• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyajian Data dan Analisis

Dalam dokumen implementasi hukuman dalam pembentukan (Halaman 79-95)

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

B. Penyajian Data dan Analisis

4. Struktur Pengurus Pondok Pesantren Miftahul Ulum

Struktur pengurus Pondok Pesantren Miftahul Ulum Wilayah D Putri dijelaskan pada tabel berikut:73

Tabel 4.1

Struktur Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum Wilayan D Putri

No Nama Jabatan Keterangan

1. Drs. KH. Ahmad Roysidi Baihaqi

Pengasuh Pengasuh

2. Ny. Hj. Nurul Kamila Roysidi

Penasehat Penasehat

4. Andini Hikmah NF. Ketua pengurus Santri

5. Fika sapta Wakil Ketua Santri

6. Ana Sofia Sekretaris Santri

7. Siti Khusnul khotimah Bendahara Santri

(Sumber: Dokumentasi Pondok Pesantren Miftahul Ulum)

Penelitian ini berusaha memaparkan gambaran tentang Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum dalam Implemntasi Hukuman dalam Pembentukan Karakter Disiplin Santri. Berikut ini penyajian dan analisis data dari masing-masing fokus penelitian.

1. Implementasi Bentuk-bentuk Hukuman dalam Pembentukan Karakter Disiplin Santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember.

Pendidkan merupakan sesuatu yang utama dalam membentuk kepribadian, memiliki tujuan-tujuan tertentu. Dimana tujuan dari pelaksanaan pendidikan pada dasarnya adalah pembentukan kepribadian yang utuh yang sesuai dengan ajaran dan syariat agama islam, karena pada dasarnya penciptaan manusia dimuka bumi adalah semata-mata untuk melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Pelaksanaan pendidikan di pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember dalam usaha mencapai tujuannya yang mengacu pada tujuan umum dan tujuan khusus yang sudah diterapkan dalam kurikulum. Tujuan umum pendidikan adalah menciptakan manusia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan tujuan khusus pendidikan adalah mencetak manusia yang mengerti dan memahami nilai-nilai ajaran agama Islam serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun tujuan pendidikan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember sebagimana yang di ungkap oleh Ny. H. Nurul Kamila Roysidi selaku penasehat pondok putri adalah

“.... secara umum tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yakni terciptanya manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, secara khusus, diharapakan anak didik dapat mengerti dan memahami serta dapat bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain sebagai bekal bagi mereka ketika sudah bermasyarakat....”.74 Pembentukan karakter disiplin tidaklah mudah untuk dilakukan.

Hukuman merupakan salah satu alat pendidikan yang sering dilakukan di suatu lembaga dalam membentuk kedisiplinan santri dalam segala hal, terutama untuk menanamkan nilai-nilai yang baik kepada santrinya. Selain mendisiplinkan santri juga diharapkan dapat menanamkan akhlakulkarimah kepada santri. Karena disiplin sangat penting untuk diterapakan kepada anak baik itu di lingkungan lembaga pendidikan atau di luar lembaga, di Pondok Pesantren Miftahul ulum memiliki cara dalam membentuk karakter disiplin santri yaitu dengan diterapkannya hukuman yang di dalamnya ada peraturan dan tata tertib yang harus ditaati oleh santri. Sebagaiman ustadzah Ny. Rufaidah Qonita Sauqi, ketika ditanya tentang upaya apa yang dilakukan untuk membentuk karakter disiplin santri:

“.... di Pondok Pesantren Miftahul Ulum salah satu usaha untuk membentuk kedisiplinan santri adalah dengan diterapkannya hukuman yang didalamnya ada sebuah peraturan dan tata tertib siswa yang harus di taati dan dilaksanakan oleh santri,.. hal ini bertujuan agar santri sejak dini sudah harus dilatih dalam

74 Ny.Hj. Nurul Kamila Rosyidi, Wawancara, Jember 9 Februari 2018.

kehidupan sehari-hari untuk selalu disiplin dalam segala hal...

