BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
B. Penyajian Data dan Analisis
Sebagaimana dalam perencanaan penelitian yang sudah dibentuk sebelumnya, maka pengumpulan data telah dilakukan sebagaimana yang sudah tertulis dalam perencananan. Peneliti sudah melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan verifikasi dan reduksi. Setalah data direduksi maka yang akan dilakukan selanjutnya adalah penyajian data. Serta peneliti melakukan sebuah analisis terhadap data yang sudah disajikan. Adapun data yang diperoleh menghasilkan analisa sebagai berikut:
1. Implementasi Pendekatan Andragogi guna Meningkatkan Motivasi Belajar Al-Qur’an pada Jamaah Masjid Al-Fuqoro’ Ilallah Desa Kebondalem Kabupaten Banyuwangi
Kegiatan belajar Al-Qur’an untuk Jamaah masjid khususnya ibu- ibu yang dilakukan di masjid Al-Fuqoro’ Ilallah Kebondalem ditegaskan dalam hasil wawancara dengan ketua takmir masjid 1 yaitu Bapak Bonasir seabagai berikut:
Pada mulanya terbentuknya majelis belajar Al-Qur’an ini karena banyak yang merasa tidak bisa membaca Al-Qur’an dengan baik.
Karena pada zaman dulu menurut mereka belajar itu tidak terlalu penting, mereka lebih mementingkan kerja. Mayoritas dari mereka dulunya sudah bisa mengaji, namun mereka banyak yang mengutamakan urusan pekerjaan daripada mengajinya, sehingga mereka lupa bacaan Al-Qur’an yang pernah mereka pelajari. Untuk itu dimasa tuanya mereka ingin sekali belajar dan membenarkan bacaan-bacaan Al-Qur’an sebagaimana mestinya. Melihat permasalahan tersebut, maka berasumsi membentuk majelis pembelajaran Al-Qur’an untuk jamaah yang dilakukan di masjid Al-Fuqoro’ Ilallah pada waktu setelah jama’ah sholat maghrib sampai waktu isyak.60
Selanjutnya Bapak Munjali selaku ketua takmir masjid 2 juga menegaskan mengenai kegiatan belajar Al-Qur’an sebagaimana berikut:
Kegiatan belajar Al-Qur’an ini memang dibentuk agar mereka dapat belajar secara bersama-sama dalam sebuah majelis. Dengan alasan terbentuknya kegiatan ini, karena banyak dari mereka yang kurang mumpuni dalam membaca Al-Qur’an. Sehingga mereka ingin memperbaiki dan mengembangkan kemampuan membacanya melalui kegiatan ini. Pembelajaran ini dilakukan setiap hari pada malam hari yakni setelah jamaah maghrib sampai waktu isyak, hanya pada malam rabu yang libur karena ada kegiatan lain di masjid.61
60 Bonasir, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 20 Maret 2022.
61 Munjali, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 23 Maret 2022.
Dapat dilihat bahwa yang melatar belakangi terbentuknya majelis belajar Al-Qur’an untuk jamaah masjid ini adalah banyak dari mereka yang ingin memperbaiki kemampuan membaca Al-Qur’annya. Sehingga dengan diadakannya kegiatan ini, maka akan merasa terbantu dalam proses belajarnya, sebab didalamnya terdapat para ustadzah yang akan mendampingi mereka. Adapun pelaksanaanya setiap hari (kecuali selasa malam rabu) pada waktu setelah jamaah maghrib sampai waktu isya’.
Sebelum kegiatan belajar dimulai penting sekali bagi seorang pendidik, mengetahui tujuan belajar yang ingin dicapai terlebih dahulu.
Dalam kegiatan belajar Al-Qur’an ini, memiliki tujuan agar jamaah dapat membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah tajwid yang mana panjang pendeknya harus benar-benar difahami. Hal ini juga sudah jelas disebutkan oleh Ustadzah Muslikah dalam hasil wawancara sebagai berikut:
Tujuan dibentuknya kegiatan belajar Al-Qur’an ini adalah memudahkan jamaah untuk bisa mengetahui cara membaca Al- Qur’an dengan baik dan benar. Diharapkan dengan adanya pembelajaran ini, meskipun dari mereka ada yang tidak bisa sama sekali, setidaknya mereka mau belajar hanya saja membutuhkan kesabaran dalam pembelajarannya. Namun dalam pembelajaran ini mayoritas dari mereka juga sudah pernah mempelajarinya. Hanya saja mereka tidak mengasahnya sehingga lupa.62
Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh ustadzah Umi Kulsum:
Banyak dari mereka yang masih salah-salah dalam membacanya.
