• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ergonomi dan Faal Kerja

N/A
N/A
586@Aditia Satria Ramadhan

Academic year: 2025

Membagikan "Ergonomi dan Faal Kerja"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

ERGONOMI DAN FAAL KERJA

Nur Juliana, S.K.M., M.Kes Agus Hindarto Wibowo, S.T., M.Sc.

dr. Anggi Setiorini, M.Sc., AIFO-K dr. Noverial, SpOT

Vidya Avianti Hadju, S.Gz., M.P.H Kartinasari Ayuhikmatin Sekarjati, ST., M.Sc.

Putri Ayuningtias Mahdang, S.KM., M.KKK Nur Cahyani Amaliawati Rahmat, S.K.M., M.Kes

dr. Kinik Darsono, MMed.

PENERBIT CV.EUREKA MEDIA AKSARA

(4)

ii

ERGONOMI DAN FAAL KERJA Penulis : Nur Juliana, S.K.M., M.Kes

Agus Hindarto Wibowo, S.T., M.Sc.

dr. Anggi Setiorini, M.Sc., AIFO-K dr. Noverial, SpOT

Vidya Avianti Hadju, S.Gz., M.P.H

Kartinasari Ayuhikmatin Sekarjati, ST., M.Sc.

Putri Ayuningtias Mahdang, S.KM., M.KKK Nur Cahyani Amaliawati Rahmat,S.K.M., M.Kes dr. Kinik Darsono, MMed.

Editor : Dr.Mubarak, M.Sc

Penyunting : Dr. Rahmawati, SKM., M.Kes Desain Sampul : Eri Setiawan

Tata Letak : Rizki Rose Mardiana ISBN : 978-623-151-587-2

Diterbitkan oleh : EUREKA MEDIA AKSARA, SEPTEMBER 2023 ANGGOTA IKAPI JAWA TENGAH

NO. 225/JTE/2021 Redaksi:

Jalan Banjaran, Desa Banjaran RT 20 RW 10 Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga Telp. 0858-5343-1992

Surel : [email protected]

Cetakan Pertama : 2023

All right reserved

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya tanpa seizin tertulis dari penerbit.

(5)

iii KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan, kesempatan dan kemudahan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan buku dengan judul ‘’Ergonomi dan Faal Kerja‘’. Buku ini disusun atas kerjasama dan kolaborasi dosen dari beberapa perguruan tinggi sebagai perwujudan kegiatan tridarma.

Sebagaimana diketahui bahwa kemajuan teknologi saat ini telah banyak memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan kemajuan industri sehingga membantu mengurangi terjadinya kecelakaan kerja, cedera, kelelahan kerja dan stres akibat kerja.

Namun disisi lain kemajuan teknologi mengakibatkan berbagai dampak negatif yang merugikan yaitu terjadinya polusi di tempat kerja, kecelakaan kerja yang menyebabkan kecacatan bahkan kematian dan penyakit akibat kerja. Ergonomi dan faal kerja sangat dibutuhkan dalam segala bidang. Penerapan ergonomi dapat dilakukan dimana saja, baik di lingkungan rumah, lingkungan sosial dan lingkungan tempat kerja. Setiap masyarakat pekerja atau masyarakat sosial perlu menerapkan prinsip ergonomi agar tercipta kenyamanan, keselamatan dan kesehatan kerja serta produktivitas kerja secara optimal.

Secara garis besar buku ini membahas bagian-bagian menarik dan penting yang terdiri dari 9 BAB antara lain:

BAB 1 Pengantar Ergonomi BAB 2 Ergonomi Kognitif BAB 3 Postur Kerja BAB 4 Repetitive Motion

BAB 5 Organisasi Kerja dan Kebutuhan Gizi Kerja BAB 6 Ergonomi Untuk Orang Tua

BAB 7 Kelelahan Kerja

BAB 8 Keluhan Muskuloskeletal

BAB 9 Stres Akibat Kerja: Penyebab, Dampak, dan Strategi Mengatasi

Penulis menyadari apabila dalam penyusunan buku ini terdapat beberapa kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Olehnya itu, kami dengan senang hati secara terbuka menerima

(6)

iv

kritik dan saran dari para pembaca. Hal tersebut sangat diperlukan sebagai bagian dari upaya kami untuk terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan karya selanjutnya.

Kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan maupun penerbitan buku ini kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, sehingga buku ini bisa ada dihadapan para pembaca. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Muna, 05 September 2023

Penulis

(7)

v DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB 1 PENGANTAR ERGONOMI ... 1

A. Pendahuluan ... 1

B. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi ... 2

C. Definisi Ergonomi... 5

D. Tujuan, Manfaat dan Prinsip Ergonomi ... 7

E. Ruang Lingkup Ergonomi ... 8

F. Faktor Risiko dan Penerapan Ergonomi... 12

G. Bidang Studi dan Kajian Ergonomi ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 18

BAB 2 ERGONOMI KOGNITIF ... 20

A. Pendahuluan ... 20

B. Pengertian Prinsip Dasar Ergonomi ... 20

C. Prinsip Dasar Ergonomi Kognitif ... 22

D. Proses Kognitif ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 34

BAB 3 POSTUR KERJA ... 36

A. Pendahuluan ... 36

B. Penerapan Ergonomi ... 37

C. Postur Kerja ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 46

BAB 4 REPETITIVE MOTION ... 49

A. Pendahuluan ... 49

B. Memahami Gerakan Berulang ... 50

C. Gerakan Berulang di Tempat Kerja ... 52

D. Gerakan Berulang dalam Olahraga dan Aktivitas Fisik ... 54

E. Gerakan Berulang dalam Kehidupan Sehari-Hari ... 55

F. Aspek Psikologis Gerakan Berulang ... 57

G. Otomatisasi dan Gerakan Berulang ... 58

H. Tren dan Penelitian Masa Depan ... 60

(8)

vi

DAFTAR PUSTAKA ... 62

BAB 5 ORGANISASI KERJA DAN KEBUTUHAN GIZI KERJA ... 63

A. Pendahuluan ... 63

B. Organisasi Kerja ... 63

C. Kebutuhan Gizi Kerja ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 74

BAB 6 ERGONOMI UNTUK ORANG TUA ... 78

A. Pendahuluan ... 78

B. Penurunan Fungsi Fisiologis pada Orang Tua ... 79

C. Lingkup Kerja Ergonomi ... 81

D. Kenyamanan Termal ... 83

E. Kenyamanan untuk Orang Tua ... 84

F. Antropometri Orang Tua ... 85

G. Perancangan Bagi Orang Tua ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 91

BAB 7 KELELAHAN KERJA ... 93

A. Pendahuluan ... 93

B. Definisi Kelelahan Kerja ... 94

C. Faktor Penyebab Kelelahan Kerja ... 96

D. Dampak Kelelahan... 98

E. Langkah Mengatasi Kelelahan Kerja ... 100

F. Pengukuran Kelelahan Kerja ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 105

BAB 8 KELUHAN MUSKULOSKELETAL ... 106

A. Pendahuluan ... 106

B. Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... 107

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... 112

D. Penilaian Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... 120

E. Pengobatan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(9)

vii BAB 9 STRES AKIBAT KERJA: PENYEBAB,

DAMPAK, DAN STRATEGI MENGATASI ... 126

A. Pendahuluan ... 126

B. Penyebab Stres Akibat Kerja... 126

C. Dampak Stres Akibat Kerja ... 127

D. Strategi Mengatasi Stres Akibat Kerja ... 127

E. Penyebab ... 128

F. Dampak Stres Akibat Kerja ... 130

G. Cara Mengatasi Stress Akibat Kerja ... 132

H. Pencegahan ... 136

I. Manfaat Teknologi ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 140

TENTANG PENULIS ... 142

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Interaksi Dasar dan Evaluasi dalam Sistem Kerja ... 13

(11)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kaitan Ergonomi dengan Ilmu Lainnya ... 9

Gambar 1. 2 Konsep Dasar Ergonomi ... 10

Gambar 2. 1 Segitiga Framework Ergonomi... 21

Gambar 2. 2 Ilustrasi Awal Ergonomi Kognitif ... 23

Gambar 2. 3 Ilustrasi Gambar ... 24

Gambar 2. 4 Segitiga Framework Ergonomi Kognitif... 26

Gambar 2. 5 Human Information-Processing (HIP) Model ... 28

Gambar 2. 6 Model Sederhana dari Memory ... 32

Gambar 3. 1 Analisis Metode Rapid Upper Analysis System (RULA) ... 43

Gambar 3. 2 Analisis Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) ... 44

Gambar 4. 1 Carpal Tunnel ... 52

Gambar 6. 1 Konsep Kenyaman pada Kelompok Orang Tua ... 84

Gambar 6. 2 Ilustrasi Antropometri Kelompok Orang Tua ... 87

Gambar 6. 3 Proses Perancangan Produk secara Khusus ... 89

Gambar 8. 1 Skala Nyeri (A) Numerik, (B) Deskriptif Verbal, (C) Analog Visual ... 122

(12)

x

ERGONOMI DAN FAAL KERJA

Nur Juliana, S.K.M., M.Kes Agus Hindarto Wibowo, S.T., M.Sc.

dr. Anggi Setiorini, M.Sc., AIFO-K dr. Noverial, SpOT

Vidya Avianti Hadju, S.Gz., M.P.H Kartinasari Ayuhikmatin Sekarjati, ST., M.Sc.

