A.5. Kajian Lingkungan
5.5 Pengkajian Ekonomi dan finansial
52 P E D O M A N T E K N I S P E N Y U S U N A N S T U D I K E L A Y A K A N S P A L
5.5 Pengkajian Ekonomi dan Finansial
Biaya pembebasan lahan tersebut meliputi biaya ganti rugi tanah dan bangunan yang nilai biayanya berkisar antara 20-30% dari total biaya investasi.
3. Komponen Biaya Konstruksi
Merupakan komponen biaya konstruksi Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman Terpusat yang meliputi:
a. Biaya konstruksi jaringan perpipaan
Biaya konstruksi jaringan perpipaan meliputi : - Pipa persil
- Pipa retikulasi - Pipa induk
- Bangunan pelengkap pada sistem jaringan
- Perbaikan prasarana eksisting yang terkena dampak pembangunan perpipaan
b. Biaya konstruksi IPAL
Biaya konstruksi IPAL yang meliputi :
- Biaya peraturan tanah IPAL dan buffer zone - Biaya pekerjaan civil IPAL dan buffer zone - Biaya pekerjaan M/E IPAL
- Biaya pekerjaan landscape - Biaya pekerjaan jalan akses 5.5.2 Komponen Biaya Operasional Tahunan
Biaya operasional adalah biaya yang timbul untuk mengoperasikan prasarana terbangun agar mampu memberi manfaat pelayanan sesuai kapasitasnya secara berkelanjutan dan berdaya guna sesuai umur rencananya. Biaya operasi dan pemeliharaan dihitung dalam Rp/Thn.
5.5.2.1 Komponen Biaya Operasi SPAL Setempat
1. Komp. Biaya Operasi dan Pemeliharaan Sedot dan Angkut a. Biaya Operasi
1) Biaya gaji tenaga operator dan perlengkapan kerja operator.
2) Biaya material habis pakai (BBM, dan sebagainya).
3) Biaya peralatan operasi.
b. Biaya Pemeliharaan
1) Pemeliharaan rutin truk tinja (ganti olie, dan sebagainya).
2) Pemeliharaan berkala (ganti ban, kopling).
54 P E D O M A N T E K N I S P E N Y U S U N A N S T U D I K E L A Y A K A N S P A L
1) Biaya gaji operator dan perlengkapan kerja operator.
2) Biaya material habis pakai (listrik, BBM, dan sebagainya).
3) Biaya peralatan operasional.
b. Biaya Pemeliharaan
1) Pemeliharaan rutin instalasi.
2) Pemeliharaan berkala instalasi.
3) Pemeliharaan bangunan penunjang.
3. Komponen Biaya Umum dan Administrasi
Komponen biaya umum dan administrasi meliputi:
1) Biaya gaji staf dan manajemen;
2) Biaya material habis pakai (ATK, telpon, listrik, dan sebagainya);
3) Biaya peralatan kantor (komputer, printer, kendaraan operasional, dan sebagainya);
4. Komponen Biaya Penyusutan
Komponen biaya penyusutan meliputi:
1) Biaya penyusutan truk tinja.
2) Biaya penyusutan IPLT.
3) Biaya penyusutan kantor umum dan administrasi.
5.5.2.2 Komponen Biaya OP SPAL Terpusat 1. Komponen Biaya OP. IPAL
a. Biaya Operasi 1) Biaya gaji 2) Biaya material 3) Biaya peralatan b. Biaya Pemeliharaan
1) Pemeliharaan rutin IPAL 2) Pemeliharaan berkala IPAL 2. Komponen Biaya Umum dan Administrasi,
Komponen ini meliputi :
1) Biaya gaji staf dan manajemen.
2) Biaya material habis pakai (ATK, telekomunikasi, listrik).
3) Biaya peralatan kantor (komputer, printer, kendaraan operasional, dan sebagainya).
