• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 32-34

C. Pembahasan Hasil Penelitian

3. Perspektif Islam Tentang Konspirasi dalam Sistem Keuangan

3. Perspektif Islam Tentang Konspirasi Dalam Sistem Keuangan Pada Film

wajib diimani oleh kaum muslimin. Islam menilai kitab acuan tersebut sudah terkontaminasi pemikiran manusia sehingga isinya bisa saja bersifat subjektif untuk kepentingan-kepentingan tertentu..

Allah berfirman dalam QS At-Thariq/86:15:

ْا ٗدۡيَكَْنوُديركَيْۡمُهَّنرإ ْ ١٥

ْ

ْ

Terjemahnya:

Sesungguhnya mereka merencanakan tipu daya (yang jahat dengan sebenar- benarnya).62

Dan Allah swt. membenci orang-orang yang menulis Kitab dengan tangannya sendiri lalu menyebutkan bahwa ini dari Allah Firman Allah yang lain dalam QS Al Baqarah/2:79:

ّْٞلۡيَوَف

ْ

ْ َنوُبُتۡكَيْ َنير َّلَّرِل

َْب َتركۡلٱ

ْردنرعْ ۡنرمْاَذ َهْ َنو ُلوُقَيَّْمُثْۡمرهيردۡيَأرب ْ

ْر َّللٱ

ْ

ْۡشَيرل

ْ اوُ َتَر

ْرهرب

ُْبرسۡكَيْاَّمرِمْمُه َّلّْٞلۡيَوَوْۡمرهيردۡيَأْ ۡتَبَتَكْاَّمرِمْمُهَّلّْٞلۡيَوَفْ ٗلَيرلَقْاٗنَمَث ۦْ

َْنو ٧٩

ْ

ْ

Terjemahnya:

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.63

Konspirasi bankir pada film animasi The American Dream, antara lain bersekongkol mendatangkan krisis dengan pemberlakuan uang kertas yang sama sekali tidak dibackup dengan cadangan emas. Lalu menjadikannya paten sebagai mata uang.

padahal nilai kertas uang itu dari bentuk kertas hingga (dicetak) menjadi lembaran uang hanya membutuhkan biaya tidak lebih dari 5 sen. Artinya bank Federal dengan mudah

62 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, (Jakarta: Syaamil, 2005), h. 591.

63 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, (Jakarta: Syaamil, 2005), h. 12.

membubuhkan angka-angka yang jauh di atas harga 5 sen tersebut . Maka terjadilah ketidakseimbangan nilai/harga pada transaksi-transaksi yang ada.

Cara ini bekerja segan sangat ampuh dalam menjerat dan melumpuhkan suatu negara. Salah satu penemuan besar dalam kehidupan manusia yang mendatangkan dampak luar biasa merugikan, selain karena uang kertas itu sama sekali tidak dicadangkan dengan barang berharga seperti emas, yang membuat Bankir dalam waktu yang cepat mampu melipat gandakan kekayaannya.

Dalam hal ini Islam memandangnya sebagai suatu bentuk penipuan. Dan penipuan dalam ajaran Islam adalah sesuatu yang dilarang.

Sebagaimana hadis riwayat Ibnu Hibban, Rasulullah saw. Bersabda:

َْم

ْ ن

ْ

َْغ

َّْش

َْنا

ْ

َْم لاَوْ،اَّنرمْ َس يَلَف

ْرراَّلناْ رفُِْعاَدر لْاَوُْرَك

ْ

Terjemahnya:

Barang siapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka.(HR Ibnu Hibban 2:326).64

Kertas-kertas uang yang dicetak dengan ongkos yang kurang dari lima sen, bank Federal mampu mencetak (menghasilkan) selembar uang dengan nilai yang jauh di atas harga lima sen tersebut, hanya dengan melakukan penambahan angka-angka pada permukaan kertas (uang) tersebut. Praktis The Federal Reserve Bank menguasai keuangan hampir-hampir tanpa biaya.65 Sehingga bagaimana mungkin uang kertas dengan nilai itu bisa digunakan untuk kegiatan yang saling menguntungkan dalam kehidupan jika dibangun dari kebohongan dan menipuan. Hal ini yang membuat uang kertas seperti ini dipandang tidak adil sebab sedari telah mengandung kebohongan,

64 Syaikh al Bani, Ash Shahihah No. 1058

65 Z.A Maulani, Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Daseta, 2002), h. 184.

penipuan dan seterusnya dikarenakan dari padanya terdapat ketidaksetaraan nilai.