Putri Ayuningtias Mahdang, S.KM., M.KKK Nur Cahyani Amaliawati Rahmat, S.K.M., M.Kes

dr. Kinik Darsono, MMed.

(13)

1

BAB

1

Nur Juliana, S.K.M., M.Kes

A. Pendahuluan

Ergonomi secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu ergon dan nomos. Ergon memiliki arti kerja (work), sedangkan nomos berarti aturan, hukum. Ergonomi berarti hukum kerja karena berasal dari kata ’kerja’ dan ‘hukum alam’

(natural laws). Istilah ergonomi sendiri berkembang di Eropa sedangkan di Amerika berkembang dengan istilah human engineering atau human factors. Human engineering digunakan untuk mendeskripsikan rancangan yang tepat, diharapkan manusia dapat menggunakan hasil rancangan yang efektif tanpa mendapatkan tekanan (Sander S Mark S & McCormick Ernest, 1993).

Ergonomi adalah ilmu terapan yang mengacu pada banyak disiplin ilmu yang saling berkaitan dan melibatkan beberapa bidang keilmuan lainnya seperti rekayasa, psikologi, biomekanika, fisiologi, anatomi, manajemen, hingga desain (Parker, 2022). Ergonomi berkenaan dengan optimalisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat kerja lainnya (Nurmianto, 1996).

Studi tentang ergonomi mencakup ruang fisik tempat kerja, alat dan bahan yang biasa digunakan, praktik kerja, dan lingkungan kerja sesuai dengan keterbatasan fisik dan sifat-sifat pekerja. Semakin sesuai, maka semakin tinggi tingkat keamanan

PENGANTAR

ERGONOMI

(14)

2

dan efisiensi kerjanya. Struktur kerja dapat digunakan secara individual maupun tim (Rijanto, 2011).

Dari kegiatan dan pengalaman yang ada menunjukkan bahwa aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan apabila tidak dilakukan secara ergonomis menyebabkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat, performa menurun yang berakibat kepada penurunan efisiensi dan daya kerja. Olehnya itu, penerapan ergonomi sangat dibutuhkan dalam segala bidang. Penerapan ergonomi dapat dilakukan di mana saja, baik di lingkungan rumah, perjalanan, di lingkungan sosial maupun di lingkungan tempat kerja. Setiap komponen masyarakat baik masyarakat pekerja atau masyarakat sosial harus menerapkan ergonomi dalam menciptakan kenyamanan, kesehatan dan keselamatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Agar dapat menerapkan secara tepat, maka harus mempelajari ergonomi secara detail (M. Adhi Prasnowo, W. F, 2020).

B. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi

Ergonomi pertama kali dipopulerkan oleh Profesor Murrel tahun 1949. Pemikiran tentang ergonomi sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman purba ketika manusia membuat alat-alat guna membantu pekerjaan tangan untuk bertahan hidup. Akan tetapi, perkembangan ergonomi saat itu tidak berkembang pesat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu ergonomi mulai dikembangkan dan digunakan lebih luas.

Menurut (Macleod, 1995) penerapan ergonomi sudah dimulai sejak 4000 tahun yang lalu, yaitu ketika manusia mulai membuat alat-alat sederhana dari batu sehingga memudahkan pekerjaan. Seiring dengan perkembangan budaya, dilakukan perbaikan dan perubahan alat-alat bantu tersebut, selain memudahkan pekerjaan tangan manusia tetapi dapat memudahkan untuk menggunakan alat tersebut. Perkembangan ergonomi pada zaman ini menandakan perkembangan budaya pada masa itu. Akan tetapi, perkembangan ergonomi terjadi

(15)

3 secara tidak teratur, tidak terarah, dan kadang terjadi secara kebetulan. Belum ada ilmu khusus yang mengembangkan ergonomi secara lebih luas dan terstruktur. Baru di abad 20 orang mulai mengembangkan ilmu ergonomi secara lebih sistematis dan terstruktur.

Penggunaan ergonomi dimulai pada perang dunia I untuk mengoptimalkan interaksi antara produk dengan manusia. Pada tahun 1857, Wojciech Jastrzebowski menggunakan kata ergonomi, untuk pertama kalinya pada surat kabar Polandia. Pada masa itu, beberapa orang menganggap ergonomi bukan suatu ide baru. Sebagai contoh perkakas atau alat kerja dianggap sebagai ergonomi telah digunakan sejak zaman batu. Alat ini digunakan sebagai alat bantu untuk memberi kemudahan dan kekuatan sehingga sangat membantu dalam melakukan suatu pekerjaan. Dengan variasi perkakas dianggap sebagai konsep desain ergonomi. Ramazzini menjelaskan jenis pekerjaan yang berbeda memiliki hubungan dengan risiko kesehatan tertentu. Sebagai contoh, munculnya gangguan trauma kumulatif dan kejadian yang disebabkan oleh gerakan tangan berulang-ulang, postur tubuh buruk, tekanan mental yang tinggi (Helander, 2006).

Tokoh lainnya C.T Trackrah tahun (1831) seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman dirasakan oleh operator di tempat kerjanya, dengan mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pengamatan lainnya, seorang penjahit yang bekerja pada posisi dengan dimensi kursi-meja yang kurang sesuai dengan antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indra penglihatan. Selain itu, mengamati para pekerja yang berada di lingkungan kerja dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang panjang dan gerakan kerja yang berulang (Hutabarat, 2017).

(16)

4

Revolusi industri dimulai sejak abad ke-19 khususnya di negara-negara barat. Pentingnya ergonomi dipahami tidak seperti sebelumnya, akan tetapi alat-alat industri, mesin-mesin seperti mesin pemintal dan penggilingan dikembangkan untuk meningkatkan proses kerja. Revolusi ergonomi terjadi pada oleh F.W Taylor tahun 1898 yang merupakan insinyur Amerika yang menerapkan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan dengan menerapkan konsep ergonomi dan manajemen modern. Frank dan Lilian Gilberth tahun (1911), yang secara terpisah melakukan studi tentang waktu dan gerakan, sehingga inilah merupakan awal istilah ergonomi. Dalam bukunya Motion Study menunjukkan postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur naik turun (Hutabarat, 2017; Santoso, G., 2004).

Pada masa perang dunia II, mulai bermunculan dorongan dan minat pada akademisi melakukan penelitian terkait interaksi manusia dengan mesin, terutama dalam peralatan militer yang canggih. Konsep desain menyesuaikan alat kerja atau mesin dengan fisik prajurit militer, dan tombol kontrol yang mudah dipahami, menjadi sangat berkembang. Setelah perang dunia II fokus ergonomi beralih ke keselamatan dan kesehatan pekerja industri serta produktivitas yang menginisiasi penelitian dan penerapan baru terkait ergonomi. Mayo, dkk USA tahun 1933 adanya studi Western Electric Company, Hawthorne, Chicago menjelaskan pengaruh variabel fisik (pencahayaan dan waktu istirahat) terhadap efisiensi kerja (Abdulrahim & Aziza, N. Sholihah, 2022).

Profesor Murrel, pada tanggal 12 Juli 1949 memperkenalkan ergonomi sebagai ilmu interdisiplin yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah masyarakat kerja.

