• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Menular Melalui Vektor Dan Binatang Pembawa Agent Penyakit

PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

B. Jenis-jenis Penyakit Menular

2. Penyakit Menular Melalui Vektor Dan Binatang Pembawa Agent Penyakit

droplet dari penderita pada saat batuk atau bersin, memegang mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dulu, setelah menyentuh benda yang terkena droplet penderita, kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita tanpa menggunakan masker. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:

melakukan vaksinasi Covid-19; menggunakan masker;

menerapkan physical distancing dengan jarak minimal 2 meter; mencuci tangan secara rutin dengan sabun di bawah air mengalir atau dengan memakai hand sanitizer; tidak menyentuh mata, mulut, hidung sebelum mencuci tangan; meningkatkan sistem imun dengan cara mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan suplemen; rutin olah raga; istirahat cukup, hindari kontak dengan penderita atau seseorang dengan gejala demam, batuk, atau pilek;

menutup mulut, hidung dengan tisu saat batuk atau bersin; menjaga kebersihan benda dan lingkungan, serta menjaga sirkulasi udara di dalam ruangan.

2. Penyakit Menular Melalui Vektor Dan Binatang

binatang selain artrophoda yang dapat mentransmisikan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit.

Penyakit tular vektor dan zoonotik antara lain:

a. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang menyebar melalui gigitan nyamuk Anopheles yang mengandung parasit Plasmodium. Beberapa jenis Plasmodium, yaitu Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana, P. falciparum penyebab malaria tropika, P. malariae penyebab malaria quartana, dan P. ovale penyebab malaria ovale.

Penularan penyakit malaria melalui gigitan nyamuk Anopheles yang mengandung parasit Plasmodium. Selain itu, beberapa kondisi yang dapat menyebabkan seseorang terpapar malaria yaitu: janin terinfeksi dari ibunya, melalui transfusi darah, pemakaian jarum suntik yang tidak steril, menerima donor organ. Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan menghidari gigitan nyamuk dengan cara menggunakan celana panjang dan baju berlengan panjang untuk menutup kulit, menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan obat anti nyamuk, menggunakan lotion. Pencegahan harus dilakukan dengan tepat sesuai waktu aktif menggigit nyamuk. Nyamuk Anopheles sebagai vektor agent penyakit malaria aktif menggigit pada jam 18.00 sampai dengan 06.00 dini hari.

b. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Bila tidak cepat ditangani akan menjadi kondisi yang lebih berat yaitu demam berdarah dengue (DBD). Berdasarkan data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (DIT.P2PTVZ), kasus Dengue (DBD) pada tahun 2021 sebanyak 73.518 kasus, kematian DBD 705, IR 27/100.000 penduduk, CFR 0,9%. Pada tahun 2022, kasus Dengue (DBD) sampai minggu ke 18 secara kumulatif terlaporkan 37.548 kasus, dan angka kematian DBD 384, IR 13,66/100.000 penduduk, CFR 1,0%. Kasus dengue tersebut terlaporkan dari 445 kabupaten/kota di 34 provinsi. Terdapat penambahan kasus di minggu ke 18 sebanyak 952 kasus dan terjadi penambahan angka kematian sebanyak 7 kematian.

Berdasarkan laporan SKDR pada tahun 2022, suspek Dengue secara kumulatif sampai minggu ke 18 sebanyak 46.281 suspek. Kasus dengue sebagian besar terjadi pada kelompok umur 15-44 tahun.

Pencegahan penularan demam Dengue dapat dilakukan dengan cara: 1) menerapkan PSN 3 M plus melalui gerakan satu rumah satu Jumantik mulai dari pintu masuk negara sampai rumah tangga; 2) menanam tanaman pengusir nyamuk seperti pohon zodia, kemangi, sereh, lavender; 3) menggunakan lotion anti nyamuk; 4) memelihara ikan predator jentik.

c. Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Terdapat tiga faktor yang memegang peranan dalam penularan penyakit Chickungunya, yaitu: manusia, virus dan vektor perantara. Beberapa penyebab timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) demam chickungunya adalah: perpindahan penduduk dari daerah terinfeksi, berkembangnya penyebaran dan kepadatan vektor nyamuk akibat sanitasi lingkungan yang kurang baik

Pencegahan Chikungunya dengan melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) melalui tindakan 3M Plus. Tiga M yaitu: menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penyimpanan air, dan mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air.

Sedangkan tindakan Plus berupa: menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu saat tidur terutama di siang hari, tidak menggantung pakaian dalam/luar rumah, memelihara ikan pemakan jentik, menanam tumbuhan pengusir nyamuk, memperbaiki saluran air yang tidak lancar, menggunakan celana panjang dan baju lengan panjang.

d. Filariasis

Filariasis atau kaki gajah merupakan pembengkakan tungkai yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang menyerang pembuluh getah bening. Cacing

filaria dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk. Jenis cacing yang dapat menyebabkan filariasis adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Jenis nyamuk yang menyebarkan cacing filaria adalah jenis Culex, Aedes, Anopheles, dan Mansonia.

Gejala filariasis yaitu pembengkakan pada tungkai, juga dapat terjadi pembengkakan di bagian tubuh yang lain seperti lengan dan dada. Pencegahan filarialis dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dengan cara mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang, menggunakan lotion anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, dan membersihkan genangan air di sekitar tempat tinggal.

e. Schistosomiasis

Schistosomiasis atau demam keong merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing parasit yaitu Schistosoma haematobium, Schistosoma japonicum, dan Schistosoma mansoni. Di Indonesia, schistosomiasis disebabkan oleh Schistosoma japonicum yang ditemukan endemik di tiga daerah di Sulawesi Tengah yaitu di dataran tinggi Lindu, dataran tinggi Napu, dan dataran tinggi Bada.