Untuk itu mereka berharap dengan mengikuti kegiatan ini dapat membantu mereka dalam memperbaiki bacaan Al-Qur’annya.
62 Muslikah, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 10 Mei 2022
Pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan para jamaah khususnya ibu-ibu dalam belajar Al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah tajwid yang dalam hal ini Ustadzah menggunakan metode Qur’an Dirosati.63
Selain tujuan, pendidik juga perlu menentukan pendekatan pembelajaran yang akan dilakukan dalam berlangsungnya kegiatan belajar Al-Qur’an tersebut. Dalam hal ini pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an untuk jamaah masjid ini berbeda dengan pembelajaran pada umumnya, yang mana peserta didik anak-anak masih sangat menggantungkan perannya kepada pendidik, orientasi belajarnya juga berpusat pada pembentukan nilai-nilai, keterampilan, dan sikap. Sedangkan jamaah masjid (ibu-ibu) atau bisa disebut dengan peserta didik dewasa memiliki prisnsip tersendiri tanpa bergantung kepada orang lain dan orientasi belajarnya untuk mendalami kajian dan perluasan pengalaman dari apa yang diperoleh pada masa lalu. Mereka juga dapat memilih kegiatan yang disukai tanpa adanya unsur paksaan dari siapapun. Karena peserta didik dewasa akan cepat merasa jenuh jika terdapat paksaan dalam dirinya.
Ibu Istianah selaku Ustadzah yang mendampingi pembelajaran Al- Qur’an jamaah masjid, beliau mengatakan bahwa:
Pembelajaran Al-Qur’an ini tidak dapat disamakan dengan pembelajaran anak-anak seperti umumnya mbak. Karena dalam hal ini peserta didik yang kami ajari adalah orang tua atau para jamaah.
Peserta didik pada umumnya dengan peserta didik dewasa ini jelas berbeda, baik dari segi pemikiran, sikap, perasaan atau yang lainnya. Untuk itu, pendidik menerapkan gaya belajar yang tidak terlalu menekankan mereka dalam proses pembelajarannya, dengan memberikan sebuah kebebasan dan arah yang ingin mereka pilih.
Tujuannya agar dapat meningkatkan minat para jamaah dalam
63 Umi Kulsum, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 15 Mei 2022
mempelajari Al-Qur’an. Dan proses pembelajaran Al-Qur’an ini lebih menuju ke jamaah mbak, ustadzah hanya mendampingi. Jadi dalam hal ini mereka membaca Al-Qur’an terlebih dahulu dengan didampingi oleh satu Ustadzah, lalu jika terdapat kesalahan dalam membaca, maka nanti akan dibenarkan dan dijelaskan kesalahannya. Supaya meraka itu tau letak kesalahannya dimana dan seperti apa.64
Dari penjelasan tersebut ditegaskan lagi oleh Ustadzah Umi Kulsum dalam kesempatan yang berbeda, dengan hasil wawancara sebagai berikut:
Jadi gini mbak... kegiatan proses pembelajaran ini memang tidak dapat disamakan dengan pembelajaran sebagaimana mestinya.
Karena melihat peserta didik yang kami ajar adalah jamah masjid (ibu-ibu) yang mana dari segi bicaranya juga sudah tidak jelas, tidak lagi sama dengan masa anak-anak. Pembelajaran Al-Qur’an dilakukan dengan menggunakan baca simak , yang mana Ustadzah mendampingi dan menyimak mereka yang membaca Al-Qur’an.
Lalu jika terdapat kesalahan dalam membaca, nanti akan dibenarkan oleh Ustadzah dan dijelaskan sedikit. Terus kegiatan ini terbentuk agar mereka mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan yang menjadi ukuran dalam proses pembelajaran ini yaitu mereka mampu mengetahui huruf dan bacaan Al-Qur’an (panjang- pendeknya). Untuk makhorijul hurfnya kami tidak menekankan, karena kami tau mereka sangat kesulitan untuk melafadhkan hurf hijaiyyah dengan fashih.65
Pada proses pembelajaran Al-Qur’an, ustadzah menerapakan pendekatan pembelajaran yang tidak terlalu menekankan peserta didik kepada proses pembelajaran yang ketat, sebab melihat peserta didik yang dihadapi adalah ibu-ibu jamaah masjid. Karena menurutnya peserta didik dewasa dengan peserta didik pada umumnya jelas berbeda dari segi pola pikirnya, sikap, dan yang lainnya sehingga proses pembelajarannya juga tentu berbeda. Tujuan menerapkan pendekatan Andragogi dalam
