• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Remaja

Dalam dokumen "iull ztJii (Halaman 51-62)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

5. Perkembangan Remaja

a. Legenda Desa Pa’Rasangan Beru

Desa Pa’rasangang Beru adalah merupakan Desa induk yang mana pada saat itu Desa Parasangang Beru di diami penduduk yang mata pencaharian petani dan nelayan. Desa Parasangang Beru terbentuk pada tahun 1980 yang awalnya terdiri dari 3 (Tiga) Dusun yaitu Dusun Palalakkang, Dusun Kalukuang, dan Dusun Romang Sapiria yang kepala Desanya pada waktu itu adalah MADDOLANGANG DG TOBO. Pada tahun 1992 dari kesepakatan Tokoh masyarakat akhirnya menyapakati pemekaran Desa persiapan Palalakkang, dan Pada bulan Desember 1992 diadakan pemilihan Kepala Desa yang dimenangkan oleh H.M.AMIN.R, dari perjalanan kepemimpinan beliau mengundurkan diri pada tahun 2003 sehingga pada bulan maret 2003 diadakan pemilihan Kepala Desa yang dimenangkan oleh ABD.GAFFAR DG LAWA. Pada Tahun 2008 diadakan lagi pemekaran desa yaitu Desa Kalukuang yang diambil dari nama dusun yang ada diwilayah Desa Pa’rasangang Beru. Sehingga Desa Pa’rasangang Beru membentuk Dusun baru menjadi 4 (Empat) Dusun Yakni Dusun Romang Sapiria, Dusun Bontokanang, Dusun Gusunga, dan Dusun Tamalalang.

b. Letak Luas Wilayah dan Kondisi Desa

1) Letak dan Luas Wilaya

Desa Parasangang Beru merupakan salah satu dari 14 Desa di wilayah Kecamatan Galesong, Kodisi Geografis Desa Parasangang Beru

yang ibu kotanya Romang Sapiria yang berada pada posisi sebelah timur ibu kota Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, dan sebagian wilayah daratan dengan luas wilayah +220 Ha, dengan jarak dari ibu kota Provinsi 40 km dan 26 km dari ibu kota Kabupaten dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a)Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontomanai Kabupaten Gowa b) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Gentungan Kabupaten Gowa c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Parangmata Kecamatan.

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kalukuang Kecamatan.

c. Kondisi Desa

1) Iklim

Dengan kondisi Desa Parasangang Beru beriklim tropis merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 0-2 mdl dengan suhu rata-rata 23-300C serta memiliki 2 (dua) tipe musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.Secara geologis wilayahnya memiliki jenis tanah sebagian besar tanah abu-abu dengan tekstur lempungan. Musim hujan terjadi mulai bulan Januari sampai Maret sementara musim kemarau terjadi pada bulan April sampai Desember yang berputar setiap Tahunnya.

Disamping memiliki curah hujan rata-rata setiap tahun 176-200 Mm. hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Parasangang Beru Kecamatan Galesong.

2) Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Parasangang Beru sesuai potensinya sebagai Desa yang berbasis pertanian mengalami perkembangan ekonomi dari tahun ke tahun semakin membaik, hal ini di dorong oleh berbagai sektor terutama sektor pertanian, peternakan dan perdagangan selain itu di Desa Parasangang Beru yang sebagian penduduknya bermata pencaharian petani semakin diupayakan untuk lebih maju dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berdampak pada kesejahteraan penduduk baik sarana maupun prasarananya. Dalam wilayah Desa Parasangang Beru saat ini jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 569 KK dengan jumlah penduduk 2155 Jiwa, Laki-laki 1061 Jiwa dan Perempuan 1094 Jiwa, yang sebagian besar memiliki pekerjaan pokok petani 65%, Pembuat Batu merah 5%, buruh Tani 10%, dan pekerja lainnya 20% diluar pekerjaan diatas.

B. Kerangka Pikir

Dengan memperhatikan penjelasan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini diuraikan beberapa hal yanng dijadikan peneliti sebagai landasan atau kerangka pikir.

Adapun kerangka pikir yang maksud dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Mengindentifikasi data-data atau tuturan-tuturan percakapan pembicara dan pendengar,

2. Mengklasifikasi dasar prinsip kerja sama dalam tuturan percakapan, dan.

3. Menginterpretasi makna implikatur percakapan

Pragmatik

Peranggapan Tindak Ujaran

Implikatur Deiksis

Maksim Pelaksanaan Maksim

Relevansi Maksim

Kuantitas Maksim

Kualitas

Temuan Analisis

Percakapan Bahasa Indonesia Kalangan Remaja Masyarakat Desa Pa’rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Fakus Penelitian dan Rancangan Penelitian 1. Fokus Penelitian

Moleong (2006), berpendapat bahwa penetapan fokus penelitian atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimana pun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di area atau lapangan penelitian.

