PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA YOGYAKARTA
2023
MODUL PRAKTIKUM
FAAL KERJA DAN ERGONOMI
Penyusun
YAMTANA
SITI HANI ISTIQOMAH
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA YOGYAKARTA
2023
Modul Praktik Pertemuan ke 8
PENGUKURAN ANTROPOMETRI DAN ERGONOMIS ALAT KERJA
1. Kompetensi
Mengelola program higiene industri, kesehatan, dan keselamatan kerja 2. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran ergonomis alat kerja.
3. Antopometri dan Ergonomis
Antropometri adalah studi tentang pengukuran yang sistematis dari fisik tubuh manusia, terutama mengenai dimensi bentuk dan ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam klasifikasi dan perbandingan antropologis. Penerapan data antropometri merupakan penggunaan data antropometri di dalam desain dan pemanfaatanya dalam suatu bidang yang luas dengan sangat sederhana.
Pengukuran Antropometri.
Pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia merupakan kegiatan terpenting dari antropometri, karena akan menjadi dasar untuk mempersiapkan desain ergonomis berbagai peralatan, mesin proses, dan tempat kerja.
Pengukuran dimensi tubuh dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Dimensi statis
Dimensi statis merupakan dimensi pengukuran yang dilaksanakan pada saat tubuh manusia dalam sikap statis (posisi diam di tempat). Dua jenis sikap standar pengukuran dimensi statis, terdiri dari :
1) Sikap berdiri standar. Manusia yang diukur harus berdiri tegak, melihat lurus ke muka dalam bidang Frankfurt (bidang yang melalui sudut lateral mata dan liang telinga luar), dengan bahu yang tidak kaku dan dengan lengan diposisikan tegak lurus ke bawah.
2) Sikap duduk standar. Manusia yang diukur harus duduk dengan tegak pada permukaan tempat duduk yang horizontal, melihat lurus ke muka bidang Frankfurt, dengan bahu yang tidak kaku, dengan lensa atas diposisikan tegak lurus ke bawah dan lengan bawah dalam posisi horizontal ke muka, tinggi tempat duduk disesuaikan agar tungkai atas berada dalam posisi horizontal ke muka dan tungkai bawah tegak lurus diatas lantai.
b. Dimensi dinamis
Dimensi-dimensi ini diukur pada saat tubuh dalam posisi mengerjakan beberapa aktivitas fisik. Pada kebanyakan aktifitas fisik yaitu anggota tubuh manusia bekerja bersama-sama secara terkoordinasi.
Data pengukuran antropometri akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan standar deviasi (SD). Pada pengukuran data antropometri dikatakan cukup dengan rumus kecukupan data yang menghasilkan N’<N.
Kemudian data yang didapat dapat dikatakan seragam dengan uji keragaman pada tingkat kepercayaan 95%. Data seragam jika nilainya berada diantara batas control atas dan batas control bawah.
Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Di dalam konsep persentil ada dasar yang harus dipahami, tidak
ada orang yang disebut sebagai orang persentil ke-90 atau orang persentil ke- 5. Artinya, orang yang memiliki persentil ke-50 untuk tinggi duduk mungkin saja memiliki dimensi persentil ke-40 untuk tinggi popliteal atau persentil ke- 60 untuk tinggi siku duduk.
4. Pelaksanaan Praktikum Bahan dan Alat:
a. Alat:
NO NAMA DAN SPESIFIKASI ALAT JUMLAH
1. Mistar 100 cm 1
2. Meteran gulung 300 cm 1
b. Bahan:
NO NAMA DAN SPESIFIKASI BAHAN JUMLAH
1. Meja Kerja 1
2. Kursi Kerja/ DINGKLIK / BANGKU (TEMPAT DUDUK KERJA)
1
3. Pekerja 1
5. Prosedur Kerja:
a. Mengukur Kursi (tempat duduk), yaitu :
i. Tinggi tempat duduk: dari lantai sampai pada permukaan atas bagian depan alas duduk.