64 Isti’anah, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 21 Mei 2022.
65 Umi Kulsum, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 15 Mei 2022.
pembelajaran Al-Qur’an, agar dapat meningkatkan motivasi belajar para jamaah. Selain itu jamaah juga akan merasakan bahwa dirinya diperlakukan seperti orang dewasa dalam proses pembelajaran berlangsung. Adapun proses pembelajaran Al-Qur’an untuk para jamaah menggunakan pembelajaran yang berpusat kepada peseta didik dengan metode klasikal yang mana ustadzah mendampingi dengan baca simak lalu jika ada yang salah dalam pembacaannya, maka ustadzah membenarkannya dan menjelaskan apa kesalahan yang terdapat pada bacaan yang telah dibacakan. Dalam belajar membaca Al-Qur’an ini yang menjadi ukuran yaitu mampu membaca dengan baik dalam artian mengetahui huruf serta bacaan Al-Qur’annya juga tepat atau sesuai dengan kaidah tajwidnya, yang mana dalam hal ini para ustadzah memacu dengan metode Qur’an yakni Dirosati. Selain itu, melihat kondisi mereka yang tidak mampu untuk melafadhkan makhorijul hurf dengan fashih, jadi proses pembelajarannya tidak menekankan kepada hal tersebut.
Ibu Umi Kulsum mengatakan lagi dalam kesempatan yang sama yaitu:
Pada waktu pembelajaran Al-Qur’an berlangsung, kami selaku ustadzah yang menurut mereka pantas menjadi panutan, untuk itu kami juga tidak hanya memberikan pendampingan saja dalam kegiatan tersebut. Akan tetapi juga memberikan sedikit wejangan atau masukan untuk mereka agar lebih giat lagi dalam belajar. Dan yang menjadi acuan dalam pembelajaran Al-Qur’an para jamaah ini yaitu memberikan kebebasan kepada mereka mbak. Baik dari segi aktivitas belajar ataupun lingkungan belajarnya. Karena mereka itu orang tua yang sudah lagi tidak diatur-atur selayaknya anak-anak.
Jadi dalam pembelajaran ini ustadzah juga tidak menerapkan pencapaian yang terlalu ketat. Karena ditakutkan mereka akan merasa bosan. Menurut kami orang dewasa juga sudah tidak lagi
bisa menerima banyak peraturan didalam dirinya. Seperti halnya pada proses pembelajaran Al-Qur’an terkadang ketika mereka membaca dengan salah, mereka sulit menerima pembenaran dari ustadzah. Ya.. mungkin itu dikarenakan dari mereka sudah memiliki pengalaman sebelumnya.66
Ditegaskan lagi oleh Ibu Isti’anah, dalam kesempatan yang berbeda yakni:
Ketika pembelajaran berlangsung, jamaah mengaji secara bergilir kan.. nah sambil menunggu gilirannya mereka saling berinteraksi terkait bacaan-bacaan Al-Qur’an yang sekiranya mereka belum tau mbak.67
Selama pembelajaran Al-Qur’an berlangsung ustadzah yang berperan sebagai pendidik memberikan sebuah kebebasan kepada jamaah dengan memberikan pembelajaran yang tidak terlalu ketat. Mereka juga berhak memilih aktivitas belajar yang seperti apa yang sesuai dengan keinginannya. Dalam kegiatan berlangsung mereka juga saling berdiskusi dengan temannya. Berinteraksi dengan teman-temannya untuk saling menanyakan tentang apa yang mereka dapat dari pembelajaran Al-Qur’an, dengan itu akan membuat dirinya merasa nyaman dengan pembelajaran yang sudah direncanakan sebelumnya.
Jamaah masjid merupakan peserta didik dewasa yang perlu dipupuk terus menerus motivasinya dalam belajar. Dalam proses pembelajarannya ustadzah juga tidak hanya memberikan pendampingan serta arahan kepada mereka. Akan tetapi juga memberikan wejangan sebagai bentuk motivasi agar para jamaah juga tidak merasa bosan pada
66 Umi Kulsum, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 15 Mei 2022.
67 Isti’anah, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi 21 Mei 2022.
saat pembelajaran berlangsung. Hal tersebut bertujuan untuk menumbuhkan semangat para jamaah dalam mempelajari Al-Qur’an.
