• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problem Based Learning (PBL)

serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.12

Model pembelajaran PBL juga dapat meningkatkan prestasi peserta didik dan keterampilan proses sains. Jadi, model PBL sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran elektronika mengingat bahwasanya materi elektronika berupa konsep, hukum, prinsip, dan teori yang berkaitan erat dengan lingkup permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu perlu dipersiapkan bahan ajar yang tepat untuk mendukung model pembelajaran PBL.

Pendapat lain mengenai pengertian Problem Based Learning (PBL) akan di jelaskan sebagai berikut: Menurut Kunandar, pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran

12 Rusman. “Model-Model Pembelajaran Mengembangakan Profesinalisme Guru”. (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), Cet, V. H.241

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran.13

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi peserta didik untuk belajar, pembelajaran berdasarkan masalah juga efektif digunakan untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Proses pembelajaran ini dapat membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah ada dalam pemikirannya

13 Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 354

dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia social dan sekitarnya.

2. Manfaat Problem Based Learning (PBL)

Adapun manfaat dari problem based learning (PBL) adalah sebagai berikut:

a. Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar

b. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan c. Mendorong untuk berpikir

d. Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial

e. Membangun kecakapan belajar (lifelong learning skills)

f. Memotivasi pembelajar14

3. Karakteristik Problem Based Learning (PBL) a. Pengajuan pertanyaan dan masalah

PBL tidak hanya mengorganisasikan di sekitar keterampilan-keterampilan akademik tertentu, PBL juga mengorganisasikan pembelajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang secara sosial dan pribadi penting bagi peserta didik. Peserta didik menghadapi masalah yang ada di dunia nyata yang tidak dapat diberi jawaban secara sederhana, dan memungkinkan terdapat banyak solusi untuk menyelesaikan.

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

14 Siti Nurhamidah. “Problem Based Learning Kiat Jitu Melatih Berpikir Kritis Siswa”. Lombok: Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia. 2022.

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah dapat difokuskan pada bidang tertentu (matematika, IPA, IPS) tetapi masalah yang diselidiki terdapat beberapa solusi yang bisa diperoleh dari bermacam-macam mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik

PBL mengharuskan peserta didik untuk melakukan penyelidikan autentik yang berusaha menemukan solusi nyata untuk masalah yang nyata. Peserta didik harus merumuskan masalah kemudian menetapkan hipotesis dan mengembangkan prediksi serta mengumpulkan berbagai informasi untuk memecahkan yang dihadapi.

d. Menghasilkan produk dan memamerkan nya

Pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk menghasilkan sebuah produk tertentu. Produk tersebut

kemudian dipresentasikan atau didemonstrasikan kepada teman-teman mengenal apa yang mereka pelajari atau solusi apa yang mereka dapat dari sebuah permasalahan.

Produk bisa berupa laporan, model fisik, ataupun juga video.

e. Kolaborasi

Artinya dalam pembelajaran peserta didik bekerja sama satu dengan yang lainnya melakukan kerja kelompok, paling tidak secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Kerja sama akan memberikan motivasi untuk keterlibatan peserta didik secara berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan meningkatkan kesempatan untuk melakukan penyidikan dan dialog bersama, serta juga dapat mengembangkan keterampilan sosial.

Dalam pelaksana pembelajaran PBL, perlu diperhatikan karakteristik-karakteristik yang ada. Dari beberapa karakteristik yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan adalah poin penting di dalam model pembelajaran ini.

4. Langkah - Langkah Problem Based Learning (PBL) Adapun langkah – langkah problem based learning (PBL) sebagai berikut:15

a. Orientasi peserta didik pada masalah

Ditahap ini, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau bercerita untuk memunculkan masalah,

15 Fidiana Astutik. “Integrasi Model Problem Based Learning pada Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Dasar”. (Jawa Tengah: PT Nasya Expanding Management.2023)

memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

b. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Ditahap ini, guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengelompokkan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Ditahap ini, guru mendukung peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Ditahap ini, guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Ditahap ini, guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses – proses yang mereka gunakan.