Selanjutnya pada 16 Februari 1950 ergonomi menjadi disiplin ilmu yang digunakan pada berbagai segi kehidupan. Setelah perang dunia II kemajuan ergonomi semakin nampak, karena banyak orang berbicara mengenai kemampuan manusia dengan mesin dan peralatan. Hal ini terbukti bahwa penggunaan

(17)

5 peralatan yang sesuai meningkatkan kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif (Santoso G, 2004).

Di Indonesia, kata ergonomi mulai dikenal sejak tahun 1969. Pada saat itu, ergonomi erat kaitannya dengan mata kuliah ilmu faal. Ergonomi selanjutnya berkembang dan mata kuliah dari berbagai jurusan diantaranya kesehatan masyarakat, teknik, hingga desain interior. Tahun 1970, bentuk kegiatan yang berkaitan dengan permasalahan ergonomi ditandai dengan kegiatan ceramah, kursus seminar, dan penelitian. Pada tahun 1978, hasil penelitian ergonomi diinformasikan melalui tingkat nasional dan internasional (Putro, W. W., & Sari, 2018).

Ergonomi telah mengalami banyak perubahan, beberapa diantaranya: ergonomi kognitif tahun 1960-an; ergonomi organisasi tahun 1970-an; ergonomi positif tahun 1980-an tentang membuat sistem manusia-mesin yang menyenangkan di tempat kerja; ergonomi emosional tahun 1990-an melihat bagaimana emosi orang dan mesin dapat bekerjasama; ergonomi spiritual yang muncul di era milenial, di mana didasarkan pada gagasan bahwa keinginan pekerja memiliki dampak besar pada kesuksesan dan kesehatan pekerja (Mokdad M., & Abdul- Moniem, 2017). Selanjutnya pada abad ke-21 muncul industri 4.0 sebagai revolusi industri terbaru ditandai dengan penggunaan teknologi digital dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi seperti desain antar muka dan sistem otomatisasi sehingga meminimalkan intervensi manusia (Lawi et al., 2022).

C. Definisi Ergonomi

Beberapa definisi dari ergonomi adalah sebagai berikut:

1. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari dan menerapkan informasi tentang perilaku manusia, kemampuannya, keterbatasannya serta karakter manusia lainnya guna mendesain suatu peralatan, mesin, aktivitas, pekerjaan dan lingkungannya agar semakin produktif, aman, nyaman, dan efektif ketika digunakan oleh manusia (Sander S Mark S &

McCormick Ernest, 1993).

(18)

6

2. Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik dan kemampuan manusia yang mempengaruhi desain pekerjaan, peralatan dan sistem kerja (Corlett, E. N., & Clark, 2003).

3. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan objek yang mereka gunakan serta lingkungan kerjanya (Pulat, 1997).

4. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan mesin-mesin serta faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut (Bridger, 2003).

5. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004).

6. Ergonomi adalah suatu istilah yang berlaku untuk dasar studi desain hubungan antara manusia dan mesin untuk mencegah penyakit dan cedera serta meningkatkan prestasi atau performa kerja (ACGIH, 2007).

7. Ergonomi dapat mengurangi tingkat ketidaknyamanan (discomfort) atau kelelahan (fatigue). Seseorang pekerja akan mengalami perubahan fisiologi selama berada dalam kondisi yang tidak nyaman Chushman et al (1983) dalam (Kuswana, 2014).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ilmu ergonomi merupakan suatu bidang keilmuan tentang cara menyerasikan antara manusia dengan pekerjaan, lingkungan pekerjaannya agar terciptanya kenyamanan, keselamatan, dan pencegahan terhadap timbulnya cedera maupun gangguan kesehatan dengan tujuan meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas hidup manusia menjadi lebih baik.

(19)

7 D. Tujuan, Manfaat dan Prinsip Ergonomi

Tujuan dari ergonomi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja;

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna untuk meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif;

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknik, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi (Tarwaka, 2004).

Manfaat dari ergonomi adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan hasil produksi tergantung secara ekonomi, hal ini disebabkan oleh efisiensi waktu kerja yang meningkat, meningkatnya kualitas kerja dan kecepatan pergantian pegawai yang relatif rendah;

2. Menurunnya probabilitas terjadinya kecelakaan sehingga dapat mengurangi biaya pengobatan yang tinggi dan biaya untuk pengobatan lebih besar dari pada biaya pencegahan serta dapat mengurangi penyediaan kapasitas untuk keadaan gawat darurat;

3. Penggunaan antropometri dapat direncanakan dan didesain melalui penggunaan pakaian kerja, workspace, lingkungan kerja, peralatan atau mesin dan customer product (Pheasant, 2003).

Prinsip ergonomi merupakan pedoman dalam mengimplementasikan ilmu ergonomi di tempat kerja yaitu sebagai berikut:

1. Bekerja dalam posisi atau postur normal;

2. Mengurangi beban berlebihan;

3. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;

(20)

8

4. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;

5. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;

6. Minimalisasi gerakan statis;

7. Minimalisasikan titik beban;

8. Mencakup jarak ruang;

9. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;

10. Melakukan peregangan saat bekerja

11. Membuat display dan contoh mudah dimengerti

12. Membuat kuesioner Nordic Body Map sehingga mendapat umpan balik langsung dari pekerja tentang keluhan yang dirasakan berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan (Abdulrahim & Aziza, N. Sholihah, 2022).

E. Ruang Lingkup Ergonomi

Fokus ergonomi adalah biomekanik, kinesiologi, fisiologi kerja, dan antropometri. Biomekanik merupakan mekanisme sistem biologi, khususnya pada tubuh manusia. Pendekatan biomekanik ada pada desain tempat kerja utama guna mempertimbangkan kemampuan pekerja, tuntutan tugas, peralatan yang terintegrasi. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pergerakan manusia dalam fungsi anatomi.

Prinsip dari kinesiologi digunakan pada desain tempat kerja untuk mencegah pergerakan yang tidak sesuai. Fisiologi kerja menggambarkan reaksi fisiologi pekerja terhadap tuntutan dari pekerjaannya dan memeliharanya dengan batasan yang aman.

Antropometri berfokus pada dimensi tempat kerja, peralatan dan material. Data antropometri dapat berupa dimensi tubuh, jangkauan pergerakan lengan/tangan dan kaki, serta kemampuan kekuatan otot (Pulat, 1992).

Menurut (Budiono S, 2003) kaitan antara ergonomi dengan ilmu pendukung lainnya adalah sebagai berikut:

(21)

9 Gambar 1. 1 Kaitan Ergonomi dengan Ilmu Lainnya

Dalam tinjauan ergonomi manusia merupakan titik sentral. Sebagai titik sentral, adanya keterbatasan manusia menjadi patokan dalam penataan suatu produk yang ergonomi.

Keterbatasan dapat bersumber dari dalam, maupun dari luar manusia. Faktor yang berasal dari dalam misalnya kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh. Sedangkan dari luar yaitu lingkungan kerja, penyakit gizi dan sosial ekonomi (Budiono S, 2003).

Menurut (Tarwaka, 2004) dalam sudut pandang ergonomi, antara tuntutan tugas dan kapasitas kerja berada dalam garis keseimbangan sehingga mencapai performa kerja yang tinggi. Berikut konsep dasar ergonomi dapat disajikan pada gambar berikut ini:

(22)

10

Gambar 1. 2 Konsep Dasar Ergonomi Taks demand atau tuntutan tugas terdiri dari:

1. Material characteristic, contoh karakteristik mesin dan peralatan;

2. Task/wordplace characteristic, contohnya tipe, kecepatan dan irama kerja;

3. Organization characteristic, berhubungan dengan jam kerja, jam istirahat, shift kerja, kerja malam, manajemen, cuti, dan libur;

4. Environmental characteristic, berkaitan teman satu tugas, suhu dan kelembaban, bising dan getaran, sosial budaya, norma, adat dan kebiasaan dan bahan pencemar.

Work capacity atau kemampuan kerja terdiri dari:

1. Personal capacity, berkaitan dengan usia, jenis kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan kepercayaan, status kesehatan dan kebugaran;

2. Physiological capacity meliputi kemampuan dan daya tahan kardiovaskular, saraf, otot, panca indra;

3. Physycological capacity berkaitan dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi, stabilitas emosi;

4. Biomechanical capacity berkaitan dengan kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan tulang.

(23)

11 Performance tergantung pada besarnya rasio tuntutan tugas dengan besaran kemampuan orang tersebut. Bila tuntutan lebih rendah dari kapasitas kerja maka akan terjadi under stress (Tarwaka, 2004).