ii. Panjang alas duduk: dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk permukaan atas alas duduk.
iii. Lebar tempat duduk: diukur pada garis tengah alas duduk melintang.
iv. Sandaran pinggang
v. Sandaran tangan (apabila diperlukan) vi. Sudut alas duduk.
b. Mengukur meja kerja, yaitu:
i. Tinggi meja kerja ii. Tebal daun meja iii. Permukaan meja
iv. Lebar meja: diukur dari pekerja ke arah depan.
c. Mengukur jarak pandang pekerja dari monitor komputer ke arah pandangan mata.
6. Latihan:
Kriteria alat kerja yang ergonomis antara lain sebagai berikut.
a. Kursi (Tempat duduk):
i. Tinggi tempat duduk: tinggi alas duduk harus lebih pendek dari panjang lekuk lutut sampai ke telapak kaki.
Ukuran yang diusulkan: 34-38 cm ternyata 38-48 cm.
ii. Panjang alas duduk: harus lebih pendek dari jarak lekuk sampai garis punggung (36 cm)
iii. Lebar tempat duduk: harus lebih besar dari lebar pinggul (44-48 cm)
iv. Sandaran pinggang: bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul
v. Sandaran tangan: jarak antara tepi dalam kedua sandaran lebih lebar dari lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu (46-48 cm); tinggi sandaran tangan adalah setinggi situ (20 cm dari alas duduk);
panjang sandaran adalah sepanjang lengan bawah.
vi. Sudut alas duduk: alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan pada pekerja untuk melaksanakan pemilihan-pemilihan gerakan dan posisi.
b. Meja Kerja:
1) Tinggi meja kerja: tinggi permukaan atas meja kerja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu bekerja
Ukuran yang diusulkan: untuk sikap berdiri (pada pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, tinggi meja : 10-20 cm lebih tinggi dari tinggi situ; pada pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan, tinggi meja adalah 10-20 cm lebih rendah dari tinggi situ);
untuk sikap duduk (tinggi meja adalah 54-58 cm yang diukur dari permukaan daun meja sampai ke lantai).
2) Tebal daun meja (tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kebebasan bergerak pada kaki).
3) Permukaan meja (rata dan tidak menyilaukan).
4) Lebar meja (tidak melebihi jarak jangkauan tangan : ± 80 cm)
5) Jarak komputer dengan mata: sejajar dengan pandangan mata (± 50 cm).
7. Tugas
Setiap mahasiswa melakukan pengukuran antropometri menggunakan antropometer set (mistar, rol meter) terhadap 5 orang pekerja (RESPONDEN / ORANG YANG SUDAH DEWASA, misalnya ANGGOTA KELUARGA: AYAH, BUNDA, KAKAK, ADIK, PAMAN, BIBI, KELUARGA/TETANGGA DEKAT YANG SEHAT DAN SEBAGAINYA). Selanjutnya sebanyak 5 orang responden dalam satu kelompok praktik melakukan penghitungan, analisis, pembahasan, menyusun kesimpulan hasil pengukuran antropometri dengan alat kerja yang digunakan. Kemudian kelompok mahasiswa menyusun saran rekomendasi untuk perbaikan terhadap alat kerja, guna menyempurnakan sikap dan posisi kerja yang ergonomis.
Tabel 1. Pengukuran antropometri statis terhadap tujuh orang responden
No
Pengukuran ( Cm )
Nama Responden Rata-
rata
Simpang an baku
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2 TB
3 TBh
4 TS
5 TPg
6 LB
7 LPg
8 PL
9 JA
10 Pla
11 PLb
12 PD
13 TD
14 TSd
15 TPd
16 TLd
17 Pta
18 PTb
Hitunglah : rata-rata (mean), simpangan baku (standar deviasi).