selain itu, antara pondok pesantren dan MTs, MA Miftahul Ulum selaku lembaga yang berada di dalam satu payung hukum sama- sama menerapkan hukuman yang sedikit berbeda...”75

Hal senada dengan yang di ungkap oleh penasehat pondok putri Ny. Nurul Kamila Rosyisdi di Pondok Pesantren Miftahul Ulum :

“Bahwa di pondok ini memang menerapkan hukuman sebagai upaya pembentukan disiplin santri, dengan adanya hukuman, kami berharap santri bisa jera dan tidak melanggar peraturan yang sudah ada dan sebagai bentuk penyadaran diri bahwa disiplin itu sangat penting, sehingga bisa dibentuk mulai sejak dini, mengenai yang menangani hukuman ini ada pengurus dengan ketentuan yang sudah berlaku, dan ada pengecualian jika dirasa pelanggaran yang dilakukan itu pelanggaran berat maka pengurus dengan ustdzah harus melakukan semacam diskusi untuk menentukan hukuman yang pas. Karena kebanyakan santri selalu mencoba coba untuk melnggar peraturan/tata tertib yang ada”.76

Hal ini dibuktikan dengan dokumentasi pada saat pengurus melaksanakan rapat mingguan tentang hukuman yang sudah dilanggar oleh salah satu santri.

Gambar 4.1: Rapat Pengurus

75 Ny. Rufaidah Qonita Sauqi, Wawancara, Jember 10 Februari 2018.

76 Ny.Hj. Nurul Kamila Rosyidi, Wawancara, Jember 9 Februari 2018.

Hasil dari wawancara dan dokumentasi yang di dapatkan bahwa benar adanya rapat pengeurus untuk mebahas mengenai hukuman santri.

Dari hasil observasi, di lingkungan Pondok Pesantren miftahul ulum, terdapat banner tentang tata tertib yang di pampang di lingkungan Pondok Pesantren. Hal tersebut sebagai salah satu bentuk untuk mengingatkan santri akan pentingnya mentaati peraturan.77

Hal ini dibuktikan dengan dokumentasi pada banner yang terdapat disepan musholla pondok putri bahawa di Pondok Miftahul Ulum ada peraturan yang harus ditatai oleh santri.

Gambar 4.2: Peraturan Pesantren Putri Miftahul Ulum.

Pelakssanaan hukuman, tidak serta merta santri disuruh melakukan ini dan itu, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, berikut ini yang di ungkap oleh Mahtubah selaku Ustadz di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kalisat Jember:

77 Observasi, Jember 11 Februari 2018.

a. Pemberian pengertian kepada santri mengenai pelanggaran yang dilakukan. Pengurus pondok perlu mengetahui hal ini sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya, apakah memang peraturan yang di buat sudah sesuai atau belum dengan kondisi santri.

b. Pemberian hukuman kepada santri mengenai hukuman.

Jika santri memang layak dihukum atas kesalahannya, maka pengurus wajib memberikan pengertian pengertian mengapa santri perlu dihukum, dan apa tujuan santri diberi hukuman.

Karena hukuman yang baik adalah hukuman yang dapat memberikan efek jera pada santri sehingga mendorong santri untuk berperilaku lebih baik kedepannya. Jangan sampai santri tidak tahu mengapa mereka dihukum.

c. Pelaksanaan hukuman tidak boleh emosi.

Pengurus harus pandai dalam meregulasi emosinya, karena hukuman yang dilakukan atas dasar emosi akan menimbulkan efek diluar keingina, yang ada hanyalah limpahan amarah pengurus atas pelanggaran siswa.78

Dari beberapa poin di atas dapat disimpulkan bahwa, menghukum seseorang tidak boleh didasari dengan sifat amarah, karena akan berdampak negatif bagi keduanya, penghukum dan yang di hukum.

Pemberian hukuman, hendaklah mengacu pada tata tertib atau undang undang yang ada di Lembaga tersebut.

