• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perspektif Komunikasi dalam Program PNPM – PISEW KSK

BAB II BAB II

1. Kriteria Infrastruktur untuk Sarana Kesehatan

2.7. Perspektif Komunikasi dalam Program PNPM – PISEW KSK

4. Memiliki keterkaitan dengan daerah lain (complementarity) baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku.

5. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal dengan skala produksinya.

6. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalnya keamanan, sosial budaya, informasi, peluang pasar, kelembagaan, fasilitas infrastruktur dan lain-lain.

pikiran atau ide (kebijakan) yang disampaikan dimana gambaran mental yang dispersepsikan penerima, persis sama dengan yang dibayangkan oleh pembuat kebijakan.

Dalam PNPM PISEW unsur komunikasi berfungsi terutama dalam;

pengendalian, motivasi, pengungkapan, emosi , dan informasi ( W.G.Scott dan Mitchell ;1976 ). Selanjutnya ( Goldhaber; 1979) mengatakan bahwa “makna”

dapat terbaca melalui ; tubuh dan penampilan, gerak - gerik, sentuhan, sikap tubuh secara umum, suara ( volume, intonasi, kecepatan), ekspresi wajah, dan seterusnya.

Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup berorganisasi dan bermasyarakat.

Professor Wilbur Schramm (1971) misalnya menyebut komunikasi,dan masyarakat, adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Begitu pun suatu organisasi atau Lembaga Keswadayaan Masyarakat, tanpa jalinan komunikasi yang baik, mustahil organisasi atau lembaga itu dapat berjalan dengan baik.

Everett M Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang banyak memberikan riset komunikasi, membuat definisi bahwa “komunikasi adalah proses dimana suatu ide (kebijakan) dialihkan dari sumber ( pembuat kebijakan ) kepada satu penerima ( kelompok masyarakat ) atau lebih, dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka“.

Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) dengan melahirkan definisi baru yang menyatakan “komunikasi

adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam“. Jika kebijakan harus diimplementasikan secara tepat, ukuran implementasi mesti tidak hanya diterima, namun mesti juga jelas bagi mereka. Jika tidak, para pelaksana kebijakan akan kacau dengan apa yang seharusnya mereka lakukan.

Definisi-definisi yang dikemukakan tersebut, belum mewakili semua definisi komunikasi yang dibuat banyak pakar. Untuk itu, Shannon dan Weaver (1949) memberi pengertian komunikasi sebagai bentuk integral manusia yang saling berpengaruh satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Artinya, dengan mengimplementasikan program kebijakan PNPM-PISEW ini, mungkin meliputi berbagai ragam tindakan yang dapat mengintegrasikan berbagai pihak yang saling membutuhkan.

Frank Dance dalam Little John (1995) melihat komunikasi dari unsur penilaian normative. Ia mengatakan bahwa “komunikasi adalah pertukaran verbal dari suatu pemikiran atau ide“. Asumsi ini berangkat dari suatu pemikiran atau ide dalam bentuk kebijakan dimana komunikasi secara sukses dipertukarkan untuk dapat diimplementasikan secara sukses pula. Dengan demikian, komunikasi sebagai suatu proses pengoperan ‘makna’ yang mengandung arti dari satu pihak (seseorang atau pembuat kebijakan) kepada pihak lain (penerima kebijakan) dalam usaha mendapatkan saling pengertian.

Bertolak dari beberapa definisi tersebut, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa komunikasi terdapat di segala bidang lapangan kehidupan, apakah itu di

birokrasi, parlemen, lembaga politik, organisasi kemasyarakatan, dan semacamnya. Terdapat dua indikator yang dapat dipakai ( atau digunakan) dalam mengukur keberhasilan veriabel komunikasi, yaitu :

a. Persamaan Tingkah laku (The Coommonness of human behavior).

Tujuan komunikasi adalah berupaya mempersamakan tingkah laku manusia (common the human behavior). Dalam teori biologi menyebutkan bahwa yang mendorong manusia sehingga ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya, dipengaruhi oleh adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan mencapai suatu keberhasilan , dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Dengan demikian, bagaimana program PISEW ini dapat dipertahankan, dikomunikasikan, dan disesuaikan dengan lingkungan dimana kebijakan itu dimplementasikan tanpa mengalami distorsi yang berarti.

Lazarfeld menyebut adanya “pengaruh personal“. Perspektif tampak pada model “two step flow of communication”. Dalam model ini, informasi bergerak melewati dua tahap. Pada satu sisi, informasi kebijakan bergerak pada sekelompok individu yang relatif lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Pada sisi lain, informasi bergerak dari orang-orang tertentu - “pemuka pendapat” – dan kemudian melalui saluran-saluran interpersonal disampaikan kepada individu yang bergantung kepada mereka dalam hal informasi. Studi media massa dan opini publik, Katz dan Lazarsfeld (1977) menemukan bahwa media massa tidak membuat pengaruh langsung atas kebanyakan individu.

b. Perubahan Tingkah laku ( Behavioral Changes )

Variabel lain mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan, adalah efek media, meski belum diperoleh kesepakatan yang jelas mengenai efek media tersebut, apakah bersifat langsung atau tidak langsung, memberikan pengaruh yang besar, kecil atau tidak sama sekali. Namun teori komunikasi menunjukan adanya efek-efek media terhadap individu, kelompok masyarakat, maupun terhadap organisasi.

Menurut Robert (Schramm dan Robert, 1977 : 359) ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah “perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media“. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media. Sedangkan Chaffe dalam Wilhoit dan Harold de Bock (1980 : 78) berpendapat bahwa ada 3 (tiga) pendekatan untuk melihat efek media. Pertama, melihat efek media massa baik yang berkaitan dengan pesan maupun dengan media itu sendiri. Kedua, melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak penerima informasi (perubahan kognitif), perubahan perasaan atau sikap (perubahan afektif), dan perubahan perilaku (behavioral).

Ketiga, meninjau satuan observasi yang dikenal efek komunikasi, apakah individu,kelompok masyarakat, organisasi birokrasi, lembaga politik, atau bangsa.

Sangatlah jelas bahwa perubahan tingkah laku itu terletak pada gembaran yang ada di kepala setiap orang (picture in our head) setelah menerima signal komunikasi mengenai suatu kebijakan yang disampaikan media, dan dianalisa, dicermati kemudian menentukan sikap dalam pemberian makna isi pesan yang diterima,dan selanjutnya menjelma dalam tingkah laku diri seseorang.