Tabel 2. Pengukuran kursi dan meja kerja di tempat kerja/rumah/perkantoran No Bagian yang Diukur Hasil
Pengukuran
Nama responden, Ergonomis atau Tidak
Ergonomis ( Cm )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 Tinggi tempat duduk 46
3 Lebar alas duduk 35
4 Sandaran tangan 25
5 Tinggi sandaran punggung
21
6 Tinggi meja 75,5
7 Tebal daun meja 14
8 Lebar meja 59,5
Keterangan kriteria: Er = Ergonomis;
TEr= Tidak ergonomis.
Modul Praktik Pertemuan ke 9 dan 10
PENILAIAN GANGGUAN OTOT RANGKA (GOTRAK)
1. Kompetensi
Mengelola program higiene industri, kesehatan, dan keselamatan kerja 2. Tujuan
3. Mahasiswa mampu melakukan penilaian gangguan otot rangka (gotrak) pekerja di suatu tempat kerja.
3. Gangguan Otot Rangka (Gotrak)
Nordic Body Map (NBM) merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat
keparahan (severity) atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal.
Metode NBM merupakan metode penilaian yang sangat subyektif, artinya keberhasilan aplikasimetode ini sangat tergantung dari situasi dan kondisi yang dialami pekerja pada saat dilakukan penilaian.Metode ini telah digunakan secara luas oleh para ahli ergonomic untuk menilai tingkat keparahan gangguan pada sistim musculoskeletal yang mempunyai validasi dan reabilitas yang baik.
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan. Skala yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert adalah sebuah tipe skala psikometri yangmenggunakan angket dan menggunakan skala yang lebih luas dalam penelitian survei. Metode rating yang dijumlahkan (summated rating) popular juga dengan nama penskalaan model Likert.
Metode Likert merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya.
Prosedur penskalaan dengan metode Likert didasari oleh duaasumsi yaitu:
1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favorable.
2. Untuk pernyatataan positif, jawaban yang diberikan oleh individu yang memiliki sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.
Demikian sebaliknya untuk pernyatataan negatif, jawaban yang diberikan oleh individu yang memiliki sikap negatif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap positif.
Ketika merespon, angket Likert, responden mengspesifikasikan tingkat pernyataan mereka. Skala ini dinamakan skala Likert. Bentuk tes pada skala Likert adalah bentuk pernyataan. Responden mengindikasi tingkat keyakinan mereka dengan pernyataan atau evaluasi objektif / subjektif. Biasanya dalam skala Likert terbagi dalam lima kategori yang digunakan, tetapi banyak pakar psikometri menggunakan tujuh sampai sembilan kategori.
Pernyataan Positif (+) 1. sangat tidak setuju 2. tidak setuju
3. ragu-ragu 4. setuju
5. sangat setuju Pernyataan Negatif (-)
1. sangat setuju 2. setuju
3. ragu-ragu 4. tidak setuju
5. sangat tidak setuju
Kuesioner yang digunakan nordic body map. Berikut adalah data kuesioner nordic body map. Kuesioner nordic body map adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. Pengisian kuesioner Nordic Body Map ini bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dari pekerja yang terasa sakit sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
4. Pelaksanaan Praktik
KUESIONER NORDIC BODY MAP
A. Nama perusahaan/pemilik: ___________________________________________
B. Alamat: ___________________________________________________________
C. Tahun mulai produksi: ________________________________________________
DATA RESPONDEN:
1. Nama : ____________________________________
2. Umur : _________ tahun.
3. Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan (coret yang tidak sesuai) 4. Lama bekerja : ____________________________ tahun