3. Komponen Biaya Penyusutan
a. Biaya Penyusutan Jaringan Perpipaan 1) Penyusutan pipa persil
2) Penyusutan pipa retikulasi
3) Penyusutan pipa induk b. Biaya Penyusutan IPAL
1) Penyusutan bangunan instalasi 2) Penyusutan M/E
3) Penyusutan bangunan penunjang c. Biaya Penyusutan Kantor Administrasi
1) Penyusutan bangunan kantor 2) Penyusutan peralatan kantor 3) Penyusutan lain-lain.
4. Komponen Manfaat Ekonomi Proyek
Manfaat ekonomi proyek pengembangan sarana dan prasaran air limbah adalah manfaat proyek yang dapat dikonversi dalam satuan rupiah (Tangible) dan manfaat proyek yang tidak dapat dikonversi dalam satuan rupiah (Intangible).
5.5.3 Jenis Manfaat Ekonomi Proyek Air limbah
Kelayakan ekonomi memperhitungkan 2 aspek dan selengkapnya dijelaskan sebagai berikut:
5.5.3.1 Manfaat yang Dapat Diukur dengan Nilai Uang
Manfaat Tangible proyek dapat dibedakan sebagai manfaat langsung (direct) dan manfaat tidak langsung (indirect). Secara umum manfaat Tangible proyek pengembangan sarana dan prasarana air limbah adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Langsung
a. Pemanfaatan lumpur tinja sebagai pupuk b. Pemanfaatan gas bio sebagai sumber energi 2. Manfaat Tidak Langsung
a. Peningkatan nilai harga tanah dan bangunan b. Pengurangan biaya pengolahan air baku air minum 5.5.3.2 Manfaat Proyek yang Tidak dapat diukur dengan Uang
Jenis manfaat proyek yang tidak dapat diukur dengan nilai uang (Intangible) antara lain:
1. Pengurangan tingkat pencemaran 2. Meningkatnya kesehatan masyarakat
56 P E D O M A N T E K N I S P E N Y U S U N A N S T U D I K E L A Y A K A N S P A L
5.5.4 Proyeksi Pendapatan Tarif Retribusi Air Limbah
Mengingat pelanggan air limbah berasal dari berbagai tingkat dan golongan masyarakat yang berbeda kemampuan keuangan/daya belinya, maka perkiraan pendapatan tarif retribusi air limbah harus memperhitungkan:
1. Perkiraan tarif per golongan pelanggan dan per jenis pelayanan;
2. Perkiraan jumlah pelanggan per golongan pelanggan dan per jenis pelayanan.
5.5.4.1 Perhitungan Perkiraan Tarif Pelayanan Air Limbah
1. Perkiraan perhitungan tarif pelayanan air limbah harus memperhitungkan:
a. Biaya operasi dan pemeliharaan.
b. Biaya depresiasi atau amortisasi.
c. Biaya bunga pinjaman.
d. Biaya umum dan administrasi.
2. Perkiraan tarif per golongan pelanggan harus direncanakan sebagai tarif terdeferensiasi untuk penerapan subsidi silang kepada pelanggan yang berpenghasilan rendah.
3. Perkiraan tarif per golongan pelanggan untuk proyek yang bersifat rehabilitasi atau peningkatan kapasitas harus memperhatikan tingkat tarif yang sudah berlaku.
4. Perkiraan perhitungan tarif per golongan pelanggan, struktur tarif dan penentuan satuan tarif harus mengacu kepada pedoman penetapan tarif air limbah yang berlaku.
5. Besaran tarif retribusi untuk pengelolaan SPAL dapat dimasukkan dalam pajak, biaya rekening air minum, atau sesuai dengan peraturan yang berlaku di daerah yang bersangkutan.
5.5.4.2 Komponen Penerimaan Retribusi
Berdasarkan jenis golongan pelanggan dan golongan tarif retribusi Air Limbah, maka komponen penerimaan retribusi harus dihitung berdasarkan perkiraan jumlah pelanggan per masing-masing golongan sebagai berikut:
1. Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan permukiman dalam Rp/Thn.
2. Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan daerah komersial atau institusional dalam Rp/Thn.
3. Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan yang tinggal pada bangunan bertingkat banyak (high rise building) dalam Rp/Thn.
5.6 Perhitungan Kelayakan Ekonomi dan Keuangan
Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan sekurang- kurangnya disajikan dalam perhitungan spread sheet, sehingga data-data perhitungan dan proyeksi perhitungan dapat disajikan secara jelas.
Data-data yang harus disajikan untuk mendukung hasil perhitungan IRR dan NPV sekurang-kurangnya meliputi:
1. Jadwal konstruksi dan jadwal investasi.
2. Jadwal operasi dan proyeksi kapasitas operasi.
3. Asumsi-asumsi biaya O/M, umum dan administrasi.
4. Asumsi tarif retribusi.
5. Proyeksi Net Cash.
6. Analisis Sensitifitas.
7. Proyeksi rugi/laba.
Contoh perhitungan analisis kelayakan ekonomi dan keuangan dapat ditemukan pada Bagian C. 7.
5.7 Rangkuman Kajian Kelayakan Ekonomi dan Finansial SPAL
Laksanakan Pengkajian Data dengan Metode Perhitungan Studi Kelayakan yang dipilih.
Sehingga setiap alternatif SPAL yang diusulkan dapat diberikan penilaian kelayakan berdasarkan kriteria dan indikator kajian kelayakan ekonomi dan keuangan yang telah ditentukan sebelumnya.
Tabel 5.2 Rangkuman kajian kelayakan ekonomi dan finansial SPAL Kriteria Sub Kriteria
Peringkat
Faktor penentu Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif3
Ekonomi dan Keuangan
Ekonomi Benefit and Cost Ratio • Rasio B/C >1
Net Present Value • NPV > 0
EIRR • EIRR > r
r = ….%
58 P E D O M A N T E K N I S P E N Y U S U N A N S T U D I K E L A Y A K A N S P A L
Finansial Benefit and Cost Ratio • Rasio B/C > 1
Net Present Value • NPV > 0
FIRR • FIRR > r
r =….%
Pay Back Period (Loan)
A.6. Kajian Lingkungan 6.1 Tujuan
1. Mengetahui ketentuan pelaksanaan kajian lingkungan
2. Menentukan metode analisis dalam melaksanakan kajian lingkungan 3. Mengidentifikasi cakupan pelaksanaan kajian lingkungan
4. Mengidentifikasi data yang dibutuhkan dalam melaksanakan kajian lingkungan 5. Mengidentifikasi kriteria dalam menentukan kajian lingkungan
6. Mengetahui kelayakan lingkungan proyek
7. Mengetahun kegiatan mitigasi lingkungan dalam pelaksanaan proyek 6.2 Deskripsi
Pelaksanaan Kajian Lingkungan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu:
1. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL); dan 2. Analisis Risiko Lingkungan.
6.2.1 Analisis Dampak Lingkungan
Ruang lingkup kajian lingkungan yang perlu dilaksanakan pada rencana Pengembangan SPAL adalah pelaksanaan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yang merupakan telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Muatan pelaksanaan ANDAL pada pelaksanaan Studi Kelayakan Rencana Pengembangan SPAL adalah:
1. Pendahuluan yang memuat:
a. Ringkasan Dampak Penting Hipotetik b. Batas Wilayah dan batas waktu kajian
2. Deskripsi Rinci Rona Lingkungan Hidup Awal, yang mencakup:
a. Komponen geo-fisik-kimia, termasuk didalamnya Geologi dan Hidrologi b. Komponen biologi, termasuk didalamnya Flora dan Fauna
c. Komponen sosial, termasuk didalamnya Lalu Lintas dan Pemanfaatan Lahan/
Estetika
3. Prakiraan Dampak Penting
Analisis prakiraan dampak penting pada dasarnya menghasilkan informasi mengenai besaran dan sifat penting dampak untuk setiap dampak penting hipotetik (DPH) yang dikaji. Metode prakiraan dampah penting menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode prakiraan dampak penting dalam Andal
Dalam menguraikan prakiraan dampak penting tersebut, penyusun dokumen Amdal hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penggunaan data runtutan waktu yang menunjukkan perubahan kualitas lingkungan dari waktu ke waktu
b. Prakiraan dampak dilakukan secara cermat mengenai besaran dampak penting dari aspek biogeofisik-kimia, biologi dan sosia pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pascaoperasi usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan jenis rencana usaha dan/atau kegiatannya. Tidak semua rencana pengembangan SPAL memiliki dampak pada seluruh tahapan tersebut.
c. Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan masih berada pada tahap pemilihan alternatif komponen rencana usaha dan/atau kegiatan (misalnya: alternatif lokasi, penggunaan alat-alat produksi, kapasitas, spesifikasi teknik, sarana usaha dan/
atau kegiatan, tata letak bangunan, waktu dan durasi operasi, dan/atau bentuk alternatif lainnya), maka telaahan sebagaimana tersebut dilakukan untuk masing- masing alternatif.
4. Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan
Dalam bagian ini, pada dasarnya penyusun dokumen Amdal menguraikan hasil evaluasi atau telaahan keterkaitan dan interaksiseluruh dampak penting hipotetik (DPH) dalam rangka penentuan karakteristik dampak rencana usaha dan/atau kegiatan secara total terhadap lingkungan hidup.
60 P E D O M A N T E K N I S P E N Y U S U N A N S T U D I K E L A Y A K A N S P A L
6.2.2 Kriteria Kajian
6.2.2.1 Kajian Lingkungan SPAL-S
6.2.2.1.1 Kajian Lingkungan Usulan Pembangunan IPLT
Dampak dan Mitigasi Lingkungan pada setiap tahapan pembangunan IPLT terdiri atas kajian lingkungan pada tiap tahapan pembangunan dan tahapan pengoperasian.
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap kondisi Geologi pada setiap tahapan pembangunan IPLT.
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Kualitas Air pada setiap tahapan pembangunan IPLT.
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Kualitas Udara dan Kebisingan pada setiap tahapan pembangunan IPLT.
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Flora dan Fauna pada setiap tahapan pembangunan IPLT
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Lalu-lintas pada setiap tahapan pembangunan IPLT.
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Pemanfaatan Lahan dan Estetika pada setiap tahapan pembangunan IPLT
Tabel 6.1 Kajian Lingkungan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Aspek Kajian Rona Lingkungan
Awal Pra Konstruksi Konstruksi Operasional
Geologi dan Hidrologi Kualitas Air
Kualitas Udara dan Kebisisngan Flora dan Fauna Lalu Lintas Pemanfaatan Lahan dan Estetika
6.2.2.2 Kajian Lingkungan SPAL-T
6.2.2.2.1 Kajian Lingkungan Usulan Pembangunan Unit Pengumpulan Air Limbah Dampak dan Mitigasi Lingkungan pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengumpulan Air Limbah terdiri atas kajian lingkungan pada tiap tahapan pembangunan dan tahapan pengoperasian.
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap kondisi Geologi pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengumpulan Air Limbah
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Kualitas Air pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengumpulan Air Limbah
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Kualitas Udara dan Kebisingan pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengumpulan Air Limbah
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Flora dan Fauna pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengumpulan Air Limbah
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Lalu-lintas pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengumpulan Air Limbah
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Pemanfaatan Lahan dan Estetika pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengumpulan Air Limbah
Tabel 6.2 Kajian Lingkungan Unit Pengumpulan Air Limbah Aspek Kajian Rona Lingkungan
Awal Pra Konstruksi Konstruksi Operasional
Geologi dan Hidrologi Kualitas Air
Kualitas Udara dan Kebisisngan Flora dan Fauna Lalu Lintas Pemanfaatan Lahan dan Estetika
6.2.2.2.2 Kajian Lingkungan Usulan Pembangunan Unit Pengolahan Air Limbah Dampak dan Mitigasi Lingkungan pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengolahan Air Limbah terdiri atas kajian lingkungan pada tiap tahapan pembangunan dan tahapan pengoperasian.