Dengan kata lain, walaupun rumusan masalah sudah cukup baik dan telah dirumuskan atas dasar penelaahan kepustakaan dan dengan ditunjang oleh sejumlah pengalaman tertentu, bisa terjadi situasi di lapangan tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti masalah itu. Dengan demikian kepastian tentang fokus dan masalah itu yang menentukan adalah keadaan dilapangan. Fokus penenlitian dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah, dimana rumusan masalah penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus penelitian.

Dalam hal ini fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian di lapangan. Hal tersebut sesuai dengan sifat pendekatan kualitatif yang lentur, yang mengikuti pola pikir yang empirical induktif, dimana segala sesuatu dalam penelitian ini ditentukan dari hasil akhir pengumpulan data yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

2. Rancangan Penilitian

Rancangan penilitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan metode deskriptif kualitatif. Oleh sebab itu, dalam penyusunan desain ini pun dirancang berdasarkan pada prinsip metode desain kualitatif. Maksudnya data itu dikumpulkan, dikelolah, dianalisis, dan diajukan secara objektif atau apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada. Penelitian ini bersifat alamiah dan akurat tanpa disertaperlakuan, pengukuran, dan perhitungan statistik serta tidak mencari data mendukung atau menolak hipotesis yang telah diajukan sebelum penelitian dimulai.

B. Data dan Sumber Data 1. Data

Yang maksud dengan data adalah keterangan yang dijadikan dasar kajian analisis atas penggunaan implikatur dalam percakapan bahasa Indonesia. Sehubungannya dengan itu, maka data di dalam penelitian ini berupa implikatur percakapan yang terdiri atas empat maksim (kerjasama) dalam meniliti implikatur percakapan Bahasa Indonesia pada kalangan remaja Masyarakat Desa Pa’Rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

2. Sumber data

Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini ialah kalangan remaja Masyarakat Desa Pa’Rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi, perekaman dan pencatatan lapangan.

1. Observasi

Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah observasi partisipan atau pengamat berperan serta (Moleong, 2006:). Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin percakapan remaja Masyarakat Desa Pa’rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Peran serta peneliti dibatasi hanya pada hal- hal yang relevan dengan penelitian. Yang diamati adalah segala gejala, peristiwa yang berhubungan dengan bentuk-bentuk percakapan.

2. Perekaman

Perekaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menggunakan radio kaset (tape recorder). Hal ini dilakukan ketika remaja tersebut sedang melakukan komunikasi atau perckapan baik pada situasi formal maupun pada situasi non formal.

3. Pencatatan lapangan

Pencatatan lapangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan

dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data penelitian.

Pencatatan lapangan digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi dan perekaman.

D. Teknik Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data di atas, maka data yang diperoleh dengan mengidentifikasikan dan mengklasifikasi data-data percakapan para remaja, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan makna implikatur percakapan tersebut.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab terdahulu telah kita ketahui bahwa pengertian implikatur adalah pesan tersirat (implisit) yang dicoba untuk disampaikan oleh seorang penutur dalam suatu percakapan.

Pemakaian implikatur dalam percakapan sehari-harinya sebenarnya sangat penting kita gunakan. Hal ini disebabkan oleh adanya situasi yang mengharuskan seseorang untuk berbicara sehalus mungkin agar pendengar tidak merasa tersinggun atau marah, namun demikian maksud yang hendak disampaikan dapat tercapai. Bahkan keberhasilan seorang diplomat juga sangat ditentukan oleh permainan kata-kata yang digunakan.

Kesalah tafsiran dan ketidak tepatan andaian maupun kesimpulan implikatur oleh pesapa atas implikatur yang telah dipergunakan oleh pesapa,tidak akan terjadi apabila penyapa bertanggung jawab pada kemampuan pesapa menafsir, memahami, membuat andaian, dan menghasilkan kesimpulan implikatur yang tepat.

Oleh karena itu, untuk menangkap kandungan maksud tersirat sebuah implikatur, diperlukan kemampuan penafsiran atau penginterpretasian. Ketepatan penafsiran ini banyak sekali berhubungan dengan wawasan seseorang tentang alam sekitar dan budaya yang mengintari suatu percakapan. Selain itu, implikasi

juga sangat tergantung pada konteks tertentu yang melingkupi ujaran yang mendahululuinya.

