BAB V PENUTUP
B. Saran-saran
Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan proses pembelajaran. Peneliti mempunyai saran yang ditujukan bagi:
1. Untuk penerapan dan pemberian hukuman pada setiap aturan yang ada, sebaiknya diberikan pengarahan dan penjelasan yang intens/terus menerus kepada santri, sehingga bisa diminimalisir adalanya pelanggaran.
2. Untuk mengantisipasi adanya pengaruh negatif dalam memberikan sangsi kepada santri sebaiknya dilakukan dengan cara persuasif dan dimotivasi agar menjadi lebih baik.
3. Adanya kerjasama dan dukungan antar semua pihak baik pengurus pesantren dan sekolah dalam pemberian sangsi.
4. Perlu adanya motivasi dari pengasuh kepada pengurus pesantren dan sekolah untuk mengantiisipasi kurangnya semngat dalam menjalankan tugas
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa tidak hanaya ditentukan oleh melimpahnya sumber daya alam, akan tetapi juga ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bahkan ada yang megatakan bahwa “ Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri.”1 Karakter merupakan sifat kejiwaan atau tabiat seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Undang-Undang yang mengatur segala yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Salah satunya adalah Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; Pasal (3) Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Hal ini menjelaskan bahwa pendidikan memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan kemampuan serta karakter yang baik atau akhlak mulia yang menjadi landasan utama bagi terciptanya manusia Indonesia yang mampu hidup di tengah atau perubahan zaman dan modernitas. Sejarah Islam Rasulullah Muhammad SAW juga menegaskan
1 Abdul Majid, Pendidikan Karakter Persepektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), 2.
2 Sekertaris Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional.
bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik.3
Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Menurut kemendiknas ada 18 nilai karakter yang dimaksud yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, namun pendidikan saat ini belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Dewasa ini sering kita jumpai fenomena sosial yang berkembang, yakni kondisi moral atau akhlak generasi muda yang hancur.
Ditandai dengan meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak remaja, pencurian, penyalah gunaan obat-obatan, pornografi, pemerkosaan, perampasan kekerasan dan kehancuran yang bertambah dan kebohongan yang semakin lumrah.4
Tidak hanya itu, dilembaga pendidikan sendiri tidak jarang terjadi berbagai problem pendidikan dimana terdapat siswa yang melanggar peraturan sekolah, tidak mengerjakan tugas, datang terlambat, menyontek, membolos dan ketidak patuhan siswa pada guru. Itu timbul salah satunya karena menipis atau hilangnya sikap disiplin siswa.
Kurangnya kedisiplinan santri tentu saja akan membuat proses pendidikan tidak berjalan secara maksimal sehingga keadaan itu akan
3 Ibid, 30.
4 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: PT. Bumi Aksar, 2013), 4.
menghambat tercapainya cita-cita dan tujuan pendidikan. Disiplin merupakan ketaatan terhadap aturan.5 Disiplin sangat penting dalam kehidupan dan sesungguhnya kita diperintahkan untuk selalu bersikap disiplin. Sebagaiman yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dalam Qs. Yasin (36) ayat 38.
Artinya: “ Dan matahari berjalan ditempat peredarannya demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Qs. Yasin : 38).6
Maksud dari ayat tersebut adalah bahwa sesungguhnya kita diperintahkan untuk bersikap disiplin sebagaimana matahari berjalan sesuai dengan perintah Allah, tertib dari arah timur tenggelam di arah barat sampai masa yang ditentukan, namun yang terjadi saat ini banyak siswa yang tidak disiplin Akibatnya yang akan ditimbulakan oleh santri yang karakter disiplinnya kurang terbangun dengan baik adalah terpuruknya kebiasaan dan kecenderungan untuk berani melalkukan berbagai pelanggaran baik itu disekolah maupun di luar sekolah.
Dikalangan pesantren problem pendidikan seperti itu tidak hanya lumrah tapi hampir menjadi kebiasaan seperti halnya santri yang melanggar peraturan misalnya larangan membawa HP, tidak mengikuti shalat berjamaah tepat waktu, keluar tanpa izin, menemui laki-laki yang bukan mahram dan lain lain. Hal tersebut sangat memprihatinkan.
