• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

Dalam dokumen implementasi kurikulum satuan pendidikan (Halaman 37-104)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

kepada siswa dan terakhir dapat berupa salam.

c. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan- keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran.35 Evaluasi merupakan penilaian secara keseluruhan program pendidikan mulai dari perencanaan suatu program substansi pendidik termasuk kurikulum dan penilaian atau asesmen serta pelaksanaanaya, pengadaan dan peningkatan kemampuan pendidik, manajemen pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the world and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.36

Dalam dunia pendidikan memang terdapat dua pengertian tentang penilaian yaitu penilaian dalam arti asesmen dan penilaian

35 Suyono Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 210

36 Moh. Sahlan, Evaluasi Pembelajaran, (Jember: STAIN Jember Press, 2015), 8

dalam arti evaluasi. Penilaian dalam arti asesmen merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi pencapaian hasil belajar dan kemajuan belajar peserta didik serta mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan penilaian dalam arti evaluasi merupakan suatu kegitaan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu sistem pendidikan secara keseluruhan.37

Evaluasi pembelajaran adalah proses sistematis yang meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis dan interpretasi informasi untuk mebuat keputusan tentang pencapaian hasil belajar peserta didik berdasarkan standar yang di tetapkan.38

Dalam melakukan evaluasi pembelajaran dapat menjadi acuan pada fungsi penilaian hasil belajar, diantaranya adalah:

1) Evaluasi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pmbelajaran dan mengadakan program remedial bagi peserta didik.

Evalusi formatif bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan oleh evaluator tentang peserta didik guna menentukan tingkat perkembangan peserta didik secara periodik melalui unit-unit dalam proses belajar mengajar.

Pelaksanaan evaluasi formatif dapat dilakukan secara kontinu

37 Moh. Sahlan, Evaluasi Pembelajaran, 9-10

38 Moh. Sahlan, Evaluasi Pembelajaran, 10

dalam suatu periodik tertentu dalam satu proses belajar dan mengajar. Yang dimaksud periodik disini termasuk pada awal, tengahatau akhir dari proses pembelajaran atau semester.39 2) Evaluasi sumatif, yaitu menentukan nilai kemajuan atau hasil

belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagaipihak, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya peserta didik.40

Evaluasi sumatif dilakukan oleh para evaluator untuk memperoleh informasi guna menentukan keputusan para peserta didik selama mengkuti proses belajar mengajar.

Evaluasi sumatif ini secara umum bertujuan untuk menentukan posisi peserta didik dengan penggunaan materi pembelajaran yang telah diikuti selama satu proses pembelajaran.41

2. Kajian tentang Satuan Pendidikan Mu’adalah a. Pengertian Satuan Pendidikan Mu’adalah

Satuan pendidikan Mu’adalah pada pondok pesantren yang selanjutnya di sebut satuan pendidikan Mu’adaah adalah satuan pendidikan keAgamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di lingkungan pesantren dengan mengembangkan kurikulum sesuai kekhasan pesantren dengan basic kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola pendidikan mu’allimin secara berjenjang dan terstruktur

39 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 58

40 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2012), 20

41 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, 57

yang dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan dasar dan menengah di lingkungan Kementrian Agama.42

Sebagaimana dinyatakan dalam peraturan Mentri Agama tersebut, Satuan pendidikan Mu’adalah terbagi ke dalam 2 (dua) jenis, yakni Salafiyah dan Mu’allimin. Jenis Salafiyah didasarkan atas sejumlah literatur kitab keIslaman berbahsa Arab yang menjadi rujukan tradisi keilmuan Islam di pesantren yang di tulis oleh sejumlah intektual dunia Islam pada periode pertengahan, yang biasa dikenal dengan kitab kuning. Sedangkan jenis Mu’allimin didasarkan atas sejumlah literatur tentang ilmu Agama Islam yang tersusun secara sistematis, terstruktur, dan terorganisasi (madrasy) dengan menggunakan sistem pendidikan pesantren yang bersifat integratif dengan memadukan ilmu Agama Islam dan ilmu umum dan bersifat kompreensif dengan memadukan intra, ekstra, dan kokurikuler, yang kemudian biasa dikenal dengan Dirasah Islamiyah dengan Pola Pendidikan Mu’allimin.43