Senada dengan yang di katakan oleh salah satu santri purti yaitu Siti Khotimah di Pondok Pesantren Miftahul ulum:

“Di Pondok memang menerapkan hukuman sebagai bentuk penyadaran bahwa disiplin itu penting, meskipun banyak teman- teman yang sering melanggar akan tetapai nanti akan berefek jera juga, untuk hukumannya biasanya dengan pengurus masih diberikat sedikit nasehat sebelum kami dihukum hal tersebut kalau di fikir-fikir supaya kita tau apa kesahan kita. Meskipun ujung ujungan kita dikenai denda.79

78 Mahtubah, Wawancara, Jember 15 februari 2018.

79 Siti Khotimah, Wawancara, Jember 15 Februari 2018.

Sedangkan bentuk hukuman yang diterapakan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum adalah mengacu pada tata tertib pesantren yang dibuat oleh Pengasuh, Ustadz, dan pengurus Pondok yang bersifat mengikat. Sehingga bisa dibuat acuan apabila ada salah satu santri yang melanggar peraturan yang ada di lingkungan Pondok Pesantren. Kriteria hukuman ada yang berat, sedang dan ringan.

Seperti yang di ungkap oleh ketua pengurus pondok putri Ustadz Andini Hikmah Nur Fitriyanti yaitu:

“Bentuk-bentuk hukuman yang ada dilembaga kami ada beberapa diantranya, pertama: pelanggaran ringan apa bila ada santri yang melanggar pelanggaran ringan; seperti terlambat shalat berjamaah, tidak belajar tepat waktu, urakan di daerah pondok atau semacamnya, maka kami selalu menasehati dengan cara yang lembut akan tetapi apabila terus berulang ulang maka akan terkena sanksi berupa denda. Kedua: pelanggaran sedang: seperti rambut disemir, bertengkar dengan ringan, saling mencaci maki, ghosab milik temannya dan lain lain. Ketiga: pelanggaran berat:

seperti mencuri, berhubungan (pacaran) dengan lawan jenis, mabuk-mabukan, mengkonsumsi barang yang haram. Maka akan ada rapat pengasuh dan seluruh jajaran pengurus untuk menentukan apakah hukuman yang pantas untuk pelanggar, apa perlu dibina atau di keluarkan. Tergantung beratnya pelanggaran yang dilakukan.80

Menurut salah satu pengurus Fika Sapta yang ada di Pondok Pesantren Miftahul Ulum :

“Bentuk bentuk hukuman yang diterapkan kalau di klasifikasikan ada hukuman ringan, sedang dan berat yang keseluruhan hukuman tersebut ada dendanya, selain itu juga bersih-besih kamar mandi dan bersih bersih lingkungan pondok jika sudah sering mengulangi melanggar tata tertib yang ada.81

80 Utadz Andini Hikmah Nur Fitriyanti, Wawancara, Jember 16 Februari 2018.

81 Fika Sapta Rahayu, Wawancara, Jember 17 Februari 2018.

Dari hasil observasi, di lingkungan Pondok Pesantren Miftahul Ulum pada tanggal 23 februari hal tersebut memang terjadi, bahwa santri di hukum dengan membersihkan lingkungan pondok.82 Hal ini juga dibuktikan dengan dokumentasi pada saat santri dihukum karena melanggar peraturan pondok.

Gambar 4.3: Hukuman yang diberikan kepada santri yang melanggar peraturan

Hukuman diatas diharapkan dapat membuat santri jera sehingga menjadikan santri lebih disiplin lagi.

Pondok Pesantren Miftahul Ulum juga memiliki sebuah agenda yaitu jumat bersih yang mana setiap kamar di blok D mulai dari kamar 1 sampai 25 mengadakan bersih-bersih, yang kemudian dinilai sebagai salah satu bentuk apresiasi bahwa ada salah satu kamar dari 25 kamar yang paling bersih pada minggu itu. Hal ini sebagai salah satu upaya pondok untuk membentuk keindahan yang di dalamnya ada nilai kedisiplinannya.83

82 Obsevasi, Jember 16 Februari 2018.

83 Observasi, Jember 18 Februari 2018.

Hal ini di buktikan dengan dokumentasi bahwa ada kamar terbersih dan juga terkotor pada minggu itu.