Padahal alat tukar (mata uang) untuk transaksi-transaksi harian menurut konsep dan sejarah Islam yakni dengan menggunakan alat tukar yang memiliki nilai yang sama dengan barang atau jasa yang dihargai, menggunakan komoditi tertentu sebagai alat mewujudkan keadailan tersebut dengan tetap memerhatikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap komoditi untuk alat tukar tersebut (contohnya emas), agar dicapai suatu keadilan dalam sebuah transaksi.

Adapun dalam kasus uang kertas, ini tidak lepas dari telah diharamkannya penggunaan sistem uang emas oleh Fed diikuti keberhasilannya meruntuhkan kepemimpinan Islam awal abad ke-20 yang berpusat di Turki. Dalam kebijakan pelarangan tersebut, orang-orang yang masih menggunakan emas atau yang memiliki cadangan emas akan dicap kriminal dan harus ditangkap layaknya pelaku pelanggaran dalam kasus narkotika.66 Hal ini sontak membuat orang-orang (yang masih memiliki cadangan emas) ketakutan dan berbondong-bondong menukarkan emas(mata uang)nya dengan apa yang dinamakan I.O.U, surat hutang yang dalam kedudukan dan penggunaannya secara perlahan berubah menjadi uang, bahkan menjadi ‘uang resmi’.

I.O.U sebagai cikal bakal uang kertas, dan kelahiran uang kertas secara resmi baru ada pada pada tahun 1926 dengan nama “Federal Reserve Notes”, uang kertas resmi yang dikeluarkan oleh Bank Federal Reserve, usai pelarangan emas (baik sebagai harta maupun sebagai mata uang) diberlakukan kepada masyarakat. Akibat penggunaan uang kertas tersebut, Amerika Serikat pada tahun 1929 diguncang krisis.

Penggunaan uang kertas mengalami inflasi yang membuat Amerika menjadi terpuruk

66 “The Fed Penguasa Amerika yang Sebenarnya”. Dina Sulaeman.

http://dinasulaeman.wordpress.com/2010/09/14/the-fed-penguasa-amerika-yang-sebenarnya/.

Diakses 12 Februari 2019

akibat krisis moneter. Akibatnya yaitu terjadi penurunan pendapatan di sektor ekonomi dan sebagai pantulan atas keriuhan perpolitikan di Amerika Serikat. Bahkan pada masa itu, beberapa negara di berbagai belahan dunia ikut pula merasakan efeknya.

Federal Reserve menjalankan sistem bunga dalam perbankan yang dibangunnya. Kemudian pemerintah Amerika meminjam uang kepada Federal Reserve yang dalam waktu yang lama hutang hanya akan bertupuk dan sulit dilunasi, bertumpuk dan semakin besar jumlahnya hingga pemerintah kewalahan membayar hutang pokok serta bunga dari pinjaman tersebut. Sehingga semakin menguatkanlah cengkeraman penjajahan Federal terhadap negara yang menjadi korbannya.

