, Judul Asli Mabahits fii uluumul Qur’an, Maktabah Wahbah kairo, Cet. Ke-13 2004 M – 1425 H. Edisi bahasa Indonesia dengan judul Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, alih bahasa: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Cet. Ke-1 April 2006. (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar), h. 16.
21 H. Anshori, Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 1.
Jadi kata tersebut merupakan akar kata (masdar) dari wazan (tashrif) dari kata fu’alan, seperti kata “ghufron” dan “syuqron”. 22
Sementara itu menurut Hasbi Ash Shidieqy Al-Qur‟an adalah wahyu Ilahi yang ditutunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang disampaikan kepada kita umatnya dengan jalan mutawattir yang dihukumi kafir orang yang mengingkarinya.23
Menurut Ali Ash-Shabuni Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril AS, yang ditulis dalam mushaf, dinukilkan dengan cara mutawattir, serta dipandang mendapatkan pahala bagi yang membacanya yang dimulai dari surat Al Fatihah sampai surat An Nass.24
Definisi lain menurut ulama ushul fiqih dan ulama bahasa bahwa Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang lafadznya mengandung mukjizat, membacanya memunyai nilai iabdah, yang diturunkan secara mutawattir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat al Fatihah dan berakhir sampai surat An-Nass.25
Dalam konteks perkembangannya, secara khusus Al Qur‟an telah menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallaullahu Alalihi wa Sallam. Maka jadilah ia sebagai identitas diri. Yaitu sebuah kitab suci yang diperuntuntukan bagi
22 Manna Al-Qaththan, Judul Asli Mabahits fii uluumul Qur’an, Maktabah Wahbah kairo, Cet. Ke-13 2004 M – 1425 H. Edisi bahasa Indonesia dengan judul Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, alih bahasa: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Cet. Ke-1 April 2006. (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar), h. 11-16
23 M. Hasbi Ash Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), Cet. ke-1, h. 5.
24 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), Cet. Ke-1, h. 8.
25 Acep Hermawan, Ulumul Qur’an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), Cet. Ke-1, h. 2
kaum muslimin, tepatnya adalah mereka yang tergolong orang yang beriman (mukmin) atau tergolong sebagai umatnya Nabi Muahmmad SAW.
Tidak hanya itu al-Qaththan juga menambahkan bahwa Al Qur‟an terlalu sulit untuk dibatasi dengan definisi-definisi rasional yang memiliki jenis-jenis dan ketentuan-ketentuannya yang khas, yang dengannya pendefinisiannya dapat dibatasi secara tepat. Tapi batasan yang tepat itu dapat dihadirkan dalam pikiran atau realita yang dapat dirasa, misalnya Anda memberikan isyarat tentangnya dengan sesuatu yang tertulis dalam mushaf atau yang terbaca dengan lisan. Lalu Anda katakan Al -Qur‟an adalah apa yang ada diantara dua kitab, atau Anda katakan Al-Qur‟an adalah yang berisi bismillahirrahmanirrahim, alhamdulilah,...dst sampai dengan min al-jinnati wa an nas.
Sementara itu para ulama sepakat bahwa definisi secara khusus Al Qur‟an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang membacanya menjadi suatu ibadah.
Syaikh Manna al-Qaththan melanjutkan, para ulama berpendapat bahwa kata Al Qur‟an tersebut pada awalnya tidak berhamzah-sebagai kata jadian, mungkin karena ia dijadikan sebagai satu nama bagi sebuah firman yan diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallaullahu Alalihi wa zSallam, bukan kata jadian yang diambil dari kata qara’a, atau mungkin juga karena ia berasal dari kata qurina asy-syai’u bisy-syai’i yang berarti menggandengkan sesuatu dengan lainnya, atau bisa juga karena berasal dari kata qara’in, karena ayat-ayatnya saling menyerupai. Maka berarti huruf nun yang ada di akhir kalimat itu asli. Meskipun pendapat ini masih
diangkat kurang valid. Sementara al-Qaththan sendiri lebih sependapat dengan pendapat yang pertama.26
Sementara itu untuk penamaan Al Qur‟an sendiri, selain disebut sebagai Al Qur‟an juga familier disebut sebagai al Kitab, al Furqan, Adz-Dzikr, dan At-Tanzil. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT yang menyebutkan bahwa Al Qur‟an memiliki banyak nama seperti dijelaskan di atas.
