• Tidak ada hasil yang ditemukan

"iull ztJii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan ""iull ztJii "

Copied!
96
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Jika dilihat dari teori asas kerjasama, maka yang diucapkan oleh penyapa (B) merupakan tuturan yang mengabaikan kaidah “kuantitas” karena dia (B) menyatakan tidak membutuhkan penyambut (A). Dalam percakapan tersebut, apa yang diucapkan oleh penyambut (B) dimaknai oleh penyambut (A) sebagai ungkapan protes bahwa (B) tidak mungkin mengetahui kemana perginya Sita karena (B) baru saja berada. dengan (Sita) dan tentu saja dia tidak mengetahui situasi saat itu. Dalam konteks percakapan ini, secara sekilas apa yang dikatakan oleh penyambut (A) dan penyambut (B) tampak tidak berhubungan.

Tujuan Penulisan

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Penilitian Relevan

Pengertian Pragmatik

Konsep kebutuhan perlokusi, yaitu akibat atau apa yang dihasilkan oleh kalimat atau ujaran. sesuatu) sebagai predikat, secara ilokusi kalimat ini menanyakan tentang sesuatu (merupakan pernyataan), namun secara perlokusi tergantung situasi dan konteks kalimat tersebut bermakna atau diterima sebagai “pernyataan tidak percaya”. Konteks didefinisikan sebagai latar belakang pengetahuan apa pun yang diyakini dimiliki dan disepakati oleh pembicara dan pendengar tentang apa yang dimaksudkan pembicara dalam ujaran tertentu. Menurut Brown Yule (1996), istilah implikatur digunakan untuk menjelaskan apa yang mungkin dimaksudkan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur, yang mungkin berbeda dengan apa yang sebenarnya diucapkan oleh penutur.

Implikasi tuturan digunakan untuk menjelaskan makna tersirat di balik apa yang diucapkan atau dituliskan sebagai sesuatu yang tersirat. Menurut Grice (dalam Wahid 1996) implikasi ini digunakan untuk menjelaskan apa yang tersirat, disarankan atau apa. Atau dengan kata lain implikasi adalah apa yang menjelaskan perbedaan antara apa yang diucapkan dan apa yang dimaksudkan (Nababan, 1987).

Makna nonalamiah adalah apa yang dimaksudkan dalam situasi tindakan komunikasi atau pesan yang hendak dikomunikasikan. Dalam satu situasi, kesantunan dasar lebih dominan. atau menentukan dan dalam situasi lain dan dasar kerja sama adalah apa yang menentukan apa yang patut diucapkan oleh penutur dan bagaimana menafsirkan atau menafsirkan apa yang didengarnya. Kita akan memahami dengan lebih jelas pentingnya dasar kerja sama dan implikasi percakapan yang mendasarinya jika kita memperhatikan apa yang terjadi ketika aturan dasar kerja sama dilanggar atau tidak dipatuhi.

Tafsir: sangat jelas bagi M dan pendengarnya bahwa apa yang diucapkan atau diucapkan secara lahiriah oleh M adalah sesuatu yang tidak ia yakini, dan bagi pendengarnya M mengetahui hal tersebut jelas bagi pendengarnya.

Implikatur

Peranan penafsiran makna implikatur tidak hanya sekedar merealisasikan setiap implikasi dari suatu konteks tertentu, melainkan berperan dalam pembentukan isi yang dapat diacu dalam suatu tuturan yang merupakan syarat utama yang penting dalam segala konteks. implikasi. Grice (dalam Wijana. 1996), bahwa terdapat seperangkat prinsip kooperatif yang mengatur aktivitas percakapan sebagai tindakan berbahasa yang harus dilakukan antara penutur dan lawan bicaranya. Pepatah ini memerintahkan setiap peserta pembicaraan untuk meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan orang lain.

Teorema ini mensyaratkan bahwa setiap peserta hukum tutu memaksimalkan kerugian bagi dirinya sendiri dan meminimalkan keuntungannya sendiri. Prinsip ini mengharuskan setiap peserta percakapan memaksimalkan rasa hormat terhadap orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat terhadap orang lain. Prinsip ini mengharuskan setiap peserta percakapan memaksimalkan rasa tidak hormat terhadap diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat terhadap diri sendiri.