Padahal dalam Islam, bunga pinjaman dipandang sama dengan Riba, dan Riba dalam Islam adalah sesuatu yang dilarang. Sehingga siapapun orang yang terlibat dalam transaksi ribawi, diancam oleh Allah swt dengan siksaan yang keras:

Allah memerintahkan untuk meninggalkan riba, karena dengan meninggalkan riba, akan tidak menganiaya satu sama lain. Dalam hal ini Allah berfirman dalam QS Al Baqarah/2: 278-279:

اَهُّي َ أَٰٓ َي

ْ

َْنير َّ

لَّٱ

ْ

ْ اوُنَماَء

ْ اوُقَّتٱ

ْ

َْ َّللٱ

ْ َنرمْ َ رقَِبْاَمْ اوُرَذَو ْ

ْ آَٰوَبرِرلٱ

ْ َينرنرمۡؤُّمْمُتن ُكْنرإ ْ ٢٧٨

نرإَف ْ

ْ ْ لَْۡمُكرل َوۡم َ َ ْ ۦْ ْررلوُسَرَو ْ ْر َّللٱ ْ َنرِمْ ٖبۡرَ ربِْ اوُنَذۡأَفْ اوُلَعۡفَتْۡمَّل أْ ُسوُءُرْۡمُكَلَفْۡمُتۡبُتْنوَإِ

َْوَْنوُمرل ۡظَت

َْنوُمَل ۡظُتْ لَ َ ٢٧٩

ْ

ْ

Terjemahnya:

278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman

279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.67

67 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, (Jakarta: Syaamil, 2005), h. 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, penelitian ini menyimpulkan:

1. Representasi konspirasi bankir dalam sistem keuangan pada film animasi The American Dream antara lain berupa: Pendirian Federal Reserve dengan otoritas mengatur sistem keuangan; Perekayasaan hukum lewat perpanjangan tangan bankir di pemerintahan; Penjeratan korban dan pengembangan kekayaan lewat hutang berbunga;

Penyebaran berita bohong demi kepentingan; dan Penyingkiran dengan berbagai cara siapa pun yang dianggap melawan, menantang atau menghambat jalannya agenda- agenda konspirasi.

2. Film animasi The American Dream berusaha menyampaikan makna bahwa Amerika walaupun dikenal akan kedigdayaannya, sebenarnya juga adalah negara yang berjuang dan sangat ingin mewujudkan mimpinya sebagai selayaknya negara merdeka.

Dalam film ini Amerika berkedudukan hanya sebagai tunggangan para bankir melancarkan agenda-agendanya. Pun keberadaan Bank Sentral Federal Reserve yang dibentuk, merupakan instrumen penunjang bagi jalannya agenda-agenda konspirasi.

B. Implikasi

Implikasi penelitian ini berisikan saran-saran sebagai berikut:

1. Jika Amerika ingin merdeka, maka Amerika harus berani memutus jerat tali bankir dengan mencabut legalitas hukum Federal Reserve, menghentikan otoritasnya, dan mengembalikan wewenang departemen keuangan AS menjadi sebagaimana mestinya.

2. Akibat dari ditinggalkannya emas (sebagai sistem mata uang) dan diberlakukannya dolar (uang kertas yang tidak di-backup emas), telah cukup menghancurkan perekonomian dunia. Sehingga yang menjadi alternatif untuk mengatasi masalah inflasi dan kondisi ekonomi yang tidak stabil, sistem mata uang emas cukup bisa diandalkan, oleh karena emas sebagai mata uang telah terbukti kestabilannya dalam waktu yang cukup panjang tanpa mengalami inflasi sedikit pun dari zaman Nabi SAW hingga dihapuskannya kepemimpinan Islam di Turki tahun 1924.

3. Pemberlakuan emas sebagai sistem mata uang adalah poin tambahan khususnya bagi kaum muslimin, sebab pemberlakuannya mampu menghapuskan praktek bunga (riba) yang diharamkan Allah swt.

Buku, Skripsi dan Jurnal Al Qur’an

AB, Syamsuddin. Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta: Kencana, 2016.

Afidah, Astri Nur. Representasi Konflik Ideologi Antar Kelas Dalam Film The Help, Jurnal. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro.

Ahmad, Nurzakiyah. “Representasi Maskulinitas Baru pada Iklan Produk Kosmetik Pria dalam Majalah Berbahasa Jerman Brigitte dan Stern”, Skripsi. Depok: FIB UI, 2009.

Amaliah, Risky Nikmah. “Simbolisasi Ideologi Agama dalam Film Kartun Spongebob Squarepants (Analisis Semiologi Roland Barthes)”, Skripsi. Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, 2014.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI.

Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Asgaf, Andi Rini Pratiwi A. “Lukisan Rasa Cinta pada Film Habibie dan Ainun (Analisis Semiotika Film)”, Skripsi. Makassar, Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, 2013.

al Barry, M Dahlan. Kamus Modern Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Arkola, 1994.

Bramanti, Dani. “Paradoks American Dream pada Tokoh Tony Montana dalam Film Scarface”, Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, 2011.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta: Kencana, 2007.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Kedua. Cet. 13; Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Carr, William G. Yahudi Menggenggam Dunia. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2005.

Danesi, Marcel. Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005.

Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Cipta Aditya Bakti, 2003.

Halik, Abdul. Tradisi Semiotika Dalam Teori dan Penelitian Komunikasi. Cet. I;

Makassar: Alauddin Press, 2012.

Hall, Stuart. Repretentation: Cultural Repretentations and Signifying Practices.

London: Sage Publication, 1997.

Ibrahim, Idi Subandy dan Bachruddin Ali Akhmad. Komunikasi dan Komodifikasi:

Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.

Tentang Kepemilikan Dan Aplikasinya Menurut Sistem Ekonomi Islam”, Skripsi. Jurusan Mu’amalah Fakultas Syari’ah - Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2009.

Ismayani, “Pesan Dakwah dalam Film “Aku, Kau dan Kua” (Analisis Semiotika Ferdinand de Saussure)”, Skripsi. Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2017.

Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Yogyakarya: Prenada, 2006.

Maulani, Z.A. Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia, Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Daseta, 2002

McLuhan, Marshall. Understanding Media: The Extensions of Man. Canada: McGraw Hill, 1964.

Moekijat. Teori Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, 1997.

Mufid, Muhamad. Etika dan Filsafat Komunikasi. Cet. 4; Jakarta: Penada Media, 2015.

Noviani, R. Jalan Tengah Memahami Iklan: Antara Realitas, Representasi dan Simulasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2009.

Rahayu, Mundi, Irwan Abdullah, Wening Udasmoro. Pergeseran Nilai-Nilai Islam Dalam Cerita Aladdin: Perbandingan “Arabian Nights” dan Film Animasi Disney, Jurnal el Harakah Vol. 17 No. I (Kajian Budaya dan Media-Sekolah Pascasarjana-Universitas Gadjah Mada, 2015.

Ridyasmara, Rizki. Bankir, Bank Inggris dan The Federal Reserve. Jakarta: Pustaka Hanan, 2014.

Samanto, Ahmad Y. Illmuniati Asia: Sejarah Jaringan Konspirasi Kejahatan Internasional Fremasonry Di Asia. Bogor: Bayt Al Hikmah Institute Press, 2014.

Shihab, M. Qurasih. Tafsir Al Misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, Vol. 2.

Jakarta: Lentera Hati, 2002.

_____. Tafsir Al Misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an Vol. 5. Jakarta:

Lentera Hati, 2002.

_____. Al-Qur’an dan Maknanya. Tangerang: Lentera Hati, 2010.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Stiglitz, Joseph E. dan Linda J. Bilmes. The True Cost of The Iraq Conflict. New York:

Norton Company, 2008. (Perang Tiga Triliun Dolar: Bencana Ekonomi di Balik Invasi Amerika ke Irak). terj. M Rudi Atmoko. Bandung: Mizan, 2009.

Toemion, Theo F. Uang dan Malapetaka Dunia, “Hancurnya Neokapitalisme dan Neoliberalisme”. Jakarta: Verbum Publishing, 2009.

Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi, Aplikasi Praktis Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.

Wibowo, Wahyu. Manajemen Bahasa: Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Cet.2; Jakarta: HTI Press, 2015.

Sumber Online

Abunavis's Weblog. “Mitos dan Bahasa Media: Mengenal Semiotika Roland Barthes”. https://abunavis.wordpress.com/2007/12/31/mitos-dan-bahasa- media-mengenal-semiotika-roland-barthes/, diakses pada 3 Januari 2018.