Pembelajaran tentang ergonomi baik secara fisik, psikologi, study human error, lingkungan, neuro ergonomi dan makro-ergonomi sangat diperlukan untuk meningkatkan peranan ilmu ergonomi dalam aplikasi industri. Implementasi bidang ergonomi dalam suatu desain sistem harus dapat membuat sistem bekerja lebih baik lagi untuk dapat mengeliminasi faktor-faktor yang tidak berfungsi secara optimal, tidak ada motivasi, tidak dapat dikontrol dan tidak dapat dihitung seperti:

1. Tidak efisien, ketika usaha kerja menghasilkan output di luar kondisi optimal;

2. Kelelahan, di mana desain kerja yang jelek menyebabkan kelelahan yang tidak perlu terjadi;

3. Kecelakaan, luka dan kesalahan yang diakibatkan oleh desain interface yang tidak baik atau akibat stres karena mental dan fisik pekerja

4. Kesulitan pengguna (user), dalam kaitannya dengan ketidaktepatan kombinasi antar aktivitas dalam membentuk task tertentu;

5. Moral yang rendah dan sifat apatis.

Peranan ergonomi dapat meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja antara lain desain sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja dan alat peraga visual, sehingga mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas dapat mengurangi kelelahan kerja, desain peletakan instrumen dan sistem pengendalian dapat dioptimasi dengan proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimalkan risiko kesalahan, efisiensi kerja, hilangnya risiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat (Nurmianto, 1996). Ergonomi dapat menjamin pekerjaan dengan setiap tugas dari pekerjaan tersebut

(24)

12

didesain agar sesuai dengan kemampuan kapasitas dari pekerjaannya (ACGIH, 2007).

F. Faktor Risiko dan Penerapan Ergonomi

Beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan cedera pada pekerja adalah sebagai berikut:

1. Pengulangan yang banyak dalam menjalankan gerakan yang sama berulang-ulang;

2. Beban berat, berupa fisik yang berlebihan selama bekerja;

3. Postur yang kaku yaitu menekuk atau memutar bagian tubuh;

4. Beban statis, yaitu bertahan lama pada satu postur sehingga menyebabkan kontraksi otot;

5. Tekanan, tubuh tertekan pada suatu permukaan;

6. Getaran yaitu menggunakan peralatan yang bergetar (Suhardi, 2008 dalam (Abdulrahim & Aziza, N. Sholihah, 2022), (Sander S Mark S & McCormick Ernest, 1993)

Keberhasilan dari prinsip penerapan ergonomi adalah jika pekerjaan aman bagi pekerja atau manusia dan efisiensi kerja meningkat sehingga tercapai kesejahteraan manusia.

Keberhasilan dalam penerapan ilmu ergonomi dilihat dari adanya perbaikan, produktivitas, efisiensi, keselamatan dan diterimanya sistem desain yang dihasilkan (mudah, nyaman, dan sebagainya (Pheasant, 2003).

Ergonomi berfokus pada desain sistem di mana manusia bekerja. Sistem kerja terdiri dari komponen manusia, komponen mesin, dan lingkungan yang saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Terdapat 6 (enam) kategori interaksi manusia, mesin dan lingkungan yaitu: human>machine, human>environment, machine>human, machine>environment, environment>human, environment>machine (Bridger, 2003).

Berikut interaksi dasar dalam sistem kerja dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

(25)

13 Tabel 1. 1 Interaksi Dasar dan Evaluasi dalam Sistem Kerja

Interaksi Evaluasi

Human>Machine:

Tindakan pengendalian dasar yang dilakukan

manusia dalam

menggunakan mesin.

Penerapannya berupa penggunaan kekuatan yang besar, penanganan material, perawatan dan lain sebagainya

Anatomi: postur tubuh, pergerakan, besaran kekuatan, durasi dan pergerakan frekuensi, kelelahan otot Fisiologi: rata-rata kerja (detak jantung), kebugaran, kelelahan fisiologi

Psiko-sosial: persyaratan kemampuan, beban mental,

proses informasi

paralel/berkelanjutan Human>Environment:

Efek dari manusia terhadap lingkungan. Manusia mengeluarkan Karbon Dioksida (CO2), kebisingan, panas dan lain sebagainya

Fisik: Pengukuran objektif dari lingkungan kerja. Implikasi berupa pemenuhan standar yang berlaku

Machine>Human:

Umpan balik dan penataan kembali (display) informasi.

Mesin dapat memberikan efek tekanan terhadap manusia berupa getaran, percepatan, dan lain sebagainya. Permukaan mesin yang panas atau dingin dapat mengancam kesehatan pekerja

Anatomi: Desain dari kendali dan alat

Fisik: pengukuran objektif dari getaran, reaksi kekuatan dari tenaga mesin, kebisingan dan temperatur lingkungan kerja.

Fisiologi: penerapan dari prinsip pengelompokan desain dari faceplates, panel dan display grafik

Machine>Environment:

Mesin dapat berdampak pada lingkungan kerja

Biasanya ditangani oleh teknisi lapangan dan industri

(26)

14

Interaksi Evaluasi

dengan menghasilkan kebisingan, panas dan gas beracun

Environment>Human:

Lingkungan dapat mempengaruhi

kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan mesin atau sistem kerja yang disebabkan oleh asap, kebisingan, panas, dan lain sebagainya

Fisik-fisiologi: kebisingan, pencahayaan, temperatur, fasilitas

Environment-Human:

Lingkungan kerja dapat mempengaruhi performa dari suatu mesin.

Lingkungan yang panas atau dingin sekali dapat mengganggu mesin beroperasi

Ditangani oleh teknisi lapangan, personil perawatan, fasilitator manajemen

Sumber: (Bridger, 2003)

Menurut (Anies, 2005) ergonomi dapat digunakan untuk menelaah sistem manusia dan produksi yang berlaku dalam industri informal. Dengan mengetahui prinsip ergonomi dapat ditentukan dengan pekerjaan yang layak digunakan untuk mengurangi kemungkinan keluhan dan menunjang produktivitas. Penerapan ergonomi dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan kuratif

Pendekatan ini dapat dilakukan pada proses yang sudah atau sedang berlangsung. Kegiatan tersebut berupa intervensi, modifikasi, atau perbaikan dari proses yang telah berjalan. Sasaran dari kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan kerja. Dalam pelaksanaannya terkait dengan tenaga kerja dan proses kerja yang sedang berlangsung.

(27)

15 2. Pendekatan konseptual

Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan efektif dan efisien jika dilakukan perencanaan. Jika berhubungan dengan teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip ergonomi telah diterapkan.

Penerapannya bersama-sama dengan kajian lain misalnya kajian teknis, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.

Pendekatan ini ini dikenal dengan pendekatan teknologi tepat guna.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:

1. Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin sehingga diperoleh tenaga kerja yang sehat dan produktif;

2. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot;

3. Lingkungan kerja harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota tubuh sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien;

4. Pembebanan kerja fisik selama bekerja akan meningkatkan peredaran darah 10-20 kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot yang bekerja memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak;

5. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapan yang dipergunakan diperlukan ukuran tubuh sehingga menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan gerakan- gerakan yang dibutuhkan (Anies, 2005).

G. Bidang Studi dan Kajian Ergonomi

Beberapa bidang studi yang dipelajari dalam ergonomi merupakan bagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan kerja. Menurut Asosiasi Internasional Ergonomi 3 (tiga) bidang studi dalam ergonomi adalah sebagai berikut:

(28)

16

1. Ergonomi fisik, berkaitan dengan anatomi manusia dan beberapa karakteristik antropometrik, fisiologis, dan biomekanik yang berkaitan dengan aktivitas fisik;

2. Ergonomi kognitif, berkaitan dengan proses mental, seperti persepsi, memori, penalaran, respon motorik, karena mempengaruhi interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem. Topik yang relevan berupa beban kerja mental, pengambilan keputusan, kinerja terampil, interaksi manusia- komputer, kehandalan manusia, stres kerja dan pelatihan yang berhubungan dengan manusia-sistem dan interaksi manusia komputer;

3. Ergonomi organisasi, berkaitan dengan optimalisasi sistem teknis sosial, termasuk struktur organisasi, kebijakan, dan proses. Topik yang relevan termasuk komunikasi, manajemen sumber daya, karya desain, kerja tim, program kerja baru dan manajemen mutu (Hutabarat, 2017).