Dengan menggunakan langkah – langkah pembelajaran tersebut, peserta didik mampu mengembangkan pemikiran – pemikiran yang ada kemudian peserta didik mulai mampu memecahkan masalah dengan berpikir kritis, yang tentunya

memecahkan masalah dengan penuh pertimbangan antara masalah yang diberikan dengan kondisi yang real atau nyata di lingkungan sekitar.

5. Tujuan Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang prosesnya memerlukan pemikiran kritis dan kreatif untuk mencari solusi dalam pemecahan masalah.

Pemikiran kreatif ini membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.16 Namun berpikir tingkat tinggi yang dimaksud masih tetap memperhatikan kemampuan dasar.

Tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analistus dan logis untuk menemukan

16 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2011. Hal. 216.

alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Model pembelajaran ini diberikan dengan tujuan sebagai berikut:

a. Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi b. Belajar berbagai peran orang dewasa

c. Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri

6. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)

Adapun kelebihan dan kekurangan dari problem based learning (PBL) diantara lain sebagai berikut:

a. Kelebihan menunjukan keunggulan atau sejauh mana keefektifan dari model pembelajaran yang digunakan, kelebihan PBL antara lain:

1) Dapat membuat dosen di universitas menjadi lebih relevan dengan kehidupan

2) Dapat membiasakan para peserta didik atau mahasiswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil

3) Dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh

b. Setiap kelebihan pasti ada kekurangan dikarenakan di dunia ini tiada yang sempurna, adapun kekurangan dari PBL di antara lain:

1) Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai dengan tingkat berpikir para peserta didik atau mahasiswa

2) Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional

3) Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang semula belajar dengan mendengar17

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan modul pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik atau mahasiswa untuk memecahkan masalah – masalah dan mengembangkan keterampilan berpikir secara kreatif.

Sedangkan kekurangannya adalah, apabila model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tidak

17 Abuddin Nata. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran.

Bandung: Kharisma Putra Utama. 2009.

direncanakan dengan baik, maka model pembelajaran ini menjadi tidak efektif untuk diterapkan dalam suatu proses pembelajaran.

52 BAB III

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini kami memanfaatkan metode R&D (Research and Development) dengan menggunakan model ADDIE pada bidang pengembangan modul sistem mikroprosesor. Kami menggunakan metode ini untuk membuat produk (dalam hal ini terkait modul praktikum sistem mikroprosesor) guna memaksimalkan proses pembelajaran mahasiswa. Modul ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.1

1 Cindy Arflina. (2023). “Pengembangan Modul Pemeliharaan Listrik Sepeda Motor Berbasis Proyek di SMK Negeri 1 Meukek”. (Skripsi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)

Dalam penelitian ini, perancangan sebuah modul praktikum dari sistem mikroprosesor dengan menggunakan langkah R&D.

Menurut Dicketal (2005). Metode penelitian dan pengembangan (R&D) memiliki pendekatan pengembangan yang dikenal sebagai model ADDIE. Model ADDIE atau kepanjangan dari Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Raiser dan Mollenda.26 Define (Pendefinisian) Tahap pendefinisian merupakan tahap periset untuk menetapkan syarat garis-garis besar suatu modul.2

Penetapan garis besar ini digunakan selaku acuan ataupun pedoman dalam penataan materi. Salah satu fungsinya yaitu

2 Muhammad Bangun Prasetyo Pengembangan Bahan Ajar Mobile Learning Spreadsheet Berbasis Android Pada Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Untuk Kelas X Akuntansi SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo Program Studi S1 Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya

sebagai pedoman dalam membangun perangkat infrastruktur program pembelajaran yang lebih efektif, dinamis dan mendukung dalam meningkatkan proses pembelajaran yang baik. Model desain pembelajaran ADDIE adalah model desain pembelajaran yang menggunakan 5 tahap. Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation.3 Untuk gambaran metode pengembangan ADDIE bisa dilihat pada gambar 3.1.