Gmbara 4.4 : Papan penilaian kebersihan kamar

Papan penilaian kebersihan diatas mengajarkan santri untuk selalu menanamkan nilai-nilai kebersihan dan juga keihdahan di lingkungannya.

Selain itu santri dapat mengambil nilai kedisiplinan bahwa hal tersebet ada diperaturan pondok.

Senada dengan yang di ungkap oleh Fifi salah satu santri di pondok Miftahul Ulum yaitu:

“Di pondok Miftahul Ulum ini menerapkan tiga bentuk hukuman yaitu ringan, sedang, dan berat. Kebetulan saya pernah mendapatkan hukuman ringan yaitu bersih-bersih lingkungan pondok dan juga dikenai denda karena terlambat sholat berjamaah.”84

Jadi penerapan hukuman yang di lakukan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum ada tiga bentuk diantaranya hukuman ringan, sedang dan berat. Apakah dengan hukuman tersebut santri menjadi jera dan menyadari

84 Fifi, Wawancara, Jember 17 februari 2018.

bahwa disiplin itu sangat penting untuk di lakukan. Menurut salah satu santri di Pondok MiftahuL Ulum yaitu elok ayu berkata bahwa:

“Peratuan yang ada di Pondok seharusnya di taati akan tetapi saya selaku santri pernah melanggar peraturan tersebut dengan bersemir, yang kemudian saya hukum dengan harus dipotong rambut dan juga bayar denda sebesar 5 ribu. Kalau ditanya apa saya jera saya menjawab sangat jera dengan hal tersebut karena saya merasa malu dan pada saat itu di saksikan oleh keseluruhan santri putri.85

Hukuman yang sama yang dialami oleh Uun pada tanggal 11 Maret 2018 kemarin uun dihukum karena bersemir rambut. Ketika uun dihukum dia terlihat sangat malu dan menyesal.86 Ketika ditanya apakah jera dengan hukuman yang sudah diberikan dan dia berkata:

“Saya merasa sangat malu dan menyesal melakukan semir rambut padahal saya tau kalau itu dilarang di dalam tata tertib pondok, ini menjadi peringatan bai saya untuk tidak melanggar tata tertib lagi sehingga saya tidak merasakan hukuman ini.”87

Hal ini dibuktikan dengan dokumentasi pada saat hukuman itu diterima oleh Uun salah satu santri putri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum.

85 Elok Ayu, Wawancara, Jember 18 Februari 2018.

86 Observasi, Jember 3 Maret 2018

87 Uun, Wawancara, Jember 11 Maret 2018.

Gambar 4.5: Hukuman semir yang diterima oleh Uun salah satu santri putri.

Selain di potong rambutnya santri yang melanggar dikenai denda sebesar 10.000 . hal ini dibuktikan dengan dokumentasi buku pelanggaran yang di catat oleh pengurus.

Gambar 4.6: Hukuman ta’zir semir yang diterima oleh Uun salah satu santri putri.

Berbeda dengan hukuman yang pernah di alami oleh Retno salah satu santri putri yang pernah melanggar tata tertib pesantren ketika di tanya dia berkata:

“Saya tidak mau melakukan hal tersebut lagi, saya pernah dihukum karena berpacaran dengan lawan jenis dan itu ketahuan oleh pengurus, hukuman yang saya terima berupa denda dan juga harus berjalan dengan berkalung kerdus dengan tulisan “Saya melanggar peraturan Pondok (Pacaran) saya khilaf dan tidak mau mengulanginya lagi. Hal tersebut membuat saya jera untuk tidak mengula pelanggaran tersebut. Kalau sampai saya melanggar lagi pasti saya diludahi oleh seluruh santri yang ada di sini.”88

Hal ini dibuktikan dengan dokumentasi pada saat Retno tercatat sebagai salah satu santri yang melanggar peraturan berpacaran.

