• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Dasar Ergonomi Kognitif

Dalam dokumen Ergonomi dan Faal Kerja (Halaman 34-39)

ERGONOMI KOGNITIF

C. Prinsip Dasar Ergonomi Kognitif

Kognitif atau kognisi (cognition) adalah sebuah proses mental untuk mengetahui yang di dalamnya terdapat aspek kesadaran (awareness), persepsi (perseption), penalaran (reasoning), dan juga keputusan (judgement). Proses mental kognitif mencakup akuisisi (acquisition), penyimpanan (storage), pemanggilan (retrieval), dan penggunaan (use) pengetahuan dan informasi (Branaghan and Lafko, 2019). Keilmuan kognitif atau keilmuan kognitif juga dapat didefinisikan sebagai studi kognitif itu sendiri. Ini mencakup pembentukan prototype dari fenomena, atau yang biasa disebut persepsi; rasioning;

pemecahan masalah / pemecahan masalah; pembelajaran / pembelajaran; dan ingatan / ingatan. Dalam ergonomi kognitif, fokusnya adalah pada pengaruh timbal balik antara pekerjaan dan pikiran. Ergonomi kognitif memiliki banyak kesamaan dengan psikologi kognitif, tujuannya bukan untuk mencoba memahami sifat kognisi manusia melainkan untuk menggambarkan bagaimana kognisi manusia mempengaruhi pekerjaan dan dipengaruhi oleh pekerjaan (Hollnagel, 1997).

Membahas tentang Ergonomi Kognitif, tentu memiliki konsep dasarnya, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.2.

23 Gambar 2. 2 Ilustrasi Awal Ergonomi Kognitif

Sumber: (De Fockert and Wu, 2009)

Dari ilustrasi Gambar 2.2, jika dilihat dalam waktu singkat, manakah lingkaran hijau yang lebih besar? Pasti rata- rata orang akan menjawab lingkaran hijau sebelah kanan lah yang memiliki ukuran lebih besar, tetapi jika melihatnya dalam waktu yang cukup lama dan menggunakan alat bantu ukur secara teliti, maka ukuran lingkaran hijau sebelah kanan dan sebelah kiri memiliki ukuran yang sama besar (Massaro and Anderson, 1971). Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? karena adanya lingkaran-lingkaran berwarna abu-abu yang ada disekitarnya, padahal informasi tentang lingkaran abu-abu ini sebenarnya tidak relevan dalam tugas membandingkan lingkaran hijau tetapi pada saat manusia melakukan proses kognitif dalam hal ini yaitu membandingkan, secara sadar atau tidak sadar manusia membandingkannya secara relatif, lingkaran hijau yang kanan terlihat lebih besar karena manusia secara relatif membandingkannya dengan lingkaran abu-abu kecil disekitarnya, sementara yang di sebelah kiri terlihat lebih kecil karena secara sadar atau tidak manusia membandingkannya dengan lingkaran abu-abu di sebelah kiri.

Hal ini disebut dengan Ebbinghaus Illusion (De Fockert and Wu, 2009).

24

Dari ilustrasi pada Gambar 2.2, didapatkan setidaknya ada dua poin, yang pertama membandingkan, atau memberi judgement adalah salah satu contoh proses kognisi yang dialami manusia, didalamnya manusia akan menggunakan indra mata untuk menangkap stimulus seperti dalam contoh kali ini adalah gambar, kemudian akan diproses di dalam otak dengan cara membandingkan, itulah proses kognitif yang terjadi dan ternyata hasil perbandingannya pun tidak akurat. Poin yang kedua adalah dalam beberapa kasus yaitu manusia saat menggunakan kemampuan kognitif nya, manusia melakukan error atau kesalahan, bisa dibayangkan untuk tugas yang sangat sederhana seperti ilustrasi Gambar 2.2, rata-rata manusia sudah melakukan kesalahan, bagaimana jika membicarakan tugas- tugas yang jauh lebih rumit yang menggunakan proses kognisi proses mental atau proses berpikir.

