F. Kerangka Teori
4. Pengertian Karakter
baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelanggarakan pembangunan bangsa dan negara.
Azrul Azwar menjelaskan bahwa gerakan pramuka bertujuan mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga menjadi warga negara Republik Indonesia yang berjiwa pancasila, setia dan patuh kepada NKRI serta menjadi anggota masyarakat yag baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional maupun internasional.19
manusia.20 Atas dasar inilah karakter menjadi dasar seseorang didalam berfikir serta berperilaku dan hal itu merupakan bagian dari ciri seseorang. Karakter juga dapat dilihat dari bagaimana orang tersebut mampu bekerjasama dengan orang lain ataupun berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Individu dengan karakter baik ditunjukkan oleh sikap bertanggung jawab atas apa yang tela diperbuat.
Simon Philips dalam Masnur menyatakan karakter merupakan sekumpulan nilai yang menjadi dasar individu tersebut berbuat. Sifat dasar yang melekat dalam diri manusia itulah yang disebut dengan karakter.21 Senada dengan pernyataan tersebut, Koesuma menjelaskan bahwa yang disebut karakter merupakan kesamaan dari kepribadian setipa manusia. Kepribadian yang melekat dalam diri manusia akan terus ada dan menjadi dasar manusia untuk melakukan berbagai kegiatan. Karakter yang
20 Achmad Maulana dkk, Kamus Ilmiah Populer (Cet. II; Yogyakarta:
Absolut, 2004), h. 202.
21 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangna Krisis Multidimensional (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 70.
demikian dapat juga terjadi karena hasil dari pembentukan lingkungan keluarga, masyarakat atau bahkan negara dan bangsa.22
Karakter seseorang dapat diilai dari beberapa hal antara lain sebagai berikut:
a. Akhlaq
Akhlaq dapat diartikan sebagai tingka laku, tabiat, perangai, watak dan moral ataupun budi pekerti yang melekat dalam diri manusia.23 Istilah akhlak menurut tata bahasa berasal dari kata kholaqa dengan arti yang menciptakan. Hal ini memberikan penjelasan bahwa secara redaksional, kalimat akhlaq bertalian erat dengan penciptaan manusia.24 Akhlaq tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan manusia saja, namun lebi dari itu sebagaimana awal mula kata akhlaq yang berkaitan dengan kholiq, juga mengatur hubungan
22Doni Koesuma A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta:
Grasindo: 2010), h. 80.
23 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), h.
6.
24Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Cet. IV; Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2001), h. 1.
dengan pencipta manusia. Jadi, akhlaq juga didefinisikan sebagai sala satu ciri dasar serta tabiat dan tingkah laku manusia dalam menjalin hubungannya dengan sesama manusia ataupun dengan penciptanya.25
Hasan Alfat menyatakan bahwa aklaq seseorang akan mendorong dirinya melakukan berbagai hal baik positif maupun negatif. Semakin baik akhlaq atau tabiat dan perilaku manusia, maka akan semakin banyak melakukan berbagai kebaikan, demikian juga sebaliknya apabila manusia memiliki tabuat buruk, maka dorongan untuk melakukan keburukan lebih banyak daripada kebaikan.26
Berdadasarkan pendapat tersebut, maka akhlaq merupakan dorongan dalam diri manusia yang mampu menggerakkan ke arah positif atau negatif. Semakin baik aklaq seseorang, maka dorongan kebaikan semakin tinggi demikian juga sebaliknya apabila dororang
25 Efendi El Hanif, et al., Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia (Surabaya: Terbit Terang, 2001), h. 481.
26 Abu Baiqani, Kamus Istilah Agama (Surabaya: Arkola, 1992), h. 79
keburukan semakin tinggi, akan mendorong keburukan yang lebih banyak.
b. Etika.