Dalam konteks ini, pesantren mu’adalah yang terdapat di indonesia terbagi menjadi dua bagian: pertama, pondok pesantren yang lembaga pendidikannya dimu’adalahkan dengan lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri seperti Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, Universitas Umm AL-Qurra Arab Saudi maupun lembaga-lembaga non formal keagamaan lainnya yang ada di Timur Tengah, India, Yaman,

42 Peraturan Mentri Agama Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014

43 Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum satuan Pendidikan Mu’allimin, 2015

Pakistan atau di Iran. Kedua, Pondok pesantren mu’adalah yang disetarakan dengan madrasah Aliyah.44

b. Tujuan Penyelenggaraan Pesantren Mu’adalah

Pesantren Mu’adalah yang merupakan suatu sistem penyelenggaraan pendidikan pesantren model terbaru pada dasarnya adalah sebuah solusi pembenahan dari kelemahan-kelemahan sistem pendidikan yang ada di pesantren sebelumnya.

1) Untuk memberikan pengakuan (recognition) terhadap sistem pendidikan yang ada di pondok pesantren sebagaimana tuntutan perundang-undangan yang berlaku.

2) Untuk memperoleh gambaran kinerja Pondok Pesantren yang akan dimu’adalahkan/disetarakan dan selanjutnya dipergunakan dalam pembinaan, pengembangan dan peningkatan mutu serta tata kelola pendidikan Pondok Pesantren.

3) Untuk menentukan pemberian fasilitas terhadap suatu Pondok Pesantren dalam menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang setara/mu’adalah dengan Madrasah Aliyah/SMA

c. Kriteria Pendidikan Pondok Pesantren yang Mu’adalah

1) Penyelenggaraan pendidikan pondok pesantren harus berbentuk yayasan atau organisasi sosial yang berbadan hukum.

2) Pendidikan Pondok Pesantren yang dimu’adalahkan atau disetarakan ialah pendidikan pada pondok pesantren yang telah

44 Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Pedoman Penyelenggaraan Pondok Pesantren Mu’adalah, 2009

memiliki piagam terdaftar sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren pada Departemen Agama dan tidak menggunakan kurikulum Depag maupun Diknas.

3) Tersedianya komponen penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran pada satuan pendidikan seperti adanya, tenaga kependidikan, santri, kurikulum, ruang belajar, buku pelajaran, dan sarana pendukung pendidikan lainnya.

4) Jenjang pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren sederajat dengan Madrasah Aliyah/SMA dengan lama pendidikan 3 (tiga) tahun setelah tamat Madrasah Tsanawiyah dan 6 (enam) tahun setelah tamat Madrasah Ibtidaiyah.45

45Choirul Fuad Yusuf, Pedoman Pesantren Mu’adalah, (Jakarta: Direktur Jendral Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, 2009), 8

Lokasi yang dijadikan penelitian ini bertempat di Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah (TMI) Putri II Al-Amien Prenduan yang berpusat

46Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 4

47 Juliansah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kencana, 2012), 34

di desa Prenduan, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep Madura, Provinsi Jawa Timur. Desa ini terletak di pinggir jalan raya yang membelah pulau Madura bagian selatan, yaitu kurang lebih 30 km di sebelah barat kota Sumenep, 22 km di sebelah timur kota Pamekasan, dan 130 km sebelah timur kota pelabuhan Kamal Bangkalan. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena sistem pembelajaran di pondok pesantren tersebut berbeda dari kebanyakan pondok pesantren lainnya. Seluruh kegiatan santri mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi itu tercantum di dalam kurikulum. Kurikulum yang di gunakan adalah kurikulum mu’adalah yang kemudian diistilahkan dengan nama kurikulum “Hidup dan Kehidupan”.

C. Subyek penelitian

Instrumen pertama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti, oleh karenanya seorang peneliti harus berinteraksi langsung dengan sumber data.

pemilihan subyek penelitian dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive yaitu pengambilan teknik sumber data dengan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk menentukan informasi kunci.