Schistosomiasis di Indonesia merupakan penyakit zoonosis sehingga sumber penular tidak hanya pada manusia sebagai penderita tetapi juga beberapa hewan mamalia seperti sapi, kerbau, kuda, babi, dan anjing.

Satu hal yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit dari hewan ke manusia adalah interaksi yang

bersifat kontinu antara manusia dan hewan. Di dunia diperkirakan sebanyak 56 juta orang terinfeksi setidaknya oleh satu spesies Trematoda zoonotik, dan sekitar 750 juta orang berisiko terinfeksi (Elelu & Eisler, 2018).

Setiap spesies cacing Schistosoma memerlukan siput yang sesuai untuk perkembangan larva cacing.

Jenis keong yang berperan sebagai hospes perantara dari cacing Schistosoma japonicum yaitu Oncomelania hupensis. Seseorang dapat terinfeksi cacing Schistosoma jika kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti pada saat berenang atau mandi di air yang terkontaminasi dengan cacing tersebut.

Pencegahan yang dapat dilakukan di daerah endemik schistosomiasis, yaitu: mengenakan celana dan sepatu boot antiair pada saat berjalan di sekitar area yang diduga terkontaminasi; menghindari kontak dengan siput yang hidup di sekitar air tawar atau lumpur; tidak berenang atau bermain di air tawar;

jika kulit terkena air kotor, segera bersihkan untuk menurunkan potensi terkena infeksi; gunakan air bersih untuk keperluan mandi dan mencuci; merebus air sampai mendidih sebelum diminum atau minum air mineral kemasan yang terjamin kebersihannya.

f. Rabies

Rabies atau penyakit anjing gila merupakan infeksi virus pada otak dan sistem saraf. Virus penyebab rabies dapat menular ke manusia melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kera, musang, dan kelinci. Rabies termasuk penyakit berbahaya karena

dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera ditangani. Di Indonesia, rabies masih merupakan salah satu penyakit yang mengancam kesehatan masyarakat. Masih terdapat 26 dari 34 propinsi di Indonesia belum terbebas dari rabies di mana jumlah kematian pertahun lebih dari 100 orang berdasarkan data tahun 2020.Gejala rabies dapat muncul sekitar 30-90 hari setelah digigit oleh hewan yang terinfeksi.

Gejala rabies dapat berupa demam, kesemutan pada luka gigitan, kram otot, sesak nafas, dan halusinasi.

Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan vaksinasi.Vaksin yang digunakan untuk mencegah rabies adalah pre-exposure prophylaxis (PrEP).

g. Antraks

Antraks merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang hidup di tanah.

Bacillus anthracis dapat menginfeksi hewan pemakan rumput seperti sapi, kuda, kambing dan domba. Ada tiga jenis antraks berdasarkan penularannya, yaitu 1) antraks kulit, menular pada orang yang terdapat luka terbuka pada kulit. Penularan dapat terjadi bila seseorang menyentuh kulit, bulu, tulang, atau daging hewan yang terinfeksi. 2) Antraks pencernaan, seseorang dapat terinfeksi jika mengkonsumsi daging hewan yang sudah terinfeksi bakteri B. antracis.3) Antraks pernapasan, seseorang dapat terinfeksi apabila menghirup serbuk (spora) dari bakteri antraks.

Pencegahan antraks dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi antraks, mengonsumsi daging yang telah

dimasak dengan matang, dan menghindari interaksi atau kontak dengan hewan yang terinfeksi antraks.

h. Toksoplasmosis

Toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Pada dasarnya, toksoplasmosis tidak bisa menular antara satu orang dengan orang lain. Namun, ibu hamil dapat menularkan ke janinnya melalui plasenta yang dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, cacat pada janin, keguguran, sampai kematian janin. Selain menginfeksi manusia, T.

gondii juga dapat menginfeksi hewan seperti kucing.

Seseorang dapat terinfeksi T. gondii melalui cara:

kontak dengan kotoran kucing yang mengandung parasit T. gondii, mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi T. gondii, terlebih daging yang tidak matang, melalui plasenta ibu menular ke janinnya, dan melalui transplantasi organ atau melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi. Pencegahan dilakukan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat.

Leptospirosis

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira interrogans. Seseorang dapat menderita leptospirosis, jika terkena urine hewan atau kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi bakteri L. interrogans. Beberapa hewan yang dapat terinfeksi L. interrogans adalah sapi, kuda, anjing, babi dan tikus. Penularan leptospirosis pada manusia dapat terjadi melalui: 1) kontak antara kulit

dengan air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan yang mengandung L. interrogans; 2) kontak langsung antara kulit dengan urine hewan yang mengandung bakteri L. interrogans; 3) Mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi urin hewan yang mengandung L. interrogans. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghidari ketiga point tersebut di atas.

Flu burung (avian influenza)

Flu burung merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus influenza tipe A yang bersumber dari unggas seperti burung, ayam, bebek, dan angsa.

Beberapa jenis virus flu burung yang dapat menginfeksi manusia adalah H5N1, H5N6, H5N8, dan H7N9.

Penularan flu burung pada manusia dapat terjadi melalui: 1) kontak dengan unggas yang terinfeksi baik yang masih hidup maupun yang sudah mati; 2) kontak dengan kotoran, air liur, dan lendir yang telah terinfeksi; 3) mengonsumsi daging atau telur unggas mentah atau tidak matang yang telah terinfeksi;

4) menghirup droplet yang mengandung virus flu burung, oleh karena itu perlu menggunakan masker pada saat menangani unggas. Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan menghidari ke empat point tersebut di atas, dan juga perlu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.