5. Pendidikan : tidak lulus SD / SD / SMP / SMA / D3 / S1 (lingkari yang sesuai)
6. Jenis pekerjaan : ____________________________________
7. Posisi kerja : Duduk / berdiri / duduk-berdiri /__________
8. Alat kerja utama : ____________________________________
9. Riwayat penyakit otot rangka : tidak pernah/pernah: tahun________(lingkari yang sesuai)
10. Memakai APD : Tidak memakai / memakai berupa _________________
11. Hasil produksi batik setiap hari: ______________ lembar (meter persegi/M2).
PETUNJUK PENGISIAN:
1. Mohon BAPAK/IBU mengisi sesuai dengan keluhan yang dialami;
2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda CEK/CENTANG ( V ) pada kolom jawaban yang BAPAK/IBU pilih;
3. Mengisi jawaban dari pertanyaan sesuai dengan kondisi BAPAK/IBU saat ini.
CARA PENILAIAN:
Skor 1 (kolom A): Tidak ada keluhan sama sekali.
Skor 2 (kolom B): Sedikit ada keluhan nyeri (agak sakit).
Skor 3 (kolom C): Ada keluhan nyeri (sakit).
Skor 4 (kolom D): Keluhan sangat nyeri ( sangat sakit).
5.Latihan
Setelah selesai melakukan wawancara dan pengisian kuesioner, langkah selanjutnya adalah menghitung total skor setiap individu dari seluruh otot rangka (28 bagian otot rangka) yang diobservasi. Pada desain 4 skala Likert akan diperoleh skor individu
terendah adalah sejumlah 28 dan skor tertinggi adalah sejumlah 112. Selanjutnya dibuat klasifikasi subyektivitas tingkat risiko otot rangka sebagai berikut.
Tabel 1
Klasifikasi Subyektivitas Tingkat Risiko Otot Rangka Berdasarkan Total Skor Individu
Ting kat
Total Skor Individu
Tingkat
Risiko Tindakan Perbaikan
1 28 – 49 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan 2 50 – 70 Sedang Mungkin diperlukan tindakan perbaikan
dikemudian hari
3 71 – 91 Tinggi Diperlukan tindakan segera
4 92 – 112 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin
6. Tugas
Setiap mahasiswa melakukan penilaian gangguan otot rangka menggunakan kuesioner nordic body map (NBM) terhadap 5 orang pekerja (operator) dengan cara wawancara dan pengamatan. Selanjutnya sebanyak 5 mahasiswa dalam satu kelompok praktik melakukan penghitungan, analisis, pembahasan, menyusun kesimpulan hasil pengukuran NBM mengenai gangguan otot rangka (GOTRAK).
Kemudian kelompok mahasiswa menyusun saran rekomendasi untuk perbaikan sikap dan posisi kerja yang ergonomis.
Modul Praktik Pertemuan ke 11 dan 12 PENILAIAN BEBAN POSTUR KERJA
1. Kompetensi
Mengelola program higiene industri, kesehatan, dan keselamatan kerja.
2. Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan penilaian beban postur kerja.
3. Pengukuran Beban Postur Kerja
Quick Exposure Cheklist (QEC) merupakan salah satu metode pengukuran beban postur yang diperkenalkan oleh Guanyang Li dan Peter Buckle. The Quick Exposure Cheklist (QEC) menilai empat area tubuh yang terpapar pada risiko yang tertinggi untuk terjadinya work musculoskeletal disorders (WMSDs) pada seseorang ataupun operator. The Quick Exposure Cheklist (QEC) terdiri dari beberapa cheklist yang mudah digunakan dan lembar penilaian untuk menilai pekerja. Postur kerja, pergerakan punggung, bahu dan tangan dalam menahan berat dari beban yang sedang diangkat, dan waktu yang disediakan untuk bekerja, mengevaluasi, menentukan paparan dari risiko fisik cedera pada bagian belakang tubuh. Fungsi utama QEC adalah:
a. Mengidentifikasi faktor risiko untuk WMSDs.
b. Mengevaluasi gangguan risiko untuk daerah/bagian tubuh yang berbeda-beda.
c. Menyarankan suatu tindakan yang perlu diambil dalam rangka mengurangi gangguan risiko yang ada.
d. Mengevaluasi efektivitas dari suatu intervensi ergonomi di tempat kerja.
e. Mendidik para pemakai tentang risiko musculoskeletal di tempat kerja.