5 Hudiyono, Membangun Karakter Siswa (Surabaya: Erlangga, 2012),74.
6 Al-Qur’an, 36:38.
Dari hal tersebut, seharusnya Pondok Pesantren merupakan salah satu alternatif dalam menerapakan pendidikan karakter. Didirikannya pondok pesantren tidak lain juga guna membantu mengajarkan kebiasaan kebiasan yang baik serta menanamkan perilaku atau budi pekerti yang baik kepada santrinya. Keadaan ini akan membantu orang tua yang tidak mampu menanamkan hal tersebut pada anaknya sewaktu dirumah. Maka, sudah seharusnya pondok pesantren menumbuhkan nilai-nilai karakter lewat kebiasaan kehidupan keseharian di pondok pesantren, baik itu melalui hukuman. Salah satu upaya untuk mendisiplinkan santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum adalah dengan diterapkannya hukuman. Hukuman merupakan penderitaan yang diberikan atau ditimbulakan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan.7 Hukuman juga sebagai alat pendidkan yang fungsinya sebagai pendorong untuk memperingati anak didik, agar lebih mentaati peraturan dan kesadaran akan disiplin. Dalam Al-Quran Surat Al-Zalzalah ayat 7-8 dijelaskan:
Artinya: barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzahrapun, niscaya dia akan melihat balasannya, dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.8
7 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 186.
8 Al-Qur’an, 99:7-8.
Terkait dengan penjelasan diatas, peneliti memilih Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember sebagai lokasi penelitian. Tidak dapat dipungkiri fenomena seperti itu, yang disebutkan di atas juga terjadi di Pondok Pesantren Miftahul Ulum. Sebagai salah satu cara dalam menangani fenomena tersebut terutama dalam membentuk karakter disiplin santri seperti yang di ungkap oleh Penasehat Pondok Pesantren Miftahul Ulum Putri di Blok D Ny. Hj. Nurul Kamila Rosyidi berikut:
“Tentang pembentukan karakter disiplin santri melalui hukuman, pondok pesantren ini menerapkan hukuman sudah lama, bahkan kalau melanggar hukuman berat seperti berpacaran akan dikenai hukuman berupa diludahi oleh seluruh santri yang ada dan hal tersebut cukup membantu dalam meningkatkan kedisiplinan anak.
Meskipun tidak semua anak jera dengan hukuman namun anggapan saya setidaknya dengan adanya hukuman ini mampu membentuk karakter anak untuk selalu bersikap disiplin.9
Hal di atas menunjukkan bahwa Pondok Pesantren miftahul ulum memang menerapakan hukuman untuk membentuk karakter disiplin santri.
Di Pondok ini memiliki jumlah santri putri sebanyak 373 santri, yang ditempatkan di 6 blok pesantren yaitu blok A, B, C, D, E dan F. Namun dalam penelitian ini yang akan diteliti oleh peneliti hanya di blok D karena santri di blok D merupakan santri terbanyak dengan jumlah 255 santri dan disana juga menerapkan hukuman sebagai salah satu cara untuk membentuk karakter disiplin santri.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap Implementasi Hukuman dalam
9 Ny. Hj. Nurul Kamila Rosyidi, Wawancara, 23 Novenber 2017.
Pembentukan Karakter Disiplinan Santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember.
B. Fokus Penelitian
Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian. Fokus penelitian ini disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.10
Fokus dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah implementasi bentuk-bentuk hukuman dalam pembentukan karakter kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengimplementasian hukuman dalam membentuk karakter kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kepada masalah-masalah yang dirumuskan sebelumnya.11
10 Tim Revisi Buku Pedoman Karya Ilmiah IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2017), 44.
11 Ibid, 45.
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan implementasi bentuk-bentuk hukuman dalam pembentukan karakter kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember.
