• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyalahgunaan Narkotika

Dalam dokumen 2021 SUCHITRA PERMATASARY 4515060045.pdf (Halaman 51-59)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Penyalahgunaan Narkotika

Sanksi Pidana bagi Pelaku Tindak Pidana Narkotika di dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah ditentukan dalam Pasal 111 sampai Pasal 148. Ada tiga jenis sanksi pidana yang diatur dalam undang- undang ini yaitu:

a. Sanksi pidana bagi pelaku pidana narkotika;

b. Sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana precursor narkotika; dan

c. Sanksi pidana yang dijatuhkan kepada pengurus atau pimpinan, yang menghalang-halangi, residivis, pencucian uang, WNA dan lainnya.

Menurut Graham Blaine/ seorang psikiater sebab-sebab penyalahgunaan narkotika adalah:

a) Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya dan mempunyai resiko, misalnya ngebut, berkelahi atau bergaul dengan wanita;

b) Untuk menantang suatu otoritas terhadap orang tua, guru, hukum atau instansi yang berwenang;

c) Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual;

d) Untuk melepaskan diri dari rasa kesepian dan ingin memperoleh pengalaman-pengalaman emosional;

e) Untuk berusaha agar dapat menemukan arti hidup;

f) Untuk mengisi kekosongan dan mengisi perasaan bosan, karena kurang kesibukan;

g) Untuk menghilangkan rasa frustasi dan kegelisahan yang disebabkan oleh problema yang tidak bisa diatasi dan jalan pikiran yang buntu, terutama bagi mereka yang mempunyai kepribadian yang tidak harmonis;

h) Untuk mengikuti kemauan kawan dan untuk memupuk solidaritas dengan kawan-kawan;

i) Karena didorong rasa ingin tahu (curiosity) dan karena iseng (just for kicks).47

Dari sekian sebab-sebab penggunaan narkotika secara tidak elegal yang dilakukan oleh para remaja dapatlah dikelompokkan dalam tiga keinginan, yaitu:

a. Mereka yang ingin memperoleh (the experience seekers) yaitu yang ingin memperoleh pengalaman baru dan sensasi dari akibat pemakaian narkotika;

b. Mereka yang bermaksud menjauhi atau mengelakkan realita hidup (the oblivion seekers) yaitu mereka yang menganggap keadaan terbius sebagai tempat pelarian terindah dan ternyaman;

c. Mereka ingin merubah kepribadiannya (personality change) yaitu mereka yang beranggapan menggunakan narkotika dapat merubah kepribadian, seperti untuk menjadi berani, untul menghilangkan rasa malu, menjadi tidak kaku dalam pergaulan dan lain-lain.48

Yang tak kalah penting adalah pemidanaan. Tujuan pemidanaan sendiri dalam hukum pidana positif belum dirumuskan secara jelas dan masih bersifat teoritis. Konsep KUHP telah menetapkan tujuan pemidanaan pada pasal 54, yaitu

47 Hari Sasangka, op.cit. hlm. 6

48Ibid., hlm. 6

1. Pemidanaan bertujuan:

a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat;

b. Memasyarkatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang yang baik dan berguna;

c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat; dan

d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

2. Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan martabat manusia.49

Sanksi pidana merupakan jenis sanksi yang paling banyak digunakan dalam menjatuhkan hukuman terhadap seseorang yang dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana. Sanksi pidana diartikan sebagai suatu penderitaan yang ditimpakan kepada orang yang bersalah melakukan perbuatan yang dilarang oleh hukum, dengan adanya sanksi pidana diharapkan orang tidak akan melakukan tindak pidana.

Pada dasarnya sanksi pidana merupakan pengenaan suatu derita kepada seseorang yang dinyatakan bersalah melakukan suatu kejahatan (perbuatan pidana) melalui suatu rangkaian proses peradilan oleh kekuasaan (hukum) yang secara khusus diberikan untuk hal itu, yang dengan pengenaan sanksi pidana tersebut diharapkan orang tidak melakukan tindak pidana lagi.50

Sistem hukuman yang dicantumkan dalam Pasal 10 menyatakan bahwa hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang pelaku tindak pidana sebagai berikut:

49 Mahrus Ali, op.cit. hlm. 192

50 Mahrus Ali, ibid., hlm. 195

a. Pidana pokok

Berikut beberapa jenis pidana pokok yang dirumuskan dalam Pasal 10 KUHP sebagai berikut:

1) Pidana mati

Tujuan diadakan dan dilaksanakannya hukuman mati agar masyarakat memperhatikan bahwa pemerintah tidak menghendaki adanya gangguan terhadap ketentraman yang sangat ditakuti umum. Dengan adanya putusan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana diharapkan masyarakat menjadi takut.

Disamping itu, juga untuk mempertahankan tertib hukum dengan mempidana mati seseorang karena tingkah lakunya yang dianggap membahayakan. Oleh karena itu, hukuman mati menurut pemerintah adalah yang sesuai dengan rasa keadilannya.

2) Pidana penjara

Pidana penjara adalah berupa pembatasan kebebasan bergerak dari seorang terpidana yang dilakukan dengan menempatkan orang tersebut di dalam sebuah Lembaga Pemasyarakatan (LP) yang menyebabkan orang tersebut harus menaati semua peraturan tata tertib bagi mereka yang telah melanggar.51

Penjara adalah suatu tempat yang khusus dibuat dan digunakan para terhukum dalam menjalankan hukumannya sesuai dengan putusan hakim. Fungsi kamar untuk ditempati terhukum seorang diri tanpa dapat berkomunikasi dengan terhukum lainnya, seperti dikucilkan dari pergaulan sosial. Dengan jalan

51 Mahrus Ali, ibid., hlm. 196.

demikian, diharapkan setelah menjalankan hukumannya ia akan menjadi insaf dan tidak mau lagi melakukan tindak pidana kejahatan.

Terhukum selama menjalakan hukuman ada yang seumur hidup dan ada yang terbatas. Hukuman terbatas itu sekurang-kurangnya satu hari dan selama-lamanya 15 tahun. Hukuman yang lebih dari 15 tahun dan tidak kurang dari 20 tahun sebagai akibat dari tindak pidana yang dilakukan diancam dengan hukuman mati, seumur hidup atau ada hukuman plus karena rangkaian kejahatan yang dilakukan.

3) Pidana Kurungan

Hukuman kurungan hampir sama dengan hukuman penjara, hanya perbedaannya terletak pada sifat hukuman yang ringan dan ancaman hukumannya pun ringan. Dalam Pasal 18 dinyatakan bahwa:

“Lamanya kurungan sekurang-kurangnnya satu hari dan tidak boleh melebihi dari satu tahun empat bulan.”52

Terdapat dua perbedaan antara pidana kurungan dan pidana penjara. Pertama, dalam hal pelaksanaan pidana. Terpidana yang dijatuhi pidana kurungan tidak dapat dipindahkan ke tempat lain di luar tempat ia berdiam pada waktu menjalankan pidana, kecuali kalau Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas permintaan terpidana membolehkan menjalani pidananya di daerah lain. Dalam pidana penjara terpidana dipindahkan ke tempat (LP) lain di luar tempat tinggal atau tempat kediaman. Kedua, pekerjaan yang dibebankan kepada terpidana yang dijatuhi pidana kurungan lebih ringan daripada yang dijatuhi pidana penjara.53

52 Pasal 18 Kitab Undang-undang Hukum Pidana

53 Mahrus Ali, Op.cit. hlm. 198

4) Pidana Denda

Pidana denda dijatuhkan terhadap delik-delik ringan, berupa pelanggaran atau kejahatan ringan. Dengan pemahaman ini, pidana denda adalah satu-satunya pidana yang dapat dipikul oleh orang lain selain terpidana. 54

Ketentuan yang mengatur hukuman denda ini dicantumkan dalam Pasal 30 dan Pasal 31. Pembayaran denda tidak ditentukan harus terpidana. Dengan begitu dapat dilakukan oleh setiap orang yang sanggup membayarnya. Diluar dari pelaksanaan pembayarannya, hal demikian akan mengaburkan sifat hukumannya.