Menurut (Santoso, G., 2004), pengelompokan bidang kajian ergonomi adalah sebagai berikut:

1. Studi metode kerja

Metode kerja perlu dipelajari agar kelelahan kerja dapat dikurangi, dapat menghindari masalah yang timbul pada sistem kerangka otot, dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik.

2. Antropometri

Data antropometri merupakan ukuran dimensi tubuh manusia, yang berguna dalam perancangan suatu produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya.

3. Pengaturan tata letak dan fasilitas kerja

Tujuan dari pengaturan tata letak dan fasilitas kerja untuk mencari gerakan kerja yang efisien.

4. Fisiologi dan biomekanik

Fungsi fisiologi organ tubuh diperhitungkan secara mekanik, hal ini berhubungan dengan pengukuran energi

(29)

17 tubuh yang dikeluarkan untuk aktivitas kerja dan mempertahankan tubuh ketika bekerja.

5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja maka perlu diatur dalam undang-undang atau peraturan agar tenaga kerja terhindar dari potensi bahaya.

6. Maintability, waktu kerja dan hubungan manusia

Perancangan dan pengukuran kerja bertujuan untuk memperbaiki motivasi kerja. Penataan waktu kerja sesuai dengan kemampuan psikologis manusia yang menimbulkan kepuasan kerja harus diperhatikan.

(30)

18

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim, M., & Aziza, N. Sholihah, Q. (2022). Ergonomi Industri.

Malang: Universitas Brawijaya Press.

ACGIH. (2007). American Conference of Govermental Industrial Hygiene : Evaluation of Heat Stress at a Glass Bottle Manufacturer.

Anies. (2005). Penyakit akibat Kerja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Bridger, R. S. (2003). Introduction to Ergonomics (Third Edit). USA:

CRC Press.

Budiono S. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja : Hygiene Perusahaan, Ergonomic, Kesehatan Kerja, dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Corlett, E. N., & Clark, T. S. (2003). The Ergonomics of Workspaces and Machines: a Design Manual. London: CRC Press.

Helander, M. (2006). A Guide to Human Factors and Ergonomics (2nd edition). London: Taylor & Francis.

Hutabarat, Y. (2017). Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi. Malang:

Media Nusa Kreatif.

Kuswana, W. (2014). Ergonomi Dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Lawi, A., Bora, M. A., Arifin, R., Andriani, M., Jumeno, D., & Rasyid, A., ... & Kusmindari, C. D. (2022). Ergonomi Industri. Global Eksekutif Teknologi. Padang, Sumatra barat: PT Global Eksekutif Teknologi.

M. Adhi Prasnowo, W. F, D. (2020). Ergonomi Dalam Percanangan dan Pengembangan Produk Alat Potong Sol Sandal. Surabaya:

Scopindo Media Pustaka.

Macleod, D. (1995). The Ergonomics Edge. USA: Van Nostrand Reinhold, A Division Of International Thomson Publishing Inc.

(31)

19 Mokdad M., & Abdul-Moniem, T. (2017). New Paradigms in

ergonomics: The Positive Ergonomics.

Nurmianto, E. (1996). Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya.

Jakarta: Guna Widya.

Parker, S. S. (2022). Ergonomics in the Dental Office. John Wiley &

Sons.

Pheasant, S. (2003). Bodyspace: Antropometry, Ergonomics and the Design of Work (2nd Edition). USA: Taylor & Francis.

Pulat, M. (1992). Fundamentals of Industrial Ergonomic. Oklahoma: AT

& T Network System.

Pulat, M. (1997). Fundamental of Industrial Ergonomics. New Jersey, USA: Hall International, Englewood Clifts.

Putro, W. W., & Sari, S. I. K. (2018). Ergonomi untuk Pemula:(Prinsip Dasar & Aplikasinya). Universitas Brawijaya Press.

Rijanto. (2011). Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lingkungan Industri Konstruksi (Edisi pert). Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Sander S Mark S, & McCormick Ernest. (1993). Human Factors In Engineering and Design (7 th ed). McGraw-Hill, Inc.

Santoso, G. (2004). Ergonomi, Manusia, Peralatan dan Lingkungan.

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Tarwaka. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.

(32)

20

BAB

2

Agus Hindarto Wibowo, S.T., M.Sc.

A. Pendahuluan

Cabang ilmu Ergonomi yang disebut Ergonomi Kognitif berfokus pada interaksi manusia dengan sistem dan lingkungannya dari segi kognitif, termasuk proses berpikir, persepsi, memori, belajar, dan pemecahan masalah. Pada Bab 5 ini akan membahas lebih lanjut tentang Ergonomi Kognitif dan manfaatnya untuk kinerja dan kesejahteraan manusia, kemudian membahas tentang konsep, definisi aplikasi serta tren ke depan dari ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari.

B. Pengertian Prinsip Dasar Ergonomi

"Ergonomi" berasal dari kata latin "Ergos", yang berarti

"kerja," dan "nomos", yang berarti "hukum alam". Istilah ini didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan tempat mereka bekerja, yang ditinjau dengan anatomi, fisiologi, psikologi, teknik, manajemen, dan desain atau perancangan. Ergonomi adalah body of knowledge tentang manusia kemampuan, keterbatasan manusia, dan karakteristik manusia yang relevan dengan desain alat, mesin, sistem, tugas, pekerjaan, dan lingkungan untuk penggunaan manusia yang aman, nyaman, dan efektif (Hollnagel, 1997).

Ergonomi atau biasa disebut Human Factors Engineering (Hollnagel, 1997) adalah mencocokkan, mengharmoniskan sebuah tugas dengan manusianya atau bisa disebut “Fitting the

ERGONOMI

KOGNITIF

(33)

21 Task to the Human”, hal tersebut memiliki arti seorang ahli ergonomi akan selalu mencoba melihat di luar sana manusia yang sedang bekerja melaksanakan tugasnya terutama tugas- tugas yang menggunakan teknologi tinggi kemudian mencoba melihat apakah tugas tersebut cocok dengan karakter manusia (Lee et al., 2014), saat tidak terjadi kecocokan maka akan dilakukan sesuatu, untuk mempermudah penjelasan hal tersebut dapat menggunakan sebuah kerangka pikir atau framework sederhana seperti Gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Segitiga Framework Ergonomi

Gambar 2.1 memberikan penjelasan bahwa di sebelah kanan segitiga terdapat Manusia (human) atau orang yang sedang bekerja mengerjakan tugas-tugasnya, dan di sebelah kiri segitiga terdapat Tugas (task/job) atau sejenisnya. Pada kenyataannya seorang mengerjakan tugasnya terkadang mengalami suatu kondisi yang disebut sebagai ketidaksesuaian atau ketidakcocokan antara karakter dari tugas dengan kemampuan serta kekurangan dari manusia. Sebagai contoh seorang pemadam kebakaran saat bertugas masuk ke daerah yang bertemperatur tinggi, penuh dengan api dan asap, dan harus mengerjakan banyak hal yaitu menyelamatkan nyawa orang di sana dalam kondisi yang panik dan chaos, ini adalah salah satu contoh manusia yang harus bekerja pada suatu kondisi dimana tugas-tugasnya memiliki karakter yang tidak

(34)

22

sesuai atau natural dengan manusia, itu artinya manusia memiliki limitasi (keterbatasan) sehingga muncul sebuah ketidak sesuaian antara limitasi yang dimiliki manusia dan karakter dari pekerjaannya, sehingga untuk menyelesaikan ketidaksesuaian antar manusia dan tugasnya maka muncul sebuah intervensi (intervention). Intervensi mempunyai contoh seperti alat bantu (tools), Standar Operasi Prosedur (SOP), dll.