2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pengimplementasian hukuman dalam membentuk karakter kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan implementasi hukuman dalam pembentukan karakter disiplin santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini mempunyai manfaat praktis bagi:
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat manambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang penelitian dan menambah wawasan dalam menulis karya ilmiah serta menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan implementasi hukuman dalam
pembentukan karakter disiplin santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero kalisat jember.
b. Bagi lembaga yang diteliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi Pondok pesantren Miftahul Ulum Jember dalam membentuk karakter, khususnya pembentukan karakter disiplin santri di Pondok Pesantren Miftahu Ulum Jember.
c. Bagi IAIN Jember
Penilitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan literatur dari segenap karya ilmiah yang dapat dijadikan sebagai referensi kajian teerdahulu bagi penelitian-penelitian yang akan dilakukan di masa yang akan mendatang.
d. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan dapat menambah wawasan masyarakat khususnya wali murid mengenai Implementasi pembentukan karakter disiplin santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum.
E. Definisi Istilah
Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, beberapa Istilah yang kemungkinan akan masuk dalam pembahasan peneliti ada beberapa hal, yaitu:
1. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan hukuman dalam pembentukan karakter disiplin santri yang terjadi di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember.
2. Hukuman
Hukuman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hukuman atau sanksi yang di berikan kepada santri karena melakukan kesalahan- kesalahan atau pelanggaran yang sengaja dilakukan terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember.
3. Karakter Disiplin
Karakter Disiplin merupakan sesuatu yang membedakan seseorang yang satu dengan yang lainnya tentang kedisiplinan untuk patuh dan taat menjalankan ketertiban yang berlaku, baik perintah maupun larangan yang terbentuk pada diri masing-masing individu.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika pembahasan adalah dalam bentuk deskriptif naratif bukan seperti daftar isi.12 Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
12 Ibid., 48.
Bab satu berisi pendahuluan yang merupakan gambaran umum mengenai penelitian yang dilaksanakan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.
Bab dua berisi tentang kajian kepustakaan yang terdiri dari penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan pada saat ini, serta memuat tentang kajian teori yang digunakan sebagai perspektif oleh peneliti tentang implementasi hukuman dalam pembentukan karakter disiplin santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Glagahwero Kalisat Jember.
Bab tiga menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti. Metode penelitian merupakan acuan yang harus diikuti guna menjawab pertanyaan dalam fokus penelitian.
Bab empat mengemukakan tentang penyajian data dan analisis data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian secara empiris yang terdiri dari gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis data, serta diakhiri dengan pembahasan temuan dari lapangan. Bab ini berfungsi sebagai bahan kajian untuk memaparkan data yang diperoleh guna menemukan kesimpulan.
Bab lima merupakan bab terakhir atau penutup yang didalamnya berisi kesimpulan dan saran-saran. Bab ini berfungsi untuk memperoleh
gambaran dari hasil penelitian berupa kesimpulan, dengan kesimpulan ini akan dapat membantu makna dari penelitian yang telah dilakukan.
Selanjutnya penelitian ini diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran- lampiran sebagai pendukung di dalam pemenuhan kelengkapan data penelitian.
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan bertujuan untuk survei secara sungguh-sungguh mengenai apa yang telah diketahui oleh seseorang dalam bidang yang diteliti. Beberapa kajian studi yang memiliki relevansi dengan kajian yang dikembangkan antara lain:
1. Hakiki, (2015), dalam skripsinya di STAIN Jember yang berjudul “ Aplikasi Hukuman dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar siswa di SMK Al- Mutaqin Banjar Sengon Kecamatan Patrang Kabupaten Jember Tahun pelajaran 2014/2015”. Fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu bagaimana aplikasi hukuman dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar siswa di SMK Al-Mutaqin Banjar Sengon Kecamatan Patrang Kabupaten Jember Tahun pelajaran 2014/2015”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, analisis data dengan menelaah seluruh data yang dihasilkan dengan observasi, interview, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi hukuman dalam menumbuhkan kedisiplinan siswa di SMK Al-Muttaqin banjar sengon sudah sesuai dengan bentuk-bentuk hukuman yang ada, meliputi hukuman isyarat, hukuman lisan, hukuman tindakan dan
13
hukuman fisik, mayoritas siswa jera dan dapat menumbuhkan kedisiplinan belajar siswa.13
Persamaan dalam penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif, dan menerapkan hukuman untuk mendisiplinkan siswa sedangkan perbedaanya adalah penelitian terdahulu fokus pada aplikasin hukuman dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar siswa sedangkan penelitian yang sekarang lebih fokus kepada penerapan hukuman dalam membentuk karakter disiplinan santri.