4. Pelaksanaan Praktikum Prosedur QEC antara lain:
a. Penilaian terhadap pekerja/karyawan oleh peneliti.
b. Menjumlahkan tiap skor hasil kombinasi masing-masing bagian.
c. Memperoleh skor dengan kategori level tindakan.
Tabel 1. Penilaian Observer QEC
Faktor Kode 1 2 3
Belakang (back) A
Hampir netral
Berputar atau bengkok sedikit
Cenderung berputar atau bengkok Frekuensi pergerakan
bagian belakang B ≤3 /mnt Kira-kira 8/mnt ≥12/mnt
Tinggi tugas C
Pada atau setinggi
pinggang Setinggi dada Setinggi bahu
Gerakan bahu/lengan D Sesekali
Reguler/teratur
dengan jeda Hampir kontinu Postur pergelangan
tangan/tangan E
Hampir
lurus Bengkok/berputar
Pergerakan
pergelangan F ≤10 mnt 11-20 mnt >20 mnt
Tabel 2. Penilaian Observer QEC (Lanjutan)
Faktor Kode 1 2 3
Postur leher G
Hampir netral
Kadang-kadang bengkok/berputar secara berlebihan pada kepala/leher
Bengkok/berputar secara berlebihan pada kepala/leher
Tabel 3. Nilai Level Tindakan QEC Level
Tindakan Persentase skor Tindakan Total Skor exposure
1 0-40% Aman 32-70
2 41-50%
Diperlukan beberapa waktu
ke depan 71-88
3 51-70% Tindakan dalam waktu dekat 89-123
4 71-100% Tindakan sekarang juga 124-176
Exposure level dihitung berdasarkan persentase antara total skor aktual exposure (X) dengan total skor maksimum yaitu:
dimana :
X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung + bahu lengan – pergelangan tangan – leher).
= total skor maksimum untuk postur kerja (punggung – bahu lengan – pergelangan tangan – leher).
Xmaks adalah konstan untuk tipe-tipe tugas tertentu. Pemberian skor maksimum
= 162 apabila tipe tubuh statis termasuk duduk atau berdiri dengan/tanpa pengulangan yang sering dan penggunaan tenaga beban yang relatif rendah.
Pemberian skor maksimum = 176 apabila dilakukan manual handling yaitu mengangkat, mendorong, menarik, dan membawa beban.
5. Latihan dan Prosedur Kerja:
KUESIONER THE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) NAMA RESPONDEN: ________________________________________
PUNGGUNG
A. Ketika melakukan pekerjaan, apakah punggung (pilih situasi terburuk) A1. Hampir netral
A2. Agak memutar atau membungkuk A3. Terlalu memutar atau membungkuk.
B. Apakah untuk pekerjaan dengan duduk atau berdiri secara statis, apakah punggung berada dalam posisi statis dalam waktu yang lama ?
B1. Tidak B2. Ya.
Atau
Untuk pekerjaan mengangkat, mendorong/menarik. Apakah pergerakan pada punggung.
B3. Jarang (sekitar 3 kali per menit atau kurang) ? B4. Sering (sekitar 8 kali per menit) ?
B5. Sangat sering (sekitar 12 kali per menit atau lebih) ?
BAHU/LENGAN
C. Ketika pekerjaan dilakukan, apakah tangan (pilih situasi terburuk)
C1. Berada di sekitar pinggang atau lebih rendah ? C2. Berada di sekitar dada ?
C3. Berada di sekitar bahu atau lebih tinggi ? D. Apakah pergerakan bahu/lengan
D1. Jarang (sebentar-sebentar)
D2. Sering (pergerakan biasa dengan berhenti sesaat/istirahat) D3. Sangat sering (pergerakan yang hampir kontinyu) ?