C. Prinsip Dasar Ergonomi Kognitif

Kognitif atau kognisi (cognition) adalah sebuah proses mental untuk mengetahui yang di dalamnya terdapat aspek kesadaran (awareness), persepsi (perseption), penalaran (reasoning), dan juga keputusan (judgement). Proses mental kognitif mencakup akuisisi (acquisition), penyimpanan (storage), pemanggilan (retrieval), dan penggunaan (use) pengetahuan dan informasi (Branaghan and Lafko, 2019). Keilmuan kognitif atau keilmuan kognitif juga dapat didefinisikan sebagai studi kognitif itu sendiri. Ini mencakup pembentukan prototype dari fenomena, atau yang biasa disebut persepsi; rasioning;

pemecahan masalah / pemecahan masalah; pembelajaran / pembelajaran; dan ingatan / ingatan. Dalam ergonomi kognitif, fokusnya adalah pada pengaruh timbal balik antara pekerjaan dan pikiran. Ergonomi kognitif memiliki banyak kesamaan dengan psikologi kognitif, tujuannya bukan untuk mencoba memahami sifat kognisi manusia melainkan untuk menggambarkan bagaimana kognisi manusia mempengaruhi pekerjaan dan dipengaruhi oleh pekerjaan (Hollnagel, 1997).

Membahas tentang Ergonomi Kognitif, tentu memiliki konsep dasarnya, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.2.

(35)

23 Gambar 2. 2 Ilustrasi Awal Ergonomi Kognitif

Sumber: (De Fockert and Wu, 2009)

Dari ilustrasi Gambar 2.2, jika dilihat dalam waktu singkat, manakah lingkaran hijau yang lebih besar? Pasti rata- rata orang akan menjawab lingkaran hijau sebelah kanan lah yang memiliki ukuran lebih besar, tetapi jika melihatnya dalam waktu yang cukup lama dan menggunakan alat bantu ukur secara teliti, maka ukuran lingkaran hijau sebelah kanan dan sebelah kiri memiliki ukuran yang sama besar (Massaro and Anderson, 1971). Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? karena adanya lingkaran-lingkaran berwarna abu-abu yang ada disekitarnya, padahal informasi tentang lingkaran abu-abu ini sebenarnya tidak relevan dalam tugas membandingkan lingkaran hijau tetapi pada saat manusia melakukan proses kognitif dalam hal ini yaitu membandingkan, secara sadar atau tidak sadar manusia membandingkannya secara relatif, lingkaran hijau yang kanan terlihat lebih besar karena manusia secara relatif membandingkannya dengan lingkaran abu-abu kecil disekitarnya, sementara yang di sebelah kiri terlihat lebih kecil karena secara sadar atau tidak manusia membandingkannya dengan lingkaran abu-abu di sebelah kiri.

Hal ini disebut dengan Ebbinghaus Illusion (De Fockert and Wu, 2009).

(36)

24

Dari ilustrasi pada Gambar 2.2, didapatkan setidaknya ada dua poin, yang pertama membandingkan, atau memberi judgement adalah salah satu contoh proses kognisi yang dialami manusia, didalamnya manusia akan menggunakan indra mata untuk menangkap stimulus seperti dalam contoh kali ini adalah gambar, kemudian akan diproses di dalam otak dengan cara membandingkan, itulah proses kognitif yang terjadi dan ternyata hasil perbandingannya pun tidak akurat. Poin yang kedua adalah dalam beberapa kasus yaitu manusia saat menggunakan kemampuan kognitif nya, manusia melakukan error atau kesalahan, bisa dibayangkan untuk tugas yang sangat sederhana seperti ilustrasi Gambar 2.2, rata-rata manusia sudah melakukan kesalahan, bagaimana jika membicarakan tugas- tugas yang jauh lebih rumit yang menggunakan proses kognisi proses mental atau proses berpikir.

Untuk memperdalam pemahaman mengenai prinsip dasar ergonomi kognitif dapat dilihat dari ilustrasi gambar pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Ilustrasi Gambar Sumber: Google

(37)

25 Menurut anda apa yang akan dilakukan ketika berjalan di suatu tempat dan bertemu dengan ilustrasi Gambar 2.3., kemungkinan ada dua kelompok orang menjawab yaitu yang pertama adalah mereka yang kemudian balik kanan dan kabur, sementara yang kedua adalah jalan terus dan tidak peduli. Hal ini adalah sebuah fenomena yang menarik karena untuk manusia yang berbeda, melihat informasi yang sama, stimulus yang sama yaitu melihat di jalan seperti gambar ilustrasi, akhirnya mereka akan mengambil keputusan yang berbeda, hal tersebut dikarenakan proses yang terjadi di dalam otak, yaitu sebuah proses yang biasa disebut proses berpikir proses mental atau proses kognitif.

Pertama kali anda melihat hal pada Gambar 2.3 maka ada sebuah tahapan yang disebut tahapan sensasi (sensation), mata sebagai salah satu dari lima panca indera akan menangkap sinyal secara visual yang disebut Sense Sensation sebagai bagian dari proses kognisi, kemudian sesudah itu informasi tadi akan dikirim ke otak, kemudian disana akan terjadi proses mental dan nanti akan tergantung pada pengalaman di masa lalu, tata nilai yang dimiliki, dan believe system yang dianut maka akan muncul persepsi. Sebagai contoh jika seseorang memiliki pengalaman membaca berita tentang seekor anjing yang menggigit manusia, pelaku kejahatan yang bertato, maka sudah tertanam di dalam memorinya membentuk sebuah konsepsi persepsi bahwa seekor anjing adalah menggigit, orang bertato adalah preman, itulah persepsi yang muncul penggabungan antara sensasi dengan apa yang sudah dimiliki dalam memori. Contoh dari proses kognisi untuk kelompok orang yang lain mungkin justru berbeda berdasarkan memori atau tata nilai yang dimiliki bahwa seekor anjing adalah hewan peliharaan yang lucu dan menggemaskan, atau makin banyak tato pada tubuh seseorang makin menunjukkan nilai seni yang tinggi, sehingga ketika melihat seekor anjing atau orang yang tidak dikenal dan bertato yang dia lakukan adalah mendekati dan tidak merasa terancam.

(38)

26

Dari penjelasan sebelumnya, jika digabungkan maka ergonomi kognitif adalah secara prinsip tetap kembali ke Gambar 2.1 yaitu “Fitting the Task to the Human tetapi untuk ergonomi kognitif menjadi “Fitting the (cognitive) Task to the Human” yang artinya task dari ergonomi kognitif difokuskan pada tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang memerlukan proses kognisi, sebagai contoh sederhana cognitive task yaitu olahraga catur karena olahraga ini tidak hanya memerlukan ketahanan fisik saja tetapi sebagian besar memerlukan kognisi.

Gambar 2.4 menunjukkan segitiga framework ergonomi kognitif.

Gambar 2. 4 Segitiga Framework Ergonomi Kognitif Dari Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa penekanan ada pada bagian cognitive task yang didominasi oleh tugas-tugas kognitif, seperti fitur dan karakteristik tertentu, kemudian tugas-tugas yang nanti lebih difokuskan pada memorizing, tugas-tugas yang lebih kearah decision-making under uncertainty atau risky decision dll. Dibagian lain ada human cognition atau orang yang melakukan tugas-tugas yang lebih ke arah kognitif, seperti sensasi, kemampuan untuk melakukan persepsi, kemampuan mengingat dan sebagainya, dilihat dari dua sisi kemampuan (capability) serta keterbatasannya (limitation). Kemudian saat ditemukan bahwa cognitive task dan human cognition tidak cocok, tidak harmonis, atau tidak fit, maka tugas dari ergonom adalah

(39)

27 mencari intervensinya atau cara-cara upaya kita untuk membuat kecocokan terjadi sehingga produktivitas dari orang dan sistem menjadi naik, well-being termasuk didalamnya kenyamanan, kebahagiaan, job satisfaction, dan seterusnya juga akan naik.

D. Proses Kognitif

Proses kognitif pada dasarnya adalah suatu proses yang terjadi secara berulang dan tertutup (closed loop) karena adanya mekanisme kendali dan feedback dalam proses kognitif. Dari beberapa jenis model kognitif, salah satu yang sering digunakan dan mudah di pahami adalah Human information-processing (HIP) (Nemeth, 2004). Human information-processing (HIP) adalah salah satu teori yang dapat digunakan pada konsep dan materi ergonomi kognitif (Wickens et al.). Melanjutkan pembahasan sebelumnya mengenai gambar ilustrasi pada Gambar 2.3 membahas bahwa setidaknya akan ada dua respon yang mungkin muncul dari orang yang sedang melihat ilustrasi tersebut, yang pertama adalah lari atau kabur, yang kedua respon biasa saja dan mendekati ilustrasi tersebut. Sebenarnya apa yang terjadi dengan dua orang ini, padahal mereka sedang melihat atau mendapat stimulus yang sama yaitu melihat ilustrasi tersebut ada stimulus masuk, kemudian ada output berupa respon orang dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena tersebut adalah teori HIP yang dijelaskan seperti pada Gambar 2.5.