Menurut Sugiono purposive adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut dianggap yang paling tahu apa yang diharapkan oleh peneliti. Sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi yang akan di teliti.48

48 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2014), 300

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitin adalah mendapatkan data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar apa yang ditetapkan.49 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebgaai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan adta dimana peneliti mengadakan pemngamatan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung terhadap gejal-gejala subyek dan obyek yang diselidiki, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang khusus yang

49 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Ibid, 308

sengaja diadakan.50 Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjdi dua diantaranya:

a. Observasi berperan serta (participant observation), dalam observasi ini peneliti terlibat aktif dalam kegiatan sehari-hari orang yang akan diteliti, sambil meneliti, peneliti ikut melakukan kegiatan dan merasakan suka duka sumber data.

b. Observasi nonpartisipan, dalam observasi ini peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

Berdasarkan hal di atas, peneliti ini menggunakan teknik observasi nonpartisipan. Dalam hal ini, peneliti hanya sebagai pengamat/observer yaitu peneliti datang ke tempat penelitian, nmun peneliti tidak terlibat langsung dengan kegiatan tersebut. Agar hasil observasi dapat direkam dengan baik, peneliti menggunakan alat pencatat hasil observasi dan alat perekam kegiatan (foto). Metode ini menggunakan pengamatan independen atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau perilaku.

Pengamatan dilakukan terhadap peristiwa yang ada kaitannya dengan implementasi kurikulum mu’adalah. Beberapa objek yang diamati adalah:

a. Letak geografis dan kondisi fisik Pondok Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah (TMI)PutriIIAl-Amien Prenduan Sumenep.

50 John W. Creswell, Research Design (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 267

b. Situasi dan kondisi rill lokasi Pondok Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah (TMI)Putri IIAl-Amien Prenduan Sumenep.

c. Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al- Islamiyah (TMI)Putri IIAl-Amien Prenduan Sumenep.

d. Kegiatan pelaksanaan kurikulum mu’adalah di kelas e. Kegiatan Evaluasi yang dilakukan ustadz dan ustadzah 2. Wawancara (Interview)

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuosioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dan informan.51

Untuk memperoleh tambahan data, maka peneliti mengguakan metode wawancara. Menurut Estenberg dalam Sugiono mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk ertukar informasi dan ide melalui taya jawab, sehingga dapat dikondtruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dibedakan menjadi tiga yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur sebagai berikut:

a. Wawancara terstruktur adalah peneliti mengetahui pasti tentang informasi yang diperoleh dan telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

51 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2019), 198

b. Wawancara semi terstruktur adalah lebih bebas dari jenis yang pertama, menemukan permasalahan lenih terbuka karena narasumber diminta pendapat dan ide-idenya.

c. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap, hanya garis besar permasalahannya saja.52

Adapun dalam penelitian ini, wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara semi terstruktur. Dalam hal ini peneliti menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu di perdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut. Tujuannya untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan jawaban yang diperoleh meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.

3. Dokumentasi

Dokumentsi merupakan teknik pengumpulan data melalui catatan atau benda tertulis seperti tulisan, gambar atau karya-karya lain yang mendukung penelitian, karena tujuan dari teknik ini ialah untuk membantu peneliti dalam memamahami fenomena yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu dalam membuat interpretasi data. Dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

52 sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatiif, dan R&D, 233

Metode dokumentasi yaitu mencari data dengan cara mempelajari dokumen yang ada. Dalam hal ini, dokumen yang berkaitan dengan data penelitian implementasi kurikulum mu’adalah. Dokumen yang diperlukan berupa dokumen yang menggambarkan keterangan tentang sumber data primer baik berupa catatan, foto dan dokumentasi lain yang berkaitan dengan penelitian. Melalui metode ini, data yang diperoleh peneliti adalah:

a. Lokasi Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah (TMI) Putri II Al-Amien Prenduan Sumenep.

b. Visi, misi, landasan dan tujuan Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al- Islamiyah (TMI) Putri II Al-Amien Prenduan Sumenep.

c. Struktur organisasi dan anajemen Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah (TMI) Putri II Al-Amien Prenduan Sumenep.

d. Struktur Kepengurusan organisasi Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah (TMI) Putri II Al-Amien Prenduan Sumenep

e. Data ustadz dan ustadzah di Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al- Islamiyah (TMI) Putri II Al-Amien Prenduan Sumenep.

f. Data santri di Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah (TMI)Putri II Al-Amien Prenduan Sumenep.

g. Struktur jadwal kegiatan santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah (TMI)Putri IIAl-Amien Prenduan Sumenep.

h. Foto kegiatan santri di Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah (TMI) Putri II Al-Amien Prenduan Sumenep.

i. Dokumen lain yang relevan dari berbagai sumber yang diakui validitasnya dalam memperkuat analisis objek pembahasan.