Andri Maijar, Film Trropy Buffalo Sebagai Sebuah Parodi Kebudayaan Minangkabau dalam Estetika Posmodern. Terbit tahun 2017. Jurnal Online.

http://www.academia.edu/34666789/Film_Tropy_Buffalo_Sebagai_Sebuah_P arodi_Kebudayaan_Minangkabau_dalam_Estetika_Posmodern, Diakses 9 Juli 2018

Csinema. “2 Unsur Pembentuk Film”. http://www.csinema.com/2-unsur-pembentuk- film/, diakses pada 26 Januari 2018.

Eramuslim.com diakses 7 Mei 2018

Hadi Susanto, “Hubungan Bahasa dengan Kebudayaan”, Wong Kapetakan's Blog, https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/08/21/hubungan-bahasa-dengan- kebudayaan/, diakses pada 1 Juni 2018.

Salamatan. “Konspirasi dalam Sudut Pandang al-Qur’an (bag.1)”, http://salaamatan.blogspot.com/2015/03/konspirasi-dalam-sudut-pandang-al- quran.html, diakses pada 11 Juni 2018

Sigit Surahman, “Media Film Sebagai Konstruksi dan Representasi”. Academia.edu, https://www.academia.edu/9613958/Media_Film_Sebagai_Konstruksi_dan_R espresentasi. Diakses pada 9 Juli 2018.

Tad Lumpkin, Laman resmi Tad Lumpkin, “tadlumpkin.com,” diakses pada 5 Mei 2018

Wikipedia, “Talmud”, http://id.wikipedia.org/wiki/Talmud#Versi_Talmud, diakses pada Desember 2018.

Wikipedia. “Film Sebagai Media Komunikasi Massa”.

http://id.wikipedia.org/wiki/Film_sebagai_Media_Komunikasi_Massa, diakses Juni 2018.

YouTube.com theamericamdreamfilm, kanal YouTube resmi theamericamdreamfilm, http://www.youtube.com/user/theamericandreamfilm, diakses pada 2 April 2018

Durasi Leksia Scene 1 00:00 – 00:42

00:00-00:05 00:06-00:10 00:11-00:16 00:17-00:18 00:19-00:21 00:22 00:23 00:24

00:24 00:25 00:26 00:27 00:28-00:29 00:30 00:31 00:32

00:33 00:34-00:35 00:36 00:37 00:38-00:39 00:40:00:42

Durasi Leksia Scene 2

00:43-00:54

00:43-00:49 00:50-00:54

Durasi Leksia Scene 3

00:55-02:16

00:55-00:56 00:57 00:58-00:59 01:00-01:01 01:02-01:06 01:08 01:09-01:11 01:12-01:13

01:15-01:20 01:21 01:22-01:24 01:25 01:26-01:27 01:28-01:30 01:31 01:32

01:33-00:34 01:35 01:36 01:37-01:38 01:39 01:40-01:41 01:42-01:44 01:44

01:45-01:49 01:50 01:51 01:52-02:03 02:04-02:05 02:06 02:07 02:08

02:09-02:11 02:12-02:18

Durasi Leksia Scene 4

02:17-04:16

02:19-02:35 02:36 02:37 02:38-02:47 02:48-02:54 02:55-02:59 03:00-03:07 03:08-03:11

03:12 03:13-03:19 03:20-03:28 03:29-03:31 03:32-03:35 03:36 03:37 03:38-03:40

03:41-03:42 03:43-03:44 03:45-03:46 03:47-03:49 03:50-03:56 03:57-03:58 03:59 04:00

04:01-04:04 04:05-04:06 04:07-04:12 04:13-04:17

Durasi Leksia Scene 5

04:17-05:47

04:18 04:19-04:20 04:21-04:22 04:23 04:25 04:26 04:27-04:28 04:29-04:30

04:31-04:32 04:33-04:53 04:54-04:56 04:57 04:58-04:59 05:00-05:02 05:03 05:04-05:05