Prinsip ini menggariskan agar setiap pembicara dan lawan bicaranya memaksimalkan kesepakatan di antara mereka dan meminimalkan ketidaksesuaian di antara mereka. Prinsip ini mengharuskan setiap peserta pembicaraan memaksimalkan perasaan simpati dan meminimalkan perasaan antipati terhadap lawan bicaranya. Dalam percakapan sehari-hari, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan baik fungsi maupun kerja.

Dalam keadaan lain, prinsip kerja samalah yang menentukan apa yang harus diucapkan oleh pembicara dan bagaimana pendengar harus menafsirkan (menafsirkan) apa yang didengarnya (Nababan, 1987). P.

Konteks Wacana

Bagi peserta ini, latar belakang (sosial, budaya, dll) dan keadaan objektif peserta (fisik, mental, kemampuan bahasa, dll) diperhitungkan. Pemahaman terhadap topik pembicaraan akan memudahkan dalam memahami isi pembicaraan, karena percakapan yang berbeda akan menghasilkan bentuk wacana yang berbeda pula. Faktor yang mempengaruhi makna wacana adalah latar peristiwa. Latar peristiwa dapat berupa tempat, keadaan psikologis para partisipan atau segala hal yang menyebabkan peristiwa tuturan itu terjadi.

Tempat lebih berpengaruh terhadap peristiwa tutur lisan, sedangkan keadaan psikologis para partisipan selain mempunyai pengaruh terhadap peristiwa tutur lisan juga banyak berpengaruh terhadap peristiwa tutur tertulis. a) Latar peristiwa menentukan latar belakang wacana, misalnya di kedai kopi, jika pelanggan mengatakan 'Teh, Bu!' katakanlah, maka pelayan toko akan mengartikan pernyataan tersebut sebagai 'segelas teh'. Beda kalau bilang 'teh, Bu!'. Jika diucapkan di toko, pelayan karakter akan mengartikannya sebagai 'daun teh kering', bukan 'air teh'. Contoh: jika seseorang dalam keadaan normal mengucapkan kata 'Bagus!' katakan kepada seseorang yang berprestasi maka itu adalah pujian, sebaliknya jika seseorang mengatakan 'Bagus!' Beritahu seseorang

Ketika tautan diucapkan, kode dapat dipilih dari salah satu dialek bahasa yang ada. Pemilihan kode bahasa yang tidak tepat mempunyai dampak yang cukup besar terhadap efektifitas komunikasi, yaitu akan timbul kesalahpahaman komunikasi. Peristiwa tutur yang dimaksud di sini adalah peristiwa tutur tertentu yang menyelenggarakan kegiatan bertutur, misalnya pidato, percakapan, seminar, sidang pengadilan, dan sebagainya.

Hymes (1975:75) menyatakan bahwa peristiwa tutur berkaitan erat dengan latar peristiwa, dalam arti peristiwa tutur tertentu akan terjadi dalam konteks situasi tertentu.

Perkembangan Remaja

Berdasarkan teori implikatur yaitu teori dasar prinsip kerjasama, dalam percakapan ini ungkapan-ungkapan yang diucapkan remaja (B) sebagai sapaan telah mengabaikan kaidah “Kuantitas” karena. Berdasarkan teori dasar kerjasama, jawaban yang diberikan oleh orang (B) lebih mengedepankan kaidah “kuantitas”, yaitu pada (B) tidak memberikan informasi yang berlebihan. Berdasarkan teori dasar kerjasama dalam konteks percakapan ini, penyambut (B) mengabaikan “aturan rasio” karena sepertinya tidak ada relevansinya dalam percakapan ini.

Melihat teori dasar kerjasama, pembicara (B) mengabaikan aturan “Bagaimana” dalam jawabannya dengan memberikan komentar yang tidak jelas. Berdasarkan teori dasar prinsip kerjasama, ungkapan yang diucapkan oleh penyambut (B) mengabaikan kaidah atau maksim “cara”, artinya menyampaikan informasi yang tidak jelas kepada penyambut (A). Melihat bentuk percakapan di atas berdasarkan teori prinsip dasar kerjasama, maka ungkapan-ungkapan yang diucapkan oleh penyapa (B) kurang memberikan informasi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penyapa (A).

Konteks percakapan di atas didasarkan pada teori dasar prinsip kerjasama, ungkapan sapaan (A) mengabaikan kaidah “bagaimana” karena sapaan tersebut tidak menjelaskan maksud sebenarnya. Sesuai dengan teori dasar prinsip kerjasama, percakapan yang diucapkan dengan sapaan (A) sebagai guru mengabaikan aturan. cara" karena tidak menjelaskan arti sebenarnya. Dilihat dari teori dasar prinsip kerja sama dalam suatu percakapan, jawaban yang diberikan pembicara (B) mengabaikan kaidah “bagaimana” karena tidak menjelaskan maksud sebenarnya.