E. Analisis data

Analisis data yang dilakukan pada saat penelitian dilapangan yakni bekerja dengan catatan-catatan untuk kemudian memilah-milah, mengklasifikasikan dan mensintesiskan data-data yang dihasilkan. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari sebagai berikut:53

1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa reduksi data peneliti dapat menyeleksi, menyederhanakan dan mentransformasikan data yang diperlukan dengan jalan menggolongkan ke dalam data umum dan data fokus, mengarahkan dan membuang data yang tidak diperlukan.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penlitian kualitatf adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam

53 Jhon W. Creswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset Memilih antara Lima Pendekatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 407

mereduksi data. Ibarat melakukan penelitian di hutan, pohon-pohon atau tumbuhan-tumbuhan dan binatang-binatang yang belum dikenal selma ini justru dijadikan fokus untuk pengamatan selanjutnya.

2. Penyajian data (data display)

Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.54

Data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk uraian kalimat.

Penyajian data sebagai sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui penyajian data daat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

Peneliti melakukan penyajian data yang telah diperoleh dari observasi, wawancara, maupun dokumentasi dalam bentuk uraian kalimat yang tersusun dalam sebuah paragraf.

3. Kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing/verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifatsementara, dan akan berubah bila tidak

54Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatiif, dan R&D, 249

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpuulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh data-data yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.55

Penarikan kesimpulan atau verifikasi data merupakan kegiatan untuk menarik makna dari data yang ditampilkan. Pada tahap ini peneliti berusaha mencari makna dari data yang telah direduksi dan tergali ataupun terkumpul dengan jalan membandingkan, mencari pola, tema, hubungan persamaan, mengelompokkan, dan memeriksa hasil yang diperoleh dalam penelitian.

Peneliti melakukan penarikan kesimpulan terhadap data yang diperoleh dengan cara mengelompokkan data-data khusus dengan data- data umum. Sehingga peneliti lebih mudah dalam menentukan kesimpulan dari yang diteliti.

F. Keabsahan data

Hasil penelitian agar dapat dipertanggung jawabkan dan dipercaya oleh semua pihak perlu diadakan pengecekan keabsahan data. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada di lapangan.

Pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Moleong menjelaskan triangulasi adalah teknik

55 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatiif, dan R&D, 252

Penelitian yang akan dilakukan ini berupa penelitian kualitatif.

Prosedur penelitian yang akan dilakukan meliputi studi pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan analisis dan interpretasi, penyusunan laporan penelitian. Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian dijelaskan sebagai berikut:

56 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , 330

1. Tahap Studi pendahuluan dan Pra-lapangan

Tahap yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Kegiatan dalam tahap pra-lapangan meliputi menyusun rancangan penelitian, studi eksplorasi, perizinan, penyusunan instrumen penelitian, dan pelaksanaan.

a. Menyusun rancangan penelitian

Yang dimaksud menyusun rancangan penelitian adalah menyusun proposal penelitian.

b. Studi eksplorasi

Merupakan kunjungan ke lokasi penelitian, yaitu ke Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah (TMI) Putri II Al-Amien Prenduan Sumenep sebagai lokasi penelitian, dan berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik, dan keadaan alam lokasi penelitian.

c. Perizinan

Sehubungan dengan penelitian yang dilaksankAn di luar kampus dan merupakan lembaga pendidikan, maka pelaksanaan penelitian ini memerlukan izin dengan prosedur sebagai berikut, yaitu memminta surat izin penelitian dari IAIN Jember sebagai permohonan izin melakukan penelitian di Pesantren Tarbiyatul Mu’allimien Al- Islamiyah (TMI) Putri II Al-Amien Prenduan Sumenep.

d. Penyusunan instrumen penelitian

Kegiatan dalam penyusunan instrumen penelitian meliputi penyusunan daftar pertanyaan untuk wawancara, membuat lembar observasi, dan pencatatan dokumen yang diperlukan.