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap kondisi Geologi pada setiap tahapan
62 P E D O M A N T E K N I S P E N Y U S U N A N S T U D I K E L A Y A K A N S P A L
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Kualitas Air pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengolahan Air Limbah
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Kualitas Udara dan Kebisingan pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengolahan Air Limbah
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Flora dan Fauna pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengolahan Air Limbah
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Lalu-lintas pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengolahan Air Limbah
• Dampak dan Mitigasi Dampak terhadap Pemanfaatan Lahan dan Estetika pada setiap tahapan pembangunan Unit Pengolahan Air Limbah
Tabel 6.3 Kajian Lingkungan Unit Pengolahan Air Limbah (Contoh) Aspek Kajian Rona Lingkungan
Awal Pra Konstruksi Konstruksi Operasional
Geologi dan Hidrologi Kualitas Air
Kualitas Udara dan Kebisisngan Flora dan Fauna Lalu Lintas Pemanfaatan Lahan dan Estetika
6.2.3 Analisis Risiko Lingkungan
Tabel 6.4 . Analisis Risiko Lingkungan (Contoh)
No. Faktor Lingkungan Bobot Resiko
Rendah Sedang Tinggi Nilai
1. Emisi Atmosferik 3
2. Bau 1
4. Badan Air Penerima 3
6. Flora 3
7. Fauna 3
8. Degradasi Tanah 2
9. Hidrogeologi 3
10. Peraturan dan Perijinan 3
11 Kebisingan 1
12 Lalu Lintas 1
13 Kesehatan dan Keselamatan Manusia 3
14 Estetika dan Bentang Alam 1 15 Kawasan Perlindungan /Bersejarah 2
Resiko Rendah = Nilai Resiko Total <40 Resiko Sedang = Nilai Resiko Total 40 -65 Resiko Tinggi = Nilai Resiko Total > 65
Kriteria Analisis Risiko Lingkungan dapat ditemukan pada Lampiran C.8 6.2.4 Analisis Kajian Lingkungan
6.2.4.1 SPAL-S 6.2.4.1.1 IPLT
Laksanakan Pengkajian Data dengan Metode Pengkajian yang dipilih (contoh:
Analisis Kesenjangan) Sehingga setiap alternatif IPLT yang diusulkan dapat diberikan penilaian kelayakan berdasarkan kriteria dan indikator kajian lingkungan yang telah ditentukan sebelumnya
Tabel 6.5 Rangkuman Kajian Alternatif Usulan Pembangunan IPLT (Contoh)
Aspek Kajian Tingkat Timbulan Dampak
Faktor Penentu Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Geologi dan Hidrologi Kualitas Air
Kualitas Udara dan Kebisisngan Flora dan Fauna Lalu Lintas Pemanfaatan Lahan dan Estetika
6.2.4.2 SPAL-T
6.2.4.2.1 Unit Pengolahan
Laksanakan Pengkajian Data dengan Metode Pengkajian yang dipilih (contoh:
Analisis Kesenjangan). Sehingga setiap alternatif Unit Pengolahan yang diusulkan dapat diberikan penilaian kelayakan berdasarkan kriteria dan indikator kajian lingkungan yang telah ditentukan sebelumnya
64 P E D O M A N T E K N I S P E N Y U S U N A N S T U D I K E L A Y A K A N S P A L
Tabel 6.6 Rangkuman Kajian Alternatif Usulan Pembangunan UPT
Aspek Kajian Tingkat Timbulan Dampak
Faktor Penentu Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Geologi dan Hidrologi Kualitas Air
Kualitas Udara dan Kebisisngan Flora dan Fauna Lalu Lintas Pemanfaatan Lahan dan Estetika
6.2.4.2.2 Unit Pengumpulan
Laksanakan Pengkajian Data dengan Metode Pengkajian yang dipilih (contoh:
Analisis Kesenjangan Sehingga setiap alternatif Unit Pengumpulan diusulkan dapat diberikan penilaian kelayakan berdasarkan kriteria dan indikator kajian lingkungan yang telah ditentukan sebelumnya
Tabel 6.7 Rangkuman Kajian Alternatif Usulan Unit Pengumpulan
Aspek Kajian Tingkat Timbulan Dampak
Faktor Penentu Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Geologi dan Hidrologi Kualitas Air
Kualitas Udara dan Kebisisngan Flora dan Fauna Lalu Lintas Pemanfaatan Lahan dan Estetika
A.7. Kajian Sosial, Kelembagaan dan Pengaturan SPAL 7.1 Tujuan
1. Mengidentifikasi kriteria kelayakan sosial rencana pengembangan SPAL
2. Mengidentifikasi kriteira kelayakan kelembagaan rencana pengembangan SPAL 3. Mengidentifikasi kriteria kelayakan pengaturan rencana pengembangan SPAL 4. Mengidentifikasi kondisi kelayakan sosial, kelembagaan dan pengaturan rencana
pengembangan SPAL.
