BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Teori
3. Program Imtaq
2) Untuk menakut-nakuti agar tidak berani melakukan perbuatan dosa.
3) Untuk kepentingan jiwa manusia agar memiliki sifat-sifat taqwa dalam dirinya. 35
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto tujuan pemberian punishment dapat dilihat dari segi jangka waktu dibagi menjadi dua, yakni jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan pemberian punishment jangka pendek adalah untuk menghentikan perilaku negatif, kesalahan, kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik. Sedangkan tujuan pemberian punishment jangka panjang adalah untuk mendorong dan mengajar peserta didik agar dapat menghentikan diri sendiri tingkah lakunya yang salah.36
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberian punishment yakni untuk membentuk kepribadian peserta didik menjadi manusia yang bertaqwa, tidak melakukan pelanggaran dan menaati setiap peraturan yang berlaku dimana pun ia berada.
dimaksud membenarkan di sini adalah membenarkan dengan hati.37 Secara terminologi iman dapat dilihat secara luas dan khusus. Adapun pengertian iman secara luas adalah keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan dengan lidah dan diwujudkan atau direalisasikan dengan amal perbuatan. Sedangkan pengertian iman secara khusus mengandung pengertian tentang rukun iman.38 Dengan kata lain hakikat iman adalah membenarkan arkanul iman atau rukun iman yakni:
1) Iman kepada Allah SWT.
2) Iman kepada Malaikat.
3) Iman kepada para Rasul Allah.
4) Iman kepada kitab-kitab Allah.
5) Iman kepada hari akhir atau hari kiamat.
6) Iman kepada qadha dan qadar.39
Maka dapat katakan iman adalah membenarkan rukun iman dengan sepenuh hati, diucapkan dengan lidah dan merealisasikan dengan amal perbuatan.
Taqwa secara etimologi kata taqwa menurut pakar tafsir al- Ishlahani, berakar dari kata waqa, yaqi, al-wiqayah yang bermakna memelihara sesuatu dari apa yang membahayakan. Sehingga dari
37Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadist Tentang Islam, Hukum, Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), hlm. 8.
38Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 4.
39Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), cet. ke-3, hlm. 79.
pengertian itu taqwa diartikan sebagai sikap berhati-hati dan takut akan ancaman dan siksaan Allah SWT.40
Sedangkan secara terminologi taqwa adalah “melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.”41 Dari pengertian taqwa di atas dapat disimpulkan bahwa taqwa adalah sikap memelihara diri dari ancaman dan siksaan Allah SWT dengan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Penjelasan dua kata iman dan taqwa di atas kemudian disingkat menjadi Imtaq. Imtaq (iman dan taqwa) adalah dua hal yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena iman adalah keyakinan tentang keesaan Allah, keberadaan malaikat Allah, keberadaan kitab-kitab Allah, keberadaan adanya rasul-rasul Allah, adanya hari kiamat dan ketetapan adanya takdir.42 Sedangkan taqwa adalah implementasi dari keyakinan tersebut yang diterapkan dalam bentuk perilaku terpuji, baik terpuji dengan Allah, terpuji dengan sesama manusia dan terpuji dengan mahluk lainnya berdasarkan indikator ketentuan al-quran dan al-hadist serta perilaku yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul.43
40Ilyas Ismail, Pilar-Pilar Takwa Doktrin, Pemikiran, Hikmat, dan Pencerahan Spritual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. v-vii.
41Ali Hamzah, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 153.
42Oneng Nurul Bariyah, Materi, …hlm. 8-16.
43Zainuddin Ali, Pendidikan…, hlm. 6.
Deskripsi iman dan taqwa di atas hanya sebagai penjelas bahwa dalam pendidikan sangat diperlukan konteks keislaman dan moralitas agar terbinanya hubungan vertical disamping manusiawi dan sosial. Sehingga menghasilkan output yang memiliki tanggung jawab sosial (pribadi, masyarakat dan sosial) dan memiliki tanggung jawab moral (kepada Tuhan).44
Sedangkan pengertian program Imtaq itu sendiri adalah suatu program yang dilaksanakan di sekolah-sekolah baik dari sekolah tingkat dasar sampai sekolah tingkat menengah yang berusaha menanamkan rasa i’tiqad kepada para peserta didik serta perilaku atau perbuatan yang sesuaidengan perintah agama dengan menerapkan beberapa materi pelajaran fiqih.45
b. Landasan Pelaksanaan Program Imtaq
Landasan dilaksanakan kegiatan program Imtaq antara lain:
1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang standar Nasional.
3) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi.
4) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan.
44Iwan Fitriani dan Abdulloh Saumi, “Internalisasi Pendidikan Karakter melalui Program Imtaq dalam Membentuk Kepribadian Siswa”, El-Midad Jurnal Jurusan PGMI, Vol. 10, Nomor 2, 2018, hlm. 80.
45Lalu Dhea Urrahman, “Efektivitas Penyelenggaraan Program Imtaq dalam Rangka Pembinaan Akhlak Siswa di MA Al-Mahsun Khidir NW Dasan Tapen Gerung Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018”, (Skripsi, FTK UIN Mataram, Mataram 2018), hlm. 12-13.
5) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006, tentang pelaksanaan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar Dan Menengah dan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006, tentang Standar Kelulusan untuk Satuan Dasar Pendidikan Dan Menengah.46 6) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 4 Tahun 2009,
tentang Penyelenggaran Pendidikan di Kota Mataram.
Pelaksanaan program Imtaq di sekolah memiliki landasan yuridis yang telah dipaparkan diatas, pelaksanaan program Imtaq di sekolah adalah salah satu bentuk pelaksanan mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Kegiatan program Imtaq dilaksanakan dalam rangka terwujudnya tujuan pendidikan nasional yang telah dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu:
“mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
c. Tujuan Program Imtaq
Tujuan pelaksanaan program Imtaq dapat ditinjau dari tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umumnya adalah adanya persepsi dan gerak langkah yang sama segenap aparatur yang terkait sebagai upaya untuk meningkatkan iman dan taqwa, terutama di madrasah
46Ibid.,hlm. 14-15.
dalam rangkai mencapai tujuan pendidikan nasional. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
1) Mendorong para pembina, pengawas dan kepala madrasah dapat menciptakan suasana madrasah yang religius serta berperan aktif dalam pembinaan Imtaq sejak dari memotivasi guru sampai kepada merencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan madrasah.
2) Mengupayakan peran aktif guru dapat mengarahkan peserta didk agar berbudi pekerti luhur, taat kepada ajaran agama yang dipeluknya, patuh kepada dua orang tua dan para guru, serta berperilaku sopan santun.
3) Mengupayakan dan mewujudkan suasana lingkungan madrasah yang memadai melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler, penataan madrasah serta melakukan kerja sama dengan para orang tua peserta didik dan masyarakat dalam pembinaan Imtaq.
Selain itu juga tujuan pelaksanaan program Imtaq adalah agar peserta didik memiliki dasar yang kuat untuk menghadapi nilai-nilai negatif dari luar. Oleh karena itu, peserta didik sangat membutuhkan bimbingan, perhatian serta didikan dari semua pihak khususnya para guru dan orang tua sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang menjadi muslim yang shaleh dan berbudi pekerti yang luhur.47
47Ibid.,hlm. 15-16.
Dengan pembinaan dan pendidikan agama yang baik maka dapat mengakibatkan peserta didik termotivasi untuk berperan aktif dalam kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial secara langsung, dan juga menjadi salah satu sarana menanamkan nilai-nilai agama untuk mengantisipasi kemerosotan moral, akhlak serta nilai-nilai negatif lainnya.
Selain itu juga dengan aktif ikut serta dalam kegiatan keagamaan dapat mempertebal keimanan terhadap nilai-nilai sosial dan keagamaan dalam diri peserta didik.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, dengan adanya kerjasama yang baik dengan semua aparatur sebagai langkah menciptakan suasana religius yang bertujuan menanamkan keimanan dan ketaqwaan dalam diri peserta didik yang dilaksanakan dengan rutin setiap hari dapat membentuk peserta didik yang bertaqwa atau melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT. sehingga dapat berimplikasi terhadap sikap disiplin peserta didik terhadap peraturan di madrasah serta peraturan yang berlaku dalam program Imtaq.
d. Bentuk-Bentuk Program Imtaq
Bentuk-bentuk kegiatan dalam pelaksanaan program Imtaq, sebagai berikut:
1) Muhadharah/Khitabah/Ceramah agama.
2) Pembiasaan shalat berjamaah.
Pelaksanaan shalat berjamaah dapat wajib dilaksanakan ketika para peserta didik berada di madrasah.
3) Pembiasaan shalat sunah.
Shalat sunah adalah benteng penyempurna shalat fardhu atau shalat wajib. Dengan pembiasaan melaksanakan shalat sunah maka dapat melatih peserta didik untuk tidak meninggalkan shalat wajib, khususnya shalat berjamaah maka seorang pendidik atau pembina Imtaq dapat memantau peserta didik untuk melaksanakan shalat sunnah rawatib. Jika proses pembelajaran di madrasah dilaksanakan pada pagi hari maka madrasah dapat melaksanakan shalat dhuha diwaktu sebelum pembelajaran dimulai atau disaat jam istirahat.
4) Qiyamullail (shalat malam).
5) Pembiasaan puasa sunah.
6) Membaca al-Qur’an dan berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajran.
7) Istighasah, tahlilan, dan barzanji.
8) Penegakan kedisiplinan
9) Cium tangan yang dilakukan peserta didik sebagai bentuk penghormatan kepada guru.
10) Latihan hidup perihatin dan kesederhanaan.
11) Membangun kemandirian.
12) Pembiasaan dzikir dan wirid.
13) Berbusana Islami 14) Subhah
15) Sosialisasi kata-kata hikmah dan panduan tata krama. 48
Dari pemaparan bentuk-bentuk kegiatan program Imtaq di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan program Imtaq adalah muatan materi mata pelajaran agama dan akhlak mulia yang dilaksanakan melalui kegiatan keagamaan. Sehingga dalam pembelajaran agama dan akhlak mulia peserta didik tidak hanya mencapai domain kognitif saja namun dapat memenuhi tri domain pendidikan yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.