Berikut penulis akan menganalisis implikatur yang cukup banyak dijumpai dalam percakapan bahasa Indonesia kalangan remaja Masyarakat Desa Pa’rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

A. Penyajian Hasil Penelitian

Data yang akan dianalisis dalam karya tulis ini adalah merupakan kata- kata yang sering digunakan oleh penutur bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari khusus remaja Masyarakat Desa Pa’rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

1. Menyatakan penolakan atas suatu ajakan

Implikatur yang menyatakan penolakan atas suatu ajakanadalah bentuk pengungkapan implikatur yang bertujuan agar orang yang ditolak permintaannya tidak merasa tersinggung.

a. Penolakan dengan menggunakan jawaban yang berupa alasan.

(1) Percakapan antara Arif dan teman kelasnya.

A : Arif , sebentar ada acara tinju di TV One B : Saya punya Ujian besok

(2) Percakapan antara tuan rumah dengan tamunya.

A : Silahkan dicicipi kuenya!

B : Saya lagi mual

(3) Percakapan antara anak dan ibunya.

A : Belum berangkat juga kamu Andi!

B : Mama belum dating Indah

Pada contoh (1) adalah percakapan antara dua orang remaja. Remaja (A) berusaha mengajak remaja (B) untuk menonton tinju di TV yang akan disiarkan langsung. Apabila kita perhatikan percakapan tersebut, seakan-akan ungkapan penyapa (A) dan jawaban yang diberikan pesapa (B) tidak berkaitan, hal ini disebabkan ungkapan remaja (A) merupakan kalimat pernyataan bukan kalimat ajakan, begitu, begitu pula jawaban remaja (B) termasuk ungkapan pernyataan, bukan kalimat persetujuan atau penolakan.

Berdasarkan konteks pembicaraan, mereka dapat saling memahami, sebab dari pernyataan remaja (A) yang berisi suatu informasi mengenai adanya acara tinju di TV One yang disiarkannya secara langsung, maka dapat ditafsirkan oleh remaja (B) sebagai pesan yang tersirat dibalik pernyataan itu, bahwa ia diajak nonton tinju di TV.

Demikianlah halnya dengan jawaban yang diberikan oleh remaja (B) dapat ditafsirkan oleh remaja (A) sebagai bentuk penolakan, walaupun pesapa (B) hanya mengatakan “saya punya ujian besok”.

Berdasarkan teori implikatur yaitu teori dasar prinsip kerja sama, dalam percakapan ini ungkapan yang dikatakan oleh remaja (B) sebagai pesapa telah mengabaikan aturan “Kuantitas” karena

tidak seinformatif dengan apa yang dibutuhkan dalam konteks percakapan ini.

Data (2) adalah percakapan antara dua remaja yang saling bersilaturahmi di rumah teman kampusnya. Dalam konteks percakapan ini, remaja (A) selaku tuan rumah, mempersilahkan kepada tamu, yakni remaja (B) untuk mencicipi makanan yang telah disediakan. Secara lahiriah percakapan diatas seakan-akan tidak berhubungan, disebabkan karena jawaban yang diberikan oleh remaja (B). Namun berdasarkan konteks percakapan, apa yang dikatakan remaja (B) yang sementara merasa mual dapat ditafsirkan oleh penyapa (A) sebagai jawaban pengetahuan dari penyapa (A) bahwa yang sementara mual tidak baik memakan sesuatu yang dapat merangsang lambung, seperti kue yang telah dihidangkan.

Ucapan dari (B) “saya lagi mual ini” sebagai tamu mengharapkan agar tuan rumah tidak tersinggung karena makanan (kue) yang telah dihidangkan tidak makannya.

Dilihat dari teori dasar prinsip kerja sama dalam suatu percakapan, apa yang dikatakan oleh remaja (B) adalah ungkapan yang mengabaikan aturan “Hubungan” yaitu perkataan tidak relevan, sehingga secara lahiriah tampaknya percakapan diatas tidak berkaitan.