Disebut sebagai Al-Qur‟an seperti dijelaskan dalam QS: Al-Israa‟(017): 9
Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, ( QS: Al-Israa‟[017]: 9)
Disebut sebagai Al-Kitab seperti dijelaskan dalam QS: Al-Ambiya‟:10
Sesungguhnya Telah kami turunkan kepada kamu sebuah Kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya? (QS: Al-Ambiya‟ [21] :10)
Disebut sebagai Al-Furqon seperti dijelaskan dalam QS: Al-Furqon: 1
26 Manna Al-Qaththan, Judul Asli Mabahits fii uluumul Qur’an, Maktabah Wahbah kairo, Cetakan ke 13 2004 M – 1425 H. Edisi bahasa Indonesia dengan judul Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, alih bahasa: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Cetakan pertama, April 2006.
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), h. 11-16.
Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, (QS: Al-Furqon [25]: 1)
Disebut sebagai Adz-Dzikr seperti dijelaskan dalam QS: Al-Hijr: 9
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya (QS: Al-Hijr [15]: 9)
Disebut sebagai At-Tanzil seperti dijelaskan dalam QS: Asy- Syu‟araa: 192
Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam, (QS: Asy-Syu‟araa [26]: 192)
Dari sekian nama-nama al Qur‟an yang lebih populer adalah al Qur‟an dan al Kitab. Dalam hal ini Muhammad Abdullah Darraz sebagaimana diungkapkan Syaikh Mana Khalil Al Khattan menyatakan bahwa kedua nama-nama persebut memiliki makna yang rellevan sesuai dengn kenyataanya. Dimana disebut al-Qur‟an karena ia dibaca dengan lisan. Sementara dibaca al Kitab karena ia ditulis dengan pena.
Al Khattan melanjutkan bahwa penamaan al Qur‟an dengan kedua nama tersebut memberikan isyarat, memang sudah sepatutnya al Qur‟an dipelihara dalam bentul hafalan dan tulisan dengan baik.
Sehingga apabila salah satu diantaranya ada yang keliru, maka yang
satu akan meluruskannya (membenarkan). Akan tetapi kita tidak bisa hanya menyandarkan kepada hafalan seseorang sebelum hafalannya sesuai dengan tulisan yang telah disepakati oleh para sahabat, yang dinukilkan kepada kita dari generasi ke generasi berikutnya sesuai yang aslinya. Sebaliknya kita juga tidak bisa hanya menyandarkan pada tulisan penulis sebelum sebelum tulisan tersebut sesuai dengan hafalan tersebut berdasarkan isnad yang shohih dan mutawatir.27
Dari penadapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Al-Qur‟an merupakan firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril a.s, bernilai ibadah bagi yang membacanya, tertulis dalam satu mushaf, diawali dengan surat Al-Fatihah dan dikahiri dengan surat An-Nass yang disampikan dari generasi ke generasi secara mutawatir.
Dari pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran Al-Qur‟an adalah langkah- langkah yang tersusun secara sistematis menggunakan metode dan materi Al-Qur‟an dalam proses pembelajarannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, diantaranya adalah materi tentang membaca Al-Qur‟an yang fasih, baik dan benar sesuai dengan makhorijul hurufnya.
27 Manna Al-Qaththan, Judul Asli Mabahits fii uluumul Qur’an, Maktabah Wahbah kairo, Cetakan ke 13 2004 M – 1425 H. Edisi bahasa Indonesia dengan judul Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, alih bahasa: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Cetakan pertama, April 2006.
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), h. 11-16.