BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Penyajian Data (Hasil Penelitian)
bidang neraca dan analisis statistik. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik terdiri dari Direktorat Neraca Produksi, Direktorat Neraca Pengeluaran, dan Direktorat Analisis & Pengembangan Statistik.
h. Inspektorat Utama
Inspektorat Utama yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan BPS.
i. Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) yang mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan prajabatan dan kepemimpinan serta teknis dan fungsional.
j. Instansi Vertikal BPS terdiri dari BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota
BPS Provinsi adalah instansi vertikal BPS yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPS. BPS Kabupaten/Kota adalah instansi vertikal BPS yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPS Provinsi.
identitas responden, dimana yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pegawai Kantor Badan Pusat Statistik Kota Makassar yang berjumlah 33 orang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan disajikan sebagai berikut:
1. Deskriptif Karakteristik Responden
Karakteristik responden menguraikan deskripsi identitas responden menurut sampel penelitian yang telah ditetapkan. Tujuannya memberikan gambaran yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Karakteristik responden dikelompokkan menurut jenis kelamin, usia, jenis pendidikan, dan lamanya kerja bekerja.
a. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin secara umum dapat memberikan perbedaan pada perilaku seseorang. Dalam suatu bidang kerja jenis kelamin seringkali dapat menjadi pembeda aktivitas yang dilakukan oleh individu. Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
No Kategori Jumlah Responden Presentasi (%)
1 Laki-laki 14 42%
2 Perempuan 19 58%
Total 33 100%
Sumber : Hasil olahan data primer 2022
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang (42%) dan sisanya perempuan sebanyak 19 orang (58%). Dengan demikian dari total responden jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah laki-laki.
b. Kelompok Usia Responden
Dalam penelitian ini jumlah responden yang digunakan sebanyak 33 orang dengan berbagai macam usia yang dikelompokkan dalam tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi (Orang) Presentasi (%)
21-30 Tahun 7 21%
31-40 Tahun 12 36%
41-50 Tahun 3 9%
51-60 Tahun 11 33%
Jumlah 33 100%
Sumber : Hasil olahan data primer 2022
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa responden memiliki kelompok usia yang berbeda-beda dengan sebaran umur 21-30 tahun sebanyak 7 orang dengan tingkat presentasi (21%), umur 32-40 tahun sebanyak 12 orang dengan tingkat presentasi (36%), umur 41-50 tahun sebanyak 3 orang dengan tingkat presentasi (9%), umur51-60 tahun sebanyak 11 orang pegawai dengan tingkat presentasi (33%).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula intelektualnya, karena pendidikan dapat digunakan sebagai tolak ukur tingkat intelektual seseorang. Kelompok tingkat pendidikan responden dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Frekuensi (Orang) Presentasi
SMA/Sederajat 5 15%
D3 (Diploma) 3 9%
S1 (Sarjana) 18 55%
S2 (Pascasarjana) 7 21%
Jumlah 33 100%
Sumber: Hasil olahan Data Primer 2022
Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa latar belakang pendidikan responden memiliki tingkatan yang berbeda-beda mulai dari SMA sampai dengan pascasarjana dengan akumulasi SMA/Sederajat sebanyak 5 orang (15%), D3 (Diploma) sebanyak 3 orang pegawai (9%), S1 (Sarjana) sebanyak 18 orang pegawai (55%), dan S2 (Pascasarjana) sebanyak 7 orang pegawai (21%).
2. Deskriptif Variabel Penelitian
Dari penjelasan mengenai kepemimpinan transaksional dan lingkungan kerja yang dilakukan oleh tanggapan responden terhadap kinerja pegawai Kantor Badan Pusat Statistik Kota Makassar maka skor tertinggi yang digunakan pada tiap pernyataan adalah 5 dan skor terendah
adalah 1, dengan jumlah responden sebanyak 33 orang. Kemudian dapat diukur berdasarkan kategori standar penilaian rata-rata tabel berikut.