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian merupakan kegiatan inti dari penelitian, yang meliputi kegiatan pengumpulan data, dilanjutkan dengan reduksi data, penyajian data, dan terakhir yaitu kesimpulan/verifikasi.

3. Penyusunan Laporan

Pelaporan yang dimaksudkan adalah menulis laporan hasil penelitian sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Laporan hasil penelitian ini sebagai pertanggung jawaban ilmiyah peneliti dalam penyusunan skripsi.

Laporan yang telah ditulis dikonsultasikan pada dosen pembimbing. Bila dosen pembimbing menyeujui untuk di uji, maka penulis si mempertanggung jawabkan isi tulisan dihadapan dewan penguji. Setelah mendapatkan pengesahan dari dewan penguji maka laporan penelitian siap untuk di cetak menjadi laporan skripsi.

Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah (TMI) adalah lembaga pendidikan tingkat menengah yang paling tua di lingkungan Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN, setelah Madrasah Diniyah Awaliyah yang sudah ada sejak awal berdirinya pondok pada tanggal 10 November 1952 dan Madrasah Ibtidaiyah/Madrasah Wajib Belajar yang didirikan pada awal tahun 1957.

TMI dengan bentuknya yang sangat sederhana telah dirintis pendiriannya sejak pertengahan tahun 1959 oleh Kiyai Djauhari Chotib(pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan). Beliau diilhami oleh sistem pendidikan Kulliyatul Mu’allimien al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Gontor yang memang sangat dikaguminya, sehingga seluruh putranya yang berjumlah 3 orang dikirimnya untuk nyantri dan belajar di Gontor bersama keponakan, cucu-cucu dan santri-santrinya yang lain.

Pada tanggal 11 Juni 1971, Kiyahi Djauhari wafat. Maka usaha rintisan awal inipun dilanjutkan oleh putra-putra dan santri-santri- nya, antara lain dengan melakukan langkah-langkah pendahuluan sebagai berikut:

a. Membuka lokasi baru seluas kurang lebih 6 ha, amal jariyah dari santri santri Kiyai Djauhari, yang terletak 2 km di se-belah bara lokasi lama.

b. Membentuk “tim kecil” yang beranggotakan 3 orang (yaitu Kiyai Muhammad Tidjani Djauhari, Kiyai Muhammad Idris Jauhari, dan Kiyai Jamaluddin Kafie), untuk menyusun kuri-kulum TMI yang lebih representatif.

c. Mengadakan “studi banding” ke Pondok Modern Gontor dan pesantrenpesantren besar lainnya di Jawa Timur, se-kaligus memohon do’a restu kepada kiyai-kiyai sepuh pada saat itu, khususnya Kiyai Ahmad Sahal dan Kiyai Imam Zar-kasyi Gontor, untuk memulai usaha pendirian dan pengembangan TMI dengan sistem dan paradigma baru yang telah disepakati.

Setelah melewati proses pendahuluan tersebut, maka pada hari Jum’at, tanggal 10 Syawal 1391 atau 3 Desember 1971, TMI (khusus putra) dengan sistem dan bentuknya seperti yang ada se-karang secara resmi didirikan oleh Kiyai Muhammad Idris Jauhari, dengan menempati bangunan darurat milik penduduk sekitar lokasi baru.

Dan tanggal inilah kemudian yang ditetapkan sebagai tanggal berdirinya TMI AL-AMIEN PRENDUAN.

Sedangkan TMI Putri II dibuka secara resmi 14 tahun kemudian, yaitu pada tanggal 10 Syawal 1405 atau 19 Juni 1985, oleh Nyai Anisah Fathimah Zarkasyi (putri Kiyai Zarkasyi dan istri Kiyai

Dalam dokumen implementasi kurikulum satuan pendidikan (Halaman 37-104)

Dokumen terkait