Mereka juga sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran Al- Qur’an. Melihat hal tersebut bahwasanya dengan menerapkan pendekatan andragogi dalam proses pembelajaran, mampu meningkatkan motivasi serta minat belajar para jamaah. Dengan menyukai dan bisa menerima pendekatan dan metode ini, pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan mencapai hasil yang maksimal.68
Gambar 4.3 Kegiatan Pembelajaran Al-Qur’an (Ibu-Ibu) Jamaah Masjid69
2. Dampak Implementasi Pendekatan Andragogi guna Meningkatkan Motivasi Belajar Al-Qur’an pada Jamaah Masjid Al-Fuqoro’ Ilallah Desa Kebondalem Kabupaten Banyuwangi
Setiap kegiatan yang dilakukan ataupun segala sesuatu yang diterapkan tentunya memiliki dampak tersendiri. Adakalanya kegiatan
68 Observasi, di Masjid Al-Fuqoro’ Ilallah, Banyuwangi, 23 Mei 2022.
69 Dokumentasi di Masjid Al-Fuqoro’ Ilallah, Banyuwangi, 23 Mei 2022.
yang diterapkan memberikan dampak positif begitupun sebaliknya.
Adapun dampak dari penerapan pendekatan Andragogi dalam pembelajaran Al-Qur’an para jamaah masjid sudah disampaikan oleh Ustadzah Isti’anah dalam hasil wawancara sebagai berikut:
Untuk pembelajaran Al-Qur’an jamaah masjid yang seperti ini, jamaah banyak yang menyukainya mbak.. maunya mereka masuk terus. Sampai kadang ada yang meminta tambahan jam belajar.
Dari pembelajaran ini ada dampak yang mengiringinya yaitu dari dampak positifnya mereka senang belajar Al-Qur’an, dapat mengembangkan kemampuan membaca Al-Qur’an mereka. Selain itu mereka juga memiliki semangat yang tinggi untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Bahkan mereka bersedia jika ada tambahan jam untuk pembelajaran ini. Tapi sayangnya selain mendampingi belajar Al-Qur’an, masih ada kesibukan-kesibukan lain. Jadi jam pembelajaran Al-Qur’an tidak bisa terlalu lama juga mbak... hanya dapat berjalan setelah berjamaah sholat maghrib sampai sholat isya’.70
Ibu Muslikah selaku Ustadzah yang mendampingi kegiatan pembelajaran Al-Qur’an mengatakan bahwa:
Dampaknya para jamaah dapat mengembangkan potensi baca qur’annya, dan mereka merasa antusias dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. Jadi ustadzah juga akan mudah untuk mendampingi mereka dalam mengaji. Selain itu ada juga dampak negatif dari kegiatan ini adalah kurangnya waktu pembelajaran, karena antara maghrib dan isyak dirasa sangat sempit, mereka juga kesulitan melupakan kebiasaan dan kecenderungan mengulang.
Namanya juga orang sudah tua ya.. pasti agak ngeyel jika dikasih tau yang lebih benar. Dan adanya pembelajaran Al-Qur’an ini sangat membantu mereka.71
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, penerapan pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan andragogi ini dapat dilihat bahwasanya memberikan dampak kepada
70 Isti’anah, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 21 Mei 2022.
71 Muslikah, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 10 Mei 2022.
jamaah masjid, yang mana mereka merasa senang dan lebih semangat untuk mengikuti pembelajaran Al-Qur’an. Namun dibalik sisi positifnya tentunya juga ada sisi negatifnya. Disini tertulis bahwa pembelajaran ini memberikan dampak negatif, yang mana mereka masih belum bisa melupakan kebiasaan dan cenderung mengulanginya, serta sketerbatasan waktu pembelajaran.
Adapun hasil wawancara lain dengan salah satu jamaah selaku peserta didik dewasa terkait dampak yang ada dari kegiatan pembelajaran Al-Qur’an diantaranya ialah sebagai berikut:
Observasi dan wawancara dari Ibu Muti’ah selaku ibu-ibu jamah masjid yang mengikuti pembelajaran Al-Qur’an mengatakan bahwa:
Awalnya saya malu untuk mengikuti kegiatan pembelajaran Al- Qur’an ini. Karena kemampuan saya untuk belajar Al-Qur’an sangat jauh dari yang lainnya. Namun setelah melihat banyak teman-teman yang mengikuti dan mengajak saya gabung dalam kegiatan ini, lalu saya berminat untuk belajar Al-Qur’an bersama mereka. Dalam kegiatan ini saya sangat merasa terbantu untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an saya. Ditambah lagi proses pembelajarannya juga tidak menekankan lansia harus bisa dalam pelafadhan huruf. Setelah mengikuti pembelajaran ini, saya merasa sedikit-sedikit bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, berbeda dengan sebelumnya yang terkadang saya sangat sulit untuk mengingat panjang pendeknya bacaan Al-Qur’an. Sebenarnya dari kami sangat menginginkan tambahan waktu belajarnya mbak. Tapi yaitu ada beberapa yang tidak bisa karena capek, soalnya kebanyakan dari kami kegiatan siangnya itu bertani dan berdagang.72
Memang dengan adanya kegiatan pembelajaran Al-Qur’an ini dapat membantu mereka dalam memahami Al-Qur’annya. Mengingat yang belajar adalah jamaah masjid khususnya ibu-ibu jadi dalam proses