Dan Data (3) adalah percakapan yang terjadi antara dua orang remaja yang bersaudara dan tinggal bersama dalam satu rumah. Dalam konteks percakapan ini, apa yang dikatakan oleh remaja (A) sebagai kakak (orang yang lebih tua) ditanggapi sebagai perintah untuk berangkat kesuatu tujuan oleh remaja (B) sebagai adik (yang lebih mudah), sekalipun ucapan mahasiswa (A) atau kakaknya bukan merupakan kalimat perintah. Demikian halnya jawaban yang diberikan oleh (B) atau adik dapat ditafsirkan oleh (A) bahwa remaja (B) belum berangkat karena kakaknya belum datang. Percakapan ini kelihatannya tidak berhubungan, namun berdasarkan konteks pembicaraan keduannya baik (A) maupun remaja (B) dapat saling memahami.

b. Penolakan dengan diberikan syarat atau kondisi sebagai pengganti penolakan.

(4) Percakapan antara beberapa orang dengan seorang yang baru saja membeli koran.

A : Boleh kami pinjam majalahnya?

B : Majalah itu baru saja saya beli.

(5) Percakapan antara guru dan siswa.

A : Apa bapak memanggil saya?

B : Sekarang ini saya mencari ketua himpunan kamu.

Data (4) adalah percakapan yang terjadi antara penyapa (A) agar dipinjamkan majalah milik pesapa (B), karena (B) sedang memegang majalah.

Jika melihat jawaban yang diberikan oleh (B) yang mengatakan “majalah itu baru saja saya beli” dapat ditafsirkan sebagai penolakan atau keberatan untuk meminjamkan majalahnya.

Karena (B) sendiri baru saja membelinya di toko, tentunya (B) juga belum sempat membaca majalah tersebut.

Berdasarkan teori dasar Kerja sama, jawaban yang diberikan oleh pesapa (B) mengutamakan aturan “kuantitas” yaitu di (B) tidak memberikan informasi yang berlebihan. Berdasarkan konteks pembicaraan ini, pesapa (B) berusaha memberikan jawaban yang tidak membuat penyapa (A) tersinggung karena tidak dapat dipinjamkan majalah.

Data ke (5) adalah konteks pembicaraan yang terjadi antara seorang siswa dan seorang guru. Dalam konteks ini siswa mengira bahwa dirinya dipanggil oleh guru tersebut, di lain pihak pesapa (B) memberi tanggapan kepada penyapa (A) dengan mengatakan

“sekarang ini saya sedang mencari ketua himpunanmu”.

Berdasarkan konteks, si penyapa (A) dapat menafsirkan apa yang dikatakan oleh pesapa (B) sebagai suatu ungkapan penolakan, bahwa bukan dia yang dipanggil/ dicari, karena penyapa (A)

menyadari bahwa yang dicari-cari oleh pesapa (B) bukan dia tetapi ketua himpunannya.

Jika dilihat dari teori prinsip kerja sama, apa yang dikatakan oleh pesapa (B) adalah ungkapan yang mengabaikan aturan “kuantitas” karena dia (B) mengatakan bahwa dia tidak butuh dengan penyapa (A).

c. Penolakan Diimplikasikan dengan Sebuah Komentar (6) Percakapan antara Rudi dan Andi dalam Rumah.

A : Rudi, tolong ambilkan sepatuku!

B : Kamu sudah besar.

(7) Percakapn antara orang yang sudah saling kenal.

A : Malam ini kamu cantik sekali.

B : Sayang, tidak ada uang kecil.

Data (6) adalah konteks pembicaraan antara Rudi dan Andi yang tinggal bersama dalam satu rumah. Dalam percakapan tersebut penyapa (A) memintah tolong kepada Andi (B) yang sementara duduk untuk diambilkan sendalnya.

Sedangkan pesapa (B) menanggapi dengan mengatakan

“Kamukan sudah besar”, dapat ditafsirkan oleh penyapa (A) sebagai ungkapan penolakan atas permintaanya untuk diambilkan sendalnya. Karena pernyatan pesapa (B) diatas berarti (A) dapat mengambil sepatunya sendiri karena ia bukan anak kecil lagi. Jadi

dalam hal penyapa (A) telah ditolak permintaanya untuk diambilkan sendalnya.

Jika kita melihat teori dasar prinsip Kerja sama dalam konteks percakapan ini, pesapa (B) kelihatan mengabaikan aturan hubungan karena jawabannya, tidak relevan .

Data (7) adalah dialog yang sering terjadi dikalangan orang yang sudah saling mengenal. Karena dalam situasi tertentu, ungkapan semacam ini sering kali digunakan untuk mengawali suatu percakapan.