Untuk memperdalam pemahaman mengenai prinsip dasar ergonomi kognitif dapat dilihat dari ilustrasi gambar pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Ilustrasi Gambar Sumber: Google

25 Menurut anda apa yang akan dilakukan ketika berjalan di suatu tempat dan bertemu dengan ilustrasi Gambar 2.3., kemungkinan ada dua kelompok orang menjawab yaitu yang pertama adalah mereka yang kemudian balik kanan dan kabur, sementara yang kedua adalah jalan terus dan tidak peduli. Hal ini adalah sebuah fenomena yang menarik karena untuk manusia yang berbeda, melihat informasi yang sama, stimulus yang sama yaitu melihat di jalan seperti gambar ilustrasi, akhirnya mereka akan mengambil keputusan yang berbeda, hal tersebut dikarenakan proses yang terjadi di dalam otak, yaitu sebuah proses yang biasa disebut proses berpikir proses mental atau proses kognitif.

Pertama kali anda melihat hal pada Gambar 2.3 maka ada sebuah tahapan yang disebut tahapan sensasi (sensation), mata sebagai salah satu dari lima panca indera akan menangkap sinyal secara visual yang disebut Sense Sensation sebagai bagian dari proses kognisi, kemudian sesudah itu informasi tadi akan dikirim ke otak, kemudian disana akan terjadi proses mental dan nanti akan tergantung pada pengalaman di masa lalu, tata nilai yang dimiliki, dan believe system yang dianut maka akan muncul persepsi. Sebagai contoh jika seseorang memiliki pengalaman membaca berita tentang seekor anjing yang menggigit manusia, pelaku kejahatan yang bertato, maka sudah tertanam di dalam memorinya membentuk sebuah konsepsi persepsi bahwa seekor anjing adalah menggigit, orang bertato adalah preman, itulah persepsi yang muncul penggabungan antara sensasi dengan apa yang sudah dimiliki dalam memori. Contoh dari proses kognisi untuk kelompok orang yang lain mungkin justru berbeda berdasarkan memori atau tata nilai yang dimiliki bahwa seekor anjing adalah hewan peliharaan yang lucu dan menggemaskan, atau makin banyak tato pada tubuh seseorang makin menunjukkan nilai seni yang tinggi, sehingga ketika melihat seekor anjing atau orang yang tidak dikenal dan bertato yang dia lakukan adalah mendekati dan tidak merasa terancam.

26

Dari penjelasan sebelumnya, jika digabungkan maka ergonomi kognitif adalah secara prinsip tetap kembali ke Gambar 2.1 yaitu “Fitting the Task to the Human tetapi untuk ergonomi kognitif menjadi “Fitting the (cognitive) Task to the Human” yang artinya task dari ergonomi kognitif difokuskan pada tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang memerlukan proses kognisi, sebagai contoh sederhana cognitive task yaitu olahraga catur karena olahraga ini tidak hanya memerlukan ketahanan fisik saja tetapi sebagian besar memerlukan kognisi.

Gambar 2.4 menunjukkan segitiga framework ergonomi kognitif.

Gambar 2. 4 Segitiga Framework Ergonomi Kognitif Dari Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa penekanan ada pada bagian cognitive task yang didominasi oleh tugas-tugas kognitif, seperti fitur dan karakteristik tertentu, kemudian tugas-tugas yang nanti lebih difokuskan pada memorizing, tugas-tugas yang lebih kearah decision-making under uncertainty atau risky decision dll. Dibagian lain ada human cognition atau orang yang melakukan tugas-tugas yang lebih ke arah kognitif, seperti sensasi, kemampuan untuk melakukan persepsi, kemampuan mengingat dan sebagainya, dilihat dari dua sisi kemampuan (capability) serta keterbatasannya (limitation). Kemudian saat ditemukan bahwa cognitive task dan human cognition tidak cocok, tidak harmonis, atau tidak fit, maka tugas dari ergonom adalah

27 mencari intervensinya atau cara-cara upaya kita untuk membuat kecocokan terjadi sehingga produktivitas dari orang dan sistem menjadi naik, well-being termasuk didalamnya kenyamanan, kebahagiaan, job satisfaction, dan seterusnya juga akan naik.

Dalam dokumen Ergonomi dan Faal Kerja (Halaman 34-39)