2. Miftahul hikmah Sholeh, (2014), dalam skripsinya di STAIN Jember yang berjudul “ Penerapan Hukuman Fisik dalam meningkatkan disiplin belajar santri di pondok pesantren PPA Darun Najah Desa Ggijo Kecaamatan Karangploso Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2014/2015. Fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu bagaiman Penerapan Hukuman Fisik dalam meningkatkan disiplin belajar santri di pondok pesantren PPA Darun Najah Desa Ggijo Kecaamatan Karangploso Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2014/2015.14 Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah pendekatan kualitatif deskriptif analisis data dengan menggunakan milles dan Hubermen.
Metode pengumpulan data menggunakan observasi, interview dan
13 Hakiki, Aplikasi Hukuman dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar siswa di SMK Al- Mutaqin Banjar Sengon Kecamatan Patrang Kabupaten Jember Tahun pelajaran 2014/201 (Jember:
Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jemner), 2015.
14 Miftahul Hikmah Sholeh, Penerapan Hukuman Fisik dalam meningkatkan disiplin belajar santri di pondok pesantren PPA Darun Najah Desa Ggijo Kecaamatan Karangploso Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2014/2015 (Jember: Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jember), 2015.
dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah penerapan hukuman fisik dalam meningkatkan kedisiplinan belajar santri di Pondok Pesantren PPAI Darul Najah sudah terlaksana sesuai dengan yang diharapkan oleh pengasuh, hal tersebut menunjukkan bahwa hukuman fisik dapat membantu meningkatkan kedisiplinan belajar santri.
Persamaan penelitian dahulu dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama menggunakan kualitatif deskriptif dan meneliti tentang hukuman untuk mendisiplinkan siswa. Sedangkan perbedaanya adalah penelitian terdahulu fokus pada penerapan hukuman fisik dalam meningkatkan disiplin belajar, sedangkan penelitian yang sekarang lebih fokus pada penerapan hukuman dalam pembentukan karakter kedisiplinan santri.
Tabel 2.1
Tabel Persamaan dan Perbedaan
Nama dan
Judul
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian Hakiki, Aplikasi
Hukuman dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar siswa di
SMK Al-
Mutaqin Banjar Sengon
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember Tahun pelajaran
2014/2015
Sama-sama mengkaji tentang hukuman
Pada penelitian sebelumnya fokus penelitianya mengenai aplikasi hukuman dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar siswa.
Sedangkan
penelitian yang sekarang lebih fokus kepada penerapan
nhukuman dalam membentuk karakter disiplin santri.
aplikasi hukuman dalam
menumbuhkan kedisiplinan siswa di SMK Al- Muttaqin banjar sengon sudah sesuai dengan bentuk-bentuk hukuman yang ada, meliputi hukuman isyarat, hukuman lisan, hukuman tindakan dan hukuman fisik, mayoritas siswa jera dan dapat
menumbuhkan kedisiplinan belajar siswa.
Miftahul hikmah Sholeh,
Penerapan Hukuman Fisik dalam
meningkatkan disiplin belajar santri di pondok pesantren PPA Darun Najah Desa Ggijo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang Tahun Pelajaran
2014/2015
Sama-sama mengkaji tentang hukuman
Pada penelitian sebelumnya fokus penelitianya mengenai penerapan
hukuman fisik dalam
meningkatkan disiplin belajar santri. Sedangkan penelitian yang sekarang lebih fokus kepada hukuman
asosiatif, logis dan normatif.
penerapan
hukuman fisik dalam
meningkatkan kedisiplinan
belajar santri di Pondok Pesantren PPA Darul Najah sudah terlaksana sesuai dengan yang diharapkan oleh pengasuh, hal tersebut
menunjukkan bahwa hukuman fisik dapat membantu
meningkatkan kedisiplinan belajar santri.