PERGELANGAN TANGAN/TANGAN
E. Apakah pekerjaan dilakukan dengan (pilih situasi terburuk) E1. Pergelangan tangan yang hampir lurus ?
E2. Pergelangan tangan yang tertekuk ?
F. Apakah gerakan pekerjaan diulang F1. 10 kali per menit atau kurang ? F2. 11 hingga 20 kali per menit ? F3. Lebih dari 20 kali per menit ? LEHER
G. Ketika melakukan pekerjaan, apakah leher/kepala tertekuk atau berputar ? G1. Tidak
G2. Ya, terkadang
G3. Ya, secara terus–menerus.
H. Ketika melakukan pekerjaan ini, berapa tingkat kekuatan yang digunakan oleh satu tangan?
J1. Rendah J2. Sedang J3. Tinggi.
I. Apakah pekerjaan ini memerlukan penglihatan yang:
K1. Rendah (hampir tidak memerlukan untuk melihat secara detail) K2. Tinggi (memerlukan untuk melihat secara detail).
J. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan pada pekerjaan ini ? N1. Tidak pernah
N2. Terkadang N3. Sering.
K. Pada umumnya, bagaimanakah Bapak/Ibu menjalani pekerjaan ini ? O1. Sama sekali tidak stress
O2. Cukup stres O3. Stres
O4. Sangat Stres.
______________________________________________________________
KUESIONER OPERATOR
L. Apakah berat maksimum yang diangkat secara manual oleh Bapak/Ibu pada pekerjaan ini ?
H1. Ringan (sekitar 5 kg atau kurang) H2. Cukup berat (6 hingga 10 kg) H3. Berat (11 hingga 20 kg)
H4. Sangat berat (lebih dari 20 kg).
M. Berapa lama rata-rata Bapak/Ibu untuk menyelesaikan pekerjaan dalam sehari
?
I1. Kurang dari 2 jam I2. 2 hingga 4 jam I3. Lebih dari 4 jam.
N. Ketika melakukan pekerjaan ini, berapa tingkat kekuatan yang digunakan oleh satu tangan ?
J1. Rendah J2. Sedang J3. Tinggi.
O. Apakah pekerjaan ini memerlukan penglihatan yang:
K1. Rendah (hampir tidak memerlukan untuk melihat secara detail) K2. Tinggi (memerlukan untuk melihat secara detail).
P. Ketika bekerja apakah Bapak/Ibu menggunakan kendaraan selama:
L1. Kurang dari 1 jam per hari atau tidak pernah ? L2. Antara 1 hingga 4 jam per hari ?
L3. Lebih dari 4 jam per hari ?.
Q. Ketika ekerja apakah Bapak/Ibu menggunakan alat yang menghasilkan getaran selama:
M1. Kurang dari 1 jam per hari atau tidak pernah ? M2. Antara 1 hingga 4 jam per hari ?
M3. Lebih dari 4 jam per hari ?.
R. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan pada pekerjaan ini ? N1. Tidak pernah
N2. Terkadang N3. Sering.
S. Pada umumnya, bagaimanakah Bapak/Ibu menjalani pekerjaan ini ? O1. Sama sekali tidak stress
O2. Cukup stres O3. Stres
O4. Sangat Stres.
2. Tugas
Setiap mahasiswa melakukan penilaian beban postur kerja terhadap seorang pekerja (operator) dengan cara wawancara dan pengamatan. Selanjutnya sebanyak 5 mahasiswa dalam satu kelompok praktik melakukan penghitungan, analisis, pembahasan, menyusun kesimpulan dan saran rekomendasi untuk perbaikan beban postur kerja yang sesuai.
Modul Praktik Pertemuan ke 13 dan 14
MENGHITUNG BEBAN KERJA
1. Kompetensi
Mengelola program higiene industri, kesehatan, dan keselamatan kerja.
2. Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu menghitung beban kerja seseorang tenaga kerja.