Pasal 30 menyatakan:

1. Denda paling sedikit adalah dua puluh lima sen;

2. Jika denda tidak dibayar, lalu diganti dengan kurungan;

3. Lamanya kurungan pengganti paling sedikit adalah satu hari dan paling lama adalah enam bulan;

4. Dalam putusan haki lamnya kurungan pengganti ditetapkan dengan demikian: jika dendanya lima puluh sen atau kurang, dihitung satu hari;

jika lebih dari lima puluh sen dihitung paling banyak satu hari, dengan demikian pula sisanya tidak cukup lima puluh sen;

5. Jika ada pemberatan denda, disebabkan karena ada perbarengan atau pengulangan, atau karena ketentuan Pasal 52 dan 52 a, maka kurungan pengganti paling lama dapat menjadi delapan bulan;

6. Kurungan pengganti sekali-kali tidak boleh lebih dari delapan bulan.

Pasal 31 KUHP menyatakan:

1. Orang yang dijatuhi denda, boleh segera menjalani kurungan sebagai pengganti dengan tidak usah menunggu sampai waktu harus membayar denda itu;

2. Setiap waktu ia berhak dilepaskan dari kurungan pengganti jika membayar dendanya;

3. Pembayaran sebagian dari denda, baik sebelum maupun sesudah dan mulai menjalani kurungan pengganti, membebaskan terpidana dari sebagian kurungan bagian denda yang telah dibayar.

54 Mahrus Ali, Ibid., hlm. 198.

b. Pidana Tambahan

Sifat hukuman tambahan ini hanya sebagai penambah hukuman pokok kalau dalam putusan hakim ditetapkan hukuman tambahannya. Oleh hakim, ia harus menjalankan hukuman penjara dan dicabut hak pilihnya dalam pemilihan umum yang akan datang. Yang termasuk kedalam pidana tambahan adalah sebagai berikut:

1) Pencabutan hak-hak tertentu

Menurut ketentuan Pasal 35 ayat (1) KUHP, hak-hak terpidana yang dengan putusan hakim dapat dicabut adalah:

a) Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan yang tertentu;

b) Hak memasuki Angkatan Bersenjata;

c) Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum;

d) Hak menjadi penasehat hukum atau pengurus atas penetapan pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawas, atas orang yang bukan anak sendiri;

e) Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian atau pengampuan atas anak sendiri;

f) Hak menjalankan mata pencarian tertentu.55 2) Perampasan Barang Tertentu

Ketentuan mengenai perampasan barang-barang tertentu terdapat dalam Pasal 39 KUHP sebagai berikut:

a) Ayat (1) Barang-barang kepunyaan terpidana yang diperoleh dari kejahatan atau yang sengaja dipergunakan untuk melakukan kejahatan, dapat dirampas.

b) Ayat (2) Dalam hal pemidanaan karena kejahatan yang tidak dilakukan dengan sengaja atau karena pelanggaran, dapat juga dijatuhkan putusan perampasan berdasarkan hal-hal yang ditentukan dalam undang-undang.

c) Ayat (3) Perampasan dapat dilakukan terhadap orang yang bersalah yang diserahkan kepada pemerintah, tetapi hanya atas barang-barang yang telah disita.56

55 Pasal 35 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

3) Pengumuman putusan hakim

Pengumuman putusan hakim diatur dalam Pasal 43 KUHP yang mengatur bahwa:

“Apabila hakim memerintahkan supaya putusan diumumkan berdasarkan kitab undang-undang ini atau aturan-aturan umum lainnya, maka ia harus menetapkan pula bagaimana cara melaksanakan perintah itu atas biaya terpidana.”57

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menentukan beberapa tindak pidana narkotika, yakni dalam Pasal 111 sampai 148 Undang- undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam Pasal 112 Undang- undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang ketentuan pidana dikemukakan bahwa:

1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

2. Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).58

Pasal 127 ayat (1) disebutkan bahwa : Setiap Penyalah Guna:

a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun;

b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun;

56 Pasal 39 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

57 Pasal 43 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

58Pasal 112 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.59

Dalam dokumen 2021 SUCHITRA PERMATASARY 4515060045.pdf (Halaman 51-59)

Dokumen terkait