• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIS ......................................................................... 11-31

C. Tinjauan Umum Tentang Film

Film dibuat dengan latar belakang produksi yang rumit melibatkan banyak orang dengan tugas dan fungsi masing-masing. Film dikonsep sedemikian rupa, dengan seleksi pemain, lokasi, kostum, musik serta unsur-unsur lainnya.

Keberadaan film memberikan beberapa nilai fungsi di tengah masyarakat.

Sebagai media komunikasi, seyogianya film bisa memberikan fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya, dan ekonomi, selain fungsi hiburan kepada masyarakat. Di samping untuk mencapai nilai profit bisnis, film juga berfungsi untuk mentransmisikan pesan dari si pembuat film kepada khalayak. Dengan fungsi mentransmisikan pesan tersebut, film telah mengambil peran dalam sebuah proses komunikasi. Bentuk komunikasi yang mentransmisikan pesan kepada khalayak luas pada saat sama. Hal ini disebut dengan istilah komunikasi massa. Tidak ada kontak langsung antara si pengirim dan si penerima pesan dalam bentuk komunikasi ini. Pesan disampaikan melalui medium seperti televisi, radio, majalah, surat kabar, atau yang lainnya, termasuk juga film. Film dalam bentuk komunikasi ini mengacu pada model komunikasi linear yang sifatnya searah. Dalam hal ini si pembuat film akan mengirimkan pesan melalui saluran tertentu, yaitu film itu sendiri dengan muatan pesan yang berisi ide cerita, kemudian ditujukan kepada penerima, yaitu penonton.37

Penyampaian pesan lewat film pun sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan referensi komunikan ketika menginterpretasikan sebuah film. Film berkemampuan mengantarkan pesan secara unik sesuai jenisnya. Tiap-tiap konsep film akan sesuai dengan konsep pesan yang disampaikannya. Untuk itu setiap pembuat film berkewajiban membuat konsep film yang sesuai dengan aturan dan layak dikonsumsi

37 “Media Komunikasi”. http://id.wikipedia.org/wiki/Media_Komunikasi. Diakses pada Juni 2018

oleh masyarakat.38 Adapun film dengan segala teknologinya akan turut memengaruhi masyarakat saat mengonsumsi pesan, seperti dikatakan McLuhan bahwa teknologi dapat mengekstensi kemampuan manusia.39 Teknologi memiliki andil dalam proses komunikasi. Sementara jika dilihat dari proses produksinya, teknologi dalam pembuatan film dapat mengekstensi kemampuan si pembuat film untuk membuat film dengan detil ruang dan waktu tertentu.

Dari segi penonton, para penonton terbantu dengan adanya teknologi film, sebab dapat menikmati suasana dan nuansa di tahun tertentu, di suatu negara tertentu, melalui pertunjukan film. Juga telah memudahkan akses semua jenis film mancanegara tanpa harus pergi langsung ke negara bersangkutan.40 McLuhan juga memberikan konsep medium is the message yang diartikan bahwa teknologilah yang menjadikan film sebagai media pembawa pesan.41 Dengan kata lain teknologi film-lah yang membawa pesan dan dikemas dalam gabungan audio dan visual, serta mampu bercerita banyak hal dalam waktu singkat.

Adapun media yang dipergunakan mengakses film, masyarakat mempunyai keleluasaan dalam memilih teknologi media mana sesuai kebutuhannya. Misalnya, beberapa orang lebih memilih menonton di bioskop daripada menonton lewat DVD atau internet. Ada juga yang saat ini lebih senang menggunakan gawai untuk menonton film tanpa harus pergi ke bioskop.

38 “Film Sebagai Media Komunikasi Massa”.

http://id.wikipedia.org/wiki/Film_sebagai_Media_Komunikasi_Massa, diakses Juni 2018.

39 Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014) h. 95.

40 “Film Sebagai Media Komunikasi Massa”.

http://id.wikipedia.org/wiki/Film_sebagai_Media_Komunikasi_Massa, diakses Juni 2018.

41Marshall McLuhan, Understanding Media: The Extensions of Man, (Canada: McGraw Hill, 1964) h.9.

Perlu diingat bahwa bahasa film adalah bahasa suara dan gambar, dan keberhasilan seseorang memahami film secara utuh amat dipengaruhi oleh pemahamannya terhadap unsur pembentuk film, yakni unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur ini saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain.

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film, dalam hal ini unsur-unsur itu seperti tokoh, masalah (konflik), lokasi, dan waktu.42 Sedangkan unsur sinematik dalam sebuah film adalah aspek teknis yang mendukung produksi film dalam mengolah unsur naratif. Unsur sinematik dalam film mencakup empat elemen pokok yakni: Mise-en-scene, pengeditan, suara, dan sinematografi.

Dalam pembuatan film, dijumpai aspek Sinematografi yang merupakan sebuah bentuk seni yang sangat unik untuk gambar bergerak.43 Dalam sinematografi terdapat beberapa teknis sudut pengambilan gambar dan juga ukuran gambar yang juga terpengaruh dalam penyaluran pesan.

Sudut pengambilan gambar (Angle) dengan penjelasan masing-masing sebagai berikut:

a) Bird Eye View, adalah teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan posisi kamera di atas ketinggian objek. Sudut pengambilan ini misalnya dilakukan dari helikopter atau dari gedung bertingkat tinggi.

b) High Angle, adalah sudut pengambilan gambar dengan posisi kamera tepat berada di atas objek, teknik pengambilan gambar seperti ini memiliki arti dramatik yaitu kecil atau terpuruk.

42“2 Unsur Pembentuk Film”, CSinema, http://www.csinema.com/2-unsur-pembentuk-film/, diakses pada 26 Januari 2018.

43 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2009), h. 17.

c) Eye Level, adalah sudut pengambilan gambar yang sejajar dengan posisi objek, sehingga gambar yang diperoleh tidak ke atas atau ke bawah. Teknik ini tidak menghasilkan efek dramatik tertentu.

d) Low Angle, adalah sudut pengambilan gambar dengan posisi kamera berada dari bawah objek (kebalikan dari high angle). Teknik ini memiliki arti di antaranya:

kebesaran, keagungan, kesombongan dan kekuasaan.

e) Frog Eye Level, adalah sudut pengambilan gambar setinggi mata kaki atau setinggi mata kodok, yang memiliki kesan dramatis, memperlihatkan suatu pemandangan yang aneh, ganjil, atau menarik tapi diambil dengan variasi tak biasa.

Adapun kategori ukuran gambar adalah sebagai berikut:

a) Extrim Close Up (ECU), hanya fokus pada satu bagian saja.

b) Big Close Up (BCU), bagian dari close up, dengan ukuran lebih kecil.

c) Close Up (CU), hanya menampilkan wajah seukuran penuh.

d) Medium Close Up (MCU), menampilkan seseorang dengan ukuran dada ke atas.

e) Medium Shot (MS), menampilkan seseorang sekadar dari batas pinggang ke atas.

f) Medium Long Shot (MLS), menampilkan seseorang sebatas lutut ke atas.

g) Long Shot (LS), menampilkan seseorang secara utuh dari kepala hingga kaki.

h) Extrim Long Shot (ELS), tidak menonjolkan subjek, penekanan lebih kepada latar di mana subjek berada.