3. Beban kerja
Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu (Utomo, 2008).
Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia (Menpan, 1997, dalam Utomo, 2008).
4.Pelaksanaan Praktik
Rodahl (1989) dan Manuaba (2000) dalam Prihatini, 2007), menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
1) Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti :
a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan yang diperoleh, tanggung jawab pekerjaan.
b. Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.
c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja psikologis.
Ketiga aspek ini disebut wring stresor.
2) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Faktor internal meliputi faktor somatis (Jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan kebosanan dan rasa
monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba, 2000, dalam Prihatini, 2007).
Tanda-Tanda Stres Berkaitan Tingkat Beban Kerja :
Menurut Sehnert (1981), tanda-tanda stres yang dialami berkaitan dengan tingkat beban kerja yaitu :
Tabel 2.1. Tanda-tanda Stres Berkaitan dengan Beban Kerja Terlalu Sedikit Beban Penampilan Optimal Terlalu Banyak Beban a. Kebosanan
b. Terlalu mampu dalam pekerjaan c. Apatis
d. Tidur yang tak menentu dan terganggu e. Lekas Marah
f. Menurunnya semangat kerja g. Kecanduan alcohol
h. Kelesuan
a. Kegembiraan
b. Semangat yang tinggi
c. Kewaspadaan mental
d. Energi yang tinggi e. Daya ingat yang
lebih baik
f. Persepsi yang tajam g. Ketenangan dalam
keadaan tertekan
a. Insomnia (tidak dapat tidur)
b. Lekas marah c. Kecanduan alcohol d. Perubahan dalam hal
nafsu makan e. Apatis
f. Hubungan yang tegang
g. Penilaian yang tidak baik
h. Kesalahan yang meningkat
i. Kurangnya kejelasan j. Keragu-raguan k. Pengunduran diri l. Hilangnya perspektif m. Ingatan yang kurang
5.Latihan dan Prosedur Kerja:
Menurut Grandjean (1998) dan Suyasning (1981), beban kerja dapat diukur dengan denyut nadi kerja. Selain itu, denyut nadi juga dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi fisik atau derajat kesegaran jasmani seseorang. Denyut jantung (yang diukur per menit) dapat digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan seseorang. Cara lain yang dapat dilakukan untuk merekam denyut jantung seseorang pada saat kerja yakni dengan menggunakan electromyography (EMG).
Beban Kerja Fisik Berdasarkan Jumlah Kebutuhan Kalori, antara lain:
Beban kerja merupakan beban yang dialami oleh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaan yang dilakukannya. Beban kerja sangatlah berpengaruh terhadap
produktifitas dan efisiensi tenaga kerja, beban kerja juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keselamatan dan kesehatan para pekerja. Dalam ergonomi atau hygiene Industri diatur suatu metode pengaturan menu makanan untuk para pekerja agar memenuhi gizi dan kebutuhan kalori mereka sesuai dengan beban kerja fisik yang dilakukan.
Beban kerja fisik selalu berkaitan dengan pergerakan otot. Salah satu kebutuhan umum dalam pergerakan otot adalah oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat dalam menghasilkan energi, dan satusan energi adalah kalori, sedangkan menghitung kalori adalah menghitung asupan energi. Energi diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein.
Dalam penerapannya untuk mengetahui kategori beban kerja karyawan tentu diperlukan waktu untuk melakukan penelitian dan studi dilapangan. Sebelum
melakukan perhitungan beban kerja sebaiknya anda mengetahui istilah-istilah berikut ini :
Metabolisme basal (MB): Energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan proses-proses hidup yang dasar, dalam satuan kalori per satuan waktu.