72 Muti’ah, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 24 Mei 2022.
pembelajarannya juga tidak menekankan mereka kepada makhorijul hurf.
Jika hal tersebut ditekankan dalam pembelajaran, maka jamaah akan merasa kesulitan.73
Dan ditambahkan lagi oleh Ibu Suhartini, beliau juga ibu-ibu jamaah masjid yang mengikuti pembelajaran Al-Qur’an. Dimana beliau mengatakan bahwa:
Gini mbak,,, jadi saya mengikuti kegiatan ini karena adanya niatan dan kemauan tersendiri untuk memperbaiki bacaan-bacaan Al- Qur’an dengan benar. Ya... saya juga merasa bahwa bacaan Al- Qur’an saya masih jauh sempurna dari orang lain. Selain itu saya juga malu diumur yang sudah tua, masih belum bisa membaca Al- Qur’an dengan baik. Ya untuk dampaknya yaitu mbak,,, waktunya terlalu sempit. Sedangkan saya kalau dirumah tidak bisa membaca Al-Qur’an sendiri karena takut salah kaprah. Kalau di masjid kan enak to,, ada ustadzah yang nyemak jadi nanti tau salah enggaknya.74
Hasil wawancara dengan Ibu Sayipah selaku ibu-ibu jamaah masjid yang mengikuti pembelajara Al-Qur’an juga mengatakan bahwa:
Saya senang mengikuti pembelajaran ini, soalnya diantara teman- teman yang paling rusak bacaannya itu saya mbak... apalagi saya juga lupa huruf-hurufnya. Ketika ngaji aja masih salah-salah hurufnya. Tapi setelah mngikuti kegiatan ini dan sudah berjalan sekitar 3 tahun, alhamdulillah saya merasa bacaan Qur’an saya sudah agak membaik. Yang membuat senang dalam pembelajaran ini.75
Sesuai dengan hasil wawancara diatas bahwa mereka mengikuti kegiatan ini karena ingin memperbaiki bacaan Al-Qur’annya. Mereka menyadari bahwa diumur mereka yang sudah tua, malu jika masih belum bisa lancar dalam membacanya. Selain itu juga, adanya motivasi yang
73 Observasi di Masjid Al-Fuqoro’ Ilallah, Banyuwangi, 12 Mei 2022.
74 Suhartini, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 24 Mei 2022.
75 Sayipah, diwawancara oleh penulis, Banyuwangi, 24 Mei 2022.
tertanam dalam dirinya sendiri dan ditambah lagi dorongan dari teman- temannya yang mana sebagai pengaruh dalam dirinya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Melihat hal itu, motivasi memang sangat penting bagi setiap individu. Baik itu motivasi yang tumbuh dari dalam diri manusia, atau bahkan motivasi yang tumbuh dari faktor luar.
Dapat disimpulkan juga bahwa ada beberapa dampak dari kegiatan pembelajaran Al-Qur’an ini, seperti yang disampaikan dari hasil wawancara kepada ustadzah dan jamaah yang sudah dipaparkan diatas.
Untuk itu peneliti menyimpulkan bahwa ada dua dampak yang ada, diantaranya adalah dampak positif dan dampak negatif. Dari dampak positif itu sendiri yaitu; Menumbuhkan situasi pembelajaran yang menyenangkan, Mengembangkan kemampuan/ potensi jamaah, dan Menumbuhkan motivasi belajar jamaah masjid.
Sedangkan dampak negatif dari terselenggaranya kegiatan pembelajaran Al-Qur’an jamaah masjid dengan menggunakan pendekatan andrgogi di masjid Al-Fuqoro’ Ilallah yaitu: Keterbatasan waktu pembelajaran, Sulit meninggalkan kebiasaan dan cenderung mengulang.