Menurut asalnya dari Bahasa Yunani dengan istilah Ethos yang dapat diartikan sebagai norma, nilai, kaidah atau ukuran atas tingkah laku manusia yang cenderung ke arah kebaikan.27 Norma-norma yang harus ada dalam diri seseorang akan direalisasikan dalam kehidupan berkeluarga. Tanggung jawab terhadap keluarga dari masing-masing anggora keluarga dapat dilihat dari sejauh mana normal yang dimiliki oleh anggota keluarga tersebut. demikian halnya dalam kaitan dengan seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan negara. Norma dan kaidah dasar yang ada dalam dirinya akan mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut bersikap maupun berbuat.
27https://googlewebligh.com/?lite_url=https://10menit.wirdpress.com/tugaskuli ah/pengertiaetika/&ei=idID&s=1&m=617&host=www.google.co.id&ts=1509 422987&sig=ANTVL3Hk3MsGam
k9Bu_VhARGECLzyCeg.
c. Budi Pekerti
Budi pekerja merupakan alat timbangan dalam diri manusia untuk membuat keputusan atas tindakan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan.28 Tindakan ini akan tercermin setika seseorang berada di tengah-tengah lingkungan keluarga dan masyarakat dimana dia berada.
Cerminan sikap tanggung jawab atau selalu peduli dengan sesama merupakan bentuk dari budi pekerti baik dari seseorang.
Budi pekerti juga merupakan sebuah kehendak yang lahir dari dalam jiwa seseorang dan mendorong sekaligus mengarahkan orang tersebut untuk melakukan berbagai pertimbangan pikiran sebelum melakukan perbuatan. Budi pekerja juga merupakan sebuah kualitas yang ada dalam diri manusia dilihat dari bagaimana tingkah lakunya, ucapannya serta sikap yang memiliki nilai-nilai luhur terhadap orang lain.
28Hasan Oetomo, Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti (Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya, 2012), h. 11.
a. Macam-Macam Karakter
Setidaknya terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal sebagai berikut:29 1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
2) Kemandirian dan tanggung jawab 3) Kejujuran/amanah
4) Hormat dan santun
5) Dermawan, suka menolong, dan kerja sama 6) Percaya diri dan pekerja keras
7) Kepemimpinan dan keadilan 8) baik dan sikap rendah hati 9) toleransi dan cinta damai
Sembilan karakter ini hndaknya diajarakan pada sekolah-sekolah dimulai dari sekolah dasar secara sistematis terutama dalam kegoatan dan model pendidikan yang bersifat holistik.30 Pilar mencitai Tuhan dapat diartikan sebagai mencintai sesama makluk ciptaan-Nya
29E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Cet. II; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), h.
5
30 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, h. 29.
tidak hanya manusia aka tetapi seluruh ciptaan yang berada di sekitar manusia. Pilar cinta Tuhan juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari manusia seperti melaksanakan perintah Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, berbuat baik terhadap lingkungan masyarakat diamana dia berada serta menumbuhkan sikap peduli terhadap sesamanya. 31
Pilar kedua adalah kemandirian dan tanggung jawab yang berarti bahwa setiap manusia harus memiliki tanggung jawab baik terhadap sesama manusia atau kepada bangsa dan negara. Sikap tanggung jawab tidak serta merta hanya dilaksanakan dari ruamg lingkup kecil pada keluarga saja, namun sebagai masyarakat yang hidup di lingkungan sebuah negara, harus menunjukkan sikap tanggungjawab kepada negara. Kemandirian juga harus ditanamkan dalam diri seseorang kepada keluarga dan masyarakatnya agar tercipta lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak hanya mengandalkan bantuan dari orang lain, namun lebih
31 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, h. 30.
kepada peran dirinya dari sikap kemandirian yang dibentuk dari individu-individu dalam masyarakat.
Pilar ketiga yang harus dididik sejak dini terutama pada anak-anak adalah sifat kejujuran dan amanah. Sifat jujur dan amanaha merupakan kunci sukses seseorang dan hal ini harus ditanamkan sejak dini. Seseorang yang tidak jujur dan amanah, maka tidak akan mampu menghasilkan sesuatu yang baik dan akan berakhir dengan keburukan.
Orang-orang yang memiliki kejujuran dan sifat amanah akan terus mendapatkan kepercyaan dari orag lain. sifat kejujuran dan amanah menjadi modal dasar orang tua mendidikm anak-anaknya ketika berada di rumah dan dilanjutkan pendidikan formal yang dilakukan di sekolah.
Di tengah-tengah masyarakat, seorang pemimpin juga dapat mendidik sifat jujur dan amanah dimulai dari dirinya sendiri. Sikap dan sifat ini nantinya secara otomatis akan ditiru oleh masyarakat yang dipimpin.
Karakter selanjutnya yang harus diperhatikan dan hal ini cukup penting adalah sikap hormat dan santun.
Sikap hormat saat ini sudah mulai hilang baik dari anak kepada orang tua maupun antar sesama umat manusia.
Saling curiga dan tidak ada rasa saling percaya antar sesama masyarakat menjadi persoalan tersendiri. Terlihat sangat mudahnya orang saat ini diprovokasi untuk melakukan berbagai tindakan yang dapat merugikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Demikian juga sikap santun sudah mulai hilang dari dalam diri manusia pada semua tingkatan. Anak-anak sudah mulai hilang sikap santun kepada orang tua maupun guru di sekolah.
Pendidikan sebagai upaya membangun karakter saat ini diperlukan agar muncul kembali sikaf hormat dan santun dalam diri manusia dimulai sejak anak-anak.
Karakter selanjutnya yang harus dibangun dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah sifat dermawan, suka menolong, dan kerja sama. Karakter dermawan ditunjukkan dengan sifat mudah menolong terhadap sesama. Mau berbagi di sekolah merupakan sikap yang harus ads dalam diri siswa dan pada akhirnya menumbuhkan sikap
dermawan ketika hidup di tengah-tengah masyarakat kelak.
Suka menolong juga merupakan karakter yang harus dibangun dan menjadi perhatian khusus dalam sistem pendidikan dasar. Saat ini banyak orang yang membutuhkan pertolongan namun hanya sedikit yang mau berbagi dan peduli terhadap sesama. Pendidikan karakter ini penting dilakukan sebagai upaya mengurangi atau bahkan meninggalkan sikap ego dan mementingkan kepentingan sendiri yang dapat muncul dari anak-anak.
Karakter berikutnya yang harus dibangun sejak dini adalah rasa percaya diri dan sifat pekerja keras. Sifat percaya diri harus ditumbuhkan dalam diri manusia sejak anak-anak selain sifat kerja keras. Percaya diri merupakan modal bagi seseorang untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik didukung oleh karakter pekerja keras. Rasa percaya diri harus didukung oleh pekerja keras dalam diri seseorang karena tanpa keras usaha yang dilakukan, maka tidak akan mampu meraih masa depan yang diinginkan.
Atas hal tersebut sifat percaya diri dan mau bekerja keras
harus ditanamkan anak-anak sejak dini agar terbiasa memiliki kepercayaan diri dan tidak mudah menyerah dengan berbagai persoalan yang dihadapi.
Karakter ke tujuh adalah pendidikan kepemimpinan dan keadilan. Anak-anak merupakan aset negara yang kelak akan menjadi pemimpin menggantikan orang tua.
Pemimpin dalam hal ini tidak hanya pada kepemimpinan dalam struktur kenegaraan saja, namun lebih dari itu pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin untuk keluarganya, masyarakat sekitar atau memimpin untuk dirinya sendiri. Kepemimpinan yang diberikan pendidikan sejak dini diharapkan mampu membawa perubahan dan kemajuan atas apa yang dipimpin dan memiliki sifat membangun. Sementara keadilan merupakan dampak dari baiknya kepemimpinan yang dibangun sehingga mampu mewujudkan keadilan dari berbagai bidang.