Gambar 4.7: Pelanggaran pacaran

88 Retno, Wawancara, Jember 25 Februari 2018.

Hukuman sama yang diterima oleh Ulfatul Askiya’ ketika melanggar peraturan pondok yaitu berparan ketika ditanya dia berkata:

“Saya sangat menyesal melakukan perbuatan ini, malu dan saya tidak mau mengulanginya lagi, hukuman ini menyadarkan saya akan pentingnya menaati peraturan dan lebih bersikap disiplin lagi.”

Hal ini dibuktikan dengan dokumentasi pada saat ulfatul askiya’

menerima hukuman berpacaran.

Gambar 4.8: Hukuman Ulfatul Zakiyah Karena melanggar peraturan (berpacaran).

Dari hasil observasi, usaha pembentukan karakter disiplin santri di pondok Miftahul Ulum ini dapat dilihat dari setiap akan sholat berjamaah lima waktu khususnya asyar, mangrib, isyak, dan subuh, biasanya ada sebagian santri yang sangat antusias untuk datang tepat waktu, dalam melakukan sholat, sembari menunggu yang lain biasanya para santri membaca al-qur’an dan sholat sunnah, hal tersebut

meneunjukkan bahwa santri mulai terbiasa sehingga akan terbentuk karakter disiplinnya.89

Hal ini dapat di butikan dengan dokumentasi pada saat santri akan melaksanakan sholat berjamaah.

Gambar 4.9: santri akan melaksanakan sholat berjamaah.

Hasil dokumentasi dan observasi tersebut dapat dilihat bahwa santri mulai disiplin.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengimplementasian Hukuman dalam Pembentukan Karakter Disiplin Santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember.

Faktor pendukung penerapan hukuman dalam pembentukan karaker disiplin sangat dibutuh oleh semua elemen yang ada di lembaga tersebut. Ketika ditanya faktor pendukung dan penghambat dalam pengimplentasian hukuman yang ada di Pondok Pesantren Miftahul Ulum

89 Obsevasi, Jember 25 Februari 2018.

ini bagaimana. Menurut Mahtubah sebagai Ustadz, yang ditemui pada 22 Februari 2018, beliau mengatkan:

“Dari faktor yang mendukung itu seperti sistem yang kita bangun dulu, kemudian dari team, team dari ustadz dan team pengurus harus sama-sama mempunyai komitmen dalam menegakkan aturan mengenai permasalahan hukuman yang mereka terapkan untuk membentuk karakter disiplin. Terus, yang menjadi kendala kita, masih adanya dari team entah itu dari para ustadz kurang peduli atau dari pengurus yang teledor dalam menjalankan tugasnya. Jadi dari sistem yang kita bangun harusnya anak yang melanggar bisa dicatat dibuku hukuman, misalnya pada waktu diniyah dan sholat berjamaah tidak mau mengecek santri yang tidak hadir, tidak mengabsennya, tidak memanggil dan juga tidak memasukkanya ke buku pelanggaran atau hukuman. Sehingga itu menjadi penghambat dan banyak santri yang menyepelekan. Jadi dalam penerapan Hukuman kurang konsisten, kadang berjalan kadang enggak.”90

Dari hasil obsevasi, di lingkunagan Pondok Pesantren memang kurang dukungan dari pengeurus yang mana pengurusnya sering terlambat dalam kegiatan hal itu dapat dilihat ketika akan melaksanakan sholat berjamaah, yang kadang-kadang di musholla santrinya sudah berkumpul akan tetapi pengurusnya masih telat. Hal tersebut membuat santri malas dan di jadikan sebagai contoh untuk tidak disiplin.91

Menurut Ny. Hj. Nurul Kamila Rosyidi sebagai penasehat pondok putri, yang ditemui pada 24 Februari 2018, beliau mengatakan:

“Untuk faktor pendukung dalam penerapan Hukuman yang ada di pondok pesantren ini adalah dengan cara bekerjasama dengan pihak pengurus, Ustadzah dan kepolisian dengan hal ini dapat mendukung penerapan hukuman dan alhamdulillah meningkat dari tahun sebelumnya. Selain itu, kami mengangkat beberapa alumni lulusan tahun kemarin untuk mengabdi di sini sebagai bentuk pengabdian dan membantu menjaga kedisiplinan santri.