(40)

28

Gambar 2. 5 Human Information-Processing (HIP) Model Sumber: (Wickens et al., n.d.)

Dari Gambar 2.5, dapat dijelaskan seperti ini menurut (Branaghan and Lafko, 2019), misal contoh seseorang mendapatkan stimulus kemudian diterima oleh panca indra (sensasi) yang dimiliki oleh manusia, tahapan selanjutnya akan masuk ke bagian short-term sensory store atau ingatan jangka pendek, kemudian dengan ditambahnya attention resources, long- term memory maka terciptalah persepsi (perception), kemudian manusia akan mengambil keputusan dan memilih respon, setelah itu respon akan dikerjakan atau dieksekusi dan seterusnya, respon (responses) itulah yang akhirnya nanti akan terlihat oleh orang lain atau berada di luar cognition process, begitu seterusnya.

1. Sensation (Sensasi atau Indra)

Sensasi adalah proses otak yang mengumpulkan dan mengubah stimulus atau informasi. Sensasi adalah bagian tubuh manusia yang dapat menangkap sinyal. Bagian-bagian ini termasuk pendengaran, penglihatan, pembau, perasa, perasa, dan peraba. Jika dikaitkan dengan bagian tubuh seperti kulit, lidah, hidung, telinga, dan mata. Stimulus kinestetik, rasa sakit, dan vestibular juga disebutkan dalam beberapa penelitian dewasa ini. Indra didefinisikan sebagai

(41)

29 penangkap stimulus atau terkait dengan cara kita sebagai manusia memahami dan memahami dunia di sekitar kita.

Urutan pancaindra menunjukkan urutan jumlah stimulus yang dapat ditangkap oleh indra (Boff and Lincoln, n.d.).

2. Perception (Persepsi)

Persepsi adalah sebuah proses yang terjadi setelah adanya stimulus dan sensasi ke tindakan yang didapat oleh manusia (Zolotova and Giambattista, 2019). Persepsi adalah proses nonlinear yang dinamis di bawah kendali pengamat yang secara sadar menyadari fenomena yang diamati (Karwowski, 2000). Semua stimulus akan diproses di bagian otak yang berbeda. Thalamus, yang berfungsi sebagai switchboard untuk setiap informasi yang masuk ke otak, akan menerima semua stimulus. Selanjutnya, primary sensory cortices memproses informasi. Misalnya, occipital lobe menerima informasi visual, temporal lobe menerima informasi auditori, dan parietal lobe menerima perabaaan. setelah primary sensory cortices, informasi akan dikirimkan ke association cortices di temporal dan parietal lobes, di mana informasi akan diproses pada level yang lebih kompleks, misalnya di memori atau dalam proses pengambilan keputusan (Ebert et al., 2014).

a. Visual Perception

Persepsi visual semua elemen yang memainkan peran penting dalam persepsi visual dan keterkaitannya, di antaranya: keseimbangan, warna, cahaya, bentuk, bentuk, ruang, perkembangan, dinamika, dan gerakan.

Persepsi visual dimulai saat cahaya masuk ke pupil dan difokuskan ke retina, yang terdiri dari reseptor berupa sel kerucut dan sel batang di bagian belakang mata. Reseptor kerucut sensitif terhadap cahaya pada siang hari, sedangkan reseptor batang sensitif pada malam hari. Kepadatan reseptor menentukan seberapa rinci informasi visual yang dapat ditangkap oleh mata (Zolotova and Giambattista, 2019).

(42)

30

b. Auditory Perception

Banyak informasi yang diperoleh dari lingkungan melalui pendengaran (auditori). Informasi auditori tidak hanya ditransmisikan melalui percakapan, tetapi juga melalui sinyal dan display auditori lainnya. Gelombang suara melewati udara sebelum masuk ke telinga bagian luar dan menghasilkan getaran di telinga bagian dalam.

Getaran ini akhirnya akan menghantarkan sinyal ke saraf pendengaran (Anglada-Tort and Sanfilippo, 2019).

c. Multimodal Perception

Stimulus tertentu dapat menjadi perhatian dan dipersepsikan melalui beberapa indra secara bersamaan, yang dikenal sebagai multimodal. Sistem audio-visual yang menggabungkan persepsi auditori dan visual secara bersamaan adalah contoh multimodal perception (Carterette and Friedman, 1978).

d. Space And Self Perception

Sangat penting dalam berinteraksi dengan lingkungan untuk mengetahui di mana seseorang berada.

Dikenal istilah "ruang peripersonal" (yang berarti dalam jangkauan) dan "ruang ekstrapersonal" (yang berarti di luar jangkauan). Kedua istilah ini berkaitan dengan cara orang melihat ruang. Studi menunjukkan bahwa target yang berada di lingkungan peripersonal diproses lebih cepat dan lebih jelas daripada yang berada di lingkungan ekstrapersonal. Penggunaan VR dan alat seperti pointer dapat meningkatkan pemahaman Anda tentang ruang (Li et al., 2011).

e. Situational Awareness (SA)

Situational awareness (SA) adalah kesadaran yang tepat dari suatu situasi, SA adalah persepsi unsur-unsur di lingkungan dalam volume ruang dan waktu, pemahaman maknanya dan proyeksi statusnya dalam waktu dekat. SA adalah Kesadaran situasional adalah refleksi dinamis sadar pada situasi oleh seorang individu.

Ini memberikan orientasi dinamis pada situasi,

(43)

31 kesempatan untuk mencerminkan tidak hanya masa lalu, sekarang dan masa depan, tetapi juga fitur potensial dari situasi tersebut. Refleksi dinamis mengandung komponen logis-konseptual, imajinatif, sadar dan tidak sadar yang memungkinkan individu untuk mengembangkan model mental dari peristiwa eksternal (Stanton et al., n.d.).

Pada dasarnya SA terdiri dari tiga level, yaitu (Ask et al., n.d.):

Level 1 SA: (1) Kesadaran akan situasi saat ini, (2) kesadaran akan dampak serangan, (3) kesadaran akan perilaku permusuhan, (4) kesadaran akan kualitas dan kepercayaan informasi CSA.

SA Level 2: (5) Kesadaran tentang mengapa dan bagaimana situasi saat ini disebabkan, (6) Kesadaran tentang bagaimana situasi berkembang.

Level 3 SA: (7) Penilaian hasil yang masuk akal.

3. Memory

Memory adalah kemampuan seseorang untuk menjaga atau menyimpan informasi di dalam otak, memory terbagi dari beberapa, yaitu sensory memory, working memory, dan Long -term memory. Gambar 2.6 menujukkan model sederhana dari memory (Willingham, 2017).

(44)

32

Gambar 2. 6 Model Sederhana dari Memory a. Sensory Memory

Merupakan informasi atau stimulus dari lingkungan yang diterima oleh panca indra, tetapi hal ini hanya terlintas dan tidak diproses secara lanjut.

b. Working Memory

Disebut juga short-term memory, sangat mempengaruhi atensi. Working memory berfungsi untuk menjaga atensi, tetapi atensi diperlukan untuk memastikan bahwa objek tetap berada di working memory.

Working memory menyimpan hal-hal yang kita pikirkan dan merupakan bagian dari pikiran kita, menyadari apa yang ada di sekitar kita sebagai contoh Anda dapat mengetahui hal-hal yang tidak ada di lingkungan saat ini;

seperti, Anda dapat mengingat suara ibu Anda, meskipun dia tidak ada di kamar (atau memang, tidak lagi tinggal).

c. Long-Term Memory

Long-term memory adalah gudang besar tempat mempertahankan pengetahuan faktual tentang dunia, contoh kita tahu bahwa kepik memiliki bintik-bintik, segitiga adalah bentuk tertutup dengan tiga sisi, dan lain-

(45)

33 lain. Semua informasi dalam memori jangka panjang berada di luar kesadaran. Itu terletak diam-diam sampai dibutuhkan, dan kemudian memasuki memori kerja, dan menjadi sadar.

4. Output (responses)

Responses adalah luaran dari informasi atau stimulus yang diproses dalam mediator dan menghasilkan bentuk yang berbeda seperti bahasa, judgement and prediction, decision making dan, emosi dan interaksi sosial.