Tabel 4.4 Standar Penilaian
Rata-rata Skor Penilaian
0 – 33 Sangat Tidak Baik
34 – 66 Tidak Baik
67 – 69 Cukup Baik
100 – 132 Baik
133 – 165 Sangat Baik
Sumber: Hasil olahan Data Primer 2022 a. Variabel Kepemimpian Transaksional
Tabel 4.5
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Yang Berkaitan Dengan Variabel Kepemimpinan Transaksional (X1)
Pertanyaan
Tanggapan
Jumlah
SS S KS TS STS
5 4 3 2 1
X1.1 15 17 1 0 0 146
X1.2 17 16 0 0 0 149
X1.3 17 15 1 0 0 148
X1.4 9 22 2 0 0 139
X1.5 16 17 0 0 0 148
X1.6 17 16 0 0 0 149
X1.7 19 14 0 0 0 151
Jumlah 1030
Rata-rata 147,1429
Sumber : Hasil olahan data primer 2022
Berdasrkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa tanggapan pegawai terhadap variabel Kepemimpinan Transaksional mendapat respon yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata penilaian responden berada pada baris ke 5 (sangat baik) dengan perolehan rata-rata 147,1429.
b. Variabel Lingkungan Kerja (X2) Tabel 4.6
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Yang Berkaitan Dengan Variabel Lingkungan Kerja (X2)
Pernyataan
Tanggapan
Jumlah
SS S KS TS STS
5 4 3 2 1
X2.1 14 19 0 0 0 146
X2.2 15 17 1 0 0 146
X2.3 18 12 3 0 0 147
X2.4 20 13 0 0 0 152
X2.5 22 8 3 0 0 151
X2.6 8 23 2 0 0 138
X2.7 15 15 3 0 0 144
X2.8 7 23 3 0 0 136
X2.9 22 6 5 0 0 149
X2.10 13 19 1 0 0 144
Jumlah 1453
Rata-rata 145,3
Sumber : Hasil olahan data primer 2022
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa tanggapan pegawai terhadap variabel lingkungan kerja mendapat respon yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata penilaian responden berada pada baris ke 5 (sangat baik) dengan perolehan rata-rata 145,3
c. Variabel Kinerja Pegawai (Y)
Tabel 4.7
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Yang Berkaitan Dengan Variabel Kinerja Pegawai (Y)
Pernyataan
Tanggapan
Jumlah
SS S KS TS STS
5 4 3 2 1
Y.1 24 9 0 0 0 156
Y.2 25 8 0 0 0 157
Y.3 26 7 0 0 0 158
Y.4 24 9 0 0 0 156
Y.5 16 17 0 0 0 148
Y.6 22 11 0 0 0 154
Y.7 21 12 0 0 0 153
Y.8 24 8 1 0 0 155
Y.9 22 11 0 0 0 154
Y.10 20 13 0 0 0 152
Jumlah 1543
Rata-rata 154,3
Sumber : Hasil olahan data primer 2022
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa tanggapan pegawai terhadap variabel kinerja pegawai mendapat respon yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata penilaian responden berada pada baris ke lima (sangat baik ) dengan perolehan rata-rata 154,3.
3. Pengujian Validitas dan Reabilitas a. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji coba kuesioner bertujuan untuk mengetahui alat ukur yang digunakan sudah mengukur apa yang harus diukur oleh alat tersebut, yaitu kuesioner.
Dalam menguji tingkat validitas suatu data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, analisis faktor dan analisis butir.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis butir yaitu, skor- skor total butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y pengujian validitas menggunakan bantuan program SPSS 25. Hasil perhitungan r hitung kemudian dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan lebih kecil dari 0,05. Apabila rhitung > r tabel maka butir item pernyataan dapat dikatan valid, akan tetapi jika rhitung <
rtabel maka dapat dikatakan bahwa item pernyataan tersebut tidak valid.
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas
Variabel Item
Pernyataan r Hitung r Tabel Keterangan
Kepemimpinan Transaksional
(X1)
X1.1 0,739 0,355 Valid
X1.2 0,910 0,355 Valid
X1.3 0,705 0,355 Valid
X1.4 0,709 0,355 Valid
X1.5 0,764 0,355 Valid
X1.6 0,910 0,355 Valid
X1.7 0,715 0,355 Valid
Lingkungan Kerja (X2)
X2.1 0,595 0,355 Valid
X2.2 0,542 0,355 Valid
X2.3 0,442 0,355 Valid
X2.4 0,536 0,355 Valid
X2.5 0,443 0,355 Valid
X2.6 0,371 0,355 Valid
X2.7 0,495 0,355 Valid
X2.8 0,376 0,355 Valid
X2.9 0,481 0,355 Valid
X2.10 0,551 0,355 Valid
Kinerja Pegawai (Y)
Y.1 0,399 0,355 Valid
Y.2 0,551 0,355 Valid
Y.3 0,383 0,355 Valid
Y.4 0,523 0,355 Valid
Y.5 0,523 0,355 Valid
Y.6 0,509 0,355 Valid
Y.7 0,521 0,355 Valid
Y.8 0,414 0,355 Valid
Y.9 0,421 0,355 Valid
Y.10 0,449 0,355 Valid
Sumber Data: SPSS version 25, diolah 2022
Berdasarkan tabel hasil Uji Validitas yang ada diatas, dapat diketahui bahwa item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur variabel Kepemimpinan Transaksional, Lingkungan Kerja dan Kinerja Pegawai secara statistik angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dalam angka tabel r person correlation.
Apabila r hitung > r tabel, maka item pernyataan tersebut dikatakan valid.
rtabel ditentukan dengan cara menentukan jumlah sampel (n) dan didapatkan rtabel sebesar 0,355.
Berdasarkan tabel 4.8 yang ada diatas bahwa semua item pernyataan yang ada pada variabel Kepemimpinan Transaksional, Lingkungan Kerja dan Kinerja Pegawai memenuhi syarat.
b. Uji Reabilitas
Uji reabilitas adalah suatu pengujian yang berorientasi pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi pada sebuah kuesioner. Dalam pengambilan keputusan pada Uji Reabilitas didasari pada teori Wiratna Sujerweni (2014) “bahwa kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Sebaliknya jika suatu nilai Cronbach’s Alpha < dari 0,60 maka item-item yang ada dalam kuesioner dikatakan tidak konsisten.
Tabel 4.9 Uji Realibilitas
Variabel Alpha Nilai
Distribusi Keterangan Kepemimpinan
Transaksional (X1) 0,889 0,6 Realibel
Lingkungan Kerja (X2) 0,623 0,6 Realibel
Kinerja Pegawai (Y) 0,605 0,6 Realibel
Sumber Data: SPSS version 25, diolah 2022
Berdasarkan tabel 4.9 yang ada di atas yakni hasil pengolahan data mengenai Realibilitas, yang menunjukkan bahwa Kepemimpinan Transaksional (X1), Lingkungan Kerja (X2) dan Kinerja Pegawai dinyatakan realibel karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha diatas > 0,60.
4. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas memiliki tujuan untuk mengetahui apakah nilai residu yang dihasilkan dari regresi berdistribusi normal atau tidak dengan melihat nilai signifikan pada tabel Kolmogorov-smirnov. Jika nilai signifikan lebih > 0,05 maka data berdistribusi normal. Uji normalitas dapat ditunjukkan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.10 Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N
33
Normal Parametersa,b Mean 0
Std. Deviation 2,08759078
Most Extreme Differences Absolute 0,103
Positive 0,103
Negative -0,095
Test Statistic 0,103
Asymp. Sig. (2-tailed) .200,c,d
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
c Lilliefors Significance Correction.
d This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Output SPSS, 2022
Dari tabel 4.10 diatas menunjukkan uji Kolmogrov-Smirnov memiliki nilai statistic sebesar 0,200 lebih besar dari 0,05, maka dapat disumpulkan bahwa residual berdistribusi normal.
b. Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji multikolineritas dapat dilihat jika nilai Tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF). Variabel yang menyebabkan multikolineritas dapat dilihat dari nilai tolerance < 0,10 dan VIF >10 (Ghozali, 2016). Hasil pengujian multikolineritas dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.11
Hasil Uji Multikolineritas
Variabel Colinearity Statistic
Tolerance VIF
Kepemimpinan Transaksional
1,000 1,000
Lingkungan Kerja 1,000 1,000
Sumber Data: SPSS version 25, diolah 2022
Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki tolerance < 0,10. Hasil Perhitungan VIF juga menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki VIF > 10.
Berdasarkan koefisien pada tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa nilai VIF adalah 1,000 (variabel kepemimpinan transaksional ), 1,000 (variabel lingkungan kerja ), oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel independen terbebas dari asumsi klasik multikolonieritas karena hasil VIF lebih kecil dari 10.
c. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan variasi dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedasitas dalam model persamaan regresi dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SPESID dan ZPRED dengan menggunakan program SPSS.