90 Ustadz Mahtubah, Wawancara 22 Februari 2018.

91 Observasi, Jember 22 Februari 2018.

Untuk faktor penghambat, dalam penerapan hukuman untuk pembentukan disiplin itu bisa dari pengurus yang lalai, ustadzah yang lalai dan santri yang memang bandel, meskipun dihukum tetap saja melanggar. 92

Menurut Andini Hikmah N.F sebagai Ketua Pengurus, yang ditemui pada tanggal 23 Februari 2018, beliau mengatakan:

“Faktor pendukungnya seperti sistem yang berjalan sudah bagus, ada pengabdian dari alumni, yang nanti bisa mengkoordinir piket ustadz maupun piket dari santri. Sedangakan faktor yang menghambatnya seperti kurangnya kesadaran pada diri santri, pengaruh dari lingkungan tempat tinggal dan pergaulan, kurangnya pengawasan dan pembiasaan disiplin dari orang tua, minimnya pengetahuan santri terhadap tata tertib pesantren, dan kurangnya hubungan interpersonal antara santri dengan pengurus pondok terutama santri yang bermasalah terhadap tata tertib.”93

Menurut Sitia Aisyah sebagai salah satu pengurus keamanan, yang ditemui pada tanggal 16 Februari 2018, beliau mengatakan:

“Dari faktor pendukung, yang pertama; dari pengasuh yang dituangkan dalam kesepakatan atau tata tertib. Kedua, tentang penegakan dari tata tertib tersebut yaitu adanya pengurus keamanan yang mana salah satu tugasnya yaitu menegakkan kedisiplinan. Ketiga, faktor lingkungan pondok yang kondusif yang tidak memungkinkan bagi santri keluar tanpa ijin. Dari faktor penghambatnya, pertama, masih ada sebagian santri yang belum menyadari pentingnya kedisiplinan. Kedua, belum menyadari manfaat kedisiplinan yang akan diterapkan dalam hidupnya nanti. Ketiga, pengawasan yang masih lemah dari pengurus keamanan maupun dari seluruh pengurus. Maksudnya mekanisme penanganan belum terlalu baku untuk diberlakukan.

Keempat, sering terjadi overlaping atau terjadi kesalahpahaman siapa yang berhak untuk menangani atau menghukum.”94

Menurut Ny. Rufaidah Qonita Sauqi sebagai Ustadz di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, yang ditemui pada tanggal 22 Maret 2018, beliau mengatakan:

92 Ny.Hj. Nurul Kamila Rosyidi, Wawancara 24 Februari 2018.

93 Andini Hikmah NF, Wawancara 23 Februari 2018.

94 Siti Aisyah, Wawancara 16 Februari 2018.

“Faktor pendukung dalam pengimplementasian hukuman disini antara lain adalah santri, pengurus dan ustadz, sedangkan faktor penghambat dalam pengimplemtasian hukuman tidak terlepas dari tiga unsur tersebut terkadang banyak santri yang masih sering melanggar peraturan hal tersebut tidak lain karena kurangnya kesadaran dari santri dan dipengaruhi oleh teman juga. Pengurus terkadang juga lalai dalam menjalankan tugasnya begitu juga Ustadz nya yang kurang berkomitmen.”

Dari hasil observasi, di lingkungan pondok pesantren terlihat kurangnya fasilitas kamar mandi dari 25 kamar dengan jumlah santri sebanyak 255 hanya terdapat 7 kamar mandi. Hal tersebut dapat menyebabkan santri terlambat karena mengantri dikamar mandi untuk menghadiri sholat berjamaah, sedangkan keterlambatan tersebut dapat menyebabkan santri mendapatkan hukuman, padahal tidak sepenuhnya hal tersebut kesalahan dari santri melainkan karena kurangnya fasilitas kamar mandi.95

Dalam dokumen implementasi hukuman dalam pembentukan (Halaman 79-95)

Dokumen terkait