5. Mengidentifikasi kegiatan mitigasi sosial, kelembagaan dan pengaturan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek.
7.2 Deskripsi
Pada bagian ini perlu dirumuskan berbagai kriteria perencanaan, serta mendeskripsikan masing-masing subkriteria dari berbagai kriteria yang meliputi kriteria, kajian sosial, kajian pengaturan dan kajian kelembagaan.
7.2.1 Kajian Sosial
Ketentuan dalam melaksanakan kajian sosial harus mempertimbangkan aspirasi masyarakat untuk menerima rencana penyelenggaraan pengembangan SPAL.
1) Analisis Kemauan dan Kemampuan Berlangganan Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat
a) Kemauan
Kemauan membayar diukur secara positif dan negatif berdasarkan jawaban yang diberikan, sedangkan besar nominalnya hanya merupakan pembanding.
b) Kemampuan
Analisis kemampuan membayar pengolahan air limbah khususnya untuk kategori jenis sambungan rumah. Kemampuan membayar dihitung dari persentase jumlah pengeluaran yang wajar dari total penghasilan per bulan per keluarga menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Pengelolaan Air Limbah. Tarif untuk standar untuk pelayanan pengolahan air limbah harus terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan sama dengan Upah Minimum Provinsi. Tarif memenuhi prinsip keterjangkauan apabila pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi standar pembayaran pengolahan air limbah tidak melampaui 4% dari pendapatan masyarakat
66 P E D O M A N T E K N I S P E N Y U S U N A N S T U D I K E L A Y A K A N S P A L
2) Tingkat Pelayanan Terhadap Wilayah Administratif
Tingkat pelayanan sistem pengolahan air limbah terhadap jumlah penduduk di wilayah administrasi mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
a) Kemampuan Pendanaan
Makin luas wilayah yang dilayani makin tinggi modal tertanam yang dibutuhkan. Apabila jumlah pendapatan tidak terpengaruh banyak, maka dapat mempengaruhi kelayakan ekonomi dan keuangan perusahaan.
b) Kepadatan wilayah
Pelayanan sistem pengolahan air limbah pada wilayah dengan kepadatan sangat rendah dapat mengakibatkan tidak seimbangnya biaya penanaman modal dengan pendapatan.
c) Sebagian penduduk dipertimbangkan terlayani kebutuhan pengolahan air limbahnya secara lebih layak dibandingkan sumber pribadi, cakupan pelayanan di wilayah administrasi diperkirakan meningkat di masa yang akan datang, sesuai dengan peningkatan kemampuan menanamkan modal dan kepadatan penduduk.
3) Tingkat Pelayanan terhadap Daerah Pelayanan
Ada beberapa hal yang dipertimbangkan untuk menentukan tingkat pelayanan terhadap jumlah penduduk di daerah pelayanan sebagai berikut :
a) Kemampuan penanaman modal;
b) Kemampuan maksimal penambahan jumlah sambungan tiap tahun sesuai dengan pengalaman;
c) Analisis kemampuan dan kemauan masyarakat membayar pengolahan air limbah sesuai dengan evaluasi hasil survei sosial ekonomi dan budaya.