(46)

34

DAFTAR PUSTAKA

Anglada-Tort, M. and Sanfilippo, K.R.M. (2019), “Visualizing Music Psychology: A Bibliometric Analysis of Psychology of Music, Music Perception, and Musicae Scientiae from 1973 to 2017”, Music and Science, SAGE Publications Ltd, Vol. 2, doi:

10.1177/2059204318811786.

Ask, T.F., Knox, B.J., Lugo, R.G., Hoffmann, L. and Sütterlin, S.

(n.d.). A Gamification Approach to Improving Interpersonal Situational Awareness in Cyber Defense.

Boff, K.R. and Lincoln, J.E. (n.d.). Human Perception and Performance NASA VOLUME I Integrated Perceptual Information for Designers Program.

Branaghan, R.J. and Lafko, S. (2019), “Cognitive ergonomics”, Clinical Engineering Handbook, Second Edition, Elsevier, pp.

847–851, doi: 10.1016/B978-0-12-813467-2.00121-8.

Carterette, E.C. and Friedman, M.P. (1978), Perceptual Coding, Academic Press.

Ebert, A., van der Veer, G.C., Domik, G., Gershon, N.D. and Scheler, I. (Eds.). (2014), Building Bridges: HCI, Visualization, and Non- Formal Modeling, Vol. 8345, Springer Berlin Heidelberg, Berlin, Heidelberg, doi: 10.1007/978-3-642-54894-9.

De Fockert, J.W. and Wu, S. (2009), “High working memory load leads to more Ebbinghaus illusion”, European Journal of Cognitive Psychology, Vol. 21 No. 7, pp. 961–970, doi:

10.1080/09541440802689302.

Hollnagel, E. (1997), “Cognitive ergonomics: It’s all in the mind”, Ergonomics, Vol. 40, Taylor & Francis Ltd, pp. 1170–1182, doi:

10.1080/001401397187685.

Karwowski, W. (2000), “Cognitive ergonomics: Requisite compatibility, fuzziness and nonlinear dynamics”, Proceedings of the XIVth Triennial Congress of the International Ergonomics Association and 44th Annual Meeting of the Human

(47)

35 Factors and Ergonomics Association, “Ergonomics for the New Millennium”, Human Factors and Ergonomics Society, pp.

580–583, doi: 10.1177/154193120004400609.

Lee, G.I., Lee, M.R., Clanton, T., Sutton, E., Park, A.E. and Marohn, M.R. (2014), “Comparative assessment of physical and cognitive ergonomics associated with robotic and traditional laparoscopic surgeries”, Surgical Endoscopy, Springer New York LLC, Vol. 28 No. 2, pp. 456–465, doi: 10.1007/s00464- 013-3213-z.

Li, P., Abarbanell, L., Gleitman, L. and Papafragou, A. (2011),

“Spatial reasoning in Tenejapan Mayans”, Cognition, Vol. 120 No. 1, pp. 33–53, doi: 10.1016/j.cognition.2011.02.012.

Massaro», D.W. and Anderson, N.H. (1971), JUDGMENTAL MODEL OF THE EBBINGHAUS ILLUSION, Journal of Experimental Psychology, Vol. 89.

Nemeth, C.P. (2004), Human Factors Methods for Design Systems Human-Centered, Vol. 1, CRC Press, Boca Raton, doi:

https://doi.org/10.1201/9780203643662.

Stanton, N.A., Chambers, P.R.G. and Piggott, J. (n.d.). Situational Awareness and Safety.

Wickens, C.D., Hollands, J.G., Banbury, Simon. and Parasuraman, R. (n.d.). Engineering Psychology and Human Performance.

Willingham, D.T. (2017), “A Mental Model of the Learner: Teaching the Basic Science of Educational Psychology to Future Teachers”, Mind, Brain, and Education, Blackwell Publishing, 1 December, doi: 10.1111/mbe.12155.

Zolotova, M. and Giambattista, A. (2019), “Designing Cognitive Ergonomics Features of Medical Devices. Aspects of Cognitive Interaction”, Design Journal, Taylor and Francis Ltd., Vol. 22 No. sup1, pp. 463–474, doi:

10.1080/14606925.2019.1595432

(48)

36

BAB

3

dr. Anggi Setiorini, M.Sc., AIFO-K

A. Pendahuluan

Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Dari pengalaman menunjukkan bahwa setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat, performansi menurun yang berakibat kepada penurunan efisiensi dan daya kerja. Secara umum penerapan ergonomi dapat dilakukan di mana saja, baik di lingkungan rumah, di perjalanan di lingkungan sosial maupun di lingkungan kerja. Ergonomi diterapkan kapan saja dalam putaran 24 jam sehari semalam, sehingga baik pada saat bekerja, istirahat maupun dalam berinteraksi sosial kita dapat melakukan dengan sehat, aman, dan nyaman. Setiap komponen masyarakat baik masyarakat pekerja maupun masyarakat sosial harus menerapkan ergonomi dalam upaya menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan, dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Dalam penerapan ergonomi diperlukan suatu seni, agar apa yang akan diterapkan dapat diterima oleh pemakainya dan memberikan manfaat yang besar kepadanya (Neubert et al., 2017).

POSTUR

KERJA

(49)

37 Dari uraian berikut didapatkan definisi ergonomi yaitu ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.

B. Penerapan Ergonomi

Ericsson et al., (2012) menyebutkan secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi. Dalam kata lain, tuntutan tugas pekerjaan tidak boleh terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan (overload). Karena keduanya, baik underload maupun overload akan menyebabkan stress (Neubert et al., 2017).

(50)

38

C. Postur Kerja

1. Pengertian Postur Kerja

Postur adalah posisi tubuh manusia secara keseluruhan. Pada saat bekerja posisi tubuh (postur) tiap pekerja berbeda. Postur kerja atau sikap kerja merupakan posisi tubuh pada saat pekerja melakukan aktivitasnya (Mohammadipour et al., 2018).

Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja:

a. Sikap Kerja Duduk

Sikap kerja duduk merupakan salah satu sikap kerja yang paling sering dilakukan. Menjalankan pekerjaan dengan sikap kerja duduk menimbulkan masalah muskuloskeletal terutama masalah punggung karena terdapat tekanan pada tulang belakang (Hellig et al., 2019). Pada sikap duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring.

Menurut Brandl et al. (2017), keuntungan bekerja dengan sikap kerja duduk adalah mengurangi beban otot statis/keadaan statis karena adanya kontraksi otot dalam jangka waktu yang lama pada kaki dan berkurangnya pemakaian energi.

1) Definisi Sikap Kerja Duduk

Duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring.

Jika diasumsikan, tekanan tersebut sebesar 100%, cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan secara membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau saraf belakang daripada sikap duduk yang condong kedepan. Posisi duduk pada otot rangka (muskuloskeletal) dan tulang belakang terutama

Gambar

Gambar 1. 2 Konsep Dasar Ergonomi  Taks demand atau tuntutan tugas terdiri dari:
Gambar 2. 1 Segitiga Framework Ergonomi
Gambar 2. 3 Ilustrasi Gambar  Sumber: Google
Gambar  2.4  menunjukkan  segitiga  framework  ergonomi  kognitif.
+7

Referensi

Dokumen terkait

2004 .Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas .Cetakan I Surakarta : Unisba press.. Ambar Teguh

Tarwaka, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas, Guna Widya, Surakarta, 2004.. Tarwaka,

Pengendalian ergonomi dipakai untuk menyesuaikan tempat kerja dengan pekerja. Pengendalian ergonomi berusaha mengatur agar tubuh pekerja berada di posisi yang baik dan

 Ergonomi kerja  adalah ilmu tentang kemampuan, keterbatasan dan sifat manusia dalam sistim kerjanya.. serta memanfaatkan pengetahuan ini untuk mendapatkan sistim kerja yang

Adapun hubungan kuat antara kesehatan dan keselamatan kerja dengan kinerja, sebagaimana kita ketahui bahwa kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan tingkat

Mata kuliah ini membahas tentang penerapan ilmu Ergonomi dalam kondisi riil di lapangan khususnya dalam dunia industri yang mencakup pengantar ergonomi,

modul praktik di tempat kerja yang berisi tentang kecelakaan

Buku Kuliah Psikologi Faal oleh Dr. dr. Hj. Siti Nur Asiyah,