B. Kajian Teori 1. Hukuman
a. Pengertian Hukuman
Hukuman adalah salah satu alat pendidikan yang juga diperlukan dalam pendidikan. Hukuman diberikan sebagai dari akibat pelanggaran, kejahatan atau kesalahan yang dilakukan anak didik.
Tidak seperti akibat yang ditimbulkan oleh ganjaran, hukuman mengakibatkan penderitaan atau ketundukan bagi anak didik yang menerimanya. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak
didik tidak akan mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi frekuensi pelanggaran.15
Jika begitu, sebagai alat pendidikan, maka hukuman hendaklah senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik, sedikit banyak bersifat menyusahkan anak didik dan selalu bertujuan ke arah perbaikan dan untuk kepentingan anak didik.
Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan.16 Siapa saja dapat melakukan penyiksaan terhadap orang lain tetapi dalam soal memberikan hukuman hanya orang tertentu saja yang dapat melakukannya. Apalagi dalam konteks pendidikan, tidak semua orang berhak melakukannya, karena hukuman yang di berikan itu harus di dekati dengan pendekatan edukatif yang menjunjung tinggi tata susila dan dapat mempertanggung jawabkan moral di sekolah, terutama dapat dilakukan oleh guru, sedangkan dirumah terutama dapat dilakukan oleh orang tua. Pada dasarnya tujuan pemberian hukuman yaitu untuk memeperlancar jalan tercapainya tujuan pendidikan dan pengajarandidalam suatu sekolah.
Hukuman juga diartikan sebagai tindakan yang paling akhir terhadap adanya pelanggaran-pelanggaran yang sudah berkali-kali dilakukan setelah diberitahukan, ditegur dan diperingati. Hukuman
15 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 164.
16 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Prakti (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 187.
berarti sebagai akibat suatu pelanggaran, atau bisa juga sebagai titik tolak agar tidak jadi pelanggaran.
Sebagai alat pendidikan hukuman hendaklah:17 1) Senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran 2) Sedikit-banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan 3) Selalu bertujuan ke arah perbaikan
4) Hukuman hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri.
Adapun diantara para ahli pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang pengertian hukuman diantaranya sebagai beriku:
1) Menurut Binti Maunah
Hukuman ialah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak didik dengan maksud agar penderitaan tersebut betul-betul dirasakannya untuk menuju ke arah perbaikan. dengan demikian, hukuman merupakan alat pendidikan istimewa sebab membuat anak didik menjadi lebih baik.18
2) Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati
Hukuman adalah suatu perbuatan, diman kita secara sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang baik dari segi kejasmanian maupun dari segi kerohanian orang lain itu mempunyai kelemahan bila dibandingkan dengan diri kita dan oleh
17 Ibid., 186.
18 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Sukses Offset, 2009), 89.
karena itu maka kita mempunyai tanggung jawab untuk membimbingnya dan melindunginya.19
b. Dasar dan Tujuan Hukuman
Berkaitan dengan konsep hukuman maupun pahala dengan jelas Allah SWT telah menggariskan dalam Alqur’an, diantaranya:
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya. Qs. Fushilat (41) ayat 46.20
Ayat diatas menjelaskan Allah mengajarkan kepada manusia bahwa setiap manusia akan menerima konsekuensi dari perbuatannya.
Baik atau buruk yang dia terima tentunya berbanding searah dengan apa yang telah dilakukannya. Sedangkan dalam ayat lain Allah menjelaskan:
19 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1973), 150.
20 Al-Qur’an, 41:46.
Artinya: Adapun orang-orang yang kafir, Maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan- amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”.
(Q.S. Ali Imran: 56-57).21
Berdasarkan ayat diatas dapat dipahami bahwa setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya, baik itu positif maupun negative, dan baik atau buruk perbuatan seseorang akan mengenai dirinya sendiri. Oleh karena itu hukuman pada dasarnya merupakan akibat dari perbuatan manusia sendiri, dan Allah sama sekali tidak berbuat aniaya terhadap manusia.
Prinsip Islam dalam hal hukuman ini lebih bersifat pada ta‟dib (meluruskan perilaku), bukan memberikan hukuman. Suwaid dalam
21 Al-Quran, 3: 56-57.