Tingkat pelayanan terhadap daerah pelayanan dipertimbangkan meningkat di masa yang akan datang sesuai dengan meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat.
4) Aspek Kesehatan Masyarakat
Menguraikan perihal data penyakit akibat penggunaan air, sistem sanitasi penduduk, sistem drainase dan sistem pengolahan limbah.
7.2.2 Kajian Kelembagaan
Ketentuan teknis pengkajian kelembagaan dalam penyusunan studi kelayakan SPALT dalam pelaksanaannya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Teknis;
2. Tugas dan tanggung jawab.
Adapun rencana kerja meliputi:
1. Penyiapan data eksisting kelembagaan
2. Studi literatur (RUTR, RTRW, data dan gambar dll) 3. Rencana pengembangan SPALT
4. Kesimpulan
5. Rekomendasi (langsung bisa digunakan, perlu diubah, perlu studi ulang) 6. Pengesahan
Sementara itu, pengkajian Kelembagaan dilakukan terhadap:
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang diperlukan dalam mendukung kelembagaan didasarkan pada tingkat pendidikan dan kualitasnya (seperti di bawah ini), namun tidak dibatasi pada keahlian tersebut. Untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan kelembagaan SPALT, maka sumber daya manusia yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Ahli Kelembagaan/Manajemen
b. Ahli Teknik Penyehatan/Teknik Lingkungan/Ahli Air Limbah c. Ahli Sosial Ekonomi/Keuangan
d. Ahli Teknik Hukum
e. Ahli Pemberdayaan Masyarakat
2. Struktur dan Tugas Pokok Institusi Penyelenggara
Struktur organisasi dan penempatan kerja sesuai latar belakang pendidikannya mengacu pada peraturan dan perundangundangan yang berlaku. Pengkajian Kelembagaan penyelenggara pengembangan SPALT dibentuk :
a. Sebelum SPALT selesai dibangun keberadaan studi kelayakan SPALT sangat diperlukan agar SPALT dapat langsung beroperasi.
Kelembagaan pengelolaan air limbah dapat berdiri sendiri atau bekerjasama antar lembaga-lembaga terkait.
b. Apabila wilayah pelayanan SPALT belum mempunyai studi kelayakan.
c. Apabila wilayah pelayanan SPALT memiliki studi kelayakan yang selama 20 tahun belum dikaji ulang.
68 P E D O M A N T E K N I S P E N Y U S U N A N S T U D I K E L A Y A K A N S P A L
Struktur organisasi kelembagaan penyelenggara pengembangan SPALT dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5. 2
Struktur Organisasi Kelembagaan Penyelenggaraan SPALT
3. Alternatif Kelembagaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta Alternatif kelembagaan kerjasama pemerintah dan swasta
Selain itu, adanya pemantauan dan evaluasi terkait pengkajian kelembagaan penyelenggara pengembangan SPALT juga sangat diperlukan sehingga hal ini perlu dilakukan. Hasil monitoring pelaksanaan yang harus dilaporkan meliputi:
1. Kondisi eksisting kelembagaan penyelenggara pengembangan SPALT baik dari segi penanggungjawab penyelenggaraan awal maupun pengelolaannya.
2. Rencana Pengembangan SPALT apakah sudah terkoordinasi dengan lembaga terkait dalam hal arah perkembangan ekonomi, sosial, budaya RTRW/RUTRK, Pengkajian kualitas air limbah, Pengkajian Geoklimatografi dan Topografi, Pengkajian Demografi dan Tata Kota, Pengkajian derajat kesehatan masyarakat dan Pengkajian kebutuhan dan pelayanan air limbah.