3 Maydiantoro, A. Model-Model Penelitian Pengembangan (Research and Development).

Jurnal Pengembangan Profesi Pendidik Indonesia (JPPPI).2019, Hal. 5

Gambar 3.1 Metode Pengembangan ADDIE

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan perancangan dan pengembangan produk menjadi beberapa tahapan yang lebih sederhana. Ber panduan pada tahapan penelitian dari Dicketal (2005). Metode penelitian dan pengembangan (R&D) memiliki pendekatan pengembangan yang dikenal sebagai model ADDIE.

Maka peneliti membutuhkan tahapan-tahapan untuk

mengembangkan modul praktikum sistem mikroprosesor, seperti pada alur peneliti yang terlihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian

1. Analisis (Analysis)

Tahap analisis merupakan tahap needs assessment (analisis kebutuhan) dan mengidentifikasi (masalah yang dihadapi) dan identifikasi kebutuhan karakteristik peserta didik agar mendapatkan modul yang efisien. Dengan melakukan observasi di universitas tempat penelitian untuk memudahkan proses analisis pembelajaran, serta mengetahui kendala yang harus diperhatikan pada proses pembuatan modul, langkah pertama adalah menganalisis kebutuhan pengembangan produk baru (modul pembelajaran) dan menganalisis kelayakan dan persyaratan pengembangan produk. Pengembangan produk dapat dimulai dengan adanya permasalahan pada produk yang sudah ada. Permasalahan bisa terjadi karna produk yang ada saat ini atau yang tersedia sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan target audiens.

2. Perancangan (Design)

Setelah menganalisa dan melakukan observasi ditempat penelitian. Peneliti menemukan bahwa modul di mata kuliah sistem mikroprosesor memiliki kekurangan. Karena minimnya penjelasan dan banyak koding yang error. Pada proses perancangan modul pembelajaran akan mencakup tentang pembuatan modul praktikum sistem mikroprosesor, dengan merancang modul yang yang menarik dan mudah dipahami. Materi belajar dengan mengurutkan modul dengan tepat dan efektif. Urutan dapat dimulai dari bentuk yang sederhana hingga kompleks,4 dari yang diketahui sampai

4 Bintari Kartika Sari. 2017, artikel kartika sari ISBN 978-602- 70216-2-4 “Desain pembelajaran di erea asean ekonomik community (AEC) untuk pendidikan indonesia berkemajuan.”( Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Muhammadiyah Sidoarj)

yang tidak diketahui dan dari pengetahuan sampai penerapan, agar lebih menarik dan mudah diikuti oleh peserta didik.

3. Pengembangan (Development)

Merupakan proses mewujudkan blue print atau desain tadi menjadi kenyataan, atau melakukan pengembangan dari desain yang sudah ada, untuk mengetahui materi yang dipakai dalam merancang modul yang valid dan praktis dan membantu peneliti dalam melakukan perancangan modul, agar modul yang dihasilkan lebih bagus dan ter update. Pada tahap ini segala sesuatu yang dibutuhkan atau yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dari menggunakan secara manual sampai menggunakan aplikasi simulasi. Untuk memenuhi kebutuhan proses pembelajaran peserta didik yang unik dan spesifik.

4. Implementasi (Implementation)

Implementasi merupakan proses terakhir yang dimana bahan yang dirancang harus searah dengan peran dan fungsinya. Agar modul pembelajaran yang dirancang berguna, dan untuk memastikan bahwa modul pembelajaran yang disusun benar-benar dapat digunakan sebagai pendukung pembelajaran sistem mikroprosesor secara efektif dan efisien.

5. Evaluasi (Evaluation)

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir pada pelaksanaan penelitian dan pengembangan dengan desain ADDIE, dimana proses evaluasi merupakan proses penilaian tentang produk yang sudah di buat layak untuk di gunakan atau tidak. Pada tahap ini, dilakukan pemberian lembaran kisi-kisi kepada ahli bidang materi, dan media, dengan melibatkan validator dari

dosen untuk mengetahui kekurangan penggunaan modul praktikum sistem mikroprosesor. Hasil tanggapan dari para dosen akan dijadikan sebagai masukan untuk memperbaiki modul yang akan dirancang.5

Dokumen terkait