Dalam perbincangan bahasa Indonesia di kalangan remaja di Desa Pa'rasangan Beru, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, prinsip gotong royong bekerja dan bekerja dalam suatu situasi.

Fokus Penelitian dan Desain Penelitian

Data dan Sumber Data

Yang dimaksud dengan data adalah informasi yang digunakan sebagai dasar kajian analitis penggunaan implikatur dalam percakapan bahasa Indonesia. Sehubungan dengan itu, data dalam penelitian ini berupa implikatur percakapan yang terdiri dari empat maksim (kolaborasi) dalam kajian implikatur percakapan bahasa Indonesia pada remaja di Masyarakat Desa Pa’Rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Sumber data dalam penelitian ini adalah remaja Masyarakat Desa Pa'Rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Untuk melaksanakan prinsip kerjasama, setiap penutur harus mematuhi 4 kaidah percakapan, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Antara asas kerjasama dan asas kesantunan dijelaskan bahwa asas kerjasama diperlukan untuk memudahkan dalam menjelaskan hubungan makna dan daya penjelas sehingga sangat memadai terutama untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam bidang semantik. yang menggunakan pendekatan berbasis kebenaran. Namun asas kerjasama sendiri tidak dapat menjelaskan mengapa orang sering menggunakan cara tidak langsung dalam menyampaikan makna dan apa hubungan makna dan kekuasaan dalam jenis kalimat yang bukan kalimat proposisional/deklaratif (non-deklaratif).

Ada sebagian orang yang dalam situasi tertentu lebih mengutamakan asas kesantunan di atas asas kerjasama, atau mengutamakan salah satu maksim kesopanan di atas maksim kesopanan lainnya. Namun dapat dikatakan bahwa dalam mengatur tuturan partisipan, asas kesantunan berperan dalam menjaga keseimbangan sosial dan keramahtamahan hubungan, karena hanya dengan hubungan seperti itulah diharapkan partisipan lain mau bekerjasama. Hal ini terjadi dalam suatu kegiatan kolaboratif berupa pertukaran informasi yang sebenarnya dibutuhkan oleh kedua belah pihak.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan selalu bertentangan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Grice dalam Leech yang menyatakan bahwa jika kita ingin bersikap sopan sering kali kita menghadapi konflik antara prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan sehingga kita harus memutuskan sejauh mana kita berada di antara prinsip tersebut akan bernegosiasi. kerjasama dan asas kesopanan. Prinsip kerja sama menentukan apa yang harus diucapkan oleh pembicara dan bagaimana pendengar harus menafsirkan apa yang didengarnya.

Judul Skripsi: Implikasi Percakapan Bahasa Indonesia di Kalangan Remaja pada Masyarakat Desa Parasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

PENUTUP

Saran

Penggunaan implikatur, yaitu suatu bentuk penggunaan bahasa yang diciptakan sedemikian rupa, perlu diperhatikan, karena akan mendorong kreativitas berbahasa dan mengembangkan kesantunan dalam berkomunikasi. Meskipun penggunaan implikatur dalam komunikasi perlu ditingkatkan, namun bukan berarti kita harus meninggalkan cara-cara komunikasi yang eksplisit (sederhana), karena terkadang pengungkapan pikiran atau perasaan justru lebih baik jika diungkapkan secara langsung (overtly eksplisit). Tempat/Tanggal Lahir : Bontokanang, 15 November 1993 Fakultas : Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Bahasa dan Sastra Indonesia.

True melakukan penelitian di Desa Parasangan Beru, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar untuk menyelesaikan disertasi yang berjudul Implikasi Percakapan Bahasa Indonesia di Kalangan Remaja pada Masyarakat Desa Parasangan Beru, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalr. Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya serahkan kepada tim penguji adalah karya saya sendiri dan bukan ciptaan orang lain atau buatan orang lain. Oleh karena itu, saya membuat pernyataan ini dan siap menerima sanksi apabila pernyataan tersebut tidak benar.

Referensi

Dokumen terkait

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : MUNIKA RIKANI NIM : 10535 5903 14 Jurusan : Pendidikan Bahasa Inggris Judul Skripsi : Using Concept Sentence Method