Pernyataan dari penyapa (A) yang mengatakan “mala mini kamu cantik sekali) sebenarnya merupakan bentuk kekaguman kepada pesapa (B) yang mungkin pada saat itu penampilannya lain dari biasanya. Tetapi karena ungkapan ini begitu lazim dipergunaka orang pada saat bertemu kembali karena begitu lama tidak berjumpa atau ungkapan untuk mengawali percakapan maka orang yang mendapat Fujian tersebut menganggap hanya basa basi saja. Demikian halnya pesapa (B) menafsirkan atau menganggap pertanyaan penyapa (A) sebagai ungkapan basa basi saja.

Sebenarnya pernyataan pesapa (B) yang mengatakan “Sayang tidak ada uang kecil” adalah suatu bentuk protes kepada penyapa (A) bahwa sebenarnya dia (B) tidak suka dengan Fujian yang diberikan oleh remaja (A)

Berdasarkan teori dasar kerja sama dalam konteks percakapan ini, pesapa (B) mengabaikan aturan “hubungan” karena tampaknya tidak ada kerelevanan dalam percakapan ini.

d. Penolakan yang Diimplikasikan dengan Sebuah Usul (8) Percakapan Adik dan kakak.

A : Kak tolong bantu saya kerja tugas ini!

B : Itu, di meja ada buku paket.

Data (8) adalah konteks pembicaraan antara seorang kakak dengan adiknya, yang dalam percakapan ini penyapa (A) Memperlihatkan tugas yang belum selesai kepada pesapa (B) sebagai seorang kakak, unutk meminta bantuan diselesaikan.

Setelah penyapa (A) mendapat tanggapan atas pernyataan itu yang menyatakan “ itu ada buku paket”. Penayapa (A) beranggapan bahwa kakaknya (B) menolak membantu menyelesaikannya. Dan pesapa (B) berharap agar tugas (A) yang belum selesai diselesaikan dengan melihat yang ada dalam buku paket tersebut.

Berdasarkan teori dasar kerja kerjasama dalam percakapan ini melanggar maksim “Hubungan” karena perkataannya tidak relevan.

2. Menyatakan Perintah Atau Suruhan

(9) Percakapan antara seorang kakak dan adiknya.

A : Wan, sudah jam berapa sekarang?

B : Sebentar lagi sudah selesai kok bu.

Data (9) adalah dialog antara seorang anak dengan ibunya (B), yang dalam konteks percakapan ini pesapa (B) sebagai anak sedang menyelesaikan suatu pekerjaan pada malam hari bersama beberapa orang temannya. Sebelum pekerjaan itu selesai, (A) sebagai penyapa menegur pesapa (B) dengan ucapan “Wan, sudah jam berapa sekarang?” dapat ditafsirkan oleh pesapa (B) sebagai ungkapan yang bukan untuk berarti menanyakan waktu yang ditunjukan jarum jam pada saat itu, tetapi merupakan suatu teguran terhadap (A) segera pulang karena larut malam.

Jika dilihat konteks percakapan tersebut, maka berdasarkan teori dasar prinsip kerja sama. Ungkapan dari penyapa (A) telah mengabaikan aturan “Cara”, karena maksud dari ucapan itu adalah teguran, bukan menanyakan waktu.

3. Mengemukakan Alasan Atas Suatu Pertanyaan

(10) Percakapan seoran Mahasiswa dengan teman kampungnya A : Wah hebat, Dian sekarang menjadi bintang kampus!

B : Dian kan pintar.

(11) Percakapan Rani dengan temannya.

A : Rani kemana Sit?

B : Saya baru saja bersamanya . (12) Percakapan Rahma dengan Andi.

A : Temanmu cantik sekali B : Siapa duluh dong temannya.

Data (10) adalah percakapan yang terjadi antara dua orang remaja, dan sedang membicarakan salah seorang temannya yang sekarang sudah mulai popular sebagai seorang bintang kampus. Dilihat dari jawaban pesapa (B) atau pernyataan pesapa (A), sebenarnya tidak memiliki hubungan. Karena biasanya orang yang menjadi bintang kampus adalah orang cantik yang cantik dan cukup gaul. sedangkan bermodal kepintaran hanya sebagai pendukung untuk meraih keberhasilan seseorang. Namun percakapan diatas dapat ditafsirkan bahwa penyapa (A) menyaksikan kemampuan temannya yang bernama Dian dalam berpikir dan bernalar , dan jawaban dari remaja (B) yang mengatakan bahwa “Dian kan pintar” dapat ditafsirkan oleh

penyapa (A) bahwa orang yang mau menjadi bintang kampus sekarang ini haruslah orang yang pintar, sekalipun tanpa kecantikan dan tanpa harus menjadi anak gaul.