MB laki-laki = Berat badan (kg) X 1 Kkal/jam MB perempuan = Berat badan (kg) X 0,9 Kkal/jam
Kerja ringan: Pekerjaan yang membutuhkan kalori untuk pengeluaran energi sebesar 100 Kkal/jam sampai 200 Kkal/jam
Kerja sedang: Pekerjaan yang membutuhkan kalori untuk pengeluaran energi lebih besar dari 200 Kkal/jam sampai 350 Kkal/jam
Kerja berat: Pekerjaan yang membutuhkan kalori untuk pengeluaran energi lebih besar dari 350 Kkal/jam sampai 500 Kkal/jam
Ket: 3 point terakhir berdasarkan Menteri Tenaga Kerja melalui Kep. No. 51 tahun 1999 mengenai kategori beban kerja menurut kebutuhan kalori.
Kebutuhan kalori sehari ditentukan oleh jenis pekerjaan, jenis kelamin, usia, dan aktivitas fisik. Pekerja kantor membutuhkan sekitar 2.500 kalori sehari. Atlet mungkin lebih dari 3.500 kalori. Pasien kencing manis di bawah 2.000 kalori, tergantung berat badan idealnya. Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24 jam ditentukan oleh tiga hal, yaitu:
a) Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal. Keterangan kebutuhan seorang laki-laki
dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ± 100 kilo joule (23,87 kilo kalori) per 24 jam per kg BB. Sedangkan wanita dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ± 98 kilo joule (23,39 kilo kalori) per 24 jam per kg BB.
b) Kebutuhan kalori untuk kerja. Kebutuhaan kalori untuk kerja sangat ditentukan oleh jenis aktivitas kerja yang dilakukan atau berat ringannya pekerjaan.
c) Kebutuhan kalori untuk aktivitas-aktivitas lain diluar jam kerja. Rata-rata kebutuhan
kalori untuk aktivitas diluar kerja adalah ± 2400 kilo joule (573 kilo kalori) untuk laki-laki dewasa dan sebesar 2000 – 2400 kilo joule (425 – 477 kilo kalori) per hari untuk wanita dewasa.
6.Tugas
Lakukanlah pengukuran beban kerja fisik terhadap dua orang tenaga kerja, dengan cara mencatat dan menghitung semua aktifitas dan asupan makanan. Selanjutnya data dianalisis, dibahas, disimpulkan dan jika memungkinkan dibuat saran rekomendasinya.
Daftar Pustaka
Etikariena, Arum. 2014. Perbedaan Kelelahan Kerja Berdasarkan Makna Kerja Pada Karyawan dalam Jurnal Psikogenesis. Vol. 2, No. 2.
Joelian, Kevin RA., Rahayu, Mira.,& Mufidah, Ilma. 2015. Pengukuran kelelahan kerja menggunakan metode Bourdon Wiersma untuk mengurangi kelelahan kerja pada perawat di pavilion anak rumah sakit XYZ. E-Journal: e-Proceeding of Engineering: Vol.2, No.2 Agustus 2015, diakses pada 29 September 2018.
Juniar, Helma Hayu., Astuti, Rahmaniyah D., & Iftadi, Irwan. 2017. Analisis Sistem Kerja Shift Terhadap Tingkat Kelelahan Dan Pengukuran Beban Kerja Fisik Perawat RSUD Karanganyar. E-Journal: Performa (2017) Vol. 16 No.1.
Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri: Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Solo: Harapan Press.
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Anonim. 2011. Ergonomi dan Faal Kerja.
http://laboratoriumlingkungan. blogspot.com/2011/04/ergonomic-dan-faal- kerja.html. Diakses tahun 2013.
Dewi. 2012. http://dewisarah.blogspot.com/2012/faalkerjadalamergonomi.html.
Makalah Faal Kerja. Diakses tahun 2013. Sarah Pratiwi. 2012.
http://sarahpratiwi.wordpress.com/2012/02/fisiologikerja.html. Fisiologi Kerja.
Diakses tahun 2013.
Sri Wahyu Ningsih. 2012. Faal Kerja.
http:/sriningsih.blogspot.com/2012/faalkerja.html. Diakses tahun 2013.