Tabel 4.12
Hasil Uji Heteroskedasitas
Sumber Data: SPSS version 25, diolah 2022
Berdasarkan gambar 4.12 yang ada diatas grafik Scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk mempediksi kinerja pergawai berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu Kepemimpinan Transaksional dan Lingkungan Kerja.
5. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisi regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antar lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini, hasil dari regresi linear berganda dapat ditampilkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.13
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) 32,249 7,290 4,424 000
Kepemimpinan Transaksional (X1)
0,132 0,133 0,170 0,994 0,328
Lingkungan
Kerja (X2) 0,237 0,136 0,298 1,738 0,093
Sumber Data: SPSS version 25, diolah 2022
Berdasarkan hasil pengujian diatas, persamaan regresi Pengaruh Kepemimpinan Transaksional dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai dapat dituliskan kedalam persamaan regresi sebagai berikut:
𝑌 = 𝑎 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2
Y = 32,249 + 0,132 X1 + 0,237 X2 Dari persamaan diatas maka dapat dijelaskan bahwa:
a. Nilai konstanta sebesar 32,249 artinya jika kepemimpinan transaksional (X1) dan Lingkungan Kerja (X2) nilainya sama dengan 0, maka kinerja pegawai adalah sebesar 32,249.
b. Nilai koefisien β1 sebesar 0,132 (X1) menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan transaksional naik sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan 0,132 satuan kinerja.
c. Nilai koefisien β2 sebesar 0,237 (X2) menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja memiliki naik sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan 0,237 satuan kinerja.
6. Uji Parsial (Uji T)
Uji T digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel independen (bebas) yaitu Kepemimpinan Transaksional dan Lingkungan Kerja secara individual (parsial) terhadap variabel dependen (terikat) yaitu Kinerja Pegawai Pada Kantor Badan Pusat Statistik Kota Makassar. Kriteria yang digunakan dalam uji t yaitu jika nilai thitung < ttabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen (X) dinyatakan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel (Y).
Sebaliknya jika nilai thitung > ttabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel (X1 dan X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y).
Df = n-k
= 33-2 = 31 (Maka Ttabel = 1,695)
Tabel 4.14 Hasil Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize d Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 32,249 7,290 4,424 ,000
Kepemimpinan Transaksional (X1)
,132 ,133 ,170 ,994 ,328
Lingkungan Kerja (X2) ,237 ,136 ,298 1,738 ,093 a. Dependent Variable: Kinerja Pegawai (Y)
Sumber Data: SPSS version 25, diolah 2022
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dijelaskan pengujian dengan uji parsial (uji t) dari masing-masing variabel yaitu:
1) Hasil thitung untuk variabel kepemimpinan transaksional (X1) sebesar 0,994 dan nilai pada distribusi 5% sebesar 1,695 maka thitung 0,994 <
dari ttabel 1,695 sedangkan nilai signifikan yang ditujukan lebih besar 0,05 (0,328 > 0,05). Artinya kepemimpinan transaksional memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kinerja pegawai.
2) Hasil thitung untuk variabel Lingkungan Kerja (X2) sebesar 1,738 dan nilai pada distribusi 5% sebesar 1,695 maka thitung 1,738 > dari ttabel
1,695 sedangkan nilai signifikan yang ditujukan lebih besar 0,93 (0,093
> 0,05). Artinya Lingkungan kerja memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Kinerja Pegawai.
7. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerangkan variasi variabel dependennya (Ghozali, 2006). Nilai determinasi (R²) yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,343a ,118 ,059 2,15605
a. Predictors: (Constant), Lingkungan Kerja (X2), Kepemimpinan Transaksional (X1)
Sumber Data: SPSS version 25, diolah 2022
Berdasarkan tabel 4.15 nilai R sebesar 0,343 menunjukkan bahwa tingkat variasi independen dengan variabel dependen sebesar 0,343 yang berarti tingkat hubungan variabel yang diteliti tergolong rendah karena berada pada range angka 0,2 – 0,4.
Koefisien determinasi (R²) kemampuan mengukur model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R square sebesar 0,118 atau 11,8% yang berarti 11,8% model variabel Kepemimpinan Transaksional dan Lingkungan Kerja dapat menjelaskan variabel Kinerja Pegawai sedangkan sisanya sebesar 88,2% tidak dijelaskan dalam penelitian ini.