3. Hasil evaluasi pengkajian kelembagaan studi kelayakan SPALT sudah merupakan sumbangan pemikiran dan menjadi keputusan bersama dari lembaga yang terkait dalam penentuan prioritas penanganan, pembiayaan dan pelaksanaannya.
DINAS
GUBERNUR REGULATOR PROVINSI
REGULATOR KAB/KOTA
OPERATOR/
PENYELENG- GARA DINAS
BUPATI/
WALIKOTA
BUMD BUS KOPERASI BLU KELOMPOK
MASYARAKAT
7.2.3 Kajian Pengaturan
Ketentuan dalam melakukan kajian pengaturan yaitu membahas beberapa ketentuan berikut :
1. Ketentuan peraturan perundang-undangan 2. Kebijakan
3. Perizinan yang diperlukan 7.3 Keluaran
Keluaran yang diharapkan adalah:
1. Tersusunnya kriteria kajian sosial, kelembagaan dan pengaturan dalam menentukan alternatif rute sistem pengumpulan dan perpipaan jaringan air limbah 2. Disepakatinya kriteria kajian sosial, kelembagaan dan pengaturan dalam
penyusunan Studi Kelayakan SPAL
3. Diketahuinya data dan perangkat (tools) yang dibutuhkan dalam analisis kajian sosial, kelembagaan dan pengaturan
4. Didapatkan analisis kajian sosial, kelembagaan dan pengaturan terhadap rencana pengembangan SPAL
7.4 Langkah-langkah pelaksanaan
7.4.1 Penentuan Kriteria Kajian Sosial, Kelembagaan dan Pengaturan Perencanaan SPAL
Dalam menentukan kelayakan Sistem Pengolahan Air Limbah tidak bisa terlepas dengan analisis aspek sosial, kelembagaan dan pengaturan. Aspek-aspek ini perlu dianalisis dengan menggunakan parameter-parameter yang sesuai dengan ketentuan perencanaan keseluruhan SPAL. Pada tabel dibawah ini dapat dijadikan panduan untuk mengidentifikasi subkriteria (parameter-parameter) perencanaan yang menentukan tingkat kesesuaian dengan aspek sosial, kelembagaan dan pengaturan.
Pada tabel berikut ini juga dapat diidentifikasi kebutuhan survei data dan pengkajian data yang perlu dilaksanakan untuk menyusun informasi dalam melaksanakan kajian kelayakan pengaturan, sosial dan kelembagaan
70 P E D O M A N T E K N I S P E N Y U S U N A N S T U D I K E L A Y A K A N S P A L
7.4.2 Kriteria Pengkajian
Tabel 7.1 Kriteria kajian kelayakan pengaturan, sosial dan kelembagaan SPAL Kriteria Kajian Sub-Kriteria Faktor Penentu Data Perangkat yang dibutuhkan Sosial
Kesediaan rumah tangga terhubung ke SPAL
% kesediaan rumah tangga max
Data kesediaan menyambung pada rumah tangga
Survei sosial
Analisis kesediaan RT menyambung SPAL Kesediaan kawasan
non rumah tangga terhubung SPAL
% kesediaan non rumah tangga max
Data kesediaan menyambung pada kawasan non rumah tangga
Survei sosial
Analisis kesedian kawasan non-RT menyambung SPAL
Kesediaan masyarakat membayar retribusi
% kesediaan
membayar retribusi Data kesediaan membayar retribusí
• Survei sosial
• Analisis kemampuan membayar biaya pelayanan SPAL
Kemampuan Penda- naan
% pertumbuhan pendanaan air limbah maksimal
• Data historis pen- danaan investasi air limbah
• Data historis pendanaan pen- goperasian dan pemeliharaan dari APBD
• Data historis perencanaan biaya pengopera- sian dan pemeli- haraan
Data historis pendanaan
Tingkat Pelayanan terhadap wilayah ad- ministrasi
% pertumbuhan jumlah area yg tersambung
• Luas area per- encanaan pada Zona Prioritas periode sebel- umnya
• Luas area ters- ambung pada periode sebel- umnya
Data historis pembangunan SPAL