Karakter sebagai pilar yang harus dibangun sejak dini yang ke delapan adala sifat rendah hati dan hanl ini merupakan ciri khas dari orang-orang terdidik. Namun
demikian apabila orang-orang terdidik tidak memiliki sikaf rendah hati justru akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Tidak munculnya sifat rendah hati dalam diri manusia memiliki dampak rusaknya moral dan akhlaq manusia karena akan memunculkan sikap sombong dan pada akhirnya akan menjadikan manusia terpecah belah dan tidak ada saling menghormati sesama manusia. Sifat rendah hati dapat muncul daam diri manusia apabila dia mau memperhatikan berbagai kejadikan yang ada di masyarakat bahwa apa yang dilakukan oleh seseorang, maka hal itu akan kembali kepada diri sendiri. Apabila manusia berbuat baik, maka kebaikan akan kembali kepada dirinya dalam bentuk kebikan, demikian juga sebaliknya apabila keurukan, maka akan kembali keburukan.
Karakter berikutnya adalah sikap toleransi, perdaiaman dan kesatuan. Pilar ini sangat penting karena dengan sikap toleransi akan dapat mencegah manusia dari saling menyerang disebabkan salah faham atau berbagai
persoalan yang saat ini mudah terjadi. Kehidupan yang penuh dengan kedamaian merupakan keidupan yang selalu diidamkan oleh banyak orang baik dalam lingkungan perkotaan maupun pedesaan. Mudahnya informasi yang dapat diterima oleh masyarakat secara cepat tidak semata- mata berdampak baik bagi masyarakat namun juga mudah membawa keburukan karena terkadag informasi tidak sampai secara utuh. Sikap kesatuan merupakan sikap yang juga harus dimiliki oleh seseorang sejak dini karena menjaga persatuan merupakan modal dasar membangun masyarakat. Apabila sikap persatuan tidak muncul dalam diri manusia, maka yang lahir adalah rasa ego yang berlebihan dan berdampak pada perpecahan. Pendidikan yang mengedepankan sikap tanggungjawab menjadi dasar untuk menumbuhkan sikap menjaga persatuan untuk mewujudkan kedamaian di atara sesama manusia.
Seluruh karakter sebagaimana yang telah dijelaskan di atas selayaknya ditanamkan kepada anak-anak sejak dini.
Penanaman karakter dapat dilakukan dan salah satunya
adalah dengan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang dilaksanakan di sekolah. Masa akanak-anak yang disebut sebagai masa dalam usia emas masih muda untuk dilakukan pendidikan karakter sebelum benar-benar terjun di tengah-tengah masyarakat. telah banyak dilakukan berbagai penelitian dengan hasil yang umumnya sama bahwa pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan salah satunya adalah kegiatan pramuka.
Proses pendidikan manusia secara umum terbagi atas tiga tingkatan yaitu masa emas menyumbang 50%
perkembangan anak, kemudian akan terjadi peningkatan pada usia anak menginjak 8 tahun dengan menyumbang 30
% pendidikan dalam diri anak dan 20% pendidikan formal memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri anak. Sekolah dimulai dari dasar sampai tinggi memiliki peran penting dalam membentuk karakter manusia untuk menyiapkan siswa- siswa tersebut terjun di tengah-tengah masyarakat.
b. Pembentukan Karakter
Isitlah pembentukan merupakan cara, metode, atau pola yang digunakan untuk membentuk sesuai dengan keinginan pelakunya.32 Istilah karakter merupaka watak, tabiat, dan berbagai hal yang menunjukkan sifat dasar yang mekelat dalam diri manusia.33 Karakter juga dimaknai sebagai gerak gerik manusia, tingkah laku, ciri khas yang selalu diperbuat, bagaimana dia menjalani hidup, yang kesemuanya bersumber dari sifat dasar dalam jiwa seseorang.
Berdasarkan hal tersebut, maka pembentukan karakter yang dimaksud disini adalah suatu proses menyusun atau berbagai cara pembentukan manusia dan mengarahkannya kepada suatu tindakan atau proses pemikiran yang sudah menjadi adat kebiasaan manusia.
Sesuatu yang muncul secara terus menerus dalam diri manusia inilah yang disebut pembentukan karakter.
32 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Pusat Bahasa Indonesia, Edisi IV (Cet. I: Jakarta; Gramedia pustaka utama, 2008) h, 174.
33 Muhammad Ilyas Ismail, Pendidikan Karakter Suatu Pendekatan
Nilai, h. 5.
Pembangunan karakter manusia untuk lebih baik akan lebih baik apabila anak-anak didik sejak dini dari karakter yang telah dijelaskan sebelumnya seperti karakter tanggung jawab, toleransi, sikap amanah dan jujur ataupun berbagai karakter lain yang mampu mengarakan manusia untuk selalu berbuat kebaikan. Karakter ini penting dimiliki oleh anak-anak sebagai bekal sejak dini sebelum benar- benar terjun ke masyarakat. Anak-anak yang memiliki karakter toleransi akan mudah memberikan maaf kepada anak yang lain apabila ada persoalan. Demikian juga anak yang memiliki sikap rendah hati akan terus melakukan berbagai kebaikan dan membangun masyarakat lebih baik tanpa harus memunculkan sikap sombong atas prestasi yang diraih.34
Ismail menjelaskan bahwa pilar karakter yang telah ada hendaknya dijadikan sebagai kurikulum wajib di sekolah, sebagai upaya menanamkan karakter tersebut
34Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), h. 29.
sedini mungkin. Pilar karakter inilah nantinya yang akan menjadikan masyarakat hidup damai dan penuh dengan sikap toleransi antar sesama manusia.35
Adapun strategi atau metode pembentukan karakter dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui cara berikut:
a. Keteladanan/Contoh
Kegiatan pemberian contoh/teladan ini bisa dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, guru, dan staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan model bagi peserta didik seperti:
1) Religius; sikap perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut
2) Jujur; perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
35 Muhammad Ilyas Ismail, Pendidikan Karakter Suatu Pendekatan Nilai, h. 6.
3) Tekun; sikap berkeras hati teguh pada pendirian, rajin, giat, sungguh-sungguh terus dalam bekerja meskipun mengalami kesulitan, hambatan dan rintangan
4) Disiplin; tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan 5) Peduli tanggung jawab; sikap dan perilaku seseorang
yang selalu ingin melaksanakan tugas dan kewajiban, yang dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
b. Menggunakan Pemahaman
Pemahaman yang diberikan dapat dilakukan dengan cara menginformasikan tentang hakikat dan nilai-nilai kebaikan dari materi yang disampaikan. Proses pemahaman harus berjalan secara terus menerus agar penerima pesan agar tertarik.
c. Menggunakan Pembiasaan
Pembiasaan berfungsi sebagai penguat terhadap obyek yang ada telah masuk dalam penerima pesan.
Proses pembiasaan menekankan pada pengalaman langsung dan berfungsi sebagai perekat antara tindakan karakter dan diri seseorang.
Kegiatan ekstrakurikuler pramuka merupakan salah satu program kegiatan yang pada beberapa sekolah merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh seluruh siswa terutama sekolah yang telah melaksanakan kurikulum 2013. Salah satu tujuan diberlakukannya kurikulum 2013 adalah pembentukan karakter siswa dan salah satu kegiatan yang sesuai dengan pembentukan karakter adalah kegiatan pramuka.
Penelitian ini berupaya mengetahui hasil kegiatan ekstrakurikuler dilihat secara umum tentang bagaimana pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam pembentukan karakter siswa serta implikasi pembentukan karakter siswa dalam religius di Sekolah. Secara khusus apakah kegiatan ekstrakurikuler pramuka dapat membentuk karakter siswa lebih religius. Sifat religius sebagai fokus utama yang hendak dicapai dalam kegiatan pramuka
diharapkan berdampak pada sifat lain seperti tekun, jujur, disiplin dan peduli terhadap lingkungan. Dengan meningkatnya sifat religisu dari kegiatan ekstrakurikuler pramuka, diharapkan berdampak juga pada sifat-sifat lain dari dalam diri siswa.