05:06 05:07 05:08-05:10 05:11-05:17 05:18 05:19-05:20 05:21-05:22 05:23-05:31

05:32-05:33 05:34-05:36 05:37-05:43 05:44-05:47

Durasi Leksia Scene 6

05:48-05:57

05:48-05:50 05:51-05:52 05:53-05:54 05:55-05:57

Durasi Leksia Scene 7

05:58-06:27

05:58-05:59 06:00-06:07 06:08-06:11 06:12-06:15 06:16-06:18 06:19-06:20 06:21-06:25 06:26-06:27

Durasi Leksia Scene 8

06:28-08:00

06:28 06:29-06:40 06:41-06:42 06:43 06:44-06:49 06:50-06:53 06:54 06:55-07:13

07:14-07:16 07:17-07:20 07:21-07:30 07:31-07:32 07:33-07:34 07:35-07:45 07:46 07:47

07:48-07:56 07:57-08:00

Durasi Leksia Scene 9

08:01 08:02 08:03 08:04-08:16 08:17-08:18 08:19-08:20 08:21-08:24

08:25-08:26 08:27-08:30 08:31-08:33 08:34-08:39 08:40-08:45 08:46-08:57 08:58-08:59 09:00-09:02

Durasi Leksia Scene 10

09:03-12:523

09:03-09:24 09:25-09:24 09:25-09:30 09:31-09:38 09:39-09:43 09:44 09:45-09:47 09:48

09:49 09:50-09:58 09:59-10:01 10:02 10:03-10:07 10:08 10:09 10:10-10:12

10:13-10:18 10:19-10:20 10:21-10:27 10:28-10:37 10:38-10:44 10:45-10:52 10:53-10:56 10:57-10:59

11:00 11:01-11:02 11:03 11:04-11:19 11:20 11:21-11:22 11:23-11:25 11:26-11:27

11:28-11:29 11:30 11:32-11:33 11:34 11:35-11:37 11:38-11:42 11:43-11:44 11:45-11:49

11:50-11:51 11:52-11:55 11:56-11:57 11:58 12:00-12:02 12:03-12:06 12:07 12:08-12:11

12:12-12:14 12:15-12:18 12:19-12:20 12:21-12:28 12:29-12:30 12:31-12:33 12:34-12:50 12:51-12:52

12:53

Durasi Leksia Scene 11

12:54-13:06

12:54-12:55 12:56-13:00 13:01 13:05-13:06

Durasi Leksia Scene 12

13:07-13:54

13:07-13:11 13:12-13:14 13:15-13:12 13:22 13:23 13:24 13:25-13:31 13:32-13:34

13:35 13:36-13:38 13:39-13:42 13:43-13:54

Durasi Leksia Scene 13

13:55-16:48

13:55-13:56 13:57 13:58-14:20 14:21-14:26 14:27-14:28 14:29-14:31 14:32-14:38 14:39-14:42

14:43 14:44 14:45-14:46 14:47 14:48-14:49 14:50-14:53 14:54 14:55-14:56

14:57 14:58-15:01 15:02-15:03 15:04 15:05 15:06-15:07 15:08 15:09

15:10-15:11 15:12 15:13-15:14 15:15-15:21 15:22 15:23-15:24 15:25 15:26

15:30-15:35 15:36-15:38 15:39-15:41 15:42 15:45-15:49 15:50-15:55 15:56-15:59 16:00-16:09

16:00-16:12 16:13-16:20 16:20-16:23 16:24-16:25 16:26-16:30 16:31-16:32 16:33-16:34 16:35-16:37

16:38-16:39 16:40-16:42 16:43-16:45 16:46-16:49

Durasi Leksia Scene 14

16:50-17:57

16:50 16:51 16:52-16:53 16:54-16:55 16:57 16:58 16:59-17:00 17:01-17:09

17:10 17:11-17:24 17:25-17:28 17:29-17:38 17:39-17:49 17:50-17:54 17:55-17:56 17:57

Durasi Leksia Scene 15

17:58-18:12

17:58-18:00 18:01 18:02-18:04 18:05-18:09 18:10-18:12

18:13-19:00

18:13-18:16 18:17 18:19 18:20-18:21 18:22-18:28 18:29-18:35 18:36-18:37 18:38

18:43-18:45 18:46-18:55 18:56 18:57 18:58-19:00

Durasi Leksia Scene 17

19:01-19:14

19:01-19:3 19:04-19:07 19:08 19:12-19:14

Durasi Leksia Scene 18

19:15-20:40

19:15-19:23 19:24-19:26 19:27-19:32 19:33-19:34 19:35-19:42 19:43-19:50 19:51-19:52 19:53

19:54-19:57 19:58-19:59 20:00 20:01-20:04 20:05-20:14 20:15-20:20 20:21-20:32 20:33-20:34

20:35-20:38 20:39-20:40

Durasi Leksia Scene 19

20:41-22:08

20:41-20:44 20:45-20:47 20:48-20:50 20:51 20:52-20:54 20:55-20:57 20:58-20:59 21:00-21:08

21:09-21:10 21:11-21:12 21:13-21:14 21:15-21:18 21:19-21:21 21:22-21:24 21:25-21:27 21:28

21:30-21:34 21:35-21:36 21:37-21:43 21:44-21:46 21:47 21:48-21:51 21:52-21:55 21:56-22:03

22:04-22:05 22:06-22:07 22:08

Durasi Leksia Scene 20

22:09-22:35

22:09-22:11 22:12-22:13 22:14-22:15 22:16 22:17 22:18 22:19-22:21 22:20

22:22-22:23 22:24 22:25-22:29 22:30-22:32 22:33-22:35

Durasi Leksia Scene 21

22:36-23:13

22:36-22:44 22:45-22:46 22:47-22:48 22:49-22:50 22:51-23:02 23:03-23:04 23:05 23:06-23:13

Durasi Leksia Scene 22

23:14-24:07

23:14-23:21 23:22-23:23 23:24-23:36 23:37-23:41 23:42-23:43 23:44 23:45 23:46

23:47 23:48 23:49 23:50 23:51 23:52-23:55 23:56

23:58-23:59 24:01 24:02-24:03 24:04 24:05-24:07

Durasi Leksia Scene 23

24:08-25:53

24:08-24:22 24:23-24:29 24:30-24:35 24:36-24:43 24:44 24:45-24:48 24:49-24:51 24:52-24:54

24:55 24:56-24:59 25:00-25:01 25:02-25:05 25:06-25:09 25:10-25:12 25:13-25:14 25:15-25:19

25:20-25:21 25:22 25:23-25:25 25:26 25:27 25:28 25:29-25:30 25:31-25:34

25:35-25:41 25:42-25:44 25:45-25:47 25:48-25:53

Durasi Leksia Scene 24

25:54-28:33

25:54-25:56 25:57-25:58 25:59-26:02 26:03-26:04 26:05-26:06 26:07 26:08 26:09-26:11

26:12-26:16 26:17-26:21 26:22 26:23-26:25 26:26-26:28 26:29-26:30 26:31 26:33

26:33 26:33-26:38 26:39 26:42 26:43-26:45 26:46-26:48 26:49-26:54 26:55-27:06

27:05-27:07 27:08-27:21 27:22-27:24 27:25 27:26 27:27-27:29 27:30-27:31 27:32-27:33

27:34-27:37 27:38-27:41 27:42-27:45 27:46-27:48 27:49-27:51 27:52-27:54 27:55-27:56 27:57-27:58

27:59-28:01 28:02-28:05 28:06-28:07 28:08-28:09 28:10-28:11 28:12-28:16 28:17-28:18 28:19-28:20

28:21-28:24 28:25-28:27 28:28 28:29-28:33

Durasi Leksia Scene 25

28:34-30:05

28:34-28:40 28:41-28:50 28:51-28:56 28:57-29:01 29:02-29:06 29:07-29:12 29:13-29:17 29:18-29:23

29:24-29:28 29:29-29:33 29:34-29:39 29:40-29:44 29:45-29:49 29:50-29:57 29:58-30:05