• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perspektif Fiqh Muamalah Terhadap Praktek Arisan dengan Sistem

Praktek arisan merupakan kegiatan muamalah yang tidak pernah disinggung dalam al-Qur’an maupun Ass-Sunnah jadi hukumnya dikembalikan kepada hukum asal muamalah yaitu mubah (boleh) selama tidak ada dalil yang melarangnya. Adapun prisip atau dasar hukum dalam muamalah yaitu

1. Pada dasarnya segala bentuk muamalah itu hukumnya mubah

ِءاأي ْش أ ْ

اَل ى ِف ُل ْص اَل أ أ

ِِتألاأماأعُ ْلْا ىِف ( هِف ألا ِخ ىألأع ِليلّدلا َّلأد اأم َّلاِإ ،ُةأحاأبِالإ ِ)

ِِِ

Artinya :

“Pada dasarnya (asalnya) pada segala sesuatu (pada persoalan mu’amalah) itu hukumnya mubah, kecuali jika ada dalil yang menunjukkan atas makna lainnya.”

Ayat ini menjelaskan segala bentuk muamalah itu hukumnya mubah kecuali ada dalil lain yang melarangnya begitupun dengan praktek arisan, praktek arisan akan dibolehkan selama tidak mengandung unsur- unsur yang tidak dibolehkan dalam Islam seperti riba, gharar, dan maisir a. Riba.

Yakni adanya penambahan transaksi tanpa adanya pengembalian yang seimbang.63 Hukum Islam melarang penambahan pengembalian baik dalam transaksi jual-beli ataupun utang piutang yang dilakukan secara bathil.

Adapun dalil yang melarang memakan riba pada Al-Qur;an surat Al-Imran ayat 130, yakni

اِاوُلُكۡاَتِ َلِّا ۡوُنَمٰاِ َن ۡيِذَّلاِاَهُّيَاـ ٰۤي

ًِةَف َع ٰضُّمِاًفاَع ۡضَاِاوٰٰٓبِّرل

ِ ۡۡ ُكَّلَعَلَِ ّٰاَلِاوُقَّتا َوِ ِِۖ

َِن ۡوُحِل ۡفُت

Artinya : “Hai orangoorang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan.”

Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman janganlah mengambil tambahan pinjaman melebihi jumlah modal yang dipinjamkan dan janganlah mengambil bunga yang terus

63 Prof. Dr.Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Garapindo Persada,2010) hlm 57

bertambah hingga berlipat ganda. Karna kalian akan mendapatkan keberuntungan jika menjauhi segala jenis riba. Adapun hadist riwayat Baihaqi yang berbunyi

(يقهيبا هج هوخا): اَبِرْلَا ِه ْوُجَو َوُهَف ةَعَفْنَم َرَج ضْرَق ُلك Artinya : “Semua utang yang menyeret pada manfaat itu adalah

sebagian dari macam riba. (Hr Baihaqi)

Dalam hukum Islam ada berbagai macam jenis riba, tapi peneliti kini memfokuskan untuk membahas jenis riba qardh. Riba qardh merupakan riba yang dihasilkan oleh tambahan untuk pengembalian atas pokok pinjaman yang diisyaratkan oleh pemberi pinjaman kepada pihak debitur.64 Berdasarkan pengertian tersebut jadi peneliti menyimpulkan bahwa arisan dengan sistem tembak di Desa Kediri Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat mengandung unsur riba qardh, karna dalam praktek sistem tembak tersebut yang diuntungkan adalah anggota yang ditembak karna selain mendapatkan uang arisan yang utuh anggota tersebut juga mendapatkan pengurangan iuran yang dkeluarkan.

2. Muamalah harus bersifat sukarela

َت ْنَأ َّلاِإ ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلاَوْمَأ اْوُلُكْأَت َلا اْوُنَمآ َنْيِذَّلا اَهُّيآي ْمُكْنِم ضَرَت ْنَع ًةَراَجِت َنْوُك

اًمْيِحَر ْمُكِب َناَك َالله َّنِإ ْمُكَسُفْنَأ اْوُلُتْقَت َلاَو .

- ءاسنلا : 92

Artinya :

“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

64 Ibid,,… Hal 61

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (QS.

an-Nisa :29)

Ayat ini menjelaskan mengenai segala bentuk praktek muamalah harus dengan sukarela tanpa ada paksaan begitupun dengan arisan. Praktek arisan yang dilakukan di Desa Kediri Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat ini sudah sesuai dengan ayat diatas karna setiap anggota yang menikuti arisan semuanya atas dasar kemauan sendiri tanpa ada unsur keterpaksaan dari pihak lain.

3. Muamalah harus melalui pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat dalam bermasyarakat.

َراَرِض َلاَو َرَرَض َلا ْنَأ ىَضَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله َلْوُسَر َّنَأ ِتِماَص ِنْبا َةَدَابُع ْنَع .

-

هاور ةجام نباو دمحأ

Artinya :

Dari Ubadah bin Shamit; bahwasanya Rasulullah saw menetapkan tidak boleh berbuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Ayat tersebut menjelaskan segala bentuk muamalah harus mendatangkan manfaat dan menghidari mudharat dalam bermasyarakat, praktek arisan yang dilakukan di Desa Kediri Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat ini telah mengacu pada ayat diatas karna setiap anggota yang mengikuti arisan merasa sangat terbantu khususnya dalam segi perekonomian warga setempat.

4. Muamalah dilakukan dengan memelihara nilai-nilai keadilan dan menghindari unsur-unsur penganiayaan dalam pengambilan kesempatan.

ْظَت َلا ْمُكِلاَوْمَأ ُسْوُؤُر ْمُكَلَف ْمُتْبُت ْنِإَو ِهِلْوُسَرَو ِالله َنِم بْرَحِب اْوُنَذْأَف اْوُلَعْفَت ْمَل ْنِإَف َن ْوُمِل

َن ْوُمَلْظُت َلاَو .

- ةرقبلا :

972

Artinya :

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangim.

dan jika kamu bertaubat (dari mengambil riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (QA. Al-Baqarah: 279)

Dalam Praktek arisan yang dilakukan di Desa Kediri Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat ini uang arisan yang diterima oleh anggota arisan berbeda-beda hal ini disebabkan karna adanya sistem tembak. Jumlah uang arisan yang diterima oleh anggota yang melakukan sistem tembak tergantung dari penawaran yang dilakukan pada saat menembak, semakin besar tawaran yang dilakukan maka semakin kecil uang arisan yang didapat. Masing-masing anggota yang melakukan arisan dengan sistem tembak ini mendapatkan uang arisan yang berbeda-beda, hal itu disebabkan karna perbedaaan jumlah penawaran yang dilakukan dan perbedaan jumlah anggota yang ditembak. Sehingga arisan dengan sistem tembak ini menimbulkan ketidakadilan dan ketidak seimbangan antara jumlah iuran yang dikeluarkan dengan jumlah uang yang didapatkan dan perbedaan uang arisan yang diterima oleh masing-masing anggota.

Berdasarkan dasar hukum yang peneliti cantumkan diatas bahwa praktek arisan pada dasarnya dibolehkan akan tetapi ada beberapa persyaratan atau batasan dimana arisan itu tidak boleh dilakukann misalnya jika praktek arisan tesebut mengandung unsur-unsur yang tidak diperbolehkan seperti riba,dan ketidakadilan sehingga arisan tersebut dapat menimbulkan mudharat. Selain itu dasar hukum yang disebutkan diatas tidak hanya mencankup tentang arisan saja tetapi semua praktek muamalah lainnya hanya saja karna skripsi ini lebih spesifik membahas tentang arisan maka unsur-unsur yang disebutkan adalah dasar unsur umum dalam setiap prakterk muamalah.

Dan juga Seperti yang sudah dijelaaskan pada bab sebelumnya bahwa arisan merupakan bentuk muamalah yang menggunakan akad utang-piutang. Dalam hukum Islam akad utang-piutang diperbolehkan karna mengandung unsur tolong-menolong. Namun walaupun utang- piutang diperbolehkan akan muncul permasalahan jika adanya tidak kesesuaian antara rukun dan syarat dalam sebuah akad tersebut. Jadi sebuah akad bisa dinyatakan rusak apabila dalam akad tersebut mengandung unsur-unsur yang dilarang oleh hukum Islam walaupun terdapat kesepakatan dan keikhlasan diantara kedua belah pihak. Dengan demikian kesepakatan yang terjadi dalam praktek arisan dengan sistem tembak di Desa Kadiri Kecamatan Kediri Kabuupaten Lombok Barat ini bisa dikatakan rusak karna mengandung unsur-unsur yang tidak diperbolehkan tersebut.

Praktek arisan dengan sistem tembak di Desa Kediri Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat ini pada dasarnya sudah sesuai dengan rukun dan syarat dalam sebuah akad seperti, adanya pihak-pihak yang terlibat lansung dalam sebuah akad, uang yang diakadkan dan ijab qabul berupa kemauan dari anggota-anggota yang mengikuti arisan. Tetapi praktik arisan dengan sistem tembak yang dilakukan menjadi tidak sah karna praktek tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah yakni riba, dan ketidakadilan. Jadi praktek arisan dengan sistem tembak di Desa Kediri Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat ini tidak boleh dilakukan karna didalamnya terdapat unsur ketidakadilan dan riba, yang bertentang dengan prinsip fiqh muamalah.

61 BAB IV

Dokumen terkait