Berdasarkan teori dasar kerja sama, ungkapan yang dikatakan oleh pesapa (B) menghindari penggunaan “Kualitas”

yaitu dengan tidak mengatakan sesuatu yang tidak dapat didukung dengan bukti yang cukup,akan tetapi dalam percakapan ini dia (B) telah mengabaikan aturan “cara”, yaitu dengan tidak memperjelas maksud yang sebenarnya.

Data (11) adalah konteks percakapan antara Rani dengan seorang temannya yang bernama Rahma dan sedang membicarakan Sita, salah satu teman mereka.

Dalam percakapan ini, apa yang dikatakan oleh pesapa (B) ditafsirkan oleh penyapa (A) sebagai ungkapan protes bahwa tidak akan mungkin ia (B) mengetahui kemana Sita pergi, karena (B) baru saja bersama (Sita) dan tentunya tidak tahu situasi yang pada saat itu.

Jika dilihat dari teori dasar kerja sama jawaban yang diberikan oleh pesapa (B) telah mengabaikan aturan “Cara” karena dia memberi komentar yang tidak jelas. Hal ini terjadi karena menghindari penggunaan aturan “kualitas” yaitu jangan memberikan informasi yang tidak dapat didukung oleh bukti yang cukup.

Data (12) adalah bentuk percakapan antara Rahma dengan Andi, dalam hal ini (A) sebagai penyapa dengan salah seorang temannya yang cantik yaitu (B) sebagai pesapa.

Mendengar pujian itu pesapa (B) member komentar dengan mengatakan “ siapa duluh dong temannya”, oleh penyapa (A) dapat ditafsirkan bahwa pesapa (A) menyatakan temannya kelihatan cantik karena merupakan temannya.

Menurut teori dasar prinsip kerja sama dalam percakapan, ungkapan yang dikatakan oleh pesapa (B) telah mengabaikan “maksim cara” karena tidak memberikan penjelasan tentang hal yang dia maksudkan, dengan kata lain dia (B) menghindari kejelasan.

4. Mengemukakan Suatu Jawaban Dengan Mengimplikasikan pada Objek Lain

(13) Percakapan tentang kapan pulangnya.

A : Kapan kita pulang?

B : Kita kan belum makan siang.

(14) Percakapan mengenai sepeda motor.

A : Berapa jam lagi kita sampai tujuan ?

B : Kira-kira 15 kilo meter lagi kita akan sampai.

Data (13) pada konteks ini adalah pembicaraan tentang waktu untuk pulang. Penyapa (A) ingin mengetahui dan menanyakan kepada pesapa (B), dan mendapat jawaban yang mengatakan “kita belum makan siang”

Jawaban tersebut dapat ditafsirkan oleh pesapa (B) akan mengatakan bahwa mereka tidak akan pulang sebnelum mereka makan siang duluh. Sekalipun hal ini tidak dikatakan langsung oleh pesapa (B), hal ini dimengerti oleh penyapa (A) karena pada saat itu waktu makan siang telah dekat.

Berdasarkan teori dasar prinsip kerja sama, ungkapan yang dikatakan oleh pesapa (B) telah mengabaikan aturan catau maksim “cara” yaitu telah member informasi yang kurang jelas kepada penyapa (A). Dengan kata lain pesapa (B) tidak menghindari ketidakjelasan informasi. Hal ini disebabkan pesapa (B) mengutamakan aturan “Kuantitas” yaitu tidak ingin memberikan informasi yang terlalu berlebihan, karena ia (B) tidak tahu tepatnya jam berapa mereka akan pulang.

Data (14) adalah percakapan yang terjadi pada suatu perjalanan dengan mengendarai sepeda motor. Dalam perjalanan tersebut pesapa (B) yang dibonceng menanyakan waktu atau lama perjalanan untuk sampai ketujuan.

Dalam konteks percakapan ini secara lahiriah apa yang dikatakan oleh penyapa (A) maupun pesapa (B) kelihatannya tidak berkaitan. Karena dalam konteks ini penyapa (A) menanyakan waktu dalam jam bukannya jarak dalam kilo meter untuk sampai ketujuan. Akan tetapi jawaban yang diberikan oleh pesapa (B) meskipun tidak mengatakan waktu dalam jam yang akan ditempuh,

Dalam dokumen "iull ztJii (Halaman 51-62)

Dokumen terkait