BAB II KAJIAN TEORI
3. Pengertian Pendidikan Karakter
telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai acuan dalam menjalani hidupnya.18
Dari beberapa pandangan diaatas dapat dikatakan bahwa, karakter adalah sikap mental seseorang yang melekat dan berakar dalam setiap diri individu seseorang. Karakter adalah tingkah laku seseorang yang merupakan manifestasi dari sikap seseorang yang menjadi jati diri atas kepribadiannya. Singkatnya karakter adalah apa yang tertanam dan telah menjadi sikap kesehariannya. Dalam pengertian yang lebih luas kata karakter sering dikaitkan dengan akhlak.
Imam Al-Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yakni sikap dan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga muncul secara spontan ketika berinteraksi dengan lingkungan.
Akhlak berasal dari kata Khalaqa dengan akar kata khuluqan (bahasa arab) yang berarti perangai, tabiat, adat atau dari kata khalqun (bahasa arab) yang berarti kejadian, buatan atau ciptaan. Jadi secara etimologis akhlak berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. Dengan demikian, akhlak bisa baik dan bisa juga buruk. Dari pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan sistem perilaku yang harus dibuat. Terkait dengan hal itu, diperlukanlah upaya pembentukan akhlak melalui penyelengaraan pendidikan, yang dikenal dengan istilah pendidikan akhlak.19
yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang, paradigma dan metodologi yang disiplin keilmuan yang digunakan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk membentuk, mengarah, dan membimbing perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan norma yang berlaku. Pendidikan karakter adalah usaha menanamkan sifat dan tingkah laku positif kepada peserta didik. Menurut Akhmad Muhaimin Azzel pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).20
Lickona mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan nilai-nilai etis. Pendidikan karakter menurut Lickona mengandung tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).21
Menurut Khan pendidikan karakter adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan segala daya dan upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik. Pendidikan karakter juga merupakan proses kegiatan yang mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi harmoni yang selalu mengajarkan, membimbing dan membina setiap manusia untuk memiliki kompetensi intelektual, karakter dan keterampilan menarik.22
Menurut Ramli pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya
20 Akhmad MuhaiMadrasah Ibtidaiyah Negeri Azzel, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Jogjakarta: Arr-Ruzz Media, 2011), hlm. 27
21 Thomas Lickona, Educating For Charakter: How Our School Can Teach Respect and Responsibility, (New York: Bantam Books, 1992), hlm. 12
22 Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta: Pelangi Publishing, 2010), hlm. 34
adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik. Hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.23
Menurut Daryanto dan Suryatri Darmiatun pendidikan karakter yaitu berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat, untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifar peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.24
Menurut Imas Kurniasih pendidikan karakter merupakan salah satu alat untuk membimbing seseorang menjadi orang baik, sehingga mampu memfilter pengaruh yang tidak baik. Adanya pendidikan karakter ini adalah bentuk nyata dan upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik berperilaku sebagai insan kamil, dimana tujuan pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah melalui pembentukan karakter peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.25
Menurut Sri Nawarti pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
23 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hlm. 24
24 Daryanto dan Suryatri Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Gava Media, 2013) , cet-I, hlm. 64
25 Imas Kurniasih dan Berlin Sani , Pendidikan Karakter (Jakarta: Kata Pena, 2017), hlm.21
diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia kamil.26
Dalam perspektif Islam, pendidikan karakter dapat di definisikan sebagai upaya sadar dan terencana untuk membentuk, mengarahkan dan membimbing akhlak peserta didik dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari al-Quran, hadits dan ijtihad.
Pendidikan karkater mempunyai orientasi yang sama dengan pendidikan akhlak, yaitu pembentukan karakter. Bedanya pendidikan akhlak terkesan ketimuran dan Islam, sedangkan pendidikan karkater terkesan barat dan sekuler. Sederhananya, pendidikan akhlak mempunyai makna khusus, yaitu untuk menunjukan pembentukan karakter yang dilakukan oleh umat Islam. Sementara itu, pendidikan karakter memiliki makna umum (general), yaitu pembentukan karakter yang dilakukan oleh semua umat, baik itu umat Islam maupun umat yang beragama lainnya.
Akan tetapi perbedaan itu bukanlah sebuah alasan yang harus dipertentangkan.27
Begitupun menurut Imas Kurniasih antara pendidikan akhlak dan pendidikan karakter mempunyai orientasi yang sama. Dan pada kenyataannya, kedua konsep ini memiliki ruang untuk saling mengisi.
Bahkan Lickona sebagai Bapak Pendidikan Karakter di Amerika justru mengisyaratkan keterkaitan erat antara